Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D
DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM

Tugas Stase keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

R. ATIKA SYARIFA WIJAYANTHI


201030200027

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu. Pendapat lain mengatakan postpartum
adalah masa setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil.
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2010).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan. Ruptur perineum adalah
robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (prawiroharjo, 2011).

B. Penyebab dan faktor predisposisi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
1. Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b) Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi di daerah
inserasi plasenta dari luka bekas secsio.
2. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a) kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu
kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b) Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan
bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c) Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.
d) Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc (Manuaba, 2012).
3. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a) Faktor Ibu
1) jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih
dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya (Oxorn, 2011). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas
adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir
selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono,
2010).
2) Meneran Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan
memang ingin mengejang. Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih
efektif pada posisi tertentu (Jhonson, 2010).
b) Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir
lebih dari 4000 gram (Rayburn, 2011). Makrosomia disertai dengan
meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu,
kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan
lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn,
2001).
2) Presentasi Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu.
 Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah
bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2013).
 Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter
verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior
kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2013).
 Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong
dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong
lutut (Oxorn, 2013).
c) Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan
dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang
dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2012).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepala janin. Komplikasi yang dapat terjadi
pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio,
vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices
vagina (Oxorn, 2013).
3) Embriotomi
adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan
tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan
tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2012).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang
dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari
adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2013).

C. Manifestasi klinik (tanda & gejala)

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2010).
1. Sistem reproduksi
a) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa
pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d) Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna
kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara.
2. Sistem endokrin
a) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
(Bowes, 2010).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar
6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
5. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ;
2010).
6. Sistem cerna
a) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu
yang singkat setelah bayi lahir.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
7. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payu dara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada
hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan
keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.

8. Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total
yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan
keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.
b) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum.
c) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan (Bowes, 2011).
9. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita
saat bersalin dan melahirkan.
10. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran
rahim.
11. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit
kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar,
tapi tidak hilang seluruhnya

D. Patofisiologi

1. Adaptasi Fisiologi
a) Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2
minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen
dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b) Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak 23 teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 2010 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
a) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung
menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah
dilakukan kembali.
E. Pathway Keperawatan

Post partum

Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Vagina dan
perineum Taking hold
Taking in Letting go
(ketergantungan
(ketergantungan) (kemandirian)
kemandirian)

Butuh
Proses Laktasi Pencapaian
perlindungan dan
involusi peran menjadi
pelayanan
Belajar Kondisi orangtua
mengenai tubuh
perawatan mengalami
Peningkatan kadar Struktur dan diri dan perubahan
karakter payudara Berfokus pada diri bayi
ocytosin,
ibu sendiri dan lemas
peningkatan
kontraksi uterus

Hormon estrogen Gangguan pola


tidur

Prolaktin
meningkat

Pembentukan ASI

Ruptur jaringan ASI keluar Penyempitan pada


duktus intiverus

Personal hygiene Pembuluh


Trauma
Kurang baik darah rusak Payudara ASI tidak Retensi ASI Mastitis
mekanis
bengkak keluar
Menyusui tidak efektif

Nyeri Genatali
Perdarahan
akut a kotor

Syok
Resiko infeksi hipovolemik

F. Penatalaksanaan

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan


penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong
terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
memberikan antibiotik yang cukup. Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani
ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa
perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan
penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
a) Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal ke arah
luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.
b) Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.
c) Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan
robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan
penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir. Vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina
dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara
jelujur.
d) Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan
rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e) Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut
kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
f) Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum Menurut Mochtar (2010) persalinan yang
salah merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur perineum. Kerjasama dengan
ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala,
bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau meminimalkan robekan
pada perineum.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin
menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan
kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose
atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative,
alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum.
G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk
mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2012).
BAB II

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus

Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan dari


pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian
nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosis keperawatan yang
berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap yaitu
pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif) dan peninjauan informasi riwayat
pasien pada rekam medik (Nanda, 2017
Dalam hal ini, masalah yang diambil termasuk ke dalam kategori perilaku dan
subkategori penyuluhan dan pembelajaran. Pengkajian yang dilakukan pada masa nifas
terdiri dari Biodata klien yang mencakup identitas klien, keluhan utama yang berkaitan
dengan masa nifas, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan, riwayat obstetric, riwayat KB,
data pengetahuan, pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemeriksaan fisik dan data
penunjang (Ambarwati & Wulandari, 2010)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ibu post partum (Doenges, 2012)
a) Data Umum
1) Identitas pasien meliputi : nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku/bangas,
status pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan
dengan ibu, suku/bangsa.
b) Riwayat keluhan utama
1) Keluhan utama
Ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen, nyeri vagina, nyeri
perineum.
2) Riwayat keluhan utama
Riwayat Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri akut
dan ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan P, Q, R, S, T
denganmenggunakan skala 0-10. 0: nyeri tidak di rasakan, 1-3: nyeri ringan, 4-
5 nyeri sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tak tertahankan.
P (Paliaty) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
Hasil skala nyeri diantaranya agak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dapat di
alihkan, nyeri sedang tidak dapat di alihkan, nyeri sedang tidak dapat di alihkan
tanpa menggunakan analgetik, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri berat dapat di
alihkan, nyeri berat tidak dapat di alihkan dan nyeri hebat.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang ibu rasakan saat ini setelah melahirkan. Penampilan tidak rapih jika
dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak rapih. Misalnya : rambut
acakacakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju
tidak diganti-ganti.
4) Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi misalnya KB
5) Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan perawat.
7) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati &
Wulandari, 2010)
8) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum yang meliputi nafsu makan,
frekuensi, banyak, jenis makanan dan juga makanan pantangan.
9) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar dan
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan
baru, apakah terjadi diuresis setelah melahirkan, apakah terjadi retensi urine
karena takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan, dan kebiasaan penggunaan
toilet.
10) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang.
11) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas
masih mengeluarkan lochea.
12) Aktivitas Pada pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Apakah ibu melakukan ambulansi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan
bantuan atau sendiri (Ambarwati & Wulandari, 2010)
c) Pemeriksaan head to toe
1) Kepala : biasanya pasien mengeluh pusing, sakit kepala.
2) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
3) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
4) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap cahaya
penglihatan)
5) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
6) Jantung dan paru : Suara napas normal
7) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum,
adanya ASI, adanya pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya sumbatan
duktus, dan tanda-tanda mastitis potensial.
8) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau nyeri.
9) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau
lochea. Pemeriksaan anus terhadap hemoroid.
10) Eksteremitas bawah : Adanya tanda edema, nyeri tekan ataupanas pada betis,
varises.
Pengkajian pada ibu post partum hal yang dilakukan perawat akan
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang
pasien dimulai dari pemeriksaan dan observasi. Pengkajian menurut Mitayani,
(2013) pada asuhan keperawatan pada ibu post partum antara lain :
1) Temperatur
Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan rumah sakit,
suhu tubuh akan meningkat apabila terjadi dehidrasi atau keletihan.
2) Nadi
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama atau sampai stabil, kemudian
setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal pada satu jam
berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi.
3) Pernapasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah satu jam post
partum.
4) Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30
menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit
meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali
setelah satu jam.
5) Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan cairan
intravena.
6) Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap 30 menit,
fundus harus berada dalam midline, keras, dan 2 cm di bawah atau pada
umbilikus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga
berkontraksi ke pertengahan.
7) Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal.
8) Kehilangan berat badan
Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih kurang
5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih kurang 750
gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya berat badan
bayi.
9) Lochea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir dengan
cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
10) Perineum
Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih, tidak berwarna,
tidak ada edema, dan jahitan harus utuh.
11) Sistem Muskuloskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot. Pada periode pasca partum penurunan tonus otot jelas
terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus rektus
abdominis memisah.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan memiliki
dua komponen utama yaitu masalah (problem) yang merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan, dan
indikator diagnostik. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor
risiko. Pada diagnosis aktual, indikator diagnostik hanya terdiri atas penyebab dan
tanda/gejala.
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Pencapaian peran menjadi orangtua
4. Menyusui tidak efektif
5. Gangguan pola tidur

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat


yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017). Adapun perencanaan keperawatan yang
dapat diberikan untuk diagnosis keperawatan defisit pengetahuan tentang perawatan
payudara adalah dengan intervensi utama, yaitu edukasi kesehatan (Tim Pokja SIKI PPNI,
2018).

1. Nyeri akut
Tujuan : nyeri dapat terkontrol
Perencanaan keperawatan :
a) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) identifikasi skala nyeri
c) identifikasi respons nyeri nonverbal
d) identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Resiko infeksi
Tujuan : resiko infeksi dapat teratasi
Perencanaan keperawatan :
a) Inspeksi insisi atau robekkan perineum (mis. Episiotomi)
3. Pencapaian peran menjadi orangtua
Tujuan : pencapaian peran menjadi orangtua meningkat
Perencanaan keperawatan :
a) perilaku positif menjadi orangtua
b) interaksi perawatan bayi
c) verbalisasi kepuasan memiliki bayi
d) keinginan meningkatkan peran menjadi orangtua
e) stimulasi visual
f) stimulasi tektil
g) stimulasi pendengaran
4. Menyusui tidak efektif
Tujuan : menyusui tidak efektif dapat teratasi
Perencanaan keperawatan :
a) identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
5. Gangguan pola tidur
Tujuan : gangguan pola tidur teratasi
Perencanaan keperawatan :
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi faktor pengganggu tidur
c) Identifikasi makanan dan minuma yang mengganggu tidur (kopi, teh, alkohol,
makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
d) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
BAB III

ARTIKEL PENELITIAN TERKAIT

A. Identitas Artikel Penelitian


Judul : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas
Dengan Praktik Perawatan Masa Nifas Di
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Bulan
Januari-Maret 2015
Penulis : Sagita Eldawati
Tahun Publikasi : 2015
Jurnal yang Mempublikasikan : Jurnal kesehatan masyarakat (e-Journal)
Sumber/link : https://media.neliti.com/media/publications/18681-
ID-hubungan-pengetahuan-dan-sikap-ibu-nifas-dengan-praktik-perawatan-masa-nifas-
di.pdf

B. Ringkasan Penelitian dan Hasil


Dari penelitian diperoleh adanya lebih dari setengah responden yang sudah
memiliki sikap yang baik tentang perawatan masa nifas hal ini disebabkan oleh adanya
lebih dari setengah dari responden yang sudah tidak mempercayai akan budaya
dimasyarakat mengenai perawatan masa nifas yang tentukan hal ini akan memberi dampak
yang positif terhadap kesehatan ibu selama masa nifas. Namun, sikap belum tentu dapat
terwujud dalam bentuk tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu adanya
dukungan dari faktor lain atau suatu kondisi yang memungkinkan diantaranya adalah
pengalaman. Perilaku seseorang terjadi diawali dengan adanya pengalamanpengalaman
orang tersebut serta faktor-faktor di luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun
nonfisik. Selain itu untuk mewujudkan sikap menjadi suatu praktik yang nyata, juga
diperlukan faktor pendukung antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana
kesehatan. Dari hasil penelitian mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai sikap yang
buruk lebih dari tiga per empat mempunyai praktik perawatan masa nifas yang buruk pula.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo dalam
salah satu hasil penelitian yang mengatakan bahwa seseorang yang bersikap baik akan
mewujudkan praktik yang baik begitupula sebaliknya seseorang yang bersikap buruk akan
mewujudkan praktik yang buruk pula. Untuk mewujudkan sikap agar menjadi suatu
perbuatan atau tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
mendukung, antaralain: fasilitas, sarana dan prasarana, dan dukungan dari pihak lain.
Berdasarkan teori komponen pokok dari sikap yaitu bagaimana ibu nifas meyakini,
kemudian berpendapat mengenai perawatan masa nifas, selanjutnya bagaimana cara ibu
nifas menilai praktik perawatan masa nifas sesuai dengan standar yang telah di anjurkan
oleh petugas kesehatan dan yang terakhir adalah bagaimana kecenderungan ibu untuk
bertindak atau melakukan praktik perawatan masa nifas, maka penerapannya pada
penelitian ini adalah dimana sikap yang ibu nifas yang baik tentang perawatan masa nifas
dapat meningkatkan kecenderungan untuk melakukan praktik perawatan masa nifas yang
pada akhirnya akan berdampak pada penurunan angka komplikasi dan kematian ibu pada
masa nifas. Dalam penelitian ini belum semua ibu nifas mempunyai sikap yang baik,
walaupun demikian mayoritas ibu telah memiliki sikap yang baik tentang perawatan masa
nifas. Hal ini dapat diperbaiki dengan membangun komunikasi dan hubungan kepercayaan
yang baik antara bidan atau tenaga kesehatan dan ibu dengan melakukan kegiatan
konseling secara intensif. Hal ini sesuai dengan pendapat dalam salah satu penelitian yang
mengatakan bahwa keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh kemahiran konselor
dalam memerankan tugasnya. Seorang tenaga kesehatan dalam memberikan konseling
harus memiliki pengalaman yang cukup dan mahir dalam memerankan tugasnya, dimana
seorang bidan tidak boleh beranggapan dialah yang terhebat sementara klien tidak tahu
apa-apa hal ini dapat menimbulkan rasa simpati dan kepercayaan dari klien.

C. Implementasi Hasil Penelitian


Persentase terbesar adalah pengetahuan ibu nifas tentang perawatan masa nifas
yang buruk (58,5%), sikap ibu nifas tentang perawatan masa nifas yang baik (52,8%) dan
praktik perawatan masa nifas buruk (56,6). 2. Persentase praktik perawatan masa nifas
yang buruk lebih besar terjadi pada tingkat pengetahuan buruk (71,0%), sedangkan
Persentase praktik perawatan masa nifas yang buruk lebih besar terjadi pada sikap yang
buruk (76,0%) 3. Terdapat hubungan pengetahuan ibu nifas dengan praktik perawatan
masa nifas (pvalue = 0,026) 4. Terdapat hubungan sikap ibu nifas dengan praktik
perawatan masa nifas (pvalue = 0,016)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://Eprints.umpo.ac.id

https://www.slideshare.askep.postpartum.net

https://www.academia.edu/12214942/laporan_pendahuluan_dan_asuhan_keperawatan_ nifas

https://lib.ui.ac.id/file%20Askepnifas.pdf

https://www.google.com/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/18682-ID-hubungan-
pengetahuan-dan-sikap-ibu-nifas-dengan-praktik-perawatan-masa-nifas-di.pdf&usg=AFQJCNG1-
gnRelW3XhZvkxChBlmClor2Rw
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN
DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM

Tugas Stase keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

R. ATIKA SYARIFA WIJAYANTHI


201030200027

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020
FORMAT PENGKAJIAN

PADA KLIEN POSTPARTUM (NORMAL/TINDAKAN)

Nama Mahasiswa : R. Atika Syarifa Wijayanthi

Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2020

I. IdentitasKlien
 Nama : Ny. D
 Umur : 21 Tahun
 Agama : Kristen
 Pekerjaan : Buruh
 Suku bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMTA
 Alamat : Tosadu, Tawangsari, Gantiwarno, Klaten
 Diagnosa medis : P1A1, Post partum hari 1

II. Identitas Penanggung Jawab


 Nama : Tn. T
 Umur : 21 Tahun
 Agama : Kristen
 Pekerjaan : Buruh
 Suku bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMTA
 Hubungan dengan klien : Suami
 Alamat : Tosadu, Tawangsari, Gantiwarno, Klaten

III. Data Umum Kesehatan


 Status obstetrikus :G 2 P 1 A 1
No Tipe persalinan BB waktu lahir Keadaan bayi Umur sekarang
waktu lahir
- - - -

 Keluhan Utama Saat Pengkajian :


Nyeri pada luka jahitan perineum
 Masalah prenatal :
Darah rendah
 Riwayat persalinan sekarang :
Penderita masuk di Ruang C jam 06 .00 pagi tanggal 26 oktober 2020 dengan riwayat
persalinan vakum ekstraksi dengan ketuban pecah dini yang dialami pasien sejak jam
09.00 pagi tanggal 25 oktober 2020, air yang keluar dari vagina sedikit dan bertambah
banyak ketika jam 15.00 kemudian pasien dibawa ke IRD jam 17.00 RSUD Soeradji
klaten, selanjutnya pasien merasakan nyeri kenceng-kenceng teratur mulai jam. 02.30
keluar lendir darah selanjutnya ketuban pecah,akibat pada kala II tak maju ; diagnosa
operatif : Kala II tak maju pada primigravida, hamil aterm KPD 15 jam dalam induksi
misoprostol 50 mg , dilakukan episotomi mediolateral pada saat kepala membuka vulva
1x, pasang 2x tarikan sedang. Setelah kepala lahir tekanan dikembalikan ke nol. Jam
02.55 bayi lahir secara VE jenis perempuan, BBL 2600 gram, PBL 47 cm, LK : 33 cm,LD
: 33 cm Apgar score 7-8, plasenta lahir spontan, lengkap, perineum episiotomi jahitan
D. 6 L.4 , lama persalinan 20 jam.
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat hipertensi,diabetes mellitus, hanya
menderita tekanan darah rendah, dan pernah mengalami keguguran ketika usia kehamilan
dua bulan.
 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada memiliki penyakit hipertensi, DM
atau sejenis penyakit lainnya
 RiwayatKB :
Sebelum hamil pasien belum pernah KB
 RencanaKB :
Setelah melahirkan ini pasien berencana berKB tetapi masih bingung mau menggunakan
KB apa tergantung nanti dengan kondisi kesehatannya dan musyawarah dengan suami.
IV. Pola AktivitasSehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1. Pemenuhan nutrisi Selama hamil pasien Setelah diRS pasien bisa
2. Eliminasi mengatakan sering jalan- jalan,duduk dan kekamar mandi
3. Istirahat dan tidur jalan pagi bersama suami sendiri tanpa bantuan.
4. Ambulansi
5. Kebersihan diri

V. Pemeriksan Fisik PostNatal


 Keadaan umum : Baik
 Tanda vital : 130/90mmHg
 Kepala : Tidak ada Oedema
 Muka : Oedema tidak ada, conjungtiva anemis (+), sclera
putih, penglihatan : dbn
• Leher : kelenjar tiroid tidak teraba membesar, tidak ada
peningkatan vena jugularis
 Dada (jantung,paru,payudara) : simetris ki/ka, wheezing (-), ronchi (-), jantung
tidak ada bising jantung, S1 dan S2 baik, payudara
lunak, puttig susu teraba kencang, ASI belum
keluar
 Abdomen
- Diastasis rectus abdominis(ukuran) : terdapat stiae gravidarum, fundus uteri 2

jari dibawah pusat

- Uterus (tinggi,posisi,kontraksi) : kontraksi uterus baik

 Perineum
- Utuh,episiotomi,rupture : ada luka episiotomi mediolateal dengan jahitan

- REEDAsign : tidak ada

- Kebersihan : baik
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
 Perdarahan pervagina Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
 Fluoralbus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
 Lochea Sedang Merah gelap Tidak ada Tidak ada Tidak ada

 Luka episiotomi Ada Tidak ada Ada Tidak ada

 Pemasangan Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada

kateterisasi
 Hemoroid : tidak ada
 Varises : tidak ada
 Homan’s sign : negatif
 Ekstremitas atas : baik
 Ekstremitas bawah : baik

VI. Pemeriksaan Psikososial


 Konsep diri : baik
 Peran diri : baik
 Identitas diri : baik
 Hargadiri : baik

 Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit:

VII. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


Lab. Darah :

26 Oktober 2020  WBC 10,8 103/ul ( 4,8 -10,8 )

 RBC 3,84 106/ul ( 4,2 -5,4 )

 HGB 11,6 g/dl ( 12 -16 )


 HCT 35,4% ( 37 – 47 )
 MCV
92,2 fl ( 81 – 99 )
 MCH 30,2 fl ( 27 – 31 )

 MCHC 32,8 pg ( 33 – 37 )

 PLT 278 103 ( 150 – 450 )


 RDW 45,8 fl ( 35 – 47 )
 PDW
12,3 fl ( 9 – 13 )
 MPV
9,4 fl ( 7,2 – 11,1 )
 P-LCR
21,9 % ( 15 – 25 )
Diff :

 Lym %
21,2 % ( 19 – 48 )
 Lyp #
2,3 103/ull ( 1- 3,7 )
Golongan Darah
B

Diff. Manual

 Segmen 70 %

 Lymposit 22%

VIII. Terapi Medis Yang Diberikan

Tanggal Jenis Rute terapi Dosis Indikasi therapi


terapi
26 Oktober PPC 3 x 1 juta UI Pencegahan infeksi
2020
Amoxcylli 3x1 500
n
2x1 Zat besi ( anemia )
Fe dt
2x1
NE
3x1 500 Cegah infeksi
27 Oktober Amoxcylli
2x1 Zat besi ( anemia )
2020 n
2x1
Fe dt
3x1 500 Cegah infeksi
NE
2x1 Zat besi ( anemia )
28 Oktober Amoxcylli
2020 n 2x1

Fe dt

NE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN POST PARTUM

No. Data Problem Etiologi


1. DO : Nyeri akut Agen pencedera fisik
 Pasien tampak lemas
(Post partum)
 Saat pengkajian nyeri
P : Nyeri pada jahitan luka
perineum
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : didaerah perineum

S : Skala nyeri 7

T : Saat bergerak

DS :
 Pasien mengatakan nyeri pada
jahitan luka perineum

2. DO : Pencapaian peran
Rasa bahagia atas
menjadi orangtua
 Pasien sangat koperatif baik kelahirannya
dengan segala jenis tindakan
keperawatan yang diberikan

DS :
 Pasien mengatakan senang dan
gembira atas kelahirannya
 Pasien mengatakan kehamilan
sekarang sangat di dambakan
3. DO : Menyusui tidak efektif Ketidakadekuatan

 Pasien tampak khawatir refleks oksitosin

 TTV :
BB : 60 kg
TB : 151 cm
TD : 130/90mmHg
HR : 80 x/m
SB : 36,7’C
 Pada pemeriksaaan fisik payudara
pasien lunak, Putting susu teraba
kencang, ASI belum keluar

DS :
 Pasien mengatakan
mengkhawatirkan keadaan bayinya
karena bayinya berada diruangan
B, tidak bersamanya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (post partum)

2. Pencapaian peran menjadi orangtua b/d rasa bahagia atas kelahirannya

3. Menyusui tidak efektif b/d ketidakadekuatan refleks oksitosin


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. D Nama Mahasiswa : R. Atika Syarifa W


Ruang : 308/A NPM : 201030200027
No.M.R. : 00225831

No Tanggal dan Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


jam Keperawatan (PES) Hasil
1. 26 Oktober Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Observasi
2020 ● identifikasi lokasi,
pencedera fisik (post intervensi
karakteristik, durasi,
partum) ditandai dengan keperawatan selama frekuensi, kualitas,
10.00 WIB intensitas nyeri
adanya nyeri pada jahitan 1x24 jam, maka nyeri
● identifikasi skala nyeri
luka perineum dengan menurun. Dengan ● identifikasi respons
nyeri nonverbal
skala nyeri 7 kriteria hasil :
● identifikasi faktor yang
(Kontrol nyeri) memperberat dan
memperingan nyeri
● melaporkan nyeri
● monitor efek samping
terkontrol meningkat penggunaan analgetik
(5)
Terapeutik
● kemampuan ● berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengenali onset nyeri
mrngurangi rasa nyeri
meningkat (5) (kompres hangat.dingin)
● pertimbang kan jenis
● kemampuan
dan sumber nyeri dalam
mengenali peyebab pemilihan strategi
● kontrol lingkungan
nyeri meningkat (5)
yang memperberat rasa
● kemampuan nyeri (suhu ruangan,
pncahayaan, kebisingan)
menggunakan teknik
non-farmakologis Edukasi
● jelaskan penyebab,
meningkat (5)
periode, dan pemicu
● keluhan nyeri nyeri
● ajarkan teknik
menurun (5)
nonfarmakologis untuk
● dukungan orang mengurangi rasa nyeri
● anjurkan mmonitor
tedekat meningkat (5)
nyeri scara mandiri
● jelaskan strategi
meredakan nyeri
● ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
● kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Pencapaian peran
26 Oktober Setelah dilakukan Observasi
2.
2020 menjadi orangtua b/d ● identifikasi kondisi
intervensi
rasa bahagia atas awal bayi setelah lahir
keperawatan selama (kecukupan bulan, air
11.30 WIB kelahirannya ditandai ketuban jernih atau
1x24 jam, maka
bercampur mekonium,
dengan pasien
pencapaian peran menangis spontan, tonus
mengatakan kehamilan otot)
menjadi orangtua
sekarang sangat di ● monitor tanda vital
meningkat. Dengan bayi(terutama suhu)
dambakan
kriteria hasil :
Terapeutik
(peran menjadi ● Lakukan inisiasi
orangtua) menyusui dini (IMD)
segera setelah bayi lahir
● perilaku positif ● mandikan dengan air
menjadi orangtua hangat (36-37 ͦ C)
● mandikan selama 5- 10
meningkat (5) menit, minimal sekali
● interaksi perawatan sehari
● gunakan sabun yang
bayi meningkat (5) mengandung provitamin
● verbalisasi kepuasan B5
● oleskan baby oil untuk
memiliki bayi mempertahankan
meningkat (5) kelembaban kulit
● rawat tali pusat secara
● keinginan terbuka (tidak
meningkatkan peran dibungkus)
● bersihkan tali pusat
menjadi orangtua dengan air steril atau air
meningkat (5) matang
● kenakan pakaian dari
bahan katun
● selimuti untuk
mempertahankan
kehangatan dan
mencegah hipotermia
● ganti popok segera jika
basah
Edukasi
● anjurkan tidak
membubuhi apapun pada
tali pusat
● anjurkan ibu menyusui
bayi setiap 2 jam
● anjurkan
menyendawakan bayi
setelah disusui
● anjurkan ibu mencuci
tangan sebelum
menyentuh bayi

3. Setelah dilakukan Observasi


26 Oktober ● identifikasi kesiapan
2020 Menyusui tidak
intervensi dan kemampuan
efektif b/d menerima informasi
keperawatan selama
ketidakadekuatan ● identifikasi tujuan atau
1x24 jam, maka keinginan menyusui
12.30 WIB refleks oksitosin
menyusui
ditandai dengan Terapeutik
tidakadekuat dapat ● sediakan materi dan
Pada media pendidikan
diatasi. Dengan
pemeriksaaan fisik kesehatan
kriteria hasil : ● jadwalkan pendidikan
payudara pasien kesehatan sesuai
lunak, Putting (status menyusui) kesepakatan
● berikan kesempatan
susu teraba ● perlekatan bayi pada untuk bertanya
kencang, ASI ● dukung ibu
payudara ibu meningkatkan
belum keluar meningkat (5) kepercayaan diri dalam
menyusui
● kemampuan ibu ● libatkan sistem
pendukung : suami dan
memposisikan bayi keluarga
dengan benar
Edukasi
meningkat (5) ● berikan konseling
menyusui
● miksi bayi lebih dari ● jelaskan manfaat
8 kali/24 jam menyusui bagi ibu dan
bayi
meningkat (5) ● ajarkan 4 posisi
menyusui dan perlekatan
● tetesan/pancaran (lacth on) dengan benar
ASI meningkat (5) ● ajarkan perawatan
● suplai ASI adekuat payudara postpartum
(memerah ASI, pijat
meningkat (5)
payudara, pijat oksitosin)
● hisapan bayi
meningkat (5)

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. D
Diagnosis Medis : Post Partum
Ruang Rawat : 308/A

Tgl/ No. Diagnosa Implementasi SOAP


Jam Keperawatan
Nyeri akut b/d agen  mengindentifikasi S:
26 lokasi, karakteristik,  Pasien
pencedera fisik (post
Oktober durasi, frekuensi,
mengatakan
2020 partum) ditandai kualitas, intensitas nyeri
dengan adanya nyeri  mengindentifikasi skala nyeri pada
nyeri jahitan luka
pada jahitan luka  Mengidentifikasi
10.00 respons nyeri nonverbal perineum
perineum dengan skala
WIB  Mengidentifikasi faktor O:
nyeri 7 yang memperberat dan  Pasien tampak
memperingan nyeri
 Memonitor efek masih lemas
samping penggunaan  Saat pengkajian
( D.0077 ) analgetik
nyeri
P : Nyeri pada
jahitan luka
perineum
Q : seperti
ditusuk-tusuk
R : didaerah
perineum
S : Skala nyeri7

T : Saat
bergerak

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi di
lanjutkan

Pencapaian peran
menjadi orangtua b/d S:
26  Mengidentifikasi kondisi  Pasien
Oktober rasa bahagia atas awal bayi setelah lahir
mengatakan
2020 (kecukupan bulan, air
kelahirannya ditandai
ketuban jernih atau senang dan
dengan pasien bercampur mekonium,
menangis spontan, tonus gembira atas
mengatakan kehamilan
11.30 otot) kelahirannya
sekarang sangat di  Memonitor tanda vital
WIB  Pasien
dambakan bayi(terutama suhu)
mengatakan
kehamilan
( D. 0126 )
sekarang sangat
di dambakan

O:
 Pasien sangat
koperatif baik
dengan segala
jenis tindakan
keperawatan
yang diberikan

A : masalah teratasi

P : intervensi di
hentikan

Menyusui tidak S:
26  Mengidentifikasi  Pasien
Oktober efektif b/d kesiapan dan mengatakan
2020 ketidakadekuatan kemampuan menerima mengkhawatirka
informasi n keadaan
refleks oksitosin
 Mengidentifikasi tujuan bayinya karena
ditandai dengan atau keinginan menyusui bayinya berada
12.30 diruangan B,
Pada
WIB tidak
pemeriksaaan bersamanya
fisik payudara
O:
pasien lunak,  Pada
Putting susu pemeriksaaan
teraba kencang, fisik payudara
ASI belum pasien lunak,
keluar Putting susu
teraba kencang,
( D.0029 )
ASI belum
keluar
 TTV :
BB : 60 kg
TB : 151 cm
TD :
130/90mmHg
HR : 80 x/m
SB : 36,7’C

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi di
lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai