TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin pada kehamilan cukup
bulan yaitu sekitar 37-42 minggu dan lahir secara spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18-24 jam tanpa komplikasi.
Persalinan adalah perlakuan oleh rahim ketika bayi akan dikeluarkan. Bahwa
selama persalinan, rahim akan berkontraksi dan mendorong bayi sampai ke
leher rahim. Sehingga dorongan ini menyebabkan leher rahim mencapai
pembukaan lengkap, kontraksi dan dorongan ibu akan menggerakan bayi ke
bawah (Nurasih, Nurkholifah, 2016).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Saifuddin, 2013).
2. Etiologi Persalinan
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormone
yang dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi
untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.
Sedangkan, hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot
rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi (Sulistyawati, dkk, 2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum
diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
Dengan demikian dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan
persalinan menurut Rohani (2013) sebagai berikut :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.
Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan
keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan
oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan.
Melahirkan di dalam air (water birth) nadalah jenis persalinan dengan menggunakan
bantuan air saat proses peralinan. Ketika sudah mengalami pembukaan sempurna,
maka ibu hamil masuk ke dalam bak yang berisi air dengan suhu 36-37 Celcius.
Setelah bayi lahir, maka secara pelan-pelan diangkat dengan tujuan agar tidak
merasakan perubahan suhu yang ekstrem.
Yang berhubungan dengan proses persalinan adalah 5P yaitu Power (kekuatan ibu
saat mengedan), Passage way (jalan lahir), Passanger (janin, placenta dan selaput
ketuban), Position (posisi letak janin dan ibu), dan Psychologic (psikologi ibu)
(Mochtar,2012). Selain 5P yang disebutkan diatas, penolong persalinan (Physician)
mempunyai pengaruh besar dalam proses persalinan, dukungan moril yang diberikan
sehingga wanita hamil merasa aman dan nyaman (Winkjosastro, 2011).
1) Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk
menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin
maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif,
kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi
fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih
lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat
otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf
simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Mochtar,2012).
Kekuatan his kala I bersifat:
(1) Kontraksi bersifat simetris.
(2) Fundus dominan.
(3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
(4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan
reflek mengejan.
(5) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi
tidak akan kembali ke panjang semula.
(6) Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar
insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri
dengan kecepatan 2 cm per detik.
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal,
sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan
lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim,
servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen
yang menyokong alat -alat urogenital juga sangat berperan pada
persalinan.
7. Ekspulsi kepala janin: berturut-turut lahir uub, dahi, muka dan dagu
8. Rotasi eksternal: putar paksi luar (restitusi)
9. Ekspulsi total: cara melahirkan bahu depan, bahu belakang,
seluruh badan dan ekstremitas.
5. Tahap Persalinan
Tahapan Pertama
Pada tahapan ini Anda akan mengalami 2 fase, yaitu fase awal dan
fase aktif. Di fase awal persalinan, Anda bisa mengalami beberapa hal
berikut:
Leher rahim menipis dan mulai membuka. Anda akan merasakan
kontraksi ringan yang berlangsung selama 40–60 detik. Semakin lama,
kontraksi akan semakin teratur dan semakin kuat, misalnya tiap 5
menit.
Seiring berjalannya waktu, leher rahim akan mulai terbuka sedikit
demi sedikit. Biasanya akan ada lendir bercampur darah keluar dari
vagina. Fase awal berakhir ketika pembukaan leher rahim mencapai
sekitar 4 Waktu yang diperlukan untuk mencapai pembukaan tersebut
berbeda-beda pada tiap ibu hamil.
Jika ini persalinan pertama Anda, fase awal ini mungkin bisa
memakan waktu lebih lama hingga sekitar 8–12 jam. Namun, jika
sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, biasanya fase ini akan
berlangsung lebih cepat. Setelah melewati fase awal, Anda akan
memasuki fase aktif dalam proses persalinan. Beberapa tanda fase aktif
yang perlu diketahui antara lain:
Ketika fase aktif berakhir, ada masa yang disebut fase transisi. Di sini
kontraksi akan berlangsung lebih kuat dan lama, dan pembukaan mulai
melebar dari 7–10 cm. Pada saat ini Anda mungkin merasa kelelahan,
takut, atau semakin cemas. Pada masa ini, umumnya ibu yang
melahirkan membutuhkan pendamping. Meski demikian, ada pula yang
justru merasa terganggu, apabila ada pendamping yang berusaha
menolong.
Tahapan Kedua
Tahapan ini disebut sebagai proses mendorong bayi agar keluar dari tubuh
Anda. Pada tahap ini bukaan leher rahim sudah penuh, yaitu sebesar 10 cm.
Pada tahapan inilah semua tenaga Anda harus dikerahkan.
Berikut adalah beberapa kondisi yang akan Anda alami pada tahapan kedua
melahirkan normal:
1. Kontraksi lebih jarang
Anda tidak lagi merasakan kontraksi seperti pada fase aktif. Jarak datangnya
kontraksi tidak begitu dekat, sehingga Anda memiliki lebih banyak waktu untuk
beristirahat sebelum muncul kontraksi yang berikutnya.
Tahapan Ketiga
Setelah bayi lahir, Anda seperti merasakan kelegaan dan rasa bahagia yang tidak
terbendung. Anda bisa memeluk dan menciumi bayi Anda dengan penuh rasa sayang.
Namun, proses melahirkan belum selesai, karena ada beberapa proses selanjutnya di tahap
ketiga ini, yaitu:
Anda masih harus menunggu hingga plasenta keluar dari rahim. Biasanya plasenta akan
keluar dalam waktu 5–10 menit setelah bayi lahir. Namun, ada juga yang baru keluar setelah
30 menit hingga 1 jam. Jika plasenta tidak kunjung keluar atau tersisa di dalam rahim, dokter
mungkin perlu melakukan tindakan kuret guna mengeluarkan sisa plasenta tersebut. Hal ini
untuk mencegah komplikasi berbahaya akibat tertinggalnya plasenta, seperti perdarahan
berat setelah melahirkan.
Jika persalinan berlangsung lancar dan kondisi bayi Anda sehat, selanjutnya Anda bisa
mulai memberikan inisiasi menyusui dini (IMD) kepada Si Kecil. IMD sangat baik untuk bayi
dan juga proses bonding antara ibu dan anak. Namun, tidak semua bayi mau langsung
menyusu ketika baru lahir. Meski begitu Anda jangan putus asa, terus dekatkan bibir bayi ke
payudara Anda hingga dia mengisap puting payudara.
Setelah bayi dan plasenta lahir, penolong persalinan akan menjahit luka robekan di jalan
lahir. Penjahitan luka juga akan dilakukan pada ibu hamil yang menjalani episiotomi.
Sebelum jalan lahir dijahit, Anda akan diberi suntikan obat bius lokal untuk mengurangi
nyeri. Bagi Anda yang baru pertama kali melahirkan, biasanya seluruh proses melahirkan
bisa memakan waktu 10–20 jam. Proses melahirkan bisa lebih cepat, jika Anda sudah pernah
melahirkan secara normal sebelumnya. Tahapan proses melahirkan normal memang
menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Namun, hal itu tidak seberapa jika dibandingkan
dengan hasil yang Anda dapatkan, yaitu bertemu dengan Si Buah Hati. Jika Anda sudah
mengalami tanda-tanda persalinan normal, segeralah ke dokter atau bidan, agar proses
melahirkan normal Anda bisa terpantau dan terbantu dengan baik.
6. Penyebab Persalinan
Penyebab distosia adalah dengan melihat hubungan 3P yakni Power (tenaga), Passage (jalan
lahir) dan Passengger (bayi).
1. Power (Tenaga)
Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Jika tenaga ibu kuat, maka persalinan
lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan sulit melahirkan.
Passage adalah kondisi jalan lahir yang terdiri dari mulut rahim dan juga ukuran panggul ibu.
Apabila kondisi panggul ibu tidak baik, dan pembukaan tidak lengkap maka bisa mengalami
distosia.
3. Passenger (Bayi)
Passenger adalah bayi. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan.
Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami distosia saat
keluarnya kepala dan macet saat melahirkan bahu. Batas atas berat bayi saat dilahirkan
adalah 3,5 kg atau 3.500 gram.
Jadi, kalau 3P ini baik, dan didukung dengan tenaga ibu ada untuk mengejan, kondisi panggul
ibu adekuat, dan ukuran bayinya 2500-3500 g maka persalinan biasanya akan berjalan lancer
dan mudah dilahirkan.
Persalinan normal terjadi ketika bagian kepala janin terletak di bagian bawah panggul.
Kelainan posisi atau malposisi dapat menyebabkan distosia contohnya karena janin letak
lintang yang dapat terjadi pada bayi besar, terlilit tali pusat, dan kelainan panggul.
Kelainan bagian terbawah janin atau malpresentasi terjadi pada bayi sungsang. Bayi
sungsang atau bagian terbawah janin adalah bokong dapat menyebabkan persalinan tiga kali
lebih sulit dari persalinan dengan posisi bayi normal. Bayi sungsang dapat terjadi pada
keadaan posisi plasenta berada di bawah (dekat jalan lahir), bayi berukuran besar, dan
adanya tumor atau kista.
– Diabetes Gestasional
Ibu yang mengalami diabetes gestasional bisa memiliki bayi yang berukuran besar atau
makrosomi. Bayi makrosomi biasanya memiliki bobot di atas 4 kg. Kalau makrosomi maka
dianjurkan operasi karena bisa mengalami distosia bahu.
Usia terlalu muda bisa menjadi penyebab persalinan menjadi sulit. Apabila usia ibu belum
terlalu matang, belum siap juga bisa menyebabkan distosia. Begitu juga saat usia Bunda
semakin tua, maka kemungkinan semakin lemas tenaganya, dan otot dasar panggulnya
kendur, dibandingkan ibu yang melahirkan di usia muda (matang). Tindakan saat Bunda
mengalami distosia.
7. TANDA TANDA PERSALINAN
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus karena kepala
bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening pada primigravida
menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan lahir ) ; passanger
(penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena
masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan
(Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya persalinan menurut Jenny J.S
Sondakh (2013) :
a. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar ke
depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas dan pembuluh darah pecah sehingga terjadi perdarahan.
c. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban,
diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
8. MEKANISME PERSALINAN
Dalam proses persalinan normal, kepala bayi akan melakukan gerakan-gerakan utama
meliputi (Hidayat, 2011:23-31):
1. Engagement
Masuknya kepala ke dalam PAP pada primi terjadi pada bulan akhir kehamilan
sedangkan pada multipara terjadi pada permulaan persalinan. Kepala masuk pintu
atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/posterior).Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul dengan fleksi
ringan, Sutura Sagitalis/SS melintang. Apabila sutura sagitalis ditengah-tengah jalan
lahir disebut synklitismus. Dan apabila sutura sagitalis tidak ditengah-tengah jalan
lahir disebut asynklitismus.Asynklitismus posterior adalah bila sutura sagitalis
mendekati simfisis dan dari parietale belakang lebih rendah dari pada parietale
depan, atau apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan
PAP.Asynclitismus Anterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga parietale depan lebih rendah dari pada parietale belakang atau apabila
arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan PAP.
2. Decent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan hubungan
ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.
Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot
dinding perut dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
3. Flexion
Dengan majunya kepala, biasanya terjadi flexi penuh atau sempurna sehingga
sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul sehingga membantu penurunan
kepala selanjutnya.Flexi : kepala janin flexi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala. Dengan majunya kepala maka flexi
bertambah dan ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil (diameter
suboksipitobregmantika menggantikan suboksipitofrontalis). Fleksi terjadi karena
anak didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP, serviks, dinding
panggul/dasar panggul).
4. Internal Rotation
Yaitu pemutaran bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian
depan memutar ke depan ke bawah simfisis.Rotasi interna (putaran paksi dalam)
selalu disertai turunya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah
simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
Perputaran kepala dari samping ke depan disebabkan his selaku tenaga pemutar,
ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan. Bila tidak terjadi
putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri
dengan tindakan vakum ekstraksi. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
b. Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit yaitu di bagian atas (terdapat
hiatusgenitalis)
c. Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul adalah diameter anteroposterior.
5. Extention
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun dan
menyebabkan perineumdistensi. Pada saat ini puncak kepala berada di simfisis dan
dalam keadaan seperti ini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi
dan melewati introitus vagina.
a. Defleksi dari kepala
b. Pada kepala bekerja 2 kekuatan yaitu yang mendesak kepala ke bawah dan
tahanan dasar panggul yang menolak ke atas sehingga resultantnya kekuatan ke
depan atas.
c. Pusat pemutaran : hipomoklion
d. Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu.
6. External Rotation
(Resituation)Setelah kepala lahir, kepala bayi memutar kembali ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran resusitasi). Selanjutnya putaran
dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan dengan
tuberischiadikumsefihak.Kemudian terjadi putaran paksi luar yang disebabkan
ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu atas
panggul. Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang sehingga lahir bahu depan diikuti seluruh
badan anak.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion kelahiran
bahu belakang, bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak (toraks, abdomen)
dan lengan, pinggul depan dan belakang, tungkai, dan kaki.
Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks, pendataran
seviks, dan pembukaan serviks.
9. Perubahan Fisiologi dan psikologi pada Persalinan
Sistem
Perubahan Fisiologi
Tubuh
1) Terjadi Kontraksi Uterus
Pada awal persalinan, kontraksi uterus berlangsung setiap 15-
20 menit dengan durasi 15-20 detik setelah itu kontraksi akan
terjadi setiap 5-7 menit dengan durasi 30-40 detik. Selama fase
aktif, kontraksi uterus menjadi lebih sering dengan durasi yang
lebih panjang yakni 40 detik hingga mencapai 60 detik
menjelang akhir fase aktif (Varney, 2008).
2) Pembentukan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR)
SAR dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif yaitu
berkontraksi. Sedangkan SBR terbentang di uterus bagian
bawah antar istmus, dengan serviks serta otot yang tipis dan
elastis (Arsinah, 2010). Segmen bawah rahim memegang
Sistem
peranan pasif yaitu mengadakan relaksasi dan dilatasi sehingga
Reproduksi
menjadi saluran tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui
oleh bayi (Nurasiah, dkk, 2014).
3) Penipisan dan Pembukaan Serviks
Pendataran pada serviks merupakan pemendekan dari kanalis
servikalis yang semula berupa sebuah saluran sepanjang 1-2
cm, menjadi sebuah lubang dengan pinggir yang tipis (Asrinah,
2010). Setelah menipis, akan terjadi pembukaan pada serviks
(Sulistyawati, 2014). Pembukaan serviks merupakan
pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa satu
lubang dengan hanya berdiameter beberapa milimeter menjadi
lubang yang dapat dilalui oleh janin. (Rohani, 2011)
4) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin (Rohani, 2011).
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-
Sistem
rata 5-10 mmHg (Arsinah, 2010). Begitu pula dengan denyut
Kardiovaskuler
jantung akan mengalami peningkatan selama kontraksi
(Nurasiah, 2014).
Metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob akan
Metabolisme meningkat. Peningkatakn metabolisme disebabkan oleh ansietas
dan aktvitas otot rangka (Arsinah, 2010).
Sistem Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal
Respirasi selama persalinan (Sulistyawati, 2014).
Poliuria sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh
kardiak output yang meningkat serta disebabkan oleh glomerulus
serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus sering
Sistem Renal
dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan tidak menghambat bagian
terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta
menghindari retensi urin setelah melahirkan (Nurasiah, 2014).
Pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang,
menyebabkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan.
Sistem
Makanan yang masuk ke lambung kemungkinan besar akan tetap
Pencernaan
berada dalam perut selama persalinan. Lambung yang penuh
dapat menimbulkan ketidaknyamanan (Sulistyawati, 2014).
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah
persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5
Suhu Badan – 10°C. Namun jika keadaan ini berlangsung lama, kenaikan
suhu mengindikasikan dehidrasi. Paremeter lain yang harus
dilakukan adalah selaput ketuban sudah pecah atau belum,
karena ini bisa merupakan tanda infeksi (Varney, 2008).
Selain adanya perubahan fisiologi, selama proses persalinan kala I ibu bersalin
juga mengalami perubahan psikologi. Beberapa keadaan bisa terjadi pada ibu selama
proses persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan (Nurasiah, 2014).
Kondisi psikologis yang sering terjadi selama persalinan kala I adalah sebagai
berikut:
1) Fase laten
Pada awal persalinan, terkadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan
benar-benar melahirkan meskipun tanda-tanda persalinan cukup jelas. Pada tahap ini
penting bagi orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberi dukungan
Seiring dengan kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his
yang meningkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu
menanyakan apakah ini sudah hampir berakhir. Pasien akan senang setiap kali
bahwa proses persalinan akan segera berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat
mencapai suatu coping mechanism terhadap rasa sakit yang timbul akibat his,
2014).
2) Fase aktif
Pada persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum, tertawa atau
persalinan, ibu tidak punya lagi keinginan untuk makan atau berbincang-bincang,
dan ia menjadi pendiam serta bertindak lebih didasari naluri (Nurasiah, 2014).
Pada sebagian besar pasien akan mengalami penurunan stamina dan sudah tidak
mampu lagi untuk turun dari tempat tidur terutama pada primigravida (Sulistyawati,
2014).
Ketika persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas atau memegang
sesuatu saat kontraksi. Stadium transisi (akhir kala I persalinan) dianggap sebagai
hal yang paling menyakitkan bagi ibu. Hormon stress pada persalinan berada pada
mengatasi stress atau kecemasan pada ibu bisa dilakukan dengan cara menganjurkan
2014).
fisiologis terjadi pada ibu bersalin, tetapi tidak semua ibu bersalin bisa menerima
proses persalinan. Oleh karena itu seorang penolong persalinan diharapkan mampu
untuk membantu ibu bersalin agar bisa menerima perubahan yang terjadi pada
tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan asuhan sesuai dengan
(2010), terdapat lima kebutuhan dasar selama kala 1 persalinan yang perlu dipenuhi
oleh seorang bidan untuk memberikan asuhan kepada ibu bersalin. Kebutuhan dasar
Setiap ibu yang memasuki proses persalinan biasanya diliputi oleh perasaan
takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primigravida. Perasaan takut
biasanya meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu bersalin menjadi
tetap lelah, yang pada akhirnya akhirnya akan menghambat proses
kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan turut serta dalam
terdekat pasien.
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karena makanan
padat lebih lama tinggal dalam lambung daripada makanan cair, sehingga proses
dehidrasi, pasien dapat diberikan minuman segar (jus buah, sup, teh manis, dll)
selama proses persalinan, namun bila mual muntah dapat diberikan cairan IV (RL).
3) Kebutuhan eliminasi
Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila pasien
tidak mampu berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena kandung kemih
yang penuh akan menghambat penurunan kepala janin. Selain itu, juga akan
meningkatkanrasatidaknyaman.
namun bila pasiean mengatakan ingin BAB, bidan harus memungkinkan adanya
tanda gejala masuk pada kala II. Bila diperlukan sesuai dengan indikasi bisa
tenang dan rileks maka bidan dapat mengarahkan ibu untuk mengambil posisi
senyaman mungkin. Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus-
menerus saat persalinan. Jika ibu sudah tidak nyaman bidan bisa mengambil
tindakan yang positif dengan mengubah posisi ibu seperti menganjurkan ibu
berjalan-jalan atau mengambil posisi yang lain. Bidan harus menciptakan suasana
Saat memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, bidan harus
melakukan semuanya dengan cara penuh kasih sayang. Dukungan yang dilakukan
harus aman dan sesuai evidence based, memungkinkan ibu merasa nyaman dan
serta memastikan informasi yang diberikan telah memadai serta dapat dipahami oleh
ibu.
rahim dan iskemia otot-otot rahim. Dengan peningkatan kontraksi serviks akan
tertarik. Kontraksi ini juga membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim
sehingga terjadi nyeri iskemik. Keadaan ini disebabkan oleh kelelahan ditambah lagi
relaksasi bagian tubuh dan mungkin pula menyebabkan kelelahan yang sangat.
Kebutuhan akan pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan banyak cara yang
merupakan hasil evidence based terkini yang meliputi metode- metode non
a. Kala II Persalinan
Proses Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda dan gejala pada kala II persalinan
yakni adanya perasaan ingin meneran, adanya peningkatan tekanan pada rectum,
bayi. Kelahiran kepala terkontrol harus dilakukan dengan cara- cara yang telah
kepala, maka dilakukan pengecekan lilitan tali pusat dan menunggu putar paksi luar
secara spontan untu selanjutnya dilakukan pelahiran bagian bahu bayi. Pada saat
bahu akan lahir, maka telah terjadi putaran paksi. Pada saat uterus berkontraksi maka
pasien diinstruksikan untuk mengejan. Pada saat bersamaan kepala bayi dipegang
secara biparetal kemudian mengarahkan kepala bayi kearah bawah lalu kearah atas
untuk melahirkan bahu. Begitu kepala dan bahu telah lahir maka bagian tubuh
lainnya dengan mudah ikut keluar, biasanya disertai dengan aliran air ketuban
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah bayi lahir. Penyusutan ukuran
ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
berubah, maka plasenta akan terlipat dan kemudian terlepas dari dinding uterus dan
akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Terdapat tanda- tanda
lepasnya plasenta yakni adanya perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat
penatalaksanaan kala III dilakukan manajemen aktif kala III yang meliputi
c. Kala IV Persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam pasca persalinan.
Pada kala IV penatalaksanaan yang dilakukan meliputi monitoring kontraksi uterus dan
evaluasi tinggi fundus uteri, estimasi perdarahan, pemeriksaan kemungkinan perdarahan
dari laserasi, evaluasi keadaan umum, tanda-tanda vital, serta keadaan kandung kemih ibu
(Depkes RI, 2014).
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. T
Umur : 26 Tahun
Alamat :-
Agama :-
Suku bangsa :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
C. Data Umum
Status Obstetri : G2P1A0
HPHT : 7 November 2020
Masalah kehamilan sekarang : Nyeri bagian perut dengan skala 7 dan terasa
mulas
Masalah dalam persalinan yang lalu : Persalinan sebelumnya di bidan, dengan
Episiotomi
D. Alasan Masuk Rumah Sakit
Nyeri dibagian perut dengan skala nyeri 7 dan terasa mulas
G. Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Pola makan :Baik
Frekuensi :-
Jenis makanan :-
Intake cairan/24 jam : ± 2000 CC/hari
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : Tidak terkaji
Konstipasi : Tidak ada
Nyeri saat BAB : Tidak terkaji
BAK
Frekuensi : Frekuensi BAK meningkat
Retensi : Tidak terkaji
Nyeri saat BAK : Tidak terkaji
c. Personal Hygine
Frekuensi mandi :-
Frekuensi gosok gigi :-
Frekuensi ganti pakaian : -
d. Istirahat dan Tidur
Tidur siang :-
Tidur malam :-
GangguanTidur :-
e. Pemeriksaan dalam
Pembukaan :4
Ketuban : Utuh
Serviks : Teraba lunak
HIS : 2 Kali dalam 10 menit, durasi his 30 detik
ANALISA DATA
No
Data Etiologi Masalah
.
1. DS :
Pengeluaran Janin Nyeri Melahirkan
- Klien mengeluh
nyeri pada bagian perut
dengan skala nyeri 7
DO :
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 360 C
- Hasil pemeriksaan
dalam pembukaan 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7
INTERVENSI KEPERAWATAN
Daftar Pustaka :
Jenny J. S. Sondakh 2013, Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir
Ari Sulistyawati. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Perpustakaan
Nasional.
Bandiyah,
S.2012. Kehamilan, Persalinan & GangguanKehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin,2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina PustakaSarwono Prawirohardjo
Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada IbuBersalin. Yogyakarta: Salem
ba Medika
Rohani, Saswita,R.,&Marisa. (2013). Asuhan Kebidanan padaMasa Persalinan. Jakarta: Sale
mba Medika
Prawirohardjo,S.,2012. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardj
o.