D
DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM
Disusun Oleh :
2020
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu. Pendapat lain mengatakan postpartum
adalah masa setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil.
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2010).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan. Ruptur perineum adalah
robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (prawiroharjo, 2011).
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
1. Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b) Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi di daerah
inserasi plasenta dari luka bekas secsio.
2. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a) kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu
kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b) Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan
bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c) Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.
d) Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc (Manuaba, 2012).
3. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a) Faktor Ibu
1) jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih
dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya (Oxorn, 2011). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas
adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir
selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono,
2010).
2) Meneran Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan
memang ingin mengejang. Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih
efektif pada posisi tertentu (Jhonson, 2010).
b) Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir
lebih dari 4000 gram (Rayburn, 2011). Makrosomia disertai dengan
meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu,
kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan
lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn,
2001).
2) Presentasi Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu.
Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah
bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2013).
Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter
verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior
kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2013).
Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong
dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong
lutut (Oxorn, 2013).
c) Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan
dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang
dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2012).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepala janin. Komplikasi yang dapat terjadi
pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio,
vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices
vagina (Oxorn, 2013).
3) Embriotomi
adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan
tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan
tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2012).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang
dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari
adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2013).
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2010).
1. Sistem reproduksi
a) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa
pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d) Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna
kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara.
2. Sistem endokrin
a) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
(Bowes, 2010).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar
6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
5. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ;
2010).
6. Sistem cerna
a) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu
yang singkat setelah bayi lahir.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
7. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payu dara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada
hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan
keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
8. Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total
yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan
keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.
b) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum.
c) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan (Bowes, 2011).
9. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita
saat bersalin dan melahirkan.
10. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran
rahim.
11. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit
kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar,
tapi tidak hilang seluruhnya
D. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a) Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2
minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen
dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b) Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak 23 teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 2010 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
a) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung
menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah
dilakukan kembali.
E. Pathway Keperawatan
Post partum
Vagina dan
perineum Taking hold
Taking in Letting go
(ketergantungan
(ketergantungan) (kemandirian)
kemandirian)
Butuh
Proses Laktasi Pencapaian
perlindungan dan
involusi peran menjadi
pelayanan
Belajar Kondisi orangtua
mengenai tubuh
perawatan mengalami
Peningkatan kadar Struktur dan diri dan perubahan
karakter payudara Berfokus pada diri bayi
ocytosin,
ibu sendiri dan lemas
peningkatan
kontraksi uterus
Prolaktin
meningkat
Pembentukan ASI
Nyeri Genatali
Perdarahan
akut a kotor
Syok
Resiko infeksi hipovolemik
F. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk
mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2012).
BAB II
A. Pengkajian Fokus
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan memiliki
dua komponen utama yaitu masalah (problem) yang merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan, dan
indikator diagnostik. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor
risiko. Pada diagnosis aktual, indikator diagnostik hanya terdiri atas penyebab dan
tanda/gejala.
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Pencapaian peran menjadi orangtua
4. Menyusui tidak efektif
5. Gangguan pola tidur
C. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut
Tujuan : nyeri dapat terkontrol
Perencanaan keperawatan :
a) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) identifikasi skala nyeri
c) identifikasi respons nyeri nonverbal
d) identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Resiko infeksi
Tujuan : resiko infeksi dapat teratasi
Perencanaan keperawatan :
a) Inspeksi insisi atau robekkan perineum (mis. Episiotomi)
3. Pencapaian peran menjadi orangtua
Tujuan : pencapaian peran menjadi orangtua meningkat
Perencanaan keperawatan :
a) perilaku positif menjadi orangtua
b) interaksi perawatan bayi
c) verbalisasi kepuasan memiliki bayi
d) keinginan meningkatkan peran menjadi orangtua
e) stimulasi visual
f) stimulasi tektil
g) stimulasi pendengaran
4. Menyusui tidak efektif
Tujuan : menyusui tidak efektif dapat teratasi
Perencanaan keperawatan :
a) identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
5. Gangguan pola tidur
Tujuan : gangguan pola tidur teratasi
Perencanaan keperawatan :
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi faktor pengganggu tidur
c) Identifikasi makanan dan minuma yang mengganggu tidur (kopi, teh, alkohol,
makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
d) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
BAB III
PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://Eprints.umpo.ac.id
https://www.slideshare.askep.postpartum.net
https://www.academia.edu/12214942/laporan_pendahuluan_dan_asuhan_keperawatan_ nifas
https://lib.ui.ac.id/file%20Askepnifas.pdf
https://www.google.com/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/18682-ID-hubungan-
pengetahuan-dan-sikap-ibu-nifas-dengan-praktik-perawatan-masa-nifas-di.pdf&usg=AFQJCNG1-
gnRelW3XhZvkxChBlmClor2Rw
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN
DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM
Disusun Oleh :
2020
FORMAT PENGKAJIAN
I. IdentitasKlien
Nama : Ny. D
Umur : 21 Tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Buruh
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMTA
Alamat : Tosadu, Tawangsari, Gantiwarno, Klaten
Diagnosa medis : P1A1, Post partum hari 1
Perineum
- Utuh,episiotomi,rupture : ada luka episiotomi mediolateal dengan jahitan
- Kebersihan : baik
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
Perdarahan pervagina Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fluoralbus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Lochea Sedang Merah gelap Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kateterisasi
Hemoroid : tidak ada
Varises : tidak ada
Homan’s sign : negatif
Ekstremitas atas : baik
Ekstremitas bawah : baik
MCHC 32,8 pg ( 33 – 37 )
Lym %
21,2 % ( 19 – 48 )
Lyp #
2,3 103/ull ( 1- 3,7 )
Golongan Darah
B
Diff. Manual
Segmen 70 %
Lymposit 22%
Fe dt
NE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN POST PARTUM
S : Skala nyeri 7
T : Saat bergerak
DS :
Pasien mengatakan nyeri pada
jahitan luka perineum
2. DO : Pencapaian peran
Rasa bahagia atas
menjadi orangtua
Pasien sangat koperatif baik kelahirannya
dengan segala jenis tindakan
keperawatan yang diberikan
DS :
Pasien mengatakan senang dan
gembira atas kelahirannya
Pasien mengatakan kehamilan
sekarang sangat di dambakan
3. DO : Menyusui tidak efektif Ketidakadekuatan
TTV :
BB : 60 kg
TB : 151 cm
TD : 130/90mmHg
HR : 80 x/m
SB : 36,7’C
Pada pemeriksaaan fisik payudara
pasien lunak, Putting susu teraba
kencang, ASI belum keluar
DS :
Pasien mengatakan
mengkhawatirkan keadaan bayinya
karena bayinya berada diruangan
B, tidak bersamanya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pencapaian peran
26 Oktober Setelah dilakukan Observasi
2.
2020 menjadi orangtua b/d ● identifikasi kondisi
intervensi
rasa bahagia atas awal bayi setelah lahir
keperawatan selama (kecukupan bulan, air
11.30 WIB kelahirannya ditandai ketuban jernih atau
1x24 jam, maka
bercampur mekonium,
dengan pasien
pencapaian peran menangis spontan, tonus
mengatakan kehamilan otot)
menjadi orangtua
sekarang sangat di ● monitor tanda vital
meningkat. Dengan bayi(terutama suhu)
dambakan
kriteria hasil :
Terapeutik
(peran menjadi ● Lakukan inisiasi
orangtua) menyusui dini (IMD)
segera setelah bayi lahir
● perilaku positif ● mandikan dengan air
menjadi orangtua hangat (36-37 ͦ C)
● mandikan selama 5- 10
meningkat (5) menit, minimal sekali
● interaksi perawatan sehari
● gunakan sabun yang
bayi meningkat (5) mengandung provitamin
● verbalisasi kepuasan B5
● oleskan baby oil untuk
memiliki bayi mempertahankan
meningkat (5) kelembaban kulit
● rawat tali pusat secara
● keinginan terbuka (tidak
meningkatkan peran dibungkus)
● bersihkan tali pusat
menjadi orangtua dengan air steril atau air
meningkat (5) matang
● kenakan pakaian dari
bahan katun
● selimuti untuk
mempertahankan
kehangatan dan
mencegah hipotermia
● ganti popok segera jika
basah
Edukasi
● anjurkan tidak
membubuhi apapun pada
tali pusat
● anjurkan ibu menyusui
bayi setiap 2 jam
● anjurkan
menyendawakan bayi
setelah disusui
● anjurkan ibu mencuci
tangan sebelum
menyentuh bayi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. D
Diagnosis Medis : Post Partum
Ruang Rawat : 308/A
T : Saat
bergerak
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
Pencapaian peran
menjadi orangtua b/d S:
26 Mengidentifikasi kondisi Pasien
Oktober rasa bahagia atas awal bayi setelah lahir
mengatakan
2020 (kecukupan bulan, air
kelahirannya ditandai
ketuban jernih atau senang dan
dengan pasien bercampur mekonium,
menangis spontan, tonus gembira atas
mengatakan kehamilan
11.30 otot) kelahirannya
sekarang sangat di Memonitor tanda vital
WIB Pasien
dambakan bayi(terutama suhu)
mengatakan
kehamilan
( D. 0126 )
sekarang sangat
di dambakan
O:
Pasien sangat
koperatif baik
dengan segala
jenis tindakan
keperawatan
yang diberikan
A : masalah teratasi
P : intervensi di
hentikan
Menyusui tidak S:
26 Mengidentifikasi Pasien
Oktober efektif b/d kesiapan dan mengatakan
2020 ketidakadekuatan kemampuan menerima mengkhawatirka
informasi n keadaan
refleks oksitosin
Mengidentifikasi tujuan bayinya karena
ditandai dengan atau keinginan menyusui bayinya berada
12.30 diruangan B,
Pada
WIB tidak
pemeriksaaan bersamanya
fisik payudara
O:
pasien lunak, Pada
Putting susu pemeriksaaan
teraba kencang, fisik payudara
ASI belum pasien lunak,
keluar Putting susu
teraba kencang,
( D.0029 )
ASI belum
keluar
TTV :
BB : 60 kg
TB : 151 cm
TD :
130/90mmHg
HR : 80 x/m
SB : 36,7’C
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan