Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Tinjaun Teori Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Dalam buku yang ditulis Muachmudah (2010),disebutkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran hasil kontrasepsi (janin atau uri) yang
telah cukup bulan (32-42 minggu) atau hidup diluar kandungan atau melalui
jalan lahhir,dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. Menurut Aprilia (2011),persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bullan (37-42 minggu)
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam,tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan merupakan proses alami yang berlangsung secara
alamiah,walau demikian tetap diperlukan pemantauan khusus karena setiap
ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda sehingga mengurangi
resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan. Menurut Mochtar
(Anisa,2011),jenis persalinan dapat dikelompokkan ke dalam 4 cara,yaitu :
1. Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang
berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu,baik itu
induksi,vakum,atau metode lainnya. Persalinan spontan benar-bear
mengandalkan tenaga dan usaha ibu untuk mendorong keluarnya bayi.
Persalinan spontan dapat dilakukan dengan persentasi belakang kepala
(kepala janin terlebih dahulu) mauoun persentasi bokong (sungsang).
2. Persalinan Normal (Eutosia)
Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan
cukup bulan (aterm,37-42 minggu),pada janin letak memanjang,presentasi
belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh
proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
tindakan/pertolongan buatan tanpa komplikasi.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan,yaitu merangsang otot rahim berkontraksi seperti dengan
meggunakan prostaglandin,oksitoksin,atau memecahkan ketuban.
4. Persalinan Tindakan
Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal
secara spontan atau tidak berjaan sendiri,oleh karena terdapat indikasi
adanya penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan
memberikan tindakan menggunakan alat bantu. Persalinan tindakan terdiri
atas :
 Persalinan tindakan pervaginam
Dilakukan apabila persyaratan pervaginam memenuhi,meliputi
ekstrasi vakum dan forsep untuk bayi yang masih hidup dan
embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal.
 Persalinan tindakan perabdomen.
Dilakukam apabila persyaratan pervaginam tidak memenuhi,berupa
Sectio Caesaria (SC)
b. Etiologi Persalinan
Sampai sekarang ini,sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori-
teori yang kompleks. Peningkatan kadar prostaglandin,oksitoksin,dan
ptrogesteron diduga berperan dalam permulaan awitan persalinan. Kadarnya
meningkat secara progresif dan mencapai puncak saat kelahiran kepala dan
setelah pelepasan plasenta (Miedhforth,2011). Ada dua hormone yang
mempengaruhi dan dominan dalam persalinan,kedua hormone tersebut yaitu
hormone esterogen dan hormone progesteron. Hormon esterogen berperan
dalam meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti oxytoxin,prostaglandin,dan rangsagan dari
mekanisme. Sedangkan hormone progesteeron berperan dalam menurunkan
sensitifitas otot rahim,menghambat rangsangan dari luar,serta menyebabkan
relaksasi otot-otot polos. Menurut Purwaningsih (2010) dalam Buku Patolofi
dan Fisiologi Pesalinan (2019) ,sebab-sebab yang menimbulkan
persalunan,antara lain :
a. Teori penurunan hormon;penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone terjadi kira-kira pada 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot-otot rahim. Kadar
progesterone yang turun menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul kontraksi otot rahim dan menimbulkan persalinan.
b. Teori plasenta menjadi tua ;dengan semakin tuanya plasenta,maka akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
menyebabkan turunnya kadar estrogen dengan progesterone yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan kontraksi janin.
c. Teori berkurangnya nutrsi pada janin;jiks nutrisi pada janin
berkurang,maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
d. Teori distensi rahim;keadaan uterus yang menerus membesar dan menjadi
tegang menyebabkan iskemia otot-otot uterus. Keadaan yang demikian
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi pada uteroplasenta
sehingga plasenta menjadi degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik;tekanan pada gangglio sevikale dari pleksus
frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini
tertekan,kontaksi uterus akan timbul.
f. Teori induksi partus (Induction of Labour); Partus dapat ditimbulkan
dengan gejala gangguan laminaria. Beberapa laminaria dimasukkan dalam
kanalis servikalis dngan tujuan merangsang pleksus
frankenhause,amniotomi (pemecahan ketuban),dan oksitosin drips
(pemberian oksitosin menurut tetesam perinfuse).
c. Tanda-Tanda Persalinan
Secara uum,persalinan berlangsung alamiah,tetapi tetap diperlukan
pemantaua khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang
berbeda,sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan janin pada saat
persalinan. Menurut Sondakh dalam Buku Asuhan Kebidanan Pesalinan dam
Bayi Baru Lahir (2013) terdapat beberapa tanda-tanda dimulainya proses
persalinan,diantaranya :
1. Terjadinya His Persalinan
Sifat his persalinan adalah :
 Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
 Sifatnya teratur,interval makin pendek,dan ketuatan makin besar.
 Makin beraktivitas (jalan),kekuatan akan makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks
yang akan menimbulkan :
 Pendataran dan pembukaan.
 Pembukaan menyebabkan lendir yang trdapat pda kanalis servikalis lepas.
 Terjadinya pendarahan karena kapile pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar,keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban,diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24
jam.
4. Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam
 Perlunakan serviks.
 Pendataran serviks .
 Pembukaan serviks.
d. Faktor-Faktor Persalinan
Menurut Sondakh (2013) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya
persalinan adalah penumpang (passanger)
1. Penumpang ( Passanger)
Penumpang dalam persalinan adalah jamim dan plasenta. Hal-hal yang perlu
diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala
janin,presentasi ,letak,sikap,dan posisi janin;sedangkan yang perlu
diperhatikan dalam plasenta adalah letak,besar,dan luasnya.
2. Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir terbagi atas dua,yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk
tulang panggul;sedangkan yang perlu fiperhatikan pada jalan lahir lunak
adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang,erviks,otot dasar
panggul,vagina,dan introitus vagina.
3. Kekuatan (Power)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua,yaitu :
 Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus
bawah dalam bentuk gelombanng. Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi,durasi,dan
insensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipu
(effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.
 Kekuatan sekunder (kontraksi volunteer)
Pada kekuatan otot ini,otot-otot diafragma dan abdomen itu berkontraksi dan
mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan
intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah
kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi
dilatasi serviks,tetapi setelah dilatasi serviks lengkap,kekuatan ini culup
penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.
4. Posisi Ibu (Positioning)
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan
rasa letij,memberikan rasa nyaman,dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
(contoh:posisi berdiri,berjalan,duduk,dan jongkok)memberi sejumlah
keuntungan,salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu
penutunan janin. Selain itu,posisi ini dapat dianggap mengurangi kejadian
penekanan tali pusat.
5. Respons Psikologi (Psychology Response)
Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :
 Dukungan ayah,bayi/pasangan selama proses persalinan.
 Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.
 Saudara kandung bayi selama persalinan.
6. Psikis ibu
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan
takut,khawatir,ataupun cemas (ansietas),terutama ibu primipara. Perasaan
takut bisa meningkatkan nyeri,otot-otot menjadi tegang,dan ibu menjadi cepat
lelah sehingga dapat mempengaruhi proses persalinan.
2. Tinjauan Teori Partus Lama
a. Pengertian Partus Lama.
Partus lama merupakan fase laten yang lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung selama 12 jam atau lebih tetapi bayi belum lahir. Dilatasi serviks
dikanan garis waspada pada patograf persalinan kala aktif (Amelia,2019;hal 159).
Partus lama selalu memberi resiko/penyulit baik bagi ibu atau janin yang
sedang dikandungnya. Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut telah dapat
mengganggu aliran darah menuju janin,sehingga janin dalam rahim dalam
berbahaya (Manuaba,2010).
b. Etiologi
Sebab-sebab terjadinya partus lama:
1) Kelainan Tenaga/Power (Kelainan His)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau siffatfnya menyebabkan
rintangan dalam jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks. Salah satu kelainan His adalah inersia uteri,salah
satu penyebabnya yaitu apabila bagian bawah janin tidak berhubungan
rapat dengan segmen bawah uterus speri misalnya pada kelainan letak
janin atau pada predisposisi sevalo pelvic peregangan rahim yang
berlebihan pada kehamilan ganda hidramion juga dapat merupakan
penyebab dari inersia uteri yang murni. Kelainan His ini banyak
ditemukan pada primigravida,khususnya primigravida tua (Nugroho,2012)
2) Kelainan Janin (Passanger)
Persalinan dapat mengalami gangguan karena malpresentasi dan malposisi
serta kelainan dalam bentuk janin.
3) Kelainan Jalan Lahir (Passage)
Kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir dapat menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan kelainan panggul ibu,kelainan
disebut dengan cephalo pelvic disproportium (CPD) yaitu ketidakseuaian
ukuran kepala jann dengan panggul ibu sehingga persalinan tidak dapat
berlangsung secara spontan (Wiknjosastro,2016). Keadaan ini dapat
mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan,persalinan macet dan
disfungsi uterus yang dapat memicu persalinan lama.
4) Faktor Penolong
Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
persalinan. Selain faktor pada janin,penolong persalinan bertindak dalam
memantau proses terjadinya kontraksi uterus dan memimpin mengean
hingga bayi dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat
memberikan dorongan pada ibu yang sedang dalam persalinan dan
mengetahui kapan harus memulai persalinan,selantnyya melakukan
perawatan pada ibu dan bayi. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan
persalinan tidak berjalan dengan lancar,berlangsung lama dan muncul
berbagai komplikasi (Cunningham,2013)
5) Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupaka pengalaman fisik sekaligus emosional
yang luar biasa bagi wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
efek fisik sat sama lain. Bagi wanita kebnyakan,proses persalinan
membuat takut dan cemas,sehoingga meghambat suatu proses persalianan.
Gangguan kecemasan ibu akan memberi stimulus saraf dalam
menghasilkan hormone pemicu stress yaitu hormone adrenalin yang dpat
berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya produksi
oksitosin yang memberi pengaruh terhadap kontaksi uterus
(Cunningham,2013).
6) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana pecahnya
ketuban sebelim persalinan atau sebelum kehamilan memasuki aterm (37
minggu). Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya selaput ketuban yang
ada hubungannya dengan istensi uterus berlebihan,kontraksi rahim dan
gerakan janin. Bila ketuban telah pecah da belum ada tanda-tanda inpartu
resiko terjadinya infeksi lebih tinggi dan dapat mempengaruhi keadaan
dalam vagina yang bisa menyebabkan partus lana (Wijnjosastro,2016).
c. Faktor Predisposisi Penyebab Lama persalinan
Faktor predisposisi penyebab lama persalinan adalah
1) Usia
Umur ibu terlalu muda,kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan ama
(Manuaba,2009,hal 181).
Usia reproduksi sehat adalah 20 sampai 35 tahun. Pada umur ibu kurang
dari 20 tahun rahim dan panggul beum tumbuh mencapai ukuran dewasa.
Akibatnya apabila I u hmil pada umur ini mugkin mengalami persalinan
lama atau macet,karena ukuran kepala bayi lebih besar sehingga tidak
dapat melewati panggul (Yohana,2014).
2) Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan
janin baik selama kehamilan maupun persalinan (Yohana,2014). Wanita
dengan paritas tinggi beresiko mengalami persalinan lama karena
disebabkan uterus mengalami kekendoran pada dinding rahim.
3) Berat Badan Lahir
Berat bdan bayi lahir adalah berat yang ditimbang setelah persalinana.
Berdasarkan standar Departemen Kesehatan,berat badan lahir rendah
adalah adalah <2500 gram,berat badan lahir normal 2500-3500 gram
sedangkan berat badan bayi lebih adalah >3500 gram. (Yuliasari,2013;hal
11)
d. Klasifikasi
Distosia/partus lama dapat dibagi berasarkan pola persalinannya,menjadi tiga
kelompok yaitu :
1) Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefisinikan fase laten memanjang apabila
lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu
multipara. Keadaan yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain
keadaan serviks yang memburuk (misalnya tebal,tidak mengalami
pendataran atau membuka) dan persalinan palsu. Diagnosis dapat pula
ditentukam dengan menilai pembukaan serviks tidak melewati 4 cm
sesudah 8 jam intraoartu dengan his yang teratur (Wiknjosastro,2016)
2) Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan dan berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak maju). Protaksi
di definisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan yang
lambat,yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2
cm/jam atau penurunan kurang dari 1cm/jam. Arrest didefisinikan sebagai
berhentinya pembukaaan atau penrunan di tandai dengan tidak ada
perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilactation) dan kemacetan
penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam
1 jam (Saifuddin,2010). Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan
melihat tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks meliwati kanan garis
