Anda di halaman 1dari 10

SAP INKONTINENSIA URINE PADA KEHAMILAN

BLOK MATERNITAS II

Dosen Pembimbing :
Ns. Mainarisa, S.Kep., M.kep

Disusun Oleh :
Tri Hestu Haryani G1B120058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik / masalah : Inkontinensia Urine


2. Tempat : Rumah Klien
3. Hari/Tanggal : Selasa/8 februari 2022
4. Waktu : 09.10 – 11.40 WIB
5. Sasaran : Ibu hamil
6. Peyuluh : Tri Hestu Haryani

A. Latar Belakang
Hamil atau kehamilan adalah hal yang sangat normal terjadi pada
wanita secara alamiah, keadaan ini bukanlah suatu kondisi patologis (Tyastuti,
2016). Kehamilan terjadi apabila terjadi penyatuan antara sel spermatozoa
dengan sel ovum di dalam maupun di luar rahim (Fatimah & Nuryaningsih,
2017). Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah adanya kelemahan
jaringan kolagen. Kelemahan jaringan kolagen pada seluruh tubuh dan otot-
otot dasar panggul disebabkan karena adanya peningkatan produksi oleh
hormon progesteron dan hormon relaksin (Ting, Cesar, & Selatan, 2020).
Pada wanita, hamil menjadi salah satu faktor resiko tebesar mengalami
inkontinensia urin. Sebanyak kurang lebih 50% wanita mengalami
inkontinensia urin dalam selama masa hidupnya (Rocha et al., 2017). Masalah
inkontinensia urin ini sudah sangat umum terjadi pada ibu hamil. Keadaan ini
bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang dapat memicu terjadinya
beberapa permasalahan seperti gangguan kesehatan, sosial, dan psikologi ibu
hamil (Saputra et al., 2017).
Inkontinensia urine merupakan kebocoran urine yang tidak disadari
(involunter) dan terjadi jika tekanan intravesikal melebihi tekanan maksimum
uretra tanpa disertai kontraksi otot detrusor. Sekitar 50% wanita terkadang
mengalami inkontinensia dan 10% wanita mengalaminya secara teratur.
Inkontinensia menghambat banyak wanita untuk menikmati hubungan seksual
dan sosial yang menyenangkan, aktivitas dan karier secara penuh (Robertson
dalam Reeder, 2011).
Inkontinensia urin meski tidak membahayakan nyawa, namun akan
sangat berdampak pada psiko-sosial yang secara langsung juga akan
mempengaruhi kualitas hidup wanita. Inkontinensia urin dibedakan menjadi
beberapa tipe yakni; stress incontinence, urge incontinence, mixed
incontinence, overflow incontinence, transient incontinence, dan functional
incontinence (Rocha et al., 2017).
Prevalensi kejadian inkontinensia urin berdasarkan dari data Asia
Pasific Continence Advisory Board (APCAB) diperoleh sebanyak 14,6% dari
jumlah wanita yang ada di Asia didalamnya terdapat 4% wanita Indonesia
(Kurniawati & Sa’idah, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Bujuadji
pada tahun 2004 memperoleh prevalensi inkotinensia urin pada ibu hamil
sebesar 37,1% di Puskesmas Tiron Kediri, dan pada penelitian yang dilakukan
oleh Solans-Domenech pada tahun juga mendapatkan prevalensi
inkontinensia urin sebesar 39,1%. Pada penelitian yang dilakukan di RSU Dr.
Soetomo pada tahun 2008 yang dilakukan oleh Depertemen Urologi Fakultas
Kedokteran Airlangga memperoleh prevalensi inkontinensia urin pada wanita
sebesar 6,79%. Banyak penelitian yang menyatakan kejadian Inkontinensia
urin pada ibu hamil sangat banyak ditemukan akan tetapi hal itu sudah
dianggap sebagai hal yang umum terjadi dan bukan suatu masalah sehingga
mereka yang mengalami hal tersebut sangat jarang melaporkan mengenai
kondisinya tersebut. Seseorang yang mengalami inkontinensia urin akan
merasa malu dan merasa takut akan dideskriminasi karena kondisi tersebut.
Hal itu menyebabkan di Indonesia kasus inkontinensia urin tidak diperoleh
data dan jumlah kejadian yang pasti (Kurniawati & Sa’idah, 2012).
B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan klien dapat
menegtahui tentang Inkontensia Urine

b. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan diharapkan klien mampu
mengetahui :
1. Definisi Inkontinensia Urine
2. Penyebab Inkontinensia Urine
3. Hubungan Inkontinensia Urine dengan Ibu Hamil
4. Hubungan Inkontinensia Urine dengan Usia Ibu Hamil
5. Hubungan Ikontinensia Urine dengan Usia Kehamilan
6. Cara Mengembalikan Fungsi Berkemih

C. Pokok Bahasan
Edukasi Inkontinensia Urine

D. Sub pokok bahasan


1. Definisi Inkontinensia Urine
2. Penyebab Inkontinensia Urine
3. Hubungan Inkontinensia Urine dengan Ibu Hamil
4. Hubungan Inkontinensia Urine dengan Usia Ibu Hamil
5. Hubungan Ikontinensia Urine dengan Usia Kehamilan
6. Cara Mengembalikan Fungsi Berkemih
E. Metode

a. Ceramah

b. Diskusi dan tanya jawab

F. Setting Tempat

Keterangan:

Presenter

Audience/peserta
G. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan pengajar Motode Pelaksana


1. 2 menit Pembukaan

a. Mengucapkan salam Diskusi Penyuluh dan


b. Memperkenalkan diri klien
c. Menjelaskan topik penyuluhan
d. Menjelaskan tujuan
e. Membuat kontrak waktu dan
meminta kerja sama dengan
audiens

2. 15 menit diskusi Penyuluh dan


a. Penyuluh menjelaskan mengenai
klien
definisi ikontinensia urine,
penyebab inkontinensia,
hubungan inkontinensia urine
dengan ibu hamil, hubungan
inkontinensia urine dengan usia
ibu hamil, hubungan
inkontinensia urine dengan usia
kehamilan dan cara
mengembalikan fungsi berkemih

b. Penyuluh memberikan video


demonstrasi/ pembelajaran

https://youtu.be/uyQtsZJYM1I
3. 3 menit Penutup Diskusi dan tanya Penyuluh dan
jawab klien
a. Mengevaluasi atau menanyakan
kembali materi yang telah
disampaikan pada peserta
b. Memberi salam penutup

J. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mempersiapkan satuan acara penyuluhan
b. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk penyuluhan
(leaflet dan laptop)
c. Kontrak dengan keluarga sudah dilakukan
2. Evaluasi Proses
a. Pada awal kunjungan, petugas sudah menjelaskan tujuan dilakukan
kunjungan
b. Selama kegiatan penyuluhan, klien aktif mendengarkan dan
memperhatikan.
c. Klien aktif saat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
e. Kontrak telah diingatkan oleh petugas
3. Evaluasi hasil
a. Klien kooperatif selama diskusi berlangsung
b. Klien kooperatif bertanya dan menjawab pertanyaan petugas
c. Klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan pencegahan resiko
jatuh pada lansia
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah & Nuryaningsih.(2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Jakarta

Kurniawati, L; Kudarti; dan Reny, S. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Tanda Bahaya Nifas di Ruang Eva Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus (Level
Of Knowledge The Postpartum About Postpartum Danger Signs In The Eva
Room Of Mardi Rahayu Kudus Hospital). Jurnal Kebidanan dan Keseshatan
(Journal Of Midwifery And Health)

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan Maternitas :
Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga. Edisi 18. Jaakarta : EGC

Rocha, J., Brandao, P., Melo, A., Torres, S., Mota, L., & Costa, F. (2017). Assessment
of Urinary Incontinence in Pregnancy and Postpartum : Observational Study
Avaliacao da Incontinencial Urinaria na Gravidez e no Pos-Parto : Estudo
Observacional. Acta Med Port, 30(7-8), 568-572.,

Saputra, H., Adiputra, N., Bali, D., Fisioterapi, F., Unggul, U. E., & Flexion, W.
(2017). Penambahan Latihan Core Stability Pada William Panggul Pada Ibu
Multipara Additional of Core Stability Training To William Flexion In
Increasing Pelvi Floor Muscles To Sport and Fitness Journal, 5(1), 62-69.
https://doi.org/2302-688X

Ting, H. Y., Cesar, A., & Selatan, B. (2020). Inkontinensia Urin di antara Wanita
Hamil di Brasil Selatan : Survei Cross-sectional berbasis pupilasi. Ploa ONE,
15(8), 1-10. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0234338

Tyastuti, Siti. Wahyuningsih, Henny. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Modul


Kebidanan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
LAMPIRAN

A. Definisi

Inkontinensia urine merupakan kebocoran urine yang tidak disadari


(involunter) dan terjadi jika tekanan intravesikal melebihi tekanan maksimum
uretra tanpa disertai kontraksi otot detrusor. Sekitar 50% wanita terkadang
mengalami inkontinensia dan 10% wanita mengalaminya secara teratur.
Inkontinensia menghambat banyak wanita untuk menikmati hubungan seksual
dan sosial yang menyenangkan, aktivitas dan karier secara penuh (Robertson
dalam Reeder, 2011).

B. Hubungan Inkontinensia Urine dengan Ibu Hamil

Pada masa kehamilan terdapat beberapa perubahan baik itu anatomi,


fisiologis dan hormonal pada saluran perkemihan. Dengan adanya perubahan
maka akan menimbulkan gejala berupa nokturia, inkontinensia, urgensi dan
frekuensi buang air kecil (Yusoff, Awang, & Kueh, 2019).
C. Hubungan Inkontinensia Urine dengan Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil sangat berpengaruh terhadap keadaan janin yang
dikandung. Pada usia dewasa merupakan masa produktif untuk hamil dan
bersalin sehingga dapat menambah resiko terjadinya inkontinensia urin (Dewi
et al., 2020). Usia berhubungan dengan kejadian inkontinensia urin
(Kusumawati & Dwi, 2018). Hal tersebut juga didukung oleh teori yang
mengatakan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar
pula resiko seseorang tersebut untuk mengalami inkontinensia urin yang
dikarenakan oleh adanya penurunan efisiensi dan fungsi organ secara
fisiologis akibat proses penuaan (Amelia, 2020).
D. Hubungan Ikontinensia Urine dengan Usia Kehamilan

Terdapat penelitian yang memperoleh hasil bahwa usia kandungan


trimester ketiga merupakan faktor yang signifikan terjadinya inkontinensia
urin (B Abdullah et al., 2016). Hal itu juga selaras dengan kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Beksac et al. (2017) yang menyimpulkan
bahwa gejala inkontinensia urin lebih sering muncul di usia kandungan
trimester ketiga dibandingkan dengan trimester kedua dan trimester pertama.

E. Cara mengembalikan Fungsi Berkemih atau Pencegahan

Pencegahan gangguan pada otot penyokong panggul dapat diupayakan


dengan mengajarkan latihan intrapartum dan pascapartum. dr. Arnold Kegel,
seorang Dokter Spesialis Kebidanan dan penyakit kandungan di Los Angeles
tahun 1950-an mengenalkan latihan dasar panggul atau kegel exercise untuk
mengontrol inkontinensia urine yang bermanfaat selama masa kehamilan
maupun pascapartum (Dokter Kita, 2013). Latihan ini memperkuat otot-otot
di sekitar organ reproduksi dan memperbaiki tonus otot tersebut (Bobak,
2004).

Anda mungkin juga menyukai