Anda di halaman 1dari 20

“PENGKAJIAN DAN PROMOSI KESEHATAN WANITA DAN

UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

NURMILANDA ADAM 2120011

AYUDIAH NAHU 2120010

YUSTINA NOVARIA 2119002

HASFIANA ANENE 2119031

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya kepada kami. Dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
Pengkajian Dan Promosi Kesehatan Wanita. Kami harap agar mahasiswa dapat memahami
materi pembelajaran yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Makalah ini membahas
materi secara singkat dan jelas sangat tepat untuk digunakan untuk teman-teman yang
dibidang kesehatan terutama jurusan keperawatan. Kami menyadari bahwa materi kesehatan
reproduksi sangat penting untuk dikuasai oleh tenaga kesehatan lainnya karena materi ini
merupakan dasar untuk dapat memahami keshatan reproduksi secara menyeluruh dalam
konteks kesehatan wanita.

Kami mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini dan berterima kasih kepada para pembaca yang telah
memberikan sarannya sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan
teman-teman. Kami menyadari makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, baik dari segi
isi maupun penyajian. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik dari
pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai kondisi sehat secara fisik, mental, dan
sosial, yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (WHO, 2006, 2017).
Selain itu, kesehatan reproduksi pun mencakup seks, identitas dan peran gender, orientasi
seksual, serta hubungan seksual yang menyenangkan, bebas paksaan, diskriminasi, dan
kekerasan (WHO, 2006). Hal ini dimaksudkan bahwa kesehatan reproduksi berbicara
mengenai hak laki-laki dan perempuan untuk diberi informasi dan memiliki akses ke metode
keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau dan sesuai pilihan. Mengacu pada kedua
definisi tersebut, promosi kesehatan reproduksi idealnya tidak hanya kebijakan, strategi, atau
intervensi yang memfokuskan pada perilaku sehat, tetapi juga mencakup seksualitas (hal
tentang orientasi, kesenangan, dan kenikmatan seksual, serta gender). Promosi kesehatan
reproduksi di Indonesia, umumnya diperoleh remaja dari guru di sekolah (BPS et al., 2018).
Permasalahannya, promosi kesehatan reproduksi di sekolah selalu berbenturan dengan masih
tabunya pembahasan mengenai seksualitas. Salah satunya dapat terlihat dari minimnya materi
yang mengaitkan kesehatan reproduksi dan seksualitas dalam kurikulum pendidikan di
sekolah (Dewi, 2012; Pakasi and Kartikawati, 2013). Selain itu, materi yang disampaikan
hanya berfokus pada perkembangan organ tubuh manusia, caramengatur kelahiran, serta HIV
dan AIDS(BPS et al., 2018). Materi-materi tersebut umumnya difokuskan bagi remaja
perempuan, baik sebagai subjek maupun objek .

Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi. Wanita memiliki
kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi.
Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitive terhadap kerusakan yang dapat terjadi
disfungsi atau penyakit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengkajian dan promosi kesehatan pada wanita ?
2. Apa saja upaya-upaya pencegahan primer, sekunde, dan tersier ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengkajian dan promosi kesehatan wanitas
2. Untuk mengetahui upaya-upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGKAJIAN DAN PROMOSI KESEHATAN WANITA

A. Pengertian Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet 2007, dalam Haryanto 2008).
Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual.

B. Tujuan pengkajian
Tujuan pengkajian adalah (Karen & Marilyn, 1992), In addition to identifying
the current health status of the client, the nurse undertakes health assessment as the
essential first steps at arriving at an appropriately individualized  plane of care for the
client. Dengan melakukan pengkajian perawat dapat mengidentifikasi status
kesehatan saat ini. Serta pengkajian adalah langkah  pertama yang penting untuk
membuat rencana perawatan individu secara tepat.
Pengkajian bertujuan untuk menetapkan suatu database tentang respon klien
terhadap perhatian pada kesehatan atau penyakit dan kemampuan untuk mengatur
kebutuhan perawatan kesehatan (Kozier, 2004).
a. Riwayat Kesehatan
Kecukupan dan keakuratan data merupakan kunci keberhasilan dalam
wawancara kesehatan. Pembicara tentang alat kelamin wanita merupakan
hal yang bersifat pribadi. Masyrakat sering menganggap tabu hal-hal yang
berkaitan dengan alat kelamin. Agar wawancara berjalan lancar, jaga
privasi pasien, gunakan pertanyaan/bahasa yang mudah dipahami pasien
dan selesaikan semua wawancara sebelum passion di atur dalam posisi
litotomi.
Data riwayat kesehatan yang dikumpul meliputi pola sehat-sakit
( riwayat kesehatan sekarang, dahulu, keluarga, dan pertimbangan
perkembangan), pola memelihara kesehatan, serta pola peranan-
kekerabatan ( Morton, 1991 ).
Data pola kesehatan yang dikumpulkan pertama kali adalah riwayat
kesehatan sekarang. Ajukan pertanyaan tentang keluhan pasien
( menggunakan pola PQRST ). Kapan pasien mengalami menstruasi,
periode menstruasi, apakah pasien menggunakan kontrasepsi, apakah
pasien merokok/menggunakan alcohol, apakah partnernya menderita
enfeksi alat kelamin, dan bagaimana keaktifan hubungan seksnya. Dari
riwayat kesehatandahulu apakah pernah mengalami gangguan pada
kelaminnya, pendarahan, penyait kelamin, pembedahan dan kehamilan.
Kemudian ajukan pertanyaan adakah anggota keluarga yang menderita
gangguan sistem reproduksi, pembedahan pada sistem reproduksi, atau
yang menderita gangguan siskemik seperti diabetes mellitus, obesitas atau
penyait jantung. Pertanyaan-pertanyaan tentang juga di ajukan yang
berkaitan dengan pertimbangan perkembangan, terutama bila pengkajian
dilakukan pada anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut dimana masing-
masing tahap ini mempunyai perkembangan cirri yang berbeda.
Pengkajian pada wanita hamil atau usia lanjut memerlukan ketrampilan
khusus yang lebih mendalam. Setelah data pola kesehatan terkumpul maka
perawat melanjutkan pengumpulan data tentang pola mempertahankan
kesehatan. Ajukan pertanyaan tentang kebiasaan makan, apakah sering
buang air kecil yang mengganggu tidurnya da bagaimana keteraturan
pasien dalam melakukan check-up kesehatan. Ada dua macam pengkajian
pada alat kelamin wanita, yaitu pengkajian alat kelamin pada bagian luar
dan pengakajian bagian dalam.
b. Pengkajian Bagian Luar
 Beri kesempatan pada pasien untuk mengosongkan kandungan kemih
sebelum pengkajian dimulai. Bila diperlukan urine untuk spesemen lab.
 Anjurkan pasien membuka celana, bantu mengatur posisi litotomi dan
selimut bagian yang tidak diamati.
 Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan
jumlahnya dibandingkan sesuai usia perkembangan pasien.
 Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura,
leukoplakia, dan eksoriasi
 Buka labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora,
klitoris, dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada pembengkakan, ulkus,
keluaran, pembengkakan atau nodula.
c. Pengkajian Tingkat Mahir/ Pengkajian Dalam
Keterlibatan perawat dalam melakukan pengkajian tingkat mahir,
tergantung pada kebijaksanaan/peraturan dimana perawat bekerja. Akan
tetapi secara klinis perawat harus mengetahui teknis pengkajian ini.
1) Atur posisi pasien
2) Lumasi jari penunjuk anda dengan air steril dan masukan kedalam
vagina dan identifiksi serviks mengeni kelunakannya, serta permukaannya.
Tindakan ini berguna untuk mempergunakan dan memilih speculum yang
tepat, cabut jari bila udah selesai.
3) Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan dan
lumasi denagn air hangat terutama bila akan diambil specimen
4) Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kearah
prianal
5) Yakinkan tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan dengan tangan
satunya masukan speculum dengan sudut 45 dan hati-hatilah sehingga
tidak menjepit rambut pubis atau labia.
6) Bila speculum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari anda, dan
putar speculum kea rah posisi horizontal dan pertahankan pertekanan tetap
pada sisi bawah/posterior.
7) Buka paruh speculum, lokasikan pada serviks dan kunci paruh sehingga
dapat membuka.
8) Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan
dan amati serviks mengenai ukuran, leserasi, erosi, nedula, masa, keluaran
dan warnanya. Normalnya pada nulivara bentuk serviks melikar atau oval,
sedang pada para membentuk celah
9) Bila diperlukan specimen stologi makaambilah dengan cara usapan
dengan menggunakan aplikator dari kapas.
10) Bila sudah selesai, kondorkan screw speculum, tutup speculum dan
tarik keluar secara perlahan-lahan.
11) Lakukan palpasi secara bimanual bila dilakukan dengan cara kenakan
sarung tangan steril, lumasi jari penunjuk dan jari tengah kemudian
masukan kelubang vagina dengan penekanan ke arah posterior dan raba
dinding vagina untuk mengetahi adanya nyeri tekan dan nodula.
12) Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran,
konsisten, regulasitas, mobilitas, dan nyeri tekan. Normalnya serviks dapat
digerakan tanpa terasa nyeri.
13) Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan menghadap ke atas. Tangan
yang diluar tarus diperut dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus mengenai
ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.
14) Palpasi ovarium dengan cara geser dua jari yang ada dalam vagina
pada fornik lateral kanan. Tangan yang diperut tekankan kebawah kearah
kuadran kanan bawah. Palpasi ovarium kanan mengenai ukuran mobilitas,
bentuk, ukuran, konsistensi dan nyeri tekan. Ulangi untuk ovaruim
sebelahnya.

