Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin pada kehamilan cukup
bulan yaitu sekitar 37-42 minggu dan lahir secara spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18-24 jam tanpa komplikasi.
Persalinan adalah perlakuan oleh rahim ketika bayi akan dikeluarkan. Bahwa
selama persalinan, rahim akan berkontraksi dan mendorong bayi sampai ke
leher rahim. Sehingga dorongan ini menyebabkan leher rahim mencapai
pembukaan lengkap, kontraksi dan dorongan ibu akan menggerakan bayi ke
bawah (Nurasih, Nurkholifah, 2016).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Saifuddin, 2013).

2. Etiologi Persalinan
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormone
yang dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi
untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.
Sedangkan, hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot
rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi (Sulistyawati, dkk, 2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum
diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
Dengan demikian dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan
persalinan menurut Rohani (2013) sebagai berikut :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.
Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan
keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan
oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan.

3. Klasifikasi atau Jenis Persalinan


Jenis persalinan yang aman tentu menjadi pertimbangan untuk ibu
hamil tua, apalagi bagi mereka yang menginginkan untuk persalinan normal
(Prawirohardjo, 2012).
1) Persalinan normal
Persalinan normal adalah jenis persalinan dimana bayi lahir melalui
vagina, tanpa memakai alat bantu, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), dan biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Kekuatan
mengejan ibu, akan mendorong janin kebawah masuk ke rongga panggul.
Saat kepala janin memasuki ruang panggul, maka posisi kepala sedikit
menekuk menyebabkan dagu dekat dengan dada janin. Posisi janin ini
akan memudahkan kepala lolos melalui jalan lahir, yang diikuti dengan
beberapa gerakan proses persalinan selanjutnya. Setelah kepala janin
keluar, bagian tubuh yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan,
dan kedua kaki buah hati anda.
2) Persalinan dengan vakum (ekstrasi vakum)
Proses persalinan dengan alat bantu vakum adalah dengan meletakan
alat di kepala janin dan dimungkinkan untuk dilakukan penarikan, tentu
dengan sangat hati-hati. Persalinan ini juga disarankan untuk ibu hamil
yang mengalami hipertensi. Persalinan vakum bisa dilakukan apabila
panggul ibu cukup lebar, ukuran janin tidak terlalu besar, pembukaan
sudah sempurna, dan kepala janin sudah masuk ke dalam dasar panggul.
3) Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep)
Persalinan forsep adalah persalinan yang menggunakan alat bangus
yang terbuat dari logam dengan bentuk mirip sendok. Persalinan ini bisa
dilakukan pada ibu yang tidak bisa mengejan karena keracunan kehamilan,
asma, penyakit jantung atau ibu hamil mengalami darah tinggi. Memang
persalinan ini lebih berisiko apabila dibandingkan persalinan dengan
bantuan vakum. Namun bisa menjadi alternatif apabila persalinan vakum
tidak bisa dilakukan, dan anda tidak ingin melakukan persalinan caesar.
4) Persalinan dengan operasi sectio caesarea
Persalinan sectio caesarea adalah jenis persalinan yang menjadi solusi
akhir, apabila proses persalinan normal dan penggunaan alat bantu sudah
tidak lagi bisa dilakukan untuk mengeluarkan janin dari dalam kandungan.
Persalinan ini adalah dengan cara mengeluarkan janin dengan cara
merobek perut dan rahim, sehingga memungkinkan dilakukan
pengambilan janin dari robekan tersebut.
5) Persalinan di dalam air (water birth)

Melahirkan di dalam air (water birth) nadalah jenis persalinan dengan menggunakan
bantuan air saat proses peralinan. Ketika sudah mengalami pembukaan sempurna,
maka ibu hamil masuk ke dalam bak yang berisi air dengan suhu 36-37 Celcius.
Setelah bayi lahir, maka secara pelan-pelan diangkat dengan tujuan agar tidak
merasakan perubahan suhu yang ekstrem.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Yang berhubungan dengan proses persalinan adalah 5P yaitu Power (kekuatan ibu
saat mengedan), Passage way (jalan lahir), Passanger (janin, placenta dan selaput
ketuban), Position (posisi letak janin dan ibu), dan Psychologic (psikologi ibu)
(Mochtar,2012). Selain 5P yang disebutkan diatas, penolong persalinan (Physician)
mempunyai pengaruh besar dalam proses persalinan, dukungan moril yang diberikan
sehingga wanita hamil merasa aman dan nyaman (Winkjosastro, 2011).

1. Power (Kekuatan Ibu Saat Mengedan)


His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan ibu
keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus berirama
teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap
kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika intensitasnya
terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement (ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan
kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno
Triphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan
peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra
selular dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi,
kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan
berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.

1) Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk
menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin
maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif,
kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi
fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih
lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat
otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf
simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Mochtar,2012).
Kekuatan his kala I bersifat:
(1) Kontraksi bersifat simetris.
(2) Fundus dominan.
(3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
(4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan
reflek mengejan.
(5) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi
tidak akan kembali ke panjang semula.
(6) Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar
insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri
dengan kecepatan 2 cm per detik.

Kekuatan his kala II


Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala dua
mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3 -4 menit, durasi berkisar
60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam,
penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks di mana
terdapat fleksus frikenhauser sehingga terjadi reflek mengejan.
Kekuatan his dan reflek mengejan mengakibatkan ekspulsi kepala
sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala
seluruhnya.

Kekuatan his kala III


Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk melepaskan
plasenta dari insersinya.

Kekuatan his kala IV


Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kua t dengan
amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti
oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan
membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan
trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum.

2. Passage way (jalan lahir)


Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan
penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan
demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang
menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau
sectio sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal
apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan
yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain.

Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal,
sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan
lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim,
servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen
yang menyokong alat -alat urogenital juga sangat berperan pada
persalinan.

3. Passanger (janin, placenta dan selaput ketuban)


Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar
dan
keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak
mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup
dan kehidupan janin kelak, atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila
kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah
menyusul kemudian.

4. Respon Psikologi Ibu


Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculbnya rasa
angga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-
olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi: melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan
intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari
orang terdekat pada kehidupan ibu.

5. Penolong persalinan (Physician)


Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan. Dikemukiakan 2 teori untuk menjelaskan mengapa lebih
banyak letak kepala dibandingkan letak lainnya, yaitu:
1. Teori akomodasi: bentuk rhim memungkinkan bokong dan ekstremitas
yang besar volumenya untuk berada di atas, sedangkan kepala berada di
bawah menempati ruangan yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi: karena relatif besar dan berat, kepala akan turun ke
bawah. Karena his yang kuat, teratur dan sering kepala janin turun
memasuki pintu atas panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri
dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga
lingkar kepala memasuki panggul dengan ukuran yang kecil, yaitu
Diameter suboksipito- bregmatika = 9,5 cm, dan Sirkumferensia
suboksipito-bregmatika = 32 cm.

Tahapan mekanisme turunnya kepala janin menurut Mochtar (2011)


1. Kepala terfiksasi pada PAP (engagement)
2. Turun (descent)
3. Fleksi
4. Fleksi maksila
5. Putar paksi dalam di dasar panggul
6. Ekstensi: terjadi moulage kepala janin, ekstensi, hipomoklion:
uuk di bawah simfisis

7. Ekspulsi kepala janin: berturut-turut lahir uub, dahi, muka dan dagu
8. Rotasi eksternal: putar paksi luar (restitusi)
9. Ekspulsi total: cara melahirkan bahu depan, bahu belakang,
seluruh badan dan ekstremitas.
5. Tahap Persalinan
Tahapan Pertama
Pada tahapan ini Anda akan mengalami 2 fase, yaitu fase awal dan
fase aktif. Di fase awal persalinan, Anda bisa mengalami beberapa hal
berikut:
Leher rahim menipis dan mulai membuka. Anda akan merasakan
kontraksi ringan yang berlangsung selama 40–60 detik. Semakin lama,
kontraksi akan semakin teratur dan semakin kuat, misalnya tiap 5
menit.
Seiring berjalannya waktu, leher rahim akan mulai terbuka sedikit
demi sedikit. Biasanya akan ada lendir bercampur darah keluar dari
vagina. Fase awal berakhir ketika pembukaan leher rahim mencapai
sekitar 4 Waktu yang diperlukan untuk mencapai pembukaan tersebut
berbeda-beda pada tiap ibu hamil.
Jika ini persalinan pertama Anda, fase awal ini mungkin bisa
memakan waktu lebih lama hingga sekitar 8–12 jam. Namun, jika
sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, biasanya fase ini akan
berlangsung lebih cepat. Setelah melewati fase awal, Anda akan
memasuki fase aktif dalam proses persalinan. Beberapa tanda fase aktif
yang perlu diketahui antara lain:

1. Leher rahim akan melebar lebih cepat


Pembukaan leher rahim pada fase aktif mencapai 7 cm. Kontraksi di
fase ini akan terjadi setiap 2–3 menit yang berlangsung sekitar 45–60
detik, bahkan semakin lama bisa terjadi selama 60–90 detik.
2. Kontraksi lebih kuat dan terasa tidak nyaman
Kontraksi yang datang di fase aktif akan lebih kuat dan lebih sering.
Anda mulai mengalami rasa tidak nyaman, mulai dari kram kaki,
tekanan atau nyeri punggung, dan mungkin merasa mual.
3. Waktunya ke rumah sakit atau bersalin
Ketika proses persalinan semakin maju, pecahnya air ketuban juga
mungkin bisa terjadi. Ketika Anda sudah mengalami proses persalinan
dan air ketuban pecah atau merembes, ini tandanya Anda sudah perlu
segera bergegas ke rumah bersalin atau rumah sakit.
4. Intensitas rasa sakit akan meningkat
Jika tidak kuat menahannya, Anda bisa minta obat pereda rasa sakit ke
bidan atau dokter di rumah sakit. Fase aktif biasanya berlangsung
antara 4–8 jam. Namun, jika ini adalah kehamilan pertama Anda, fase
aktif akan berlangsung lebih lama.

Ketika fase aktif berakhir, ada masa yang disebut fase transisi. Di sini
kontraksi akan berlangsung lebih kuat dan lama, dan pembukaan mulai
melebar dari 7–10 cm. Pada saat ini Anda mungkin merasa kelelahan,
takut, atau semakin cemas. Pada masa ini, umumnya ibu yang
melahirkan membutuhkan pendamping. Meski demikian, ada pula yang
justru merasa terganggu, apabila ada pendamping yang berusaha
menolong.

Tahapan Kedua
Tahapan ini disebut sebagai proses mendorong bayi agar keluar dari tubuh
Anda. Pada tahap ini bukaan leher rahim sudah penuh, yaitu sebesar 10 cm.
Pada tahapan inilah semua tenaga Anda harus dikerahkan.
Berikut adalah beberapa kondisi yang akan Anda alami pada tahapan kedua
melahirkan normal:
1. Kontraksi lebih jarang
Anda tidak lagi merasakan kontraksi seperti pada fase aktif. Jarak datangnya
kontraksi tidak begitu dekat, sehingga Anda memiliki lebih banyak waktu untuk
beristirahat sebelum muncul kontraksi yang berikutnya.

2. Bayi mulai turun ke jalur lahir


Secara perlahan-lahan posisi bayi Anda akan semakin turun ke jalan lahir.
Anda disarankan untuk bersabar saat menunggu bayi turun dan tidak perlu
tergesa-gesa dan sengaja mengejan agar bayi cepat keluar. Biarlah rasa ingin
mengejan datang secara alami dan cobalah untuk latih pernapasan dan
bersabar agar Anda bisa lebih rileks dan tidak stres.
3. Kulit kepala bayi mulai terlihat
Setelah beberapa saat, akan terlihat tonjolan pada vagina ketika Anda
mengejan atau berusaha mendorong bayi. Tidak lama, kulit kepala bayi akan
terlihat. Proses ini disebut crowning. Bagi seorang ibu, ini adalah momen yang
ditunggu-tunggu. Jika Anda penasaran, Anda bisa meminta cermin untuk
melihat kulit kepala Si Buah Hati.
4. Mulai mengejan demi kelahiran Si Buah Hati
Saat ini rasa ingin mendorong akan terasa lebih kuat. Tekanan kepala bayi
Anda pun akan terasa lebih intens yang kemungkinan akan diiringi oleh rasa
nyeri yang kuat akibat meregangnya jaringan pada jalan lahir. Semakin Anda
mengejan, kepala bayi akan makin terdorong keluar. Ikuti petunjuk dari
penolong persalinan, agar proses ini berjalan dengan lancar. Dengan dorongan
yang baik, kepala bayi akan keluar hingga seluruhnya. Setelah keluar, kepala
bayi akan menyamping karena bahunya mulai berputar untuk bersiap-siap
keluar dari jalan lahir. Dengan dorongan yang baik, bahunya akan keluar,
kemudian disusul oleh tubuh. Selamat, bayi Anda sudah lahir.
5. Bayi mulai dibersihkan
Mulut dan hidung bayi akan dibersihkan agar mudah bernapas. Selain itu,
lendir dan darah yang menempel di tubuhnya akan dikeringkan menggunakan
handuk steril oleh bidan atau dokter.Setelah bayi lahir, bidan atau dokter akan
menjepit tali pusar dan mengguntingnya. Selanjutnya, jika tidak ada komplikasi,
Anda bisa segera bertemu dengan Si Kecil yang telah Anda kandung selama 9
bulan.

Tahapan Ketiga

Setelah bayi lahir, Anda seperti merasakan kelegaan dan rasa bahagia yang tidak
terbendung. Anda bisa memeluk dan menciumi bayi Anda dengan penuh rasa sayang.
Namun, proses melahirkan belum selesai, karena ada beberapa proses selanjutnya di tahap
ketiga ini, yaitu:

1. Plasenta keluar dari rahim

Anda masih harus menunggu hingga plasenta keluar dari rahim. Biasanya plasenta akan
keluar dalam waktu 5–10 menit setelah bayi lahir. Namun, ada juga yang baru keluar setelah
30 menit hingga 1 jam. Jika plasenta tidak kunjung keluar atau tersisa di dalam rahim, dokter
mungkin perlu melakukan tindakan kuret guna mengeluarkan sisa plasenta tersebut. Hal ini
untuk mencegah komplikasi berbahaya akibat tertinggalnya plasenta, seperti perdarahan
berat setelah melahirkan.

