Anda di halaman 1dari 26

PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST NATAL

DOSEN PENGAJAR : NI NYOMAN HARTATI,S.KEP.,NS.,M.BIOMED


KELAS 2.2 D-III KEPERAWATAN

NAMA KELOMPOK:

1. ANAK AGUNG GEDE RISKI ADITYA (P07120121041)


2. DESAK KETUT NARIYANI (P07120121043)
3. DEWA AYU CINDY ARI SANTI (P07120121044)
4. DEWA AYU VINATHA INDRASUARI (P07120121045)
5. DEWA AYU MADE PRADNYA PUTRI (P07120121046)
6. GATALINA PURNAMA MARTHA AYU LESTARI (P07120121047)
7. GEK PUTU FANNY WIRAYANI (P07120121048)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
1. Pengertian

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas
ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (masa nifas) adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi
(Saifuddin, 2006).

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali


pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009)

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan
batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa
setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

2. Penyebab

Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktorjanin, dan
faktor persalinan pervaginam.

a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlahkehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luarrahim (lebih dari 28 minggu).
Paritas menunjukkan jumlahkehamilan terdahulu yang telah mencapai batas
viabilitas dantelah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya
(Oxorn,2003).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalahkeadaan


kelahiran atau partus. Pada primipara robekanperineum hampir selalu terjadi
dan tidak jarang berulang padapersalinan berikutnya (Sarwono, 2005).

2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneranbila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telahterjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar padasaat ia merasakan dorongan dan
memang ingin mengejang(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat
meneran secaralebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko
traumapersalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakanfleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakanjaringan lunak pada ibu
seperti laserasi jalan lahir dan robekanpada perineum (Rayburn, 2001).

2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungansumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).

a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janinmemanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter padawaktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatikasebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya
adalah bagian antaraglabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi
bagianterendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).

b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian(pertengahan), hal
ini berlawanan dengan presentasi mukayang ekstensinya sempurna.
Bagian terendahnya adalahdaerah diantara margo orbitalis dengan
bregma dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian
terendahadalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,merupakan
diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).

c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutubbawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkanposisi janin, presentasi bokong
dapat dibedakan menjadiempat macam yaitu presentasi bokong
sempurna,presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki,
danpresentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam


1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan,janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatifdengan alat vacum
yang dipasang di kepalanya (Mansjoer,2002).

2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janindilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepala janin(Mansjoer, 2002). Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibukarena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur
uteri,robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan postpartum,
pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).

3) Embriotomi
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan denganjalan
melakukan pengurangan volume atau merubah strukturorgan tertentu pada
bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayitersebut (Syaifudin, 2002).

4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsungsangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkanoleh abnormalitas
kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,atau pada keadaan yang sangat
jarang dijumpai, tidak adanyarasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak
menyadari adanyaproses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).

3. Phatway

Perubahan Fisiologi

Luka Episiotomi
Proses involusi

Takut Akan Lepas Jaritan


Peningkatan kadar oeytosin

Tertahannya urine

Peningkatan kontraksi
uterus Kantong urine penuh

Nyeri Akut
Gangguan Eliminasi Urine

Peningkatan prolaktin

Ductus terisi ASI

ASI tidak keluar

Ketidakefektifan menyusui
4. Klasifikasi

Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu:
(Mitayani, 2009)

a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum


b. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
c. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum
Menurut Nugroho, dkk (2014), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :

1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari. 9
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu,
bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

5. Gejala Klinis
a. Perubahan fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.Proses involusi terjadi karena adanya:

a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh


karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih
panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa
hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan
tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih
kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta

Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek


plasenta
lahir

1 minggu
Pertengahan
pusat
500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis

2 minggu Tak teraba


350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari

6 minggu Sebesar hamil


2 minggu
50 gr 2,5 cm

Normal
8 minggu

30 gr

b) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta
tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
(Sulaiman S, 1983l: 121)

c) Perubahan pembuluh darah rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah
yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

d) Perubahan pada cervix dan vagina


Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai
nampak kembali.

2) After pains/Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

3) Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu


lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga.

a) Lochea rubra (cruenta)


Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

4) Dinding Perut Dan Peritonium


Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)

5) Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang
menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal.
Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama
ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron
membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V Ruth B, 1996: 230).

6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)

7) Sistem Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi
oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi
untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna
keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada ibu nifas.

b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin
terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar
hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth
B, 1996: 231)

c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang
terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg
baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang


pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.

Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang


pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.

Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan


nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.

Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-


5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.

Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

8) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal

Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C


Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Denyut nadi: > 100 X / menit

a) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


(1) Suhu :
(a) saat partus lebih 37,20C
(b) sesudah partus naik + 0,50C
(c) 12 jam pertama suhu kembali normal
(2) Nadi :
(a) 60 – 80 x/mnt
(b) Segera setelah partus bradikardi
(3) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan
normal kembali dalam waktu 1 jam

b) Vital sign setelah kelahiran anak :


(1) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan.

Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon


setelah 24 jam wanita keluar dari febris.

(2) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik
pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus
turun ke rata-rata sebelum hamil.

(3) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum
persalinan.

(4) Tekanan darah :


Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah
indikasi merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah terbangun, dapat
terjadi 48 jam pertama.

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :

a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu


menjadi 380C (100,4F0
b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya
sub arachnoid (spinal) blok.
d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder
dari perdarahan, bagaimana tandaterlambat dan gejala lain dari perdarahan
kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis.
9) Perubahan Psikologi

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi


dalam 3 tahap yaitu:

a) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini
dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal
yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.

b) Periode Taking Hold


Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.

c) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995)

Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-


kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post
partum .

6.Pemeriksaan Diagnostic

e) Kepala dan wajah: inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normal


rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut tidak
rontok), cloasma gravidarum, keadaan sclera (normalnya sclera
berwarna putih), konjungtiva (normalnya konjungtiva berwarna merah
muda, kalau pucat berarti anemis), kebersihan gigi dan mulut
(normalnya mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir merah), caries.
Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah; palpasi pembesaran
getah bening (normalnya tidak ada pembengkakan), JVP, kelenjar
tiroid.
f) Dada: inspeksi irama napas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung,
hiting frekuensi. Payudara: pengkajian payudara pada ibu post partum
meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi
konsisten dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi.
Normalnya putting susu menonjol, areola berwarna kecoklatan, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, , payuadara simetris dan tidak
ada benjolan atau masa pada saat di palpasi.
g) Abdomen: menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka/insisi,
adanya linea atau tidak. Involusi uteri: kemajuan involusi yaitu proses
uterus kembali ke ukuran dan kondisinya sebelum kehamilan, di ukur
dengan mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus, masase dam
peremasan fundus dan karakter serta jumlah lokia 4 sampai 8 jam.
TFU pada hari pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari dibawah
pusat, pada hari ketiga 2 jari dibawah pusat, pada hari keempat 2 jari
diatas simpisis, pada hari ketujuh 1 jari diatas simpisis, pada hari
kesepuluh setinggi simpisi. Konsistensi fundus harus keras dengan
bentuk bundar mulus. Fundus yang lembek atau kendor menunjukan
atonia atau subinvolusi. Kandung kemih harus kosong agar
pengukuran fundus akurat, kandung kemih yang penuh menggeser
uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
h) Vulva dan vagina: melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya
tanda-tanda infeksi. Lokea: karakter dan jumlah lochea secara tidak
langsung menggambarkan kemajuan penyembuhan normal, jumlah
lochea perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas
yang menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea.
Jumlah lokia sangat sedikit noda darah berkurang 2,5-5 cm= 10 ml,
sedikit noda darahberukuran ≤ 10cm= 10,25 ml, sedang noda darah
berukuran <15 cm= 25ml, banyak pembalut penuh= 50-80 ml.
karakteristik lochea rubra (merah terang, mengandung darah, bau amis
yang khas, hari ke 1 sampai ke 3 post partum), serosa (merah muda
sampai coklat merah muda, tidak ada bekuan, tidak berbau, harike
empat sampai hari ke tujuh), alba (krem sampai kekuningan, mungkin
kecoklatan, tidak berbau, minggu ke 1 samapi ke 3 post partum).
i) Perineum: pengkajian darerah perineum dan perineal dengan sering
untuk mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi dari normal
seperti hematoma, memar, edema, kemerahan, dan nyeri tekan. Jika
ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahaan dan tanda-
tanda infeksi (kemerahan, bengkak dan nyeri tekan). Daerah anus
dikaji apakah ada hemoroid dan fisura. Wanita dengan persalinan
spontan per vagina tanpa laserasi sering mengalami nyeri perineum
yang lebih ringan. Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur pada
anus dan merupakansumber yang paling sering menimbulkan nyeri
perineal. Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar paanggul
olehbagian terendah janin selama kehamila akhir dan persalinan akibat
mengejan selama fase ekspulsi.
Pemeriksaan Diagnostik Hasil:

1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, Kontraksi miometrium, tingkat involusi uteri.
TFU.
Bentuk insisi, edema.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum,
laserasi, hematoma.
Rubra, serosa dan alba.
3. Pengeluaran lochea.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
4. Kandung kemih: distensi bladder.

5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama 24 jam pertama  380C.


setelah partus, TD dan Nadi terhadap Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
penyimpangan cardiovaskuler. menurun 20 mmHg.

Bradikardi: 50-70 x/mnt.

7.Penatalaksanaan Medis

Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat
roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti
biotic untuk mencegah infeksi. Menurut Maritalia (2014) penatalaksanan yang
diperlukan untuk klien dengan post partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu.

8.Komplikasi

a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C,
nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah
warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas

c. Gangguan psikologis
d. Depresi post partum
e. Post partum Blues
f. Post partum Psikosa
g. Gangguan involusi uterus
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperwatan

Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagaiberikut :

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


2) Pola nutrisi dan metabolik
3) Pola aktivitas setelah melahirkan
4) Pola eliminasi
5) Neuro sensori
6) Pola persepsi dan konsep diri
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

2) Kaji adanya abses

3) Kaji adanya nyeri tekan

4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

5) Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau uterus


1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

2) Kaji adnanya kontraksi uterus

3) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau perineum


1) Observasi pengeluaran lokhea

2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi


3) Kaji adanya pembengkakan

4) Kaji adnya luka

5) Kaji adanya hemoroid

e. Pemeriksaan penunjang
j) Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan padaperiodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkalidibutuhkan pada
hari pertama pada partumuntuk mengkajikehilangan darah pada
melahirkan.
k) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateteratau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen inidikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kulturdan
sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selamapasca
inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji
untukmenentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy
yang mungkin (Bobak, 2004).

2. Diagnosa Keperawatan

c) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan


mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap proteksi, gelisah, frekuensi nadi
meningkat dan sulit tidur.
d) Menyusui tidak efektif hubungan dengan berketidakadekuatan suplai ASI
ditandai dengan kelelahan maternal, kecemasan maternal, bayi tidak mampu
melekat pada payudara ibu, asi tidak menetas/memancar, BAK bayi kurang
dari 8 kali dalam 24 jam, nyeri, lecet terus menerus setelah minggung kedua.
e) Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kanung
kemih ditandai dengan desakan berkemih, urine menetes, sering buang air
kecil, nokturia, mengompol dan enuresis.
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SIKI)


(SLKI)

(D.0077) (L.08066) (I.08238)

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan keperawatan selama .... X ....
jam maka Tingkat Nyeri Observasi
agen pencedera fisik menurun dengan kriteria hasil:  Identifikasi lokasi,
ditandai dengan
1. Kemampuan karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri, tampak
menuntaskan aktifitas frekuensi, kualitas ,
meringis, bersikap
membaik intensitas nyeri
proteksi, gelisah,
2. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
frekuensi nadi
3. Meringis menurun  Identifikasi respons nyeri
meningkat dan sulit
4. Sikap protektif menurun non verbal
tidur.
5. Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang
6. Kesulitan tidur menurun memperberat nyeri dan
7. Menarik diri menurun memperingan nyeri
8. Berfokus pada diri  Identifikasi pengetahuan
sendiri menurun dan keyakinan tentang
9. Diaforesis menurun nyeri
10. Perasaan depresi  Identifikasi pengaruh
(tertekan) menurun budaya terhadap respon
11. Perasan takut nyeri
mengalami cedera  Identifikasi pengaruh
berulang menurun nyeri pada kualitas hidup
12. Anoreksia menurun  Monitor keberhasilan
13. Perineum terasa tertekan terapi komplementer yan
menurun sudah diberikan
14. Uterus teraba membulat  Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
15. Ketegangan otot
menurun
16. Pupil dilatasi menurun
17. Muntah menurun
Terapeutik
18. Mual menurun
19. Frekuensi nadi membaik  Berikan teknik
nonfarmakologis untuk

20. Pola napas membaik mengurangi rasa nyeri

21. Tekanan darah membaik (mis. TENS, hypnosis,


22. Proses berpikir membaik akupresur, terapi music,

23. Fokus membaik biofeedback, terapi pijat,

24. Fungsi kemih membaik aromaterapi, teknik

25. Perilaku membaik imajinasi terbimbing,

26. Nafsu makan membaik kompres hangat/dingin,

27. Pola tidur membaik terapi bermain)


 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

(D.0029) (L.03029) (I.03093)

Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Konseling Laktasi


hubungan dengan keperawatan selama
Definisi: memberikan bimbingan
berketidakadekuatan …… x .............. jam diharapkan tehnik yang tepat dalam
suplai ASI ditandai Status Menyusui membaik pemberian makanan bayi
dengan kriteria hasil:
dengan kelelahan Tindakan
maternal, kecemasan 1. Perlekatan bayi pada
Observasi:
maternal, bayi tidak payudara ibu menurun
2. Kemampuan ibu  Identifikasi keadaan
mampu melekat pada
memposisikan bayi emosinal ibu saar
payudara ibu, asi tidak
dengan benar menurun dilakukan konseling
menetas/memancar,
3. Miksi bayi lebih dari 8 menyusui
BAK bayi kurang dari 8
kali/24 jam menurun  Identifikasi keinginan
kali dalam 24 jam ,nyeri,
dan tujuan menyusui
lecet terus menerus 4. Berat badan bayi menurun
5. Tetesan/pancaran ASI  Identifikasi permasalahan
setelah minggung kedua
menurun yang ibu alami selama
proses menyusui
6. Suplai ASI adekuat
Terapeutik
menurun
7. Putting tidak lecet setelah  Gunakan tehnik
2 minggu melahirkan mendengar
menurun aktif(mis.duduk sama
8. Kepercayaan diri ibu tinggi,dengar
mnurun permasalahan ibu)
9. Bayi tidur setelah  Berikan pujian terhadap
menyusui menurun perilaku ibu yang benar
10. Payudara ibu kosong Edukasi
etelah menyusui menurun
 Ajarkan tehnik menyusui
11. Intake bayi menurun
yang tepat sesuai
12. Hisapan bayi menurun
kebutuhan ibu
13. Lecet pada putting
menurun
14. Kelelahan maternal
menurun
15. Kecemasan maternal
menurun
16. Bayi rewel menurun
17. Bayi menangis setelah
menyusu menurun
(D.0040) (L.04034) (I.04152)

Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine


Urine berhubungan keperawatan selama …...x…...
Observasi:
menit diharapkan eliminasi
dengan penurunan
urine membaik dengan kriteria  Identifikasi tanda dan gejala
kapasitas kanung kemih hasil:
retensi urine
ditandai dengan desakan
1. Sensasi berkemih  Identifikasi faktor yang
berkemih , urine
meningkat menyebabkan retensi urin
menetes, sering buang
2. Desakan berkemih menurun  Monitor eliminasi urin
air kecil, nokturia,
3. Destensi kantung kemih
mengompol dan
menurun
enuresis. Terapeutik
4. Kemih tidak tuntas menurun
5. Volume residu urine  Catat waktu-waktu dan
menurun haluaran kemih

6. Urin menetas menurun  Batasi asupan cairan


7. Nokturia menurun  Ambil sampel urin tengah
8. Mengompol menurun
9. Enuresis menurun
10. Dysuria menurun Edukasi
11. Anuna menurun  Ajarkan tanda dangejala
12. Frekuensi BAK membaik infeksi saluran kemih
13. Kareakteriktik Urino  Ajarkan mengukur asupan
membaik cairan dan haluaran urin
 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktru yang
tepat untuk berkemih
 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat


suposittoria uretra

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan Intervensi

5. Evaluasi

Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:


a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan synopsis analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu).
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC

Chapman, Vicky, 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran, Jakarta, EGC

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. JakartaSelatan:

DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai