Anda di halaman 1dari 30

Tugas makalah

SKRINING PENYIMPANGAN REPRODUKSI PEREMPUAN, PELAYANAN


REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS, DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL

Di susun oleh :

Kelompok 4

Diyan Marlupi

Lia Asriawati

Rizka Ayu Pratiwih

Ketut Andriani

PELITA IBU KENDARI PROFESI KEBIDANAN

TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan  kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Skrining
Penyimpangan Reproduksi Perempuan, Pelayanan Reproduksi Dan Seksualitas, Dan
Gangguan Psikologis Ibu Hamil”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Kendari, 17 Oktober 2022

Penulis

 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa fungsi
reproduksi, khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan sejahtera fisik,
mental maupun sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau gangguan fungsi alat
reproduksi. Berkaitan dengan itu, WHO menyebutkan kesehatan reproduksi menyangkut
proses, fungsi dan sistim reproduksi pada seluruh tahap kehidupan. Dengan demikian
kesehatan reproduksi merupakan unsur yang penting dalam kesehatan umum, baik
perempuan maupun laki-laki.

Perilaku seksual adalah perbuatan yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota
tubuh orang lain maupun diri sendiri yang didorong oleh hasrat seksual. Perbuatan ini dapat
diawali dari berpengangan tangan sampai perbuatan melakukan hubungan seksual. Perilaku
seksual berisiko adalah perilaku seksual yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
pelakunya. Dampak negatif yang timbul adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD),
Penyakit Menular Seksual (PMS) dan bahkan dampak lanjutnya adalah mudah terjangkit
HIV/AIDS.

Rendahnya pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi


merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku seksual berisiko. Remaja dengan
pengetahuan relatif rendah tentang seksualitas, mempunyai peluang 11,90 kali berperilaku
seksual berisiko berat dibandingkan remaja yang memiliki pengetahuan tinggi tentang
seksualitas. (Nursal, 2007; Chronika, 2011; Jailani, 2011; Kemenkes, 2013). Sementara itu
sikap negatif remaja terhadap kesehatan reproduksi dan perilaku seksual memiliki peluang
9,94 kali untuk berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan remaja dengan sikap positif
(Nursal, 2008,: Azinar, 2013; Ahmadian, 2014).

Psikologi kehamilan belum banyak diperbincangkan secara global dalam masyarakat


dunia, terlebih lagi dalam perspektif Islam. Padahal, banyak permasalahan menyangkut
karakter anak yang dipengaruhi oleh psikologi ibunya di saat hamil.

Di saat kehamilan, ibu hamil sangat rentan terkena masalah. Masalah ini dapat
disebabkan oleh adanya perubahan psikologis. Perubahan ini berbentuk perasaan cemas,
kuatir, takut, tertekan, dan bingung. Perubahan fisik ibu hamil juga bisa mengganggu
kesehatan fisik dan mentalnya sehingga emosinya tidak stabil. Dia lebih sering mengalami
gejolak batin, kerentanan kondisi kejiwaan seperti depresi gangguan kecemasan dan psikosis.
Kondisi seperti ini sering kali tidak terdiagnosis karena dikaitkan dengan perubahan terkait
kehamilan dalam temperamen atau fisiologi ibu.

Permasalahan dan gangguan psikologis kehamilan bisa juga terjadi akibat


ketidaksiapan ibu hamil. Seperti kehamilan pada pasangan muda. Pasangan yang menikah
pada usia muda umumnya belum memiliki ilmu yang cukup tentang hidup berumahtangga.
Mereka belum mampu menghadapi kehidupan berumah tangga dan mempersiapkan segala
kemungkinan hal buruk yang terjadi dalam kehidupannya. Terkadangan timbul kekerasan
dalam rumah tangga baik muncul dari suami atau istri. Kekerasan fisik dan phisikis akan
berdampak pada psikologi ibu hamil. Seperti munculnya ketakutan, rasa tidak berdaya,
hilangnya rasa percaya diri, dan gangguan makan. Jika perempuan hamil mengalami hal-hal
tersebut, potensi takut dan kurang percaya diri akan mengalir kepada darah yang akan dilalui
sang janin, sehingga anaknya pun di akhir nanti akan mengalami ketakutan seperti yang
dialami ibunya. Kecemasan dan depresi antenatal merupakan prediksi tekanan mental di masa
depan yang berdampak negatif pada anak-anak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana edukasi tentang skrining penyimpangan kesehatan reproduksi
perempuan?
2. Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas?
3. Bagaimana skrining gangguan psikologis ibu hamil?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan teori kesehatan reproduksi perempuan, seksualitas dan
gangguan psikologis ibu hamil
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan edukasi tentang skrining penyimpangan
kesehatan reproduksi perempuan
b. Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksualitas
c. Mahasiswa mampu menjelaskan skrining gangguan psikologis ibu hamil
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dapat menerapkan teori kesehatan reproduksi perempuan, seksualitas dan
gangguan psikologis ibu hamil
2. Manfaat praktik
a. Bagi mahasiswa
Dapat membandingkan teori kesehatan reproduksi perempuan, seksualitas dan
gangguan psikologis ibu hamil
b. Bagi bidan pelaksana
Laporan ini dapat memberikan informasi tambahan bagi bidan mengenai
kesehatan reproduksi perempuan, seksualitas dan gangguan psikologis ibu
hamil
BAB II

PEMBAHASAN

A. Skrining Penyimpangan Kesehatan Reproduksi Perempuan


a. Konsep skrining
1. Pengertian Skrining
Skrining adalah pengenalan dini secara proaktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau faktor risiko (Rochjati, 2008). Skrining merupakan
penapisan dengan menggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui
apakah seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan
gejala apapun. Untuk banyak penyakit (misalnya, kanker) pengobatan dini
mengarahkan hasil yang lebih baik.
Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit ata kelainan yang
secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur
tertentu yang dapa digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat
sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
2. Tujuan Skrining
Adapun tujuan dilakukan skrining adalah untuk mengetahui diagnosis sedini
mungkin agar cepat terapinya, mencegah meluasnya suatu penyakit, mendidik
masyarakat untuk melakukan general check up dan memberi gambaran kepada tenaga
kesehatan tentang suatu penyakit.
3. Syarat-Syarat Skrining
1) Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
2) Harus ada cara pengobatan yang efektif.
3) Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostik.
4) Diketahui stadium prapatogenesis dan patogenesis.
5) Tes harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima
oleh masyarakat.
6) Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit.
7) Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuensi kesehatan.
4. Bentuk Pelaksanaan Skrining
1) Mass screening adalah skrining secara masal pada masyarakat tertentu.
2) Selective screening adalah skrining secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,
contoh pemeriksaan ca paru pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah
menikah
3) Single disease screening adalah skrining yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit.
4) Multiphasic screening adalah skrining yang dilakukan untuk lebih dari jenis
penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas.

5. Jenis Penyakit yang Tepat untuk Skrining


1) Merupakan penyakit yang serius.
2) Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan dengan
setelah gejala muncul.
3) Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrining. f.
Kriteria Alat Ukur yang baik Suatu alat (tes) skrining yang baik adalah yang
mempunyai tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%.
Validitas merupakan petunjuk tentang kemampuan suatu alat ukur (tes) dapat
mengukur secara benar dan tepat apa yang akan diukur, sedangkan reliabilitas
menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur. Di dalam
penyaringan penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan yang prioritas,
tersedia obat potensial untuk terapinya, tersedia fasilitas dan biaya untuk
diagnosis dan terapinya, penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus,
skriningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas, teknik dan cara
skrining harus dapat diterima oleh masyarakat dan sifat perjalanan penyakit
dapat diketahui dengan pasti, selain itu harus ada standar operating prosedur,
dan kasus ditemukan secara terus menerus

b. Waktu yang Tepat dilakukannya Skrining pada Wanita Sepanjang Siklus


Kehidupannya
Skrining di dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi banyak sekali dan
bermacam-macam, apalagi bila dilakukan sesuai dengan pendekatan siklus kehidupan
perempuan yaitu mulai pra konsepsi sampai dengan senium.
1) Bayi
Pada bayi perempuan telah memiliki folikel primordial, yang akan
dikeluarkan ketika ovulasi. Genetalia sudah terbentuk, sehingga sudah dapat
dibedakan dengan bayi laki-laki. Pada usia 10 hari pertama, masih terpengaruh
oleh hormon estrogen sehingga kadang ditemukan pada bayi terjadi
pembengkakan payudara (kadang disertai sekresi cairan seperti air susu),
kadang juga ditemukan perdarahan pervaginam seperti menstruasi. Bentuk
Skrining yang dapat dilakukan yaitu genetik skrining.
2) Masa Kanak-Kanak
Pada periode ini merupakan periode penting dalam tumbuh kembang
anak. Perkembangan otak sangat cepat, sehingga pada masa ini disebut fase
pertumbuhan dasar. Pada periode ini juga merupakan masa kritis dimana anak
memerlukan rangsangan atau stimulasi untuk mengembangkan otak kanan dan
otak kirinya. Bentuk skrining terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan
dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test) atau
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) sehingga bisa diketahui atau
dinilai perkembangan anak sesuai usianya. Denver Developmental Screening
Test (DDST) atau yang dikenal dengan Tabel/Tes Denver merupakan alat
skrining tumbuh kembang anak untuk menemukan penyimpangan
perkembangan pada anak usia 0-6 tahun.
Dalam perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi.
Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standardisasi
dari DDST dan DDSTR (Revised Denver Developmental Screening Test).
Perbedaan Denver II dengan pendahulunya terletak pada item-item test,
bentuk, interpretasi, dan rujukan. Tujuannya adalah menilai tingkat
perkembangan anak sesuai kelompok seusianya, serta digunakan untuk
memonitor dan memantau perkembangan bayi atau anak dengan risiko tinggi
terjadinya penyimpangan perkembangan secara berkala. Tes ini dapat
memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam
mengidentifikasi berbagai masalah dini yang mengancam tumbuh kembang
anak.
Skrining tumbuh kembang anak Denver II terdiri atas 125 item tugas
perkembangan yang sesuai dengan usia anak yang terbagi menjadi empat
sektor yang dinilai, yaitu Personal Social (aspek perilaku sosial), Fine Motor
Adaptive (motorik halus), Language (bahasa), dan Gross Motor (motorik
kasar). Pada setiap item soal, pemeriksa wajib memasukan skor nilai di setiap
soal pada semua sector, dimana nilai P = Pass/Lulus, Nilai F = Fail/Gagal,
Nilai R = Refusal/Menolak, Nilai NO = No Opportunity/Tak Ada
Kesempatan.

Cara Skrining:

a) Ada satu tabel dan satu petunjuk yang harus disiapkan.


b) Tetapkan usia kronologis anak jika anak prematur.
c) Buat garis lurus (vertikal) dari atas sampai bawah sesuai dengan usia anak.
d) Uji semua item dengan cara:
e) Pertama pada tiap sektor, uji 3 hal yang berada di sebelah kiri garis umur
tanpa menyentuh batas usia
f) Kedua uji hal yang berpotongan pada garis usia
g) Ketiga hal sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak gagal
h) Hitung berapa banyak yang Fail dan Pass.

Penilaian:

a) F (Fail/gagal), jika anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik.
b) R (Refusal/menolak), jika anak menolak untuk uji coba.
c) P (Pass/lewat), jika anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
d) NO (No Opportunity), jika anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji
coba karena ada hambatan.

Interpretasi dari Nilai Denver II:

a) Advanced: Anak mampu melaksanakan tugas pada hal-hal di sebelah kanan


garis umur, lulus kurang dari 25 persen anak yang lebih tua dari usia tersebut
b) Normal: Anak gagal/menolak tugas pada hal-hal disebelah kanan garis umur,
lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75 persen (warna putih)
c) Caution: Anak gagal/menolak pada hal-hal antara 75-100 persen (warna hijau)
d) Delay: Gagal/menolak hal-hal yang ada disebelah kiri dari garis umur. I

nterpretasi Tes Denver II:

a) Normal: Dikatakan normal saat tidak ada penilaian delayed (keterlambatan),


paling banyak 1 caution (peringatan), dan lakukan ulang pemeriksaan pada
control berikutnya.
b) Suspect: Dikatakan suspect saat terdapat 2 atau lebih caution (peringatan),
terdapat 1 atau lebih delayed (terlambat) yang terjadi karena fail/kegagalan
bukan karena menolak/refuse. Dilakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian
untuk menghilangkan rasa takut, sakit, dan lelah.
c) Untestable (tidak dapat diuji): Dikatakan untestable saat terdapat 1 atau lebih
skor delayed (terlambat), dan/atau terdapat 2 atau lebih caution (peringatan).
Dalam hal ini, delayed atau caution terjadi karena penolakan/refuse bukan
karena kegagalan/fail. Dilakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian.

3) Masa Pubertas
Merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak dengan masa
dewasa. Masa pubertas ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin
sekunder (pembesaran payudara, tumbuhnya rambut di pubis, ketiak) sampai
kemampuan bereproduksi. Cepat lambat seorang anak memasuki masa
pubertas dipengaruhi bangsa, iklim, gizi, kebudayaan. Semakin baik gizi
seseorang semakin cepat akan memasuki masa pubertas. Adapun skrining
yang dilakukan pada masa pubertas yaitu pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker
payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis
sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani
“SADARI” (periksa payudara sendiri pada saat menstruasi hari ke-7 sampai
dengan hari ke-10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan
menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi
benjolan pada payudara.
Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau
lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan
payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan
dihadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara
berbaring.
a) Melihat Perubahan di Hadapan Cermin
Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara
(simetris atau tidak). Langkahnya:
1) Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting
susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan
cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.
2) Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan
maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap
otot atau fascia di bawahnya.
3) Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan
kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan
pada payudara.
4) Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak
pinggang/tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk
menegangkan otot di daerah axilla
b) Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring
Tahap 1. Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan
membengkokkan kedua lutut. Letakkan bantal atau handuk mandi yang
telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang
akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan
tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari
untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara
dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.
Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertikal, dari tulang
selangka di bagian atas ke braline di bagian bawah, dan garis tengah antara
kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk
merasakan benjolan. Gerakkan tangan perlahan-lahan ke bawah bra line
dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra
line, bergerak kurang lebih 2 cm ke kiri dan terus ke arah atas menuju
tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke
bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar
Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar
biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting
payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan
sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola
mammae.
Tahap 4. Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat
adanya cairan abnormal dari puting payudara.
Tahap 5. Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti,
apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

4) Masa Reproduksi
Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita (biasanya
seorang wanita memasuki masa ini selama 33 tahun). Pada masa ini seorang
wanita telah mampu mencetak generasi baru dengan hamil, melahirkan, dan
menyusui.
Bentuk skrining pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan
kunjungan awal antenatal care. Pada saat ini bidan melakukan pemeriksaan
terhadap ibu, dari hasil pemeriksaan dapat diperoleh hasil yang akan
menentukan keadaan ibu dan janin. Bidan dapat melakukan screening terhadap
ibu hamil yang mempunyai risiko. Skrining pada masa reproduksi diantaranya
adalah:
a. Pap Smear
Pemeriksaan ‟Pap Smear‟saat ini skrining terbaik untuk mencegah
kanker serviks, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu
pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker)
dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak
sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan
ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang
tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan
ini.
Pemeriksaan pap smear dilakukan paling tidak setahun sekali bagi
wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual.
Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun. Pap
smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan
pasien untuk melakukan pap smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus
1-3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang menggunakan
obat-obatan vaginal.
Pemeriksaan pap smear disarankan untuk dilakukan oleh para
wanita secara teratur 1x per tahun berturut-turut bila sudah aktif
berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil
pemeriksaan tiga tahun berturut-turut normal, pemeriksaan selanjutnya
dapat dilakukan setiap tiga tahun. Serviks adalah organ khusus yang
mudah diketahui melalui pap smear, biopsi, laser dan langsung bisa
dilihat, sehingga jika pap smear sudah cukup mendunia, dalam arti semua
wanita di dunia sudah sadar akan pentingnya pemeriksaan ini, berarti tidak
ada alasan lagi untuk kanker serviks di kemudian hari.
b. Tes IVA
Ada jenis tes lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi
keabnormalan sel-sel pada mulut rahim yaitu dengan tes IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat) menyerupai tes pap smear. Tujuannya sama
yaitu berupa pemeriksaan penapisan/skrining terhadap kelainan pra kanker
di mulut rahim. Perbedaannya terletak pada metode yang lebih sederhana
dan keakuratannya. Tes IVA dapat dilakukan oleh bidan terlatih.
Pemeriksaan IVA bisa dilakukan kapan saja, dalam keadaan haid
ataupun sedang minum obatobat tertentu. Pemeriksaan dilakukan dengan
memoles mulut rahim menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah
ada kelainan seperti perubahan warna yang berwarna pink berubah
menjadi putih. Perubahan warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata.
Umumnya Tes IVA dilakukan di negara yang sedang berkembang atau
didaerah terpencil yang jauh dari laboratorium.
5) Masa Menopause/Klimakterium
Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan antara masa
reproduksi dengan masa senium (pasca menopause). Pada masa ini ibu
mengalami perubahanperubahan tertentu yakni timbulnya gangguan dari
gangguan yang bersifat ringan sampai gangguan yang bersifat berat seperti
timbul rasa panas pada wajah, jantung berdebar, uterus mengecil, dan
berkeringat, dan kadangkala pada masa ini seorang wanita membutuhkan
bidan atau tenaga kesehatan untuk membantu mengurangi keluhan-keluhan
yang dirasakannya.
c. Deteksi Dini Wanita Sepanjang Daur Kehidupan pada Kesehatan
Reproduksi
Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi/ mengenali penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan,
atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-
orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium yang
lebih awal atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini.
a. Konsepsi dan Masa Hamil
Deteksi dini pada ibu hamil mengandung makna bahwa kehamilan
merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu perawatan dini yang khusus
agar ibu dan janin sehat, tanpa pengawasan hal yang bersifat fisiologis dapat
menjadi patologis. Bentuk-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan,
misalnya: kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu di atas
130/90 mmHg, terdapat oedema diwajah, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan
pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada umur kehamilan lebih dari 32
minggu, sungsang pada primigravida, sepsis, prematur, gameli, janin besar,
penyakit kronis pada ibu, riwayat obstetri buruk. Deteksi dini pada ibu hamil yang
berisiko, akan dapat menurunkan angka kematian ibu.
b. Bayi dan Balita
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan
DDST (Denver Developmental Screening Test). Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh
kembang pada bayi:
1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui atau
menemukan status gizi kurang atau buruk.
2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan bayi dan balita (keterlambatan), gangguan daya
lihat, gangguan daya dengar.
3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan
perhatian. Asuhan yang diberikan:
a. ASI Eksklusif.
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang.
c. Imunisasi dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

c. Kanak-Kanak
Yang khas pada masa kanak-kanak ini ialah bahwa perangsangan oleh
hormon kelamin sangat kecil, dan memang kadar estrogen dan gonadotropin
sangat rendah. Karena itu alat-alat genital dalam masa ini tidak memperlihatkan
pertumbuhan yang berarti sampai permulaan pubertas. Pada masa kanak-kanak
pengaruh hipofisis terutama terlihat dalam pertumbuhan badan, sudah nampak
perbedaan antara anak pria dan wanita terutama dalam tingkah lakunya, tetapi
perbedaan ini ditentukan terutama oleh lingkungan dan pendidikan. Asuhan yang
diberikan:
1) Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang.
2) Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
3) Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak lakilaki dan perempuan.
d. Pubertas
Gangguan pada masa pubertas sering kali diakibatkan oleh pola hidup
remaja, dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani
dan jasmani. Gangguan menstruasi yang dialami pada remaja putri dapat
merupakan indikasi adanya gangguan pada organ reproduksi wanita. Bidan dapat
melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada remaja putri dalam konteks
kesehatan reproduksi. Asuhan yang diberikan:
1) Gizi seimbang.
2) Informasi tentang kesehatan reproduksi.
3) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan).
4) Pencegahan terhadap ketergantungan napza.
5) Perkawinan pada usia yang wajar.
6) Peningkatan pendidikan, keterampilan, penghargaan diri dan pertahanan
terhadap godaan dan ancaman.
e. Reproduksi
Gangguan pada masa reproduksi ini seringkali diakibatkan karena
hubungan seksual yang tidak sehat, dapat juga karena pada waktu remaja terlalu
dini melakukan hubungan seksual, berganti-ganti pasangan, abortus yang tidak
aman atas terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Deteksi dini terhadap
penyakit seperti kanker serviks, kalau perlu penyakit menular seksual lainnya.
Asuhan yang diberikan:
1) Kehamilan dan persalinan yang aman.
2) Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi.
3) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB).
4) Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS.
5) Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas.
6) Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi.
7) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim.
8) Pencegahan dan manajemen infertilitas.

f. Klimakterium, Menopause, dan Senium


Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau
pengeroposan tulang, hipertensi dan lainlain. Untuk melakukan deteksi dini pada
masa ini salah satu program pemerintah yaitu Posyandu Lansia merupakan
solusinya.
Pada masa ini seorang wanita secara reproduksi sudah tidak dapat berperan,
namun bukan berarti terbebas dari risiko gangguan reproduksi. Salah satunya
penyakit kanker serviks atau mulut rahim biasanya terjadi pada masa ini. Pap
smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi adanya kanker mulut rahim.
Asuhan yang diberikan:
1) Perhatian pada problem menopause.
2) Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun,
gangguan mobilitas dan osteoporosis.

Berkurangnya hormon estrogen pada wanita menopause mungkin menyebabkan


berbagai keluhan sebagai berikut:
1) Penyakit jantung koroner Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi
wanita dari penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatnya kadar kolesterol
tidak baik (LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner.
2) Osteoporosis Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita
akibat penurunan kadar hormon estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah.
3) Gangguan mata Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air
mata berkurang.
4) Kepikunan (demensia tipe Alzeimer) Kekurangan hormon estrogen juga
mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan hormon estrogen
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai
pada kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi
bilam kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang
dipengaruhi faktor keturunan.

d. Peran Bidan untuk Keganasan dan Penyakit Sistemik


a. Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya
melakukan langkah skrining.
b. Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisiko terkena
penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti
ditindaklanjuti di fasilitas kesehatan
c. Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat
dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki.
d. Membantu melindungi kesehatan individual.
e. Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi
carrier penyakit di komunitas.
f. Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode
barrier (pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker serviks. g. Memberikan fasilitas skrining kanker
serviks dengan metode pap smear kemudian membantu dalam pengiriman
hasil pemeriksaan kelaboratorium.
B. Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas
a. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk pria


maupun wanita. Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai suatu kesejahteraan
fisik,mentaldan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan
prosesnya (Aisyaroh, Noveri).Sedangkan remaja atau adolescene adalah yang
berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud disini adalah
kematangan secara fisik, sosial dan psikologis. Masa remaja merupakan masa
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis

Perkembangan masa remaja merupakan menuju kedewasaan. Proses ini


merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam berbagai aspekfisik, psikis
dan emosi. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan
menghawatirkan yakni penyimpangan seksual yang berupa seks bebas, penyebaran
penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan tidak dikehendaki di
kalangan remaja.

b. Seksualitas

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang


untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Pada
umumnya orang-orang yang mengalami penyimpangan seksual menyembunyikan
perilaku mereka dan tidak mau mengakuinya.Merekamenolak mengakui perilaku
seksual yang menyimpang dari norma sosial, moral dan agama karena
kekhawatiran akan munculnya penolakan dan diskriminasi dari lingkungan.
Masalah seksual sangat sensitif, baik secara moral maupun normative, akan
berpengaruh terhadap nama baik seseorang.

Permasalahan yakni masih kurangnya pengetahuan remaja atau peserta


didik dalam mengetahui tentang kesehatan reproduksinya, kurang paparan tentang
menjaga kesehatan reproduksinya dan berbagai penyimpangan yang terkadang
meraka lebih banyak ketahui dari media sosial. Maka diperlukannlah kegiatan
pengabdian ini dilaksanakan. Karena dengan adanya pengabdian ini diharapkan
dapat mengkomunikasikan seputar kesehatan reproduksi dan mengurangi mencegah
adanya prilaku penyimpangan seksual.

Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Secara umum terdapat 4
(empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, yaitu :

1) Faktor Sosial ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan


kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil
2) Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang
berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak
banyak rejeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai
fungsi dan proses reproduksi
3) Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak pada
kehidupan remaaj, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal
4) Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi,
dan sebagainya

c. Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka – angka tersebut
adalah dengan melakukan edukasi edukasi kesehatan mengenai cara perawatan organ
reproduksi, edukasi mengenai perkembangan remaja saat pubertas, edukasi kesehatan
mengenaidampak  pornografi,  edukasi  kesehatan  mengenai  kehamilan  tidak 
diinginkan  (KTD)  dan aborsi,edukasi  kesehatan  mengenai  HIV/AIDS  dan  infeksi 
menular  seksual,  serta  edukasi  kesehatan mengenai  pendewasaan  usia  pernikahan
dengan melibatkan peran Pemerintah, orang tua, dan juga peer group.

Dengan melakukan kegiatan tersebut diharapkan akan dapat  meningkatkan 


pengetahuan  remaja,  sehingga  dapat  meningkatkan  kesadaran  remaja  akan
pentingnya masalah kesehatan reproduksi.  Dan menekan angka kejadian kasus –
kasus kesehatan reproduksi remaja.

Banyak cara untuk mencegah penyimpangan seksual diantaranya


yaitu jauhi lingkungan yang mengajak melakukan penyimpangan seksual, bersikap
tegas, katakan tidak pada perbuatan maksiat, pengendalian diri, jangan
minum alkohol dan obat terlarang, membentengi diri dengan pengetahuan agama.

C. Skrining Gangguan Psikologis Ibu Hmil


a. Pengertian psikologis
Psikologi dalam istilah lama disebut ilmu jiwa berasal dari kata bahasa Inggris
psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari
bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa (2) logos yang berarti
ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa disebut ilmu yang
mempelajari kejiwaan atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa
manusia. Karena para ahli jiwa mempunyai penekanan yang berbeda, maka
definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka
dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang
bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain
sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.
b. Pengertian Kehamilan
Secara etimologi kehamilan berasal dari kata hamil. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia hamil diartikan dengan mengandung janin di rahim karena sel
telur dibuahi oleh spermatozoa.
Sementara secara terminologi banyak pakar yang menjelaskan pengertian
hamil di antaranya Menurut Sidney Sheldon Hamil adalah keadaan yang dialami
makhluk-makhluk bumi ini kalau sel telur telah dibuahi. Menguatkan definisi ini
D. S Soewito, M. mengatakan bahwa: Hamil adalah suatu proses terjadinya bayi
sebagai hasil dari hubungan seksual antara pria dan wanita. Kehamilan merupakan
masa di mana seorang perempuan membawa embrio atau fetus dalam tubuhnya.
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional mendefinisikan kehamilan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa ovum dan dilanjutkan dengan nidasi
atau inflantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi kehamilan
normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional atau kehamilan terbagi tiga trimester di mana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu trimester kedua 15minggu dan trimester
ketiga 13 minggu.

c. Psikologi Kehamilan
Definisi dan konsep psikologi kehamilan, belum ditemukan secara eksplisit
dan komprehensif, namun kajian tentang psikologi kehamilan dapat dilihat dari
karya T Deave yang menyatakan bahwa wanita yang bersikap negatif terhadap
kehamilan dan menjadi ibu memiliki anak yang menunjukkan perkembangan
lebih lambat 2 tahun, dibandingkan dengan anak-anak wanita yang memiliki sikap
lebih positif, dan wanita dengan kesehatan psikologis buruk antenatal memiliki
anak yang menunjukkan perkembangan lebih lambat 2 tahun, dibandingkan
dengan anak-anak wanita yang memiliki kesehatan psikologis yang baik yaitu
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter atau bidan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Tujuan dilakukan ANC
adalah: mempersiapkan ibu untuk masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
(antenatal)
Pembahasan tentang psikologi kehamilan juga ditemukan dalam karya
Honein M, et.al. yang mengatakan bahwa peristiwa kehidupan wanita hamil yang
penuh stres dan beberapa jenis cacat lahir ternyata ada hubungannya ketika para
ibu ditanya tentang peristiwa kehidupan yang penuh tekanan (kematian,
perpisahan/perceraian, kehilangan pekerjaan) yang dialami oleh mereka.
Beberapa faktor psikologis yang dapat berpengaruh dalam kehamilan yaitu:
1. Support Keluarga Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat
berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan
mempengaruhi keadaan keluarga.Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan
kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan dianggap suatu
krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan
kecemasan.Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka mengakibatkan
timbulnya tingkah laku maladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan
terjadi perpecahan antara anggota keluarga.Kemampuan untuk memecahkan krisis
dengan sukses adalah kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan hubungan yang
baik.
2. Substance Abuse Pola psikoaktif dari penggunaan zat/bahan yang berisiko
secara fisik bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya, dapat memberikan pengaruh
juga sacara psikologis. Pengaruh psikologis tersebut dalam bentuk
ketergantungan, kecanduan dan penyalahgunaan. Gejala-gejala gangguan
psikologis akibat substance abuse antara lain: gangguan dalam sosialisasi, gelisah,
sifat lekas marah, halusinasi, euphoria (ketagihan dan over dosis), paranoid, stress
3. Partner Abuse Merupakan kekerasan/penyiksaan yang dilakukan oleh
pasangan ibu hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan.
Kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan emosional, seksual atau fisik,
kekerasan seperti pemukulan, penyiksaan dibebani kerja berat. Kekerasan
psikologis, seperti tidak diperhatikan, suami selingkuh, dimarahi tanpa sebab yang
pasti, istri menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk (pemabuk,
penjudi, pemarah). Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses
psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan
perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini dapat
diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian trimester ini akan digunakan
pada diskusi berikut. Respons psikologis umum terhadap kehamilan yang baru
saja dibahas dan proses manapun peristiwa psikologis khusus lain dapat lain dapat
terulang lagi
d. Manfaat Pemeriksaan Skrining Pada Wanita hamil
Pemeriksaan skrining pada wanita sebelum atau selama masa kehamilan
memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi kondisi yang memiliki potensi
berdampak buruk pada kesehatannya, atau kesehatan pada bayi yang sedang
berkembang). Pemeriksaan ini adalah komponen dasar perawatan kesehatan
selama kehamilan, karena banyak penyakit dapat diobati atau dikelola untuk
mengurangi risiko terhadap kesehatan ibu dan kesehatan bayi jika mereka
diidentifikasi secara tepat waktu.
Kenapa hal ini harus dilakukan? Karena penyakit tidak dapat hanya cukup
dinilai dari penampakan seseorang. Seorang wanita hamil yang tampak sehat
dapat membawa penyakit yang tidak menyebabkan gejala, tetapi dapat memiliki
konsekuensi serius jika tidak ditangani selama kehamilan.
Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan
bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Untuk itu ibu-
ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga kondisi
psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik
pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa
kehamilannya. Berikut beberapa kiat yang dapat menyeimbangkan kondisi
psikologis saat ibu sedang mengandung:
1. Informasi Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai
perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk halhal yang perlu dihindari saat
sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang
tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas
yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
Komunikasi dengan suami,bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda
selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi
perubahan yang terjadi pada diri Anda. Tidak jarang jika Anda
mengkomunikasikan hal ini, sang suami akan memberikan dukungan psikologis
yang dibutuhkan.
2. Rajin chek up Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari
dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani.
Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
3. Makan Sehat Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang
sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat
membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol,
rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat
berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang
berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
4. Jaga Penampilan Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga
kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan Anda yang sedang
berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang
atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
5. Kurangi Kegiatan Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik
saat hamil. Memasuki masa persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan
berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.
6. Dengarkan Musik Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres.
Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik
lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
7. Senam Hamil Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia
kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih
otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi
manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara
berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu
pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan
menjadi semakin mantap.
8. Latihan Pernafasan Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan
secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga
kondisi psikologis bisa lebih stabil.
Contoh skrining Gangguan psikologis pada ibu hamil dengan menggunakan
IInstrumen Depresi Anxiety Stress Scale (DASS) 42. U

men Depresi Anxiety Stress Scale (DASS) 42 dan Beck Depression Inventory (BDI) Instrumen
Depresi
Anxiety

Stress Scale (DASS) 42 dan Beck Depression Inventory (BDI) Instrumen Depresi Anxiety Stress
Scale (DASS) 42 dan Beck Depression Inventory (BDI)
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Skrining adalah pengenalan dini secara proaktif pada ibu hamil untuk menemukan
adanya masalah atau faktor risiko (Rochjati, 2008). Skrining merupakan penapisan dengan
menggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah seseorang memiliki
penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan gejala apapun. Untuk banyak penyakit
(misalnya, kanker) pengobatan dini mengarahkan hasil yang lebih baik.

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa fungsi
reproduksi, khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan sejahtera fisik,
mental maupun sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau gangguan fungsi alat
reproduksi. Berkaitan dengan itu, WHO (2007) menyebutkan kesehatan reproduksi
menyangkut proses, fungsi dan sistim reproduksi pada seluruh tahap kehidupan.

Perilaku seksual adalah perbuatan yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota
tubuh orang lain maupun diri sendiri yang didorong oleh hasrat seksual (Santrock, 2003).
Perbuatan ini dapat diawali dari berpengangan tangan sampai perbuatan melakukan hubungan
seksual.

Pada setiap kehamilan ibu hamil pasti akan mengalami perubahan psikologis yang
dipengaruhi oleh support keluarga, substance abuse dan partner abuse. Ibu merupakan salah
satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada
ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga. Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan
kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi
kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan kecemasan.

SARAN

Dengan demikian diharapkan para mahasiswa memiliki informasi yang benar dan
sesuai kebutuhan, sehingga dapat menghindari perilaku berisiko. Program yang ditujukan
untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Dibutuhkan sarana atau media
informasi yang mudah diakses, program pelayanan konseling dan klinis yang sesuai untuk
mahasiswa, serta sikap petugas yang ramah dan mau memperhatikan kebutuhan,
keprihatinan, pemahaman serta kenyamanan mereka, bahkan melibatkan mereka dalam
kegiatan perancangan dan pelaksanaan program. Dukungan dan kerjasama orangtua, institusi
pendidikan, kelompok masyarakat dan tokoh agama sangat dibutuhkan dalam berbagai upaya
perancangan, pelaksanaan, evaluasi maupun pengembangan program peningkatan kesehatan
reproduksi dan seksualitas.

Sebagai seorang bidan kita wajib mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama
dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya. Karena
Selamakehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang
terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa
dan proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga. Demikian makalah ini
kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam
melangkah dan bisa menjaga akhlak terhadap diri sendiri. Apabila ada kekurangan dalam
penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkespim.ac.id/id/eprint/738/1/DETEKSI%20DINI%20GANGGUAN
%20KESEHATAN%20REPRODUKSI.pdf

http://scholar.unand.ac.id/36326/1/BAB%20I.pdf

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/sarwahita/article/view/10768/7548

https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/429/1/2020-ENENG%20NURHAYATI-
14043010163.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6862/4/Chapter%202.pdf

file:///C:/Users/AHMAD/Downloads/makalah-gangguan-psikologi-pada-masa-
kehamilan_compress.pdf

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-11049-
kuesioner.Image.Marked.pdf

Anda mungkin juga menyukai