Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR ESENSIAL DAN PROSES PERSALINAN

&
MANAJEMEN NYERI
&
PENGKAJIAN JANIN

OLEH :

INDRA BAUSIN 2121013


A. FAKTOR ESENSIAL DAN PROSES PERSALINAN

  Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir.
Saat persalianan terjadi proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan yang
normal terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), (Bobak, 2012; Sukarni & Wahyu, 2013).
Menurut Rohani et al (2011) persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus
dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur.
Menurut Manuaba (2010) persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan. Persalinan normal
adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara
spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung sekitar 18-24 jam, dengan letak janin
belakang kepala (Varney, 2003). Mochtar (2011), menyatakan bahwa proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar,
dapat disebut juga persalinan luar biasa (abnormal) yaitu persalinan dengan bantuan alat –alat atau melalui dinding
perut atau dengan melakukan caesaria.
 Sebab Terjadinya Proses Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Halfiah, 2011)
a). Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon progesteron dan esterogen. Fungsi
progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila progesteron turun.
b). Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon esterogen dan progesteron menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan kontraksi rahim
c). Teori distensi rahim
Rahim menjadi lebih besar dan meregang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d). Teori iritasi mekanik
Dibelakng serviks terlihat ganglion servikal (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di
tekan misalnya oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi uterus.
e). Teori prostaglandin adalah kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.
 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan
lima P:
a). Passanger (Penumpang)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari
passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal (Sumarah et al, 2009).

b). Passageway (Jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluar bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Rohani et al, 2011).

c). Power (Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligament.Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah His yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al, 2011).His adalah kontraksi otot-otot rahim pada
persalinan (Sastrawinata, 1983). Resultan efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus
minoris yaitu daerah kanalis servikalis atau jalan lahir yang membuka untuk mendorong isi uterus keluar (Manuaba,
1998).
 LANJUTAN. . . . . .

d). Position (Posisi ibu)


Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak
(2012) mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberikan rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik
dalam persalinan yaitu posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak dapat memberikan
sejumlah keuntungan, hal ini dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, dapat
mengurangi insiden penekanan tali puast, mengurangi tekanan dalam pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi
pembuluh darah disertai posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan
rahim saat ibu mengedan (Bobak, 2012). Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang
dasar panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin dari
hipofisis posterior (refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan
pada posisi duduk atau berjongkok , maka otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi
rahim.
e). Psycologis Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif, persiapan persalian, pengalaman lalu, dan
strategi adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan
cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalianan. Respon fisik terhadap
kecemasan atau kekuatan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus
dan aliran darah ke plasenta (Rohani et al, 2012).
 Tahap – Tahap Persalinan
Tahap – tahap persalianan dibagi menjadi empat yaitu :
a).Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi, intensitas dan durasi) hingga
serviks menipis dan membuka lengkap (10cm). Kala satu ini terdiri dari tiga fase yaitu : fase laten, fase aktif, dan fase transisi.
b).Kala II
Kala dua persalinan dimulai pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. His menjadi lebih kuat,
lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala II.

c).Kala III
Kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.Plasenta lepas
normal spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.Tahap ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Karakteristik
pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-tiba darah keluar dan tali pusat memanjang
(Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2008). Kelahiran plasenta setelah 45 menit sampai 60 menit masih dianggap
normal.
d).kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta di berakhir dua jam pertama post partum. Tahap ini disebut tahap
pemulihan (Bobak, 2012).
B. MANEJEMEN NYERI

 Pengertian Nyeri        

Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).


Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau potensial sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang
disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut nosisepsion.
Nosisepsion merupakan langkah awal proses nyeri. Respon neurologik yang dapat membedakan antara rangsang
nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. 
Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau
fungsi anatomik, fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu
keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal. (Sudoyo, 2006).
 Faktor yang Memengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
a).Arti nyeri 
b).Persepsi Nyeri
c).Toleransi Nyeri
d).Reaksi terhadap Nyeri
e).Skala Nyeri

 Penanganan Nyeri
1. Dengan perilaku kognitif
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan
pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan
ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989).
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan
yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal
menyokong leher),
Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil
membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas
beberapa kali dengan irama normal.
Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki
yang kendor. Perawat minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan
hangat
Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut, punggung dan kelompok otot-
otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi
hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan cepat.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a). Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
b). Menurunkan nyeri otot
c). Menolong individu untuk melupakan nyeri
d). Meningkatkan periode istirahat dan tidur
e). Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
f). Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
 Distraksi

Distraksi adalah Gangguan yang berarti mengalihkan perhatian kita pada sesuatu.


Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau mendengarkan radio untuk
mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran/cemas/suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang sedang kita alami.
Misalnya: rasa sakit, Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan atau Distraksi berguna ketika
kita sedang menunggu bekerjanya obat anti sakit. 
Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran , kita dapat berfokus pada yang lain sehingga pikiran yang
mengganggu hilang dari pikiran kita.
 RELAKSASI
Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat
berbeda dengan “kemalasan”. Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa;
dimana “si pemalas” secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas.
Dengan Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh untuk memudahkan kita sampai
pada posisi rileks yang dikehendaki; sekaligus dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang
dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu. Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan energi
dari otak kanan, yaitu bagian otak yang mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.
C. PENGKAJIAN JANIN

Pengkajian janin dapat  dilakukan dengan metode yang tidak menggunakan teknologi, seperti perhitungan gerakan
janin (Fetal Movement Counting,FMC) dan tes akselerasi auskultrasi (Auscultated Acceleration Test, AAT).
Sedangkan metode menggunakan teknologi seperti Ultrasonogradi (USG), Kardiotokografi, Amniosintesis, dsb.
Bidan sebaiknya mengetahui manfaat setiap metode pengkajian janin.

   Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan janin yang mengikuti pola
teratur dari waktu ketika gerakan ini dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan perhari dianggap lazim.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi wanita yang beresiko rendah
mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita yang faktor resikonya telah diidentifikasi,
perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu.
Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan tubuh janin yang
menunjukkan normalitas.
Gerakan janin pada primigravida dirasakan pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada
kehamilan 16 minggu.
 Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin

a). kapan gerakan muncul


b). usia kandungan
c). kadar glukosa
d). stimulus suara
e). status perilaku janin
f). penggunaan obat-obatan&kebiasaan merokok
g). hipoksia
h). asidemia
i). polihidramnion
j). oligohidramnion
 Cara menghitung gerakan janin
Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering melaporkan penurunan gerakan janin karena
mereka lupa merasakan aktivitas janin selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu menaruh perhatian
terhadap hal ini.
Anjurkan klien untuk fokus pada aktivitas janin selama periode waktu satu jam, fokus pada aktivitas janin selama
periode satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi baik, dan asupan cairan cukup.
Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur grafik dasar, maka dapat menggunakan metode count to
ten (menghitung sampai 10) :
1. Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari
2.   Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.
3.   Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali gerakan
4.   Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10 jam
5.   Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jika dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 10 kali
gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 10 jam, maka hubungi bidan.
Kelebihan merode ini yaitu : mudah digunakan, singkat dan mudah diinterpretasi.
 DENYUT JANTUNG JANIN
1. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata saat wanita tidak sedang bersalin,
atau diukur di antara dua kontraksi. Rentang normal adalah 120 sampai 160 denyut/menit. Bunyi
denyut jantung janin seperti bunyi detik jam dibawah bantal.

2. Alat Pemeriksa Denyut Jantung Janin


Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan menggunakan :
a).  Auskultasi periodik
Tersedia beberapa instrumen untuk mendeteksi denyut jantung janin seperti : Fetoskop (18 – 20
minggu), stetoskop Pinard/Laenec (18-20 minggu), Stetoskop ultrasonografi dopler (12 minggu).
b). Electronic Fetal Monitoring
Ada dua alat pemantauan janin secara elektronik yaitu : alat eksternal (transducer eksternal) dan
alat internal (elektroda spiral dan kateter tekanan intrauterin).

3. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin


a).Dengan menggunakan stetoskop Pinard
Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari suara lain.
Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang tidak perlu diperiksa ditutup, pintu/jendela ditutup.
Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.
Mencari daerah/tempat dimana kita akan mendengarkan. Setelah daerah ditentukan, stetoskop Pinard dipakai, bagian
yang berlubang luas ditempatkan ke atas tempat/daerah dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang
lubangnya sempit ditempatkan pada telinga kita, letaknya tegak lurus.
Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung janin. Bila telah terdengar suatu detak, maka
untuk memastikan apakah yang terdengar itu bunyi jantung janin, detak ini harus disesuaikan dengan detak nadi ibu. Bila
detakan itu sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantung janin, tetapi detak aorta abdominalis dari ibu.
Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin, maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan
frekuensi denyut jantung janin itu.

b). Dengan menggunakan doppler


 Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan
 Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan. Kegunaan jelly adalah sebagai kontak
kedap udara antara kulit abdomen dengan permukaan sensor.
 Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan tombol start untuk mendengarkan denyut
jantung janin.
 Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan tombol pengatur volume.
 Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditunjukkan melalui monitor.
4. Menghitung Denyut Jantung Janin
Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini dikarenakan pada setiap detik itu
terdapat perbedaan denyut serta membandingkan dengan rentang normal selama satu menit.
5. Hal Yang Dapat Diketahui Dalam Pemeriksaan Djj
a). Dari adanya denyut jantung janin :
-          tanda pasti kehamilan
-          anak hidup
b).      Dari tempat denyut jantung janin terdengar
-          presentasi janin
-          posisi janin (kedudukan punggung)
-          sikap janin
-          adanya janin kembar
c).      Dari sifat denyut jantung janin
-          keadaan janin
6. Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin
a). Desir tali pusat
Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini terdengar seperti siulan nyaring yang
singkron dengan denyut jantung janin. Suara ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperksa
pada suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain tidak terdengar.
b). Desir uterus
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu. Bunyi ini biasanya paling jelas
terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus. Suara ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh-
pembuluh uterus yang berdilatasi dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan
yang menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran darah menjadi luas.
c). Suara akibat gerakan janin
Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi dari luar.
d). Gerakan usus
Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan melalui usus ibu.
7. Frekuensi Denyut Jantung

a). Bradikardi

Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda
akhir hipoksia janin.

b). Takikardia

Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda
awal hipoksia janin.

c). Variabilitas

Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai ketidakteraturan irama jantung normal. Variabilitas
denyut demi denyut normal dianggap antara 6 dan 25 denyut/menit.
TERIMA KASIH
.

Anda mungkin juga menyukai