waspada patograf. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan adanya inersia
uteri jika frekuensi his kurang dari 3 his/10 menit dan lamanya kurang dari
40 detik (Wiknjosastro,2016)
3) Kala II memanjang
Tahap ini berawal pada sat pembuaan serviks telah lengkap dan berakhir
degan keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibaasi 2 jam
sedangkan untuk multipara 1 jam. Pada ibu dengan paritas
tinggi,komtinuitas otot vagina dan perenium sudah meregang,atau sudah
tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup
untuk mengeluarkan janin (Wiknjosastro,2016).
e. Tanda dan Gejala Partus Lama
1) Pada ibu
Ibu tampak gelisah,suhu badan meningkat,berkeringat,nadi
cepat,pernapasan cepat.
2) Pada janin
DJJ (denyut jantung janin) cepat/tidak teratur,air ketuban terdapat
meconium kental kehijau-hijauan dan berbau,kaput suksadenaum yang
besar,moulage kepala yang hebat,kematian janin dalam
kandungan,kematian janin intra partal (KJIP) (Mochtar,2011)
f. Penanganan Partus Lama
Penatalaksanaan penderita partus lama :
1) Suntiikkan cortone acelate : 100-200 mg intramuscular.
2) Penicilin prolactin : 1 juta IU intramuscular
3) Streptomisine : 1 gr intramuscular.
4) Infuse cairan : Larutan garam fisiologis,latutan glucose 5-10% pada janin
pertama 1 liter/jam
5) Istirahat 1 jam untuk observasi,kecuali bila keadaan untuk segera
bertindak. Dapat dilakukan partus spontan,ekstraksi vakum,ekstrsi fprceps
manual aktif pada letak sungsang,embiotomi bila janin meninggal,serta
secsio caeserea (Mochtar,2011)
3. Tinjauan Teori Ansietas
a. Pengertian Ansietas
Ansietas atau kecemasan adalah gangguan perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan,tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ablitty/RTA,masih baik),kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/spilitting of personality),perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal. Kecemasan adalah tanggapan dari sebuah
ancaman nyata ataupun khayal individu karena akan adanya ketidakpastian
dimasa mendatang yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak
menyenangkan yang akan terjadi (Nurul,2017).
b. Etiologi
Berdasarkan beberapa teori berikut dapat menggambarkan penyebab
ansietas atau kecemasan:
1. Teori Psikoanalitik
Penyebab cemas karena adanya dorongan yang tidak dapat diterima oleh
ego terhapat tekanan yang dirasakan,yang mengakibatkan pembentukkan
gejala seperti histeris,phobia.
2. Teori Perilaku
Kecemasan disebabkan oleh stimulus dari lingkungan spesifik,pola piker
yang salah,terisolasi,perilaku menunjukka gangguan emosional dan
maladaftif,kemampuan dirinya untu mengatasi ancaman sangat rendah.
3. Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis juga dapat sebagai
akibat dari suatu konflik psikologis.
 Sistem saraf otomon
Stressor dapat menyebabkan pelepasan efinefrin dari adrenaline
melalui mekanisme berikut : ancaman persepsi dipancaindra
kemudian ke system limbic dan RAS (Reticular Avicting System)
lalu ke hipotalamus dan hipofisis kemudian kelenjar adrenal
mengsekresi katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf otomom.
 Neutransmitter
Tiga neutransmitter utama yang berhubungan dengan kecemasan
yaitu : norepinefrin,serotonin,dan gamma-aminobutricacid
(GABA).
 Neropinefrin
Paien yang menderita cemas memiliki system noradrenergic yang
teregulasi sangat buruk,dimana kadar metabolit noradrenergic
yaitu 3-methoxy-4.hydroxyphenyglycol (MPHG) yang meninggi
dalam cairan serebrospinal dan urin.
 Serotonin
Pelepasan serotonin yang sangat banyak menyebabkan
peningkatan kecemasan.
 Gamma
Reseptor GABA (gamma-aminobutricacid) yang abnormal
meningkatkan gangguan kecemasan.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
1. Faktor Internal
 Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan
bertambabhnya usia,pertolongan diminta bila ada ketakutan dan
kenyamanan,reassurance dan nasehat-nasehat,
 Pengalaman
Individu yang mempunyai modal ketidakmampuan pengalaman
menghadapi stress. Tiap pengalaman merupaka sesuatu yang
berharga dan belajar ddari pengalaman dapat meningkatkan
keterampilan menghadapi stress.
 Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar,kuat dan garang akan
menggunakan aset ini untuk menghalau stress yang dating
mengganggu.
2. Faktor Eksternal
 Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan kemampuan
intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya
diri dalam menghadapi stress dengan mengikuti beberapa kegiatan
untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolon
indivdu tersebut,
 Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu
untuk menghaddapi stress. Semakin tinggi pendidikan seseorang
akan mudah dan semakin mampu menghadapi stress yang ada.
 Financial/Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan
individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan finansial,bila
hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finalsial yang
terbatas.
 Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungankeluarga,peran pasangan
dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan.
 Obat
Dalam bidang psikiatri dikenal obat-obatan yang tergolong dalam
kelompok anti ansiets SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor)
 Dukungan Sosial Budaya
Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta lingkungan
seitar individu akan sangat membantu seseorang dalam
menghadapi stressor,pemecah masalah bersama-sama dan tukar
pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu
lebih siap menghadapi stress yang akan dating.
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan menurut Peplau dalam Stuart (2016) diidentifikasi
menjadi 4 tingkat,yaitu sebagai berikut :
 Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehahri-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
area persepsinya. Kecemasan dapat emotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan beraktivitas.
 Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memutuskan pada hal penting dan
mengesampingkan yang lain,sehingga seseorang menglami
perhatain yang selektif,namun dapat melakukan sesuatu yang
terarah.
 Kecemasan Berat
Sangat mengurangi area persepsi eseorang,seseorang cenderung
untuk memutuskan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Individu yersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu lain.
 Kecemasan Panik
Mengalami kehilangan kendali,orang yang mengalami panic tidak
mampu melakukan sesuatu walau dengan pengarahan,panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Bila panic
terjadi,peningkatan aktivitas motoric,menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain,persepsi yang
menyimpangvdan kehilangan pemikiran yang rasional.
e. Respon Tubuh Terhadap Kecemasan
Adapun beberapa respon tubuh terhadap kecemasan :
 Respon Fisiologis
Tubuh akan mengaktifkan sistemsaraf otomon (simpatis dan
parasimpatis ). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses
tubuh,sedangkan sistem saraf parasimpatis aka meminimalkan
respon tubuh. Otak akan menerima rangsang akan dikirim melalui
saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin
atau epinefrin sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih
dalam,nadi meningkat dan tekanan darah meningkat. Darah akan
tercurah terutama ke jantung,susunan saraf pusat dan otot.
 Respon Psikologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal meupun
personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan
gerak reflek. Kesulitan mendengarkan dan mengganggu hubungan
denngan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik
diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
 Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isi pikir, yaitu tidak mampu memperhatikan,
konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi
dan bingung.
 Reskon Afektif
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan
curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
f. Alat Ukur Kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrument
ZSAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale). ZSAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale)
adalah alat ukur penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh
William W.K.Zung (1997),dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam
diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder (DSM-II).
Dalam ZSAS terdapat 20 pertanyaan dan setiap pertanyaan tersebut dinilai
sebagai berikut:
Nilai 1 : tidak pernah,
Nilai 2 : kadang-kadang,
Nilai 3 : sebagian waktu,
Nilai 4 : hampir setiap waktu.
Dari 20 pertanyaan yang tersedia ,15 pertanyaan mengarah terhadap
peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan sisanya mengarah kepada penurunan
kecemasan. Rentang penilaian adalah 20-80 dengan interpretasi sebagai berikut:
Skor 20-44 : normal/tidak cemas,
Skor 45-59 : kecemasan ringan,
Skor 60-74 : kecemasan sedang,
Skor 75-80 : kecemasan berat.
g. Pengaruh Ansietas Terhadap Lama Persalinan
Sebagaimana yang telah dijelaskan,bahwasanya perubahan psikologi dapat
berupa perasaan takut, ansietas atau kecemasan,sedih,gelisah,bahkan perasaan
nyaman dan tenang. Perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki
persalinan sbagian besar berupa perasaan takut maupun cemas,terutama pada ibu
primigravida yang umumya belum mempunyai bayangan mengenai kejadian-
kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh sebab itu,penting
sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan menambah
rasa nyari,serta akan menegangkan otot-otot serviks dan akan mengganggu
pembukaannya sehingga akan menyebabkan persalinan lama. Ketegangan jiwa
dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah ( Sondakh,2013)

Selain itu pengaruh ansietas pada ibu akan mengakibatkan sekresi


katekolamin (hormone stress) menghambat terjadinya kontraksi uterus dan aliran
darah placenta meningkat menyebabkan partus tidak maju. Semakin lama waktu
persalinan, semakin tinggi konsentrasi katekolamin dalam darah dan akibatnya
merugikan terjadinya peningkatan aktivitas syaraf otonom dan simpatis. Tanpa
adanya upaya perbedaan pada syaraf ini, akan mengakibatkan gangguan kontraksi
uterus, antara lain partus lama, terjadi peningkatan kadar kortisol dan denyut
jantung, tekanan darah meningkat. Kadar katekolamin dan kortisol yang
meningkat saat partus berkolerasi dengan kecemasan serta nyeri ibu. Kenaikan
adrenalin dan kortisol yang lebih besar didalam dari nor adrenalin membuktikan
bahwa stress mental lebih tinggi daripada stress fisik(Mardjan, 2016).
Pada fase persalinan juga terjadi peningkatan kecemasan,dengan makin
meingkatnya kecemasan akan meningkatkan insensitas nyeri. Fenomena
hubungan cemas dan nyeri,serta sebaliknya merupakan hubungan yang
berkorelasi posistif,menurut Caseres dan Burns (1997) mempunyai pola hubungan
seperti spiral yang ujungnya membesar. Dengan makin majunya proses
persalinan,perasaan ibu hamil akan makin cemas dan rasa cemas tersebut
menyebabkan rasa nyeri semakin intens,demikian sebaliknya (Sondakh,2013).
Menurut Runjati (2017) adapun pengaruh ansietas terhadap lama
persalinan ada 2,yaitu:
1) Pengaruh pasa fisik/tubuh
 Hati melepas lebih banyak gula (glukosa) untuk menjadi bahan
bakar otot. Hormone dilepaskan,yang merangsang perubahan
lemak dan protein menjadi gula.
 Metabolisme tubuh meningkat sebagai persiapan untuk pemakaian
energy pada tidakan fisik.
 Kecepatan jantung,tekanan darah dan kecepatan pernafasan
menjadi meningkat dan otot menjadi tegang. Pada saat yang
sama,aktivitas tertentu yang tidak diperlukan (seperti pencernaan
dihentikan)
 Saliva (air ludah) dan mucus (lendir) mongering. Sehingga
meningkatkan ukuran saluran udara ke paru-paru.
 Pembunuh nyeri alami tubuh yaiitu endorphin,disekresikan
(dikeluarkan) dan pembuluh darah dipermukaan kulit mengalami
kontraksi (penyempitan) untuk mengurangi pendarahan kalau
terjadi cidera. Limpa melepaskan lebih banyak sel darah merah
untuk membantu membawa oksigen dan sum-sum tulang
menghasilkan lebih banyak sel darah putih untuk melawan infeksi.
2) Pengaruh pada psikis/kejiwaan
 Kecemasan : respon yang paling umum terhadap tekanan adalah
rasa kuatir,tegang,takut dengan derajat yang berbeda.
Dalam jurnal Ilmu Kebidanan yang berjudul Dampak Kecemasan Pada
Ibu Terhadap proses Persalinan yang diteliti oleh Eka Oktaviani dan Esti
Nugraheny (2019) didapatkan hasil diketahui bahwa sebagian besar berpendidikan
SMP, primigravida (kehamilan ke 1), ibu dalam proses persalinan mengalami
peningkatan tekanan darah dan bayi mengalami asfeksi ringan,namun tidak
mengalami persalinan lama dan tidak mempengaruhi detak jantung janin (DJJ).
Diketahui bahwa kecemasan ibu pada proses bersalin dimungkinkan karena
pendidikan dan paritas. Sedangkan kecemasan tidak berdampak pada lamanya
proses persalinan dan detak jantung janin (DJJ). Diperlukan pendampingan oleh
petugas kesehatan untuk mengatasi kecemasan.
B. Hasil Penelitian yang Terkait
1. Berdasarkan hasil penelitian Citra Dewi Fitri Setiani, Ira Titisari, Sumy Dwi
Antono (2020) dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan
Terjadinya Persalinan Lama (Prolong) Pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif
Primigravida didapatkan hasil uji statistik ditemukan ada hubungan yang
signifikan antara Tingkat Kecemasan dengan terjadinya persalinan lama (Prolong)
pada ibu bersalin kala 1 fase aktif primigravida di Rumah Sakit Aura Syifa
Kabupaten Kediri, keeratan hubungan kedua variabel sedang, serta arah hubungan
kedua variabel positif.
2. Berdasarkan hasil penelitian Eka Oktaviani , Esti Nugraheny(2019) dengan judul
Dampak Kecemasan Pada Ibu Terhadap Proses Persalinan Diketahui bahwa
sebagian besar berpendidikan SMP, primigravida (kehamilan ke 1), ibu dalam
proses persalinan mengalami peningkatan tekanan darah dan bayi mengalami
asfeksi ringan, namun tidak mengalami persalinan lama dan tidak
mempengaruhi detak jantung janin (DJJ).
3. Berdasarkan hasil penelitian Anastasia C.Batu,Susaldi, Amelia Siswanto, Feria
K.Wulandari, Intan Mistiana, Liya Juliska SA, Resnawati (2021) dengan judul
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Ibu Hamil menjelang
Persalinan. Untuk mengetahui gambaran dampak kecemasan pada ibu terhadap
proses persalinan didapatkan hasil analisis dari literatur riview menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di Indonesia dari 6 jurnal ilmiah yang dilakukan review oleh penelilti
diperoleh hasil dari beberapa jurnal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan, dukungan keluarga, dan paritas dengan kejadian kecemasan
ibu hamil menjelang persalinan
4. Berdasarkan penelitian Any Isro’aini, Fera Yuli Setyaningsih, Ratna Dewi
Permatasari,2020 dengan judul Analisa Tingkat Ansietas Ibu Bersalin dalam
Menghadapi Persalinan diddapatkan penelitian Uji Chi Square yaitu Ada
Hubungan Dukungan Suami Dalam menghadapi Kecemasan Terhadap
Kecemasan perubahan Fisik Pada Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas
Bayan dengan hasil nilai p value (0,001) < α (0,05) maka Ho di tolak Ha diterima.
Diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil
khususnya memberikan konseling dan pemeriksaan ANC,
5. Berdasarkan penelitian Yona Desni Sagita,2019 dengan judul Hubungan Tingkat
Kecemasan Dengan Lama Persalinan Kala II Pada Ibu Bersalin Di Rsia Anugerah
Medical Center Kota Metro didaptkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat
kecemasan ibu bersalin sebagian besar dengan tingkat kecemasan sedang
sebanyak 17 ibu (34%). lama persalinan kala II yang tidak normal sebanyak 22
ibu (44%).
C. Kerangka Teori

Persalinan Ansietas

Faktor yang
Primigravida
mempengaruhi ansietas
pada ibu :

1. Usia
2. Paritas
3. Pendidikan
Persalinan Lama 4. Pengalaman
5. Dukungan
keluarga

Penggaruh ansietas
terhadap lama persalinan
pada primigravida

Gambar 1. Citra Dewi Fitri Setiani dkk (2020), Esti Nugraheny(2019)


D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian mengenai hubungan atau kaitan atau konsep
satu terhadap konsep yang lain,antau antara variable satu dengan variable yang lain
dari masalah yang akan teliti (Notoatmodjo,2018). Sesuai uraian konsep
tersebut,maka penulis membuat konsep sebagai berikut :

Variabel Dependent Variabel Independent

Ansietas Persalinan Lama

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian


E. Hipotesis Penelitian
 Ho : tidak ada pengaruh ansietas terhadap lama persalinan pada primigravida
 Ha : ada pengaruh ansietas terhadap lama persalinan pada primigravida

Anda mungkin juga menyukai