C. Definisi Pomosi kesehatan


Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain
itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial,
maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan
fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Promosi Kesehatan ( Health Promotion ) adalah ilmu dan seni membantu
masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal
didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. Agar promosi kesehatan dapat berjalan secara sistematis, terarah dan
terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa individu dan masyarakat bukan
hanya sebagai objek/sasaran yang pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku maka
perlu pengelolaan program promosi kesehatan mulai dari  pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. Dan agar promosi kesehatan
berjalan secara efektif dan efesien maka pesan harus sesuai dengan karakteristik serta
kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat
khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif
apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung dialamatkan kepada
masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan.

D. Macam –  macam Upaya Promosi Kesehatan


Upaya promosi kesehatan meliputi :
1. Upaya promotif Adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal.Sasarannya adalah kelompok
orang sehat.Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan
kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok orang sakit menurun.
Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang cara memelihara kesehatan.
2. Upaya preventif Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya
penyakit.Sasarannya adalah kelompok orang resiko tinggi.Tujuannya untuk mencegah
kelompok resiko tinggi agar tidak jatuh/ menjadi sakit (primary  prevention).Bentuk
kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal
dan neonatal.
3. Upaya kuratif Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi
lebih  parah melalui pengobatan.Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien)
terutama penyakit kronis.Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit
tersebut tidak lebih parah (secondary prevention).Bentuk kegiatannya adalah
pengobatan.
4. Upaya rehabilitative Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan.Sasarannya adalah kelompok orang yang
baru sembuh dari penyakit.Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan
(tertiary prevention).

E. Perawatan Kesehatan Reproduksi


Perawatan kesehatan reproduksi adalah suatu kumpulan metode, teknik, dan
pelayanan yang mendukung kesehatan reproduksi dan kesejahteraan melalui
pencegahan dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi mencakup
perawatan kesehatan seksual yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan
hubungan antara-pribadi. Bukan hanya prihal konseling dan perawatan
yangberhubungan dengan proses reproduksi dan penyakit menular secara seksual.
Perawatan kesehatn reproduksi perlu dilaksanakan pada jenjang perawatan kesehatan
primer yang mencakup berbagai pelayanan yang terkait satu sama lain yaitu sebagai
berikut.
1. Bimbingan dalam pelaksanaan keluarga berencana, termasuk didalamnya ialah
pemberian pendidikan, komunikasi, informasi, konseling, dan pelayanan
kontrasepsi.
2. Pendidikan dan pelayanan perawatan prenatal.
3. Penanganan proses kelahiran yang aman.
4. Perawatan pascanatal khususnya pemberian ASI, perawatan kesehatan bayi,
anak, dan ibu.
5. Pencegahan dan pengobatan yang menandai terhadap kemandulan (inferlitilitas).
6. Penangan masalah aborsi.
7. Pengobatan infeksi saluran reproduksi.
8. Penyakit yang di tularkan secara seksual termasuk penyakit HIV/AIDS dan
kangker alat reproduksi.
9. Informasi pendidikan dan konseling tentang seksualitas sesuai umur, termasuk
pengetahuan reproduksi bagi remaja agar menjadi orang tua yang bertanggung
jawab.

F. Kondisi Yang Memengaruhi Rendahnya Status Kesehatan Wanita


a. Masyarakat atau budaya
 Wanita yang subur (fertil) akan meningkatkan status suami
 Keturunan yang banyak dapat meningkatkan sumber daya keluarga.
 Status wanita di pandang rendah.
 wanita yang tidak subur ( infertile) akan dicerai.
 Wanita selalu memiliki hak suara yang sedikit dalam membuat keputusan
keluarga.
b. Ekonomi
 Tidak dapat menyediakan sarana yang cepat kepelayanan keperawatan.
 Tidak mudah untuk memperoleh tranfusi darah atau obat-obatan untuk
pencegahan infeksi.
c. Persalinan
 Kerja berat selama usia reproduksi dan kehamilan.
 Keluhan sakit sering diabaikan sampai benar-benar merasa tidak sanggup
untuk bekerja, barumencapai pengobatan.
d. Pendidikan
 Remaja wanita kurang tertarik untuk kesekolah.
 Meninggalkan sekolah lebih awal untuk membantu keluarga.
 Sukar untuk mengejar ketertinggalan oleh karena status dan beban kerja yang
tinggi
e. Mobilitas
 Tidak dapat bepergian tanpa izin dari suami dan keluarga.
 Kurang pengetahuan tentang cara memperoleh karcis/cara bila bepergian.
f. Keluarga dan pernikahan
 Pernikahan dini berhubungan dengan kehamilan remaja.
 Perawatan antenatal tergantung dari mertua.
 Hanya suami yang diizinkan untuk bepergian.
 Rendahnya status wanita berhubungan dengan pelayanan kesehatan wanita.
g. Fertilitas
 fertilitas tinggi meningkatkan status dan resiko kematian.
 kehamilan terlalu sering, terlalu tua, jarak terlalu dekat, atau terlalu muda.
 Keluarga berencana meingkan kehamilan yang tidak di inginkan dan aborsi
h. Kesehatan
 anak perempuan kurang mendapat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
anak laki-laki
 keterlambatan atau tidak melakukan perawatan antenatal menyebabkan
keterlambatan identifikasi dari komplikasi.
i. Nutrisi
 Anak perempuan kurang mendapat makanan di bandingkan anak laki-laki.
 Status nutrisi yang buruk menyebabkan kontraksi pelviks dan persalian lama.
 Anemia dapat menyebabkan perdarahan
 kehilangan cadangan lemak tubuh oleh karena terlalu seringnya khamilan dan
laktasi.

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Wanita Secara Umum


 Faktor genetik Merupakan modal utama atau dasar factor bawaan yang normal,
contoh jenis kelamin, suku, dan bangsa.
 Faktor lingkungan Komponen biologis, misalnya organ tubuh, gizi, perawatan,
kebersihan lingkungan, pendidikan, sosial budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi, dan
politik.
 Faktor lingkungan Keadaan perilaku akan memengaruhi tumbuh kembang anak.
Perilaku yang tertanam pada masa anak akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya.

H. Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara
keseluruhan, karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula
pada sistem reproduksi.
1. Masalah gizi buruk
a. Anemia dan kurang energi kronis (KEK).
b. Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan
panggul sempit dan resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
dikemudian hari.
2. Masalah pendidikan
a. Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses informasi
yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik
untuk kesehatan dirinya.
b. Pendidikan rendah dapat mengabitkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk
terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan.
a. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan
remaja.
b. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak
kesehatan fisik, mental, dan emosional remaja.
4. Masalah seks dan seksualitas.
a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,
misalnya mitos yang tidak benar.
b. Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
kesehatan seksualitas.
c. Penyalah gunaan dan ketergantungan napza yang mengarah pada penularan
HIV atau AIDS melalui jarum suntik dan hubungan sex bebas yang dewasa
ini semakin mengkhawatirkan.
d. Penyalah gunaan seksual.
e. Kehamilan remaja .
f. Kehamilan pranikah atau diluar ikatan pernikahan.
5. Masalah perkawinan dan kehamilan dini.
a. Ketidak nikmatan secara fisik dan mental.
b. Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar.
c. Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri.
d. Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

2. UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER


PADA SISTEM REPRODUKSI

A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer
juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre
pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum
mulai. Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ketiga faktor utama
untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang membentuk
konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainya dan
selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya
stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit dan masuk kedalam
fase pathogenesis. Untuk pencegahan primer masalah sistem reproduksi pada dewasa,
antara lain :
1. Pada Wanita
Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan promosi
kesehatan dan spesific protection. Pada promosi kesehatan seperti peningkatan
kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
menghindari seks bebas kanker serviks; dan sebagainya. Untuk spesific
protection, berikut ada penjelasannya
a. Pencegahan HIV
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah
melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan
tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar
kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur,
air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus
infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya
secara umum dapat diabaikan.
Pencegahan untuk mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.
A (abstinensia) = tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
B (befaithful) = jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya. C (condom )= jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka
gunakanlah condom.
b. Pencegahan Kanker
Payudara Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui
upaya menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup sehat.
Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias SADARI.
c. Pencegahan Vulvavaginitis
1) Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering
2) Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air
bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara
pembersihan dengan gerakan dari depan ke belakang
3) Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat pada
sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi
4) Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume
5) Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya
d. Pencegahan Gonorrhea
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
1) Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
2) Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko
penyakit seksual menular ( seperti pekerja seks komersil)
3) Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan
patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual
e. Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah dengan
cara melakukan hubungan seksual secara aman , misalnya menggunakan
kondom.
f. Pencegahan Herpes Genitalis
Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk
mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk
menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi
ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari
aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn hanya satu orang
yang bebas infeksi. Cara yang dapat dilakukan antara lain :
1) Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama
setiap kontak seksual
2) Batasi jumlah pasangan seks
3) Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital
atau di mana pun
g. Pencegahan Kanker Serviks
1) Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih
dari satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik
seluruh organ intim dan yang terkait pada wanita baru matang pada usia
21 tahun.
2) Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan
seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA,
untuk mendeteksi keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV), yang
merupakan biang keladi dari tercetusnya penyakit kanker serviks.
3) Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak
perempuan dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV,
bisa menjalani vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV
tipe 16 dan 18. Dan dapat diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam
bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan). Dan biayanya pun
terbilang murah.
4) Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup
sehat (berolahraga).

B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya
adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita
penyakit tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah
sistem reproduksi dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk :
1. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada
tahap ini
2. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular
3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit
serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Karena rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit
mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang
masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
a) Diagnosis dini dan pengobatan segera
Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk
mendeteksi gejala kanker serviks secara dini. Dengan melakukan
pemeriksaan pap smear setiap tahun, jika ditemukan adanya kanker serviks
baru pada tahap awal sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar.
Artinya semakin dini penyakit kanker serviks diketahui maka semakin
mudah menanganinya.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara
mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan
maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa
seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
a) Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan :
misalnya pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta
segera memberikan pengobatan
b) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu
misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.
c) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta
keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga tergantung pada kapan
pengobatan itu diberikan.
b) Disability Limitation (Pembatasan Kemampuan)
Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit.
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif
Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempuran agar
penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi). Bila
sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak
bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
a) Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
b) Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
c) Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
d) Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang


kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau mengalami ketidak mampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara
tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi mencegah terjadinya
infertilitas.

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.
Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah
komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis
sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi
dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-
terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier
adalah Rehabilitasi. contoh: rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium,
kanker payudara dan lain sebagaiannya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi
cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan
tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau
menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas
pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi
juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pada pusat-pusat rehabilitasi
misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
1) Rehabilitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya.
2) Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan
dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan
sebelum kembali ke dalam masyarakat. Rehabilitasi sosial vokasional yaitu agar
bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan
kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan
ketidak mampuannya.
3) Rehabilitasi aesthesis usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat
tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan
memahami keadaan mereka (fisik,mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan
mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang
sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang
direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya
berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya
sebagai manusia.
Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan berurutan
mulai dari pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prinsip mencegah lebih
mudah dan lebih murah daripada mengobati masih menjadi dasar mengapa pemilihan
strategi pencegahan penyakit sebaiknya berurutan dari primer menuju tersier.

a. SADARI
SADARI adalah singkatan dari Pemeriksaan Payudara Sendiri, artinya pemeriksaan
ini dilakukan sendiri tanpa orang lain, atau tanpa bantuan dokter. Setiap wanita sangat
dianjurkan untuk melakukan SADARI untuk deteksi dini penyakit pada payudara
terutama Kanker Payudara. Waktu yang ideal untuk melakukan SADARI adalah hari ke
7 sampai 10 dihitung dari hari pertama menstruasi / haid.
Jika sedang hamil, atau tidak lagi memiliki menstruasi / haid, SADARI dapat
dilakukan setiap saat, tetapi waktunya dibuat sama setiap bulannya. Jika sedang
menyusui, SADARI dilakukan setiap bulan pada waktu yang sama. Lakukanlah
SADARI setelah menyusui bayi, bukan sebelumnya.

Cara melakukan SADARI :


1. Lepas pakaian yang menutupi payudara dan berdirilah di depan cermin dengan tangan
rileks disamping badan. Jika tidak dapat berdiri nyaman, boleh juga sambil duduk.
Lihatlah dengan seksama payudara apakah ada perubahan atau kelainan sekecil
apapun.
2. Bandingkan payudara saat berbalik dari sisi ke sisi (kanan-kiri). Carilah setiap
perubahan pada payudara dalam segi ukuran, bentuk, tekstur kulit atau warna
termasuk kemerahan, benjolan, kerutan atau retraksi (penarikan kulit).
3. Perhatikan perubahan pada puting susu, seperti penarikan ke satu sisi, atau perubahan
arah ke samping atau ke dalam.
4. Tempatkan tangan pada pinggang lalu kencangkan dada, kemudian berbalik dari sisi
ke sisi bandingkan kanan-kiri untuk mencatat setiap perubahan.
5. Mengencangkan otot dada dengan cara lain juga dapat membantu untuk melihat
perubahan. Dengan cara mencoba berbagai posisi, seperti menempatkan tangan di atas
kepala dan mengubah dari sisi ke sisi seperti yang dilihat.
6. Tempatkan tangan di pinggang dan merunduk didepan cermin, biarkan payudara
menggantung. Lalu perhatikan setiap perubahan bentuk.

7. Perhatikan apakah ada cairan yang keluar dari puting susu dan bisa juga dilihat pada
bra atau pakaian, tetapi janganlah memencet puting atau mencoba mengeluarkan
cairan tersebut.
8. Meraba daerah atas dan bawah tulang selangka (clavicula) apakah ada benjolan atau
penebalan. Gunakanlah lotion kulit untuk mempermudah prosedur ini.
9. Periksalah apakah ada benjolan atau penebalan di bawah lengan di sekitar ketiak
kearah bawah dan depan (payudara) secara merata kanan dan kiri. Perhatikan setiap
perubahan dari pemeriksaan (SADARI) sebelumnya.
10. Tempatkan bantal atau lipatan handuk di bawah bahu kiri untuk membantu jaringan
payudara merata di dinding dada. Tekuk lengan kiri di belakang kepala dan
jangkaulah payudara kiri dengan tangan kanan. Anda dapat menggunakan lotion agar
mempermudah prosedur ini.
11. Mulailah pemeriksaan dari ketiak dengan cara menggerakkan tiga jari bersama-sama
menekan ringan, sedang dan kuat. Gerakkan jari-jari tangan dengan tekanan ringan
secara melingkar searah jarum jam di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payu
dara lalu bergerak ke arah tengah sampai ke puting susu sehingga terbentuk pola
seperti obat nyamuk bakar. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan,
pengerasan atau massa di bawah kulit.

12. Bila ditemukan benjolan segera menghubungi dokter.

Gambar 15. Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri


b. Screening
Skrining adalah pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah seseorang berisiko
lebih tinggi mengalami suatu masalah kesehatan. Bagi wanita, ada beberapa skrining
kesehatan yang perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan risiko terhadap penyakit
tertentu.
Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap beberapa penyakit. Dengan
melakukan skrining kesehatan sesuai anjuran, mereka dapat meningkatkan kewaspadaan
dan kesadaran mengenai pentingnya pola hidup sehat. Selain itu, skrining juga
memungkinkan suatu gangguan kesehatan teratasi lebih dini.
Berikut ini adalah beberapa skrining kesehatan yang sebaiknya dilakukan oleh untuk
wanita:
1. Skrining tekanan darah
Tes atau skrining tekanan darah dilakukan untuk mengetahui tekanan darah guna
memantau risiko hipertensi. Wanita berusia mulai 20 tahun dianjurkan untuk
memeriksakan tekanan darah setidaknya 2 tahun sekali.
Pada wanita usia 40 tahun ke atas, pemeriksakan tekanan darah perlu dilaksanakan
lebih sering dan rutin, terutama jika terdapat faktor risiko hipertensi, misalnya obesitas.
Pemeriksaan ini juga penting bagi wanita hamil untuk menghindari risiko terjadinya
preeklamsia dan eklamsia.
2. Skrining kolesterol
Skrining kolesterol dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah dan ada
atau tidaknya risiko penyakit jantung koroner. Mulai usia 20 tahun, wanita dianjurkan
untuk rutin memeriksakan kadar kolesterol setidaknya 4–6 tahun sekali. Namun mulai
usia 45 tahun, skrining kolesterol perlu dilakukan lebih sering karena risiko penyakit
jantung akan meningkat seiring bertambahnya usia.
3. Skrining untuk kanker payudara
Skrining ini bertujuan untuk memeriksa apakah seorang wanita berisiko atau memiliki
tanda-tanda kanker payudara. Risiko seorang wanita untuk mengalami kanker payudara
akan lebih tinggi jika anggota keluarganya ada yang memiliki riwayat kanker payudara.
Skrining untuk pemeriksaan payudara terdiri atas 2 pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
fisik dan mamografi atau USG. Anda juga bisa melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebagai salah satu cara deteksi dini yang dapat dilakukan rutin setiap hari.
Mamografi masih termasuk rangkaian pemeriksaan pada payudara untuk mendeteksi
kanker payudara. Wanita berusia 40–75 tahun disarankan melakukan mamografi setiap 1
tahun jika tergolong yang berisiko tinggi, atau setiap 2 tahun jika tidak.
4. Pap smear
Ini adalah skrining untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks). Skrining ini
hendaknya dilakukan setiap 3-5 tahun oleh wanita berusia 21 tahun ke atas yang telah
aktif berhubungan seksual. Dalam pap smear, sampel sel serviks akan diambil, kemudian
diperiksa di laboratorium guna mendeteksi ada atau tidaknya sel kanker atau calon sel
kanker.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi. Wanita
memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan
reproduksi. Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitive terhadap kerusakan
yang dapat terjadi disfungsi atau penyakit. Wanita adalah subjek dari beberapa
penyakit terhadap fungsi tubuh oleh karena pengaruh laki-laki, pola penyakit pun
berbeda dengan laki-laki karena adanya perbedaan bntuk genetik, hormonal, ataupun
perilaku gaya hidup. Penyakit pada sistem tubuh ataupun pengobatan dapat
berinteraksi dengan keadaan sistem reproduksi ataupun fungsinya.
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer
juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko.
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya
adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita
penyakit tertentu.
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam
penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kami 
ucapkan terima kasih atas perhatian dan pastisipasinya.

Anda mungkin juga menyukai