2. Mulai menyusui Si Kecil

Jika persalinan berlangsung lancar dan kondisi bayi Anda sehat, selanjutnya Anda bisa
mulai memberikan inisiasi menyusui dini (IMD) kepada Si Kecil. IMD sangat baik untuk bayi
dan juga proses bonding antara ibu dan anak. Namun, tidak semua bayi mau langsung
menyusu ketika baru lahir. Meski begitu Anda jangan putus asa, terus dekatkan bibir bayi ke
payudara Anda hingga dia mengisap puting payudara.

3. Menjalani perawatan pada robekan jalan lahir

Setelah bayi dan plasenta lahir, penolong persalinan akan menjahit luka robekan di jalan
lahir. Penjahitan luka juga akan dilakukan pada ibu hamil yang menjalani episiotomi.
Sebelum jalan lahir dijahit, Anda akan diberi suntikan obat bius lokal untuk mengurangi
nyeri. Bagi Anda yang baru pertama kali melahirkan, biasanya seluruh proses melahirkan
bisa memakan waktu 10–20 jam. Proses melahirkan bisa lebih cepat, jika Anda sudah pernah
melahirkan secara normal sebelumnya. Tahapan proses melahirkan normal memang
menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Namun, hal itu tidak seberapa jika dibandingkan
dengan hasil yang Anda dapatkan, yaitu bertemu dengan Si Buah Hati. Jika Anda sudah
mengalami tanda-tanda persalinan normal, segeralah ke dokter atau bidan, agar proses
melahirkan normal Anda bisa terpantau dan terbantu dengan baik.

6. Penyebab Persalinan

Penyebab distosia adalah dengan melihat hubungan 3P yakni Power (tenaga), Passage (jalan
lahir) dan Passengger (bayi).

1. Power (Tenaga)

Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Jika tenaga ibu kuat, maka persalinan
lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan sulit melahirkan.

2. Passage (Jalan Lahir)

Passage adalah kondisi jalan lahir yang terdiri dari mulut rahim dan juga ukuran panggul ibu.
Apabila kondisi panggul ibu tidak baik, dan pembukaan tidak lengkap maka bisa mengalami
distosia.
3. Passenger (Bayi)

Passenger adalah bayi. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan.
Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami distosia saat
keluarnya kepala dan macet saat melahirkan bahu. Batas atas berat bayi saat dilahirkan
adalah 3,5 kg atau 3.500 gram.

Jadi, kalau 3P ini baik, dan didukung dengan tenaga ibu ada untuk mengejan, kondisi panggul
ibu adekuat, dan ukuran bayinya 2500-3500 g maka persalinan biasanya akan berjalan lancer
dan mudah dilahirkan.

Kondisi lain yang berhubungan dengan 3P:

– Malposisi dan Malpresentasi

Persalinan normal terjadi ketika bagian kepala janin terletak di bagian bawah panggul.
Kelainan posisi atau malposisi dapat menyebabkan distosia contohnya karena janin letak
lintang yang dapat terjadi pada bayi besar, terlilit tali pusat, dan kelainan panggul.

Kelainan bagian terbawah janin atau malpresentasi terjadi pada bayi sungsang. Bayi
sungsang atau bagian terbawah janin adalah bokong dapat menyebabkan persalinan tiga kali
lebih sulit dari persalinan dengan posisi bayi normal. Bayi sungsang dapat terjadi pada
keadaan posisi plasenta berada di bawah (dekat jalan lahir), bayi berukuran besar, dan
adanya tumor atau kista.

– Diabetes Gestasional

Ibu yang mengalami diabetes gestasional bisa memiliki bayi yang berukuran besar atau
makrosomi. Bayi makrosomi biasanya memiliki bobot di atas 4 kg. Kalau makrosomi maka
dianjurkan operasi karena bisa mengalami distosia bahu.

– Usia terlalu muda dan tua

Usia terlalu muda bisa menjadi penyebab persalinan menjadi sulit. Apabila usia ibu belum
terlalu matang, belum siap juga bisa menyebabkan distosia. Begitu juga saat usia Bunda
semakin tua, maka kemungkinan semakin lemas tenaganya, dan otot dasar panggulnya
kendur, dibandingkan ibu yang melahirkan di usia muda (matang). Tindakan saat Bunda
mengalami distosia.
7. TANDA TANDA PERSALINAN

Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus karena kepala
bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening pada primigravida
menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan lahir ) ; passanger
(penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena
masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan
(Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya persalinan menurut Jenny J.S
Sondakh (2013) :

a. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar ke
depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas dan pembuluh darah pecah sehingga terjadi perdarahan.
c. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban,
diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.

8. MEKANISME PERSALINAN

Dalam proses persalinan normal, kepala bayi akan melakukan gerakan-gerakan utama
meliputi (Hidayat, 2011:23-31):

1. Engagement
Masuknya kepala ke dalam PAP pada primi terjadi pada bulan akhir kehamilan
sedangkan pada multipara terjadi pada permulaan persalinan. Kepala masuk pintu
atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/posterior).Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul dengan fleksi
ringan, Sutura Sagitalis/SS melintang. Apabila sutura sagitalis ditengah-tengah jalan
lahir disebut synklitismus. Dan apabila sutura sagitalis tidak ditengah-tengah jalan
lahir disebut asynklitismus.Asynklitismus posterior adalah bila sutura sagitalis
mendekati simfisis dan dari parietale belakang lebih rendah dari pada parietale
depan, atau apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan
PAP.Asynclitismus Anterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga parietale depan lebih rendah dari pada parietale belakang atau apabila
arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan PAP.
2. Decent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan hubungan
ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.
Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot
dinding perut dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
3. Flexion
Dengan majunya kepala, biasanya terjadi flexi penuh atau sempurna sehingga
sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul sehingga membantu penurunan
kepala selanjutnya.Flexi : kepala janin flexi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala. Dengan majunya kepala maka flexi
bertambah dan ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil (diameter
suboksipitobregmantika menggantikan suboksipitofrontalis). Fleksi terjadi karena
anak didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP, serviks, dinding
panggul/dasar panggul).
4. Internal Rotation
Yaitu pemutaran bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian
depan memutar ke depan ke bawah simfisis.Rotasi interna (putaran paksi dalam)
selalu disertai turunya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah
simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
Perputaran kepala dari samping ke depan disebabkan his selaku tenaga pemutar,
ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan. Bila tidak terjadi
putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri
dengan tindakan vakum ekstraksi. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
b. Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit yaitu di bagian atas (terdapat
hiatusgenitalis)
c. Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul adalah diameter anteroposterior.

5. Extention
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun dan
menyebabkan perineumdistensi. Pada saat ini puncak kepala berada di simfisis dan
dalam keadaan seperti ini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi
dan melewati introitus vagina.
a. Defleksi dari kepala
b. Pada kepala bekerja 2 kekuatan yaitu yang mendesak kepala ke bawah dan
tahanan dasar panggul yang menolak ke atas sehingga resultantnya kekuatan ke
depan atas.
c. Pusat pemutaran : hipomoklion
d. Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu.

6. External Rotation
(Resituation)Setelah kepala lahir, kepala bayi memutar kembali ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran resusitasi). Selanjutnya putaran
dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan dengan
tuberischiadikumsefihak.Kemudian terjadi putaran paksi luar yang disebabkan
ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu atas
panggul. Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang sehingga lahir bahu depan diikuti seluruh
badan anak.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion kelahiran
bahu belakang, bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak (toraks, abdomen)
dan lengan, pinggul depan dan belakang, tungkai, dan kaki.

Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks, pendataran
seviks, dan pembukaan serviks.
9. Perubahan Fisiologi dan psikologi pada Persalinan

Sistem
Perubahan Fisiologi
Tubuh
1) Terjadi Kontraksi Uterus
Pada awal persalinan, kontraksi uterus berlangsung setiap 15-
20 menit dengan durasi 15-20 detik setelah itu kontraksi akan
terjadi setiap 5-7 menit dengan durasi 30-40 detik. Selama fase
aktif, kontraksi uterus menjadi lebih sering dengan durasi yang
lebih panjang yakni 40 detik hingga mencapai 60 detik
menjelang akhir fase aktif (Varney, 2008).
2) Pembentukan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR)
SAR dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif yaitu
berkontraksi. Sedangkan SBR terbentang di uterus bagian
bawah antar istmus, dengan serviks serta otot yang tipis dan
elastis (Arsinah, 2010). Segmen bawah rahim memegang
Sistem
peranan pasif yaitu mengadakan relaksasi dan dilatasi sehingga
Reproduksi
menjadi saluran tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui
oleh bayi (Nurasiah, dkk, 2014).
3) Penipisan dan Pembukaan Serviks
Pendataran pada serviks merupakan pemendekan dari kanalis
servikalis yang semula berupa sebuah saluran sepanjang 1-2
cm, menjadi sebuah lubang dengan pinggir yang tipis (Asrinah,
2010). Setelah menipis, akan terjadi pembukaan pada serviks
(Sulistyawati, 2014). Pembukaan serviks merupakan
pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa satu
lubang dengan hanya berdiameter beberapa milimeter menjadi
lubang yang dapat dilalui oleh janin. (Rohani, 2011)
4) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin (Rohani, 2011).
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-
Sistem
rata 5-10 mmHg (Arsinah, 2010). Begitu pula dengan denyut
Kardiovaskuler
jantung akan mengalami peningkatan selama kontraksi
(Nurasiah, 2014).
Metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob akan
Metabolisme meningkat. Peningkatakn metabolisme disebabkan oleh ansietas
dan aktvitas otot rangka (Arsinah, 2010).
Sistem Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal
Respirasi selama persalinan (Sulistyawati, 2014).
Poliuria sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh
kardiak output yang meningkat serta disebabkan oleh glomerulus
serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus sering
Sistem Renal
dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan tidak menghambat bagian
terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta
menghindari retensi urin setelah melahirkan (Nurasiah, 2014).
Pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang,
menyebabkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan.
Sistem
Makanan yang masuk ke lambung kemungkinan besar akan tetap
Pencernaan
berada dalam perut selama persalinan. Lambung yang penuh
dapat menimbulkan ketidaknyamanan (Sulistyawati, 2014).
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah
persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5
Suhu Badan – 10°C. Namun jika keadaan ini berlangsung lama, kenaikan
suhu mengindikasikan dehidrasi. Paremeter lain yang harus
dilakukan adalah selaput ketuban sudah pecah atau belum,
karena ini bisa merupakan tanda infeksi (Varney, 2008).

Selain adanya perubahan fisiologi, selama proses persalinan kala I ibu bersalin

juga mengalami perubahan psikologi. Beberapa keadaan bisa terjadi pada ibu selama
proses persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan (Nurasiah, 2014).

Kondisi psikologis yang sering terjadi selama persalinan kala I adalah sebagai

berikut:

1) Fase laten

Pada awal persalinan, terkadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan

benar-benar melahirkan meskipun tanda-tanda persalinan cukup jelas. Pada tahap ini

penting bagi orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberi dukungan

mental terhadap kemajuan persalinan (Sulistyawati, 2014).

Seiring dengan kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his

yang meningkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu

menanyakan apakah ini sudah hampir berakhir. Pasien akan senang setiap kali

dilakukan pemeriksaan dalam dan berharap bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan

bahwa proses persalinan akan segera berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat

mencapai suatu coping mechanism terhadap rasa sakit yang timbul akibat his,

misalnya dengan pengaturan nafas atau dengan mengubah posisi (Sulistyawati,

2014).

2) Fase aktif

Pada persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum, tertawa atau

berbincang-bincang dengan riang diantara kontraksi. Begitu terjadi kemajuan

persalinan, ibu tidak punya lagi keinginan untuk makan atau berbincang-bincang,

dan ia menjadi pendiam serta bertindak lebih didasari naluri (Nurasiah, 2014).

Pada sebagian besar pasien akan mengalami penurunan stamina dan sudah tidak

mampu lagi untuk turun dari tempat tidur terutama pada primigravida (Sulistyawati,

2014).
Ketika persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas atau memegang

sesuatu saat kontraksi. Stadium transisi (akhir kala I persalinan) dianggap sebagai

hal yang paling menyakitkan bagi ibu. Hormon stress pada persalinan berada pada

puncaknya. Ibu yang mengalami nyeri ekstrim tidak memiliki kemampuan

mendengar atau berkonsentrasi pada segala sesuatu kecuali melahirkan. Untuk

mengatasi stress atau kecemasan pada ibu bisa dilakukan dengan cara menganjurkan

untuk berjalan-jalan, mengubah posisi, atau mencoba memusatkan pada

pernafasannya serta melakukan pemantauan baik ibu maupun janin (Nurasiah,

2014).

Perubahan-perubahan yang terjadi selama persalinan merupakan hal yang

fisiologis terjadi pada ibu bersalin, tetapi tidak semua ibu bersalin bisa menerima

perubahan-perubahan tersebut. Terkadang perubahan-perubahan tersebut dirasakan

sebagai suatu ketidaknyamanan yang akhirnya bisa berdampak buruk terhadap

proses persalinan. Oleh karena itu seorang penolong persalinan diharapkan mampu

untuk membantu ibu bersalin agar bisa menerima perubahan yang terjadi pada

tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan asuhan sesuai dengan

kebutuhan-kebutuhan ibu bersalin. Menurut Lesser dan Keane dalam Arsinah

(2010), terdapat lima kebutuhan dasar selama kala 1 persalinan yang perlu dipenuhi

oleh seorang bidan untuk memberikan asuhan kepada ibu bersalin. Kebutuhan dasar

tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang memasuki proses persalinan biasanya diliputi oleh perasaan

takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primigravida. Perasaan takut

biasanya meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu bersalin menjadi
tetap lelah, yang pada akhirnya akhirnya akan menghambat proses

persalinan.Asuhan yang sifatnya mendukung adalah suatu standar pelayanan

kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan turut serta dalam

kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang

terdekat pasien.

2) Kebutuhan makanan dan cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karena makanan

padat lebih lama tinggal dalam lambung daripada makanan cair, sehingga proses

pencernaan berjalan lebih lambat selama proses persalinan. Untuk mencegah

dehidrasi, pasien dapat diberikan minuman segar (jus buah, sup, teh manis, dll)

selama proses persalinan, namun bila mual muntah dapat diberikan cairan IV (RL).

3) Kebutuhan eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.

Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila pasien

tidak mampu berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena kandung kemih

yang penuh akan menghambat penurunan kepala janin. Selain itu, juga akan

meningkatkanrasatidaknyaman.

Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian terbawah janin,

namun bila pasiean mengatakan ingin BAB, bidan harus memungkinkan adanya

tanda gejala masuk pada kala II. Bila diperlukan sesuai dengan indikasi bisa

dilakukan tindakan lavement, meskipun tindakan ini bukan merupakan tindakan

rutin selama persalinan.

4) Posisioning dan aktifitas


Persalinan merupakan suatu peristiwa normal. Untuk membantu ibu tetap

tenang dan rileks maka bidan dapat mengarahkan ibu untuk mengambil posisi

senyaman mungkin. Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus-

menerus saat persalinan. Jika ibu sudah tidak nyaman bidan bisa mengambil

tindakan yang positif dengan mengubah posisi ibu seperti menganjurkan ibu

berjalan-jalan atau mengambil posisi yang lain. Bidan harus menciptakan suasana

yang nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi terburu-buru, sambil memberikan

kepastian yang menyenangkan serta pujian lainnya.

Saat memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, bidan harus

melakukan semuanya dengan cara penuh kasih sayang. Dukungan yang dilakukan

harus aman dan sesuai evidence based, memungkinkan ibu merasa nyaman dan

aman secara emosional, menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama

serta memastikan informasi yang diberikan telah memadai serta dapat dipahami oleh

ibu.

5) Pengurangan rasa nyeri

Nyeri pada persalinan disebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah

rahim dan iskemia otot-otot rahim. Dengan peningkatan kontraksi serviks akan

tertarik. Kontraksi ini juga membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim

sehingga terjadi nyeri iskemik. Keadaan ini disebabkan oleh kelelahan ditambah lagi

dengan kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi

relaksasi bagian tubuh dan mungkin pula menyebabkan kelelahan yang sangat.

Kebutuhan akan pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan banyak cara yang

merupakan hasil evidence based terkini yang meliputi metode- metode non

farmakologis seperti menganjurkan perubahan posisi, pijatan, distraksi dan teknik


deep relaxation pada proses persalinan.

a. Kala II Persalinan

Proses Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda dan gejala pada kala II persalinan

yakni adanya perasaan ingin meneran, adanya peningkatan tekanan pada rectum,

perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka serta meningkatnya

pengeluaran lendir bercampur darah (Depkes RI, 2014).

Pada kala II persalinan, bidan melakukan pengaturan posisi melahirkan, melakukan

pimpinan meneran, melahirkan kepala dengan pertolongan dan melahirkan badan

bayi. Kelahiran kepala terkontrol harus dilakukan dengan cara- cara yang telah

direncanakan untuk memungkinkan kelahiran kepala secara perlahan. Lahirnya

kepala secara perlahan dapat mengurangi terjadinya laserasi. Setelah kelahiran

kepala, maka dilakukan pengecekan lilitan tali pusat dan menunggu putar paksi luar

secara spontan untu selanjutnya dilakukan pelahiran bagian bahu bayi. Pada saat

bahu akan lahir, maka telah terjadi putaran paksi. Pada saat uterus berkontraksi maka

pasien diinstruksikan untuk mengejan. Pada saat bersamaan kepala bayi dipegang

secara biparetal kemudian mengarahkan kepala bayi kearah bawah lalu kearah atas

untuk melahirkan bahu. Begitu kepala dan bahu telah lahir maka bagian tubuh

lainnya dengan mudah ikut keluar, biasanya disertai dengan aliran air ketuban

(Oxorn dan William, 2010).

b. Kala III Persalinan

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah bayi lahir. Penyusutan ukuran
ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat

perlekatan plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah, maka plasenta akan terlipat dan kemudian terlepas dari dinding uterus dan

akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Terdapat tanda- tanda

lepasnya plasenta yakni adanya perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat

memanjang serta adanya semburan darah mendadak dan singkat. Pada

penatalaksanaan kala III dilakukan manajemen aktif kala III yang meliputi

pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pengeluaran plasenta dan

masase uterus (Depkes RI, 2014).

c. Kala IV Persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam pasca persalinan.

Pada kala IV penatalaksanaan yang dilakukan meliputi monitoring kontraksi uterus dan
evaluasi tinggi fundus uteri, estimasi perdarahan, pemeriksaan kemungkinan perdarahan
dari laserasi, evaluasi keadaan umum, tanda-tanda vital, serta keadaan kandung kemih ibu
(Depkes RI, 2014).

10. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. T
Umur : 26 Tahun
Alamat :-
Agama :-
Suku bangsa :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA

B. Data Umum Kesehatan


Tinggi badan/berat badan : Tidak terkaji
Berat badan sebelum hamil : Tidak terkaji
Frekuensi BAK (masalah) : Frekuensi BAK Meningkat
Frekuensi BAB (masalah) : Tidak terkaji
Kebiasaan waktu tidur : Tidak terkaji

C. Data Umum
Status Obstetri : G2P1A0
HPHT : 7 November 2020
Masalah kehamilan sekarang : Nyeri bagian perut dengan skala 7 dan terasa
mulas
Masalah dalam persalinan yang lalu : Persalinan sebelumnya di bidan, dengan
Episiotomi
D. Alasan Masuk Rumah Sakit
Nyeri dibagian perut dengan skala nyeri 7 dan terasa mulas

E. Riwayat Persalinan Sekarang


Mulai persalinan (kontraksi/pengeluaran per vaginam) : 21 Agustus 2021
Keadaan kontraksi : hasil periksa dalam pembukaan 4, jalan lahir paten, ketuban
utuh, cerviks teraba lunak tipis. HIS 2 kali dalam 10 menit,
durasi his 30 detik.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36˚C
2. Kepala/Muka
Kulit kepala : Tidak terkaji
Mata : Tidak terkaji
Telinga : Tidak terkaji
Hidung : Tidak terkaji
Mukosa mulut/gigi : Tidak terkaji
3. Leher
JVP :
Kelenjar Tiroid :
Kelenjar Limfe :
4. Dada
Bentuk Payudara :-
Putting susu : putting menonjol
Pigmentasi :-
Kolostrum :-
Kebersihan payudara :-
5. Abdomen : Terasa nyeri dan mulas
6. Ekstermitas : Tidak terkaji
7. Genitalia : Cerviks teraba lunak tipis

G. Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Pola makan :Baik
Frekuensi :-
Jenis makanan :-
Intake cairan/24 jam : ± 2000 CC/hari
b. Eliminasi
BAB
 Frekuensi : Tidak terkaji
 Konstipasi : Tidak ada
 Nyeri saat BAB : Tidak terkaji
BAK
 Frekuensi : Frekuensi BAK meningkat
 Retensi : Tidak terkaji
 Nyeri saat BAK : Tidak terkaji
c. Personal Hygine
Frekuensi mandi :-
Frekuensi gosok gigi :-
Frekuensi ganti pakaian : -
d. Istirahat dan Tidur
Tidur siang :-
Tidur malam :-
GangguanTidur :-

e. Pemeriksaan dalam
Pembukaan :4
Ketuban : Utuh
Serviks : Teraba lunak
HIS : 2 Kali dalam 10 menit, durasi his 30 detik

ANALISA DATA

No
Data Etiologi Masalah
.

1. DS :
Pengeluaran Janin Nyeri Melahirkan
- Klien mengeluh
nyeri pada bagian perut
dengan skala nyeri 7
DO :

- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 360 C
- Hasil pemeriksaan
dalam pembukaan 4

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


. Kriteria Hasil

1. Nyeri melahirkan berhubungan Dengan di lakukan o lakukan


dengan pengeluaran janin ditandai tindakan selama pengkajian nyeri
dengan klien mengeluh nyeri pada 1x24 Jam di secara
bagian perut dengan skala nyeri 7 harapkan nyeri komprehensif
melahirkan dapat termasuk lokasi,
berkurang. Dengan karakteristik,
kriteria hasil sebagai durasi,
berikut: frekuensi,
-Nyeri dalam skala kualitas dan
normal faktor presipitasi
-Pasien tidak o observasi reaksi
mengatakan nyeri nonverbal dari
lagi. ketidaknyamanan
o bantu pasien
dan keluarga
untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
o kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan
o kurangi
faktor
presipitasi
nyeri
o kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
o ajarkan tentang
teknik non
farmakologi:
napas dalam,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/ dingin

Daftar Pustaka :

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri. Third Edition. Jakarta: EGC

Mochtar, R. (2002). Sinopsis Obstetri, Fisiologis dan Patologis. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu kebidanan edisi 3. Jakarta: YBPSP


Alimul Hidayat A.A., (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta:
Heath Books

Jenny J. S. Sondakh 2013, Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir

Ari Sulistyawati. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Perpustakaan
Nasional.

Bandiyah,

S.2012. Kehamilan, Persalinan & GangguanKehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin,2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina PustakaSarwono Prawirohardjo

Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada IbuBersalin. Yogyakarta: Salem

ba Medika

Rohani, Saswita,R.,&Marisa. (2013). Asuhan Kebidanan padaMasa Persalinan. Jakarta: Sale

mba Medika

Prawirohardjo,S.,2012. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardj

o.

Anda mungkin juga menyukai