Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dan makanan dalam jumlah kecil, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman disajikan dalam keadaan panas atau hangat . Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karena dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Soejoenoes, 2011). Penatalaksanaan mual dan muntah pada keamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap atau pemberian nutrisi parenteral. Pengobatan terdiri atas terapi secara farmakologi dan nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan diet, dukungan emosional, akupuntur dan jahe (Aikins,2010). Langkah awal dalam penentuan diagnosis hiperemesis gravidarum adalah dengan menentukan frekuensi muntah serta mengkaji data mengenai diet, stres dan dukungan secara rinci. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda- tanda keadaan patologis yang mungkin merupakan penyebab atau yang memperberat keadaan. Perlu juga dilakukan penilaian keadaan dehidrasi yaitu turgor kulit, membran mukosa, dan riwayat oliguria yang merupakansalah satu tanda terjadinya dehidrasi; ketoasidosis; pertumbuhan rahim; dan keadaan janin. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan untuk mendiagnosis penyakit kandung empedu, hidronefrosis atau molahidatidiformis Wanita hamil dengan dehidrasi dan ketonuria derajat ringan harus dicoba lebih dulu ditangani dengan pengobatan rawat jalan melalui hidrasi intravena dan antiemetik. Pada hiperemesis gravidarum yang berat memerlukan pengawasan berkala yang ketat pada kadar elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, keseimbangan asam basa, dan tes fungsii tiroid juga diidikasikan. Kematian sering terjadi karena kerusakan ginjal dan hati. Perawatan yang dilakukan di rumah sakit termasuk penatalaksanaan agresif untuk memperbaiki ketoasidosis, dehidrasi, dan defisiensi nutrisi. Klien dirawat dengan penatalaksanaan terapi cairan, glukosa, elektrolit, dan vitamin secara intravena. Intake per oral awalnya dibatasi, kemudian dilanjutkan dengan peningkatan secara bertahap Induksi abortus diperlukan sebagai tindakan untuk menyelamatkan kehidupan wanita hamil dengan hiperemesis yang tidak membaik serta tidak berespon tergadap regimen terapi rumah sakit yang paling agresif. Hiperalimentasi dicoba sebelum mempertimbangkan terminasi kehamilan. 1) Menurut Rustam Mochtar, 2010 a. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Defeksi hendaknya diusahakan teratur. b. Terapi obat, menggunakan sedativa (Luminal, Stesolid); vitamin (B1 dan B6); anti muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan); antasida dan anti mulas. c. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. 1. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja, telah banyak menurangi mual muntahnya. 2. Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang kalahal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah. 3. Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dam pekerjaan serta lingkungan. 4. Cairan infus sebaiknya menggunakan larutan yang memiliki kalori tinggi seperti Valamin Futrolit, untuk menambah kalori yang kurang dari makanan yang didapat peroral sekaligus mencegah kekurangan elektrolit. 5. Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan di atas. 6. Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
2) Menurut Nengah Runiari, 2010
a. Terapi cairan Klien dengan kasus hiperemesis gravidarum dengan muntah yang sering hingga menyebabkan dehidrasi dan turunnya berat badan harus segera mendapat penanganan terapi cairan. Resusitasi cairan merupakan prioritas utama untuk mencegah mekanisme kompensasi seperti vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus, karena selamaterjadi gangguan hemodinamik pasokan darah berkurang ke uterus. b. Isolasi Klien ditempatkan pada ruangan yang tenang, dengan situasi yang cerah dan peredaran udara baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke kamar klien sampai muntah berhenti dan klien mau makan. Sebaiknya klien tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam. Kadang dengan tindakan isolaso, gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. c. Terapi psikologis Perlu diyakinkan kepada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan. Berikan motivasi untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, kurangi pekerjaan, serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang terjadinya penyakit ini. d. Obat-obatan Apabila keluhan dan gejala tidak berkurang dengan cara yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan pengobatan untuk penanganan klien. Ingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah Fenobarbital. sedangkan vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Antihistamin juga dianjurkan sepertiDramamine atau Avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiematik seperti Disklomin, Hidroklorida, atau klorpromazin (largaktil). Jika klien tidak dapat menerima terapi oral maka dapat diberikan Metoklopramid secara intravena. e. Diet dan terapi nutrisi Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan berminyak untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya pemberian makan dan minum diberi jarak. Diet hiperemesis grsvidsrum bertujuanuntuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis dan secara berangsur akan diberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. f. Terapi di rumah sakit ditujukan untuk: 1) Mengatasi dehidrasi dengan pemberian infus 2) Mengatasi kelaparan dengan pemberian glucose dengan infus atau makanan dengan nilai kalori tinggi dengan sonde hidung: juga diberi vitamin-vitamin yang cukup 3) Mengobati neurose dengan psychoterapi sedativa dan isolasi. (Ratna Dewi Pudiastuti, 2012) DAFTAR PUSTAKA
1. Aikins Murphy P. Alternative therapies for nausea and vomiting of
pregnancy. Obstet Gynecol. Jan 2010;91(1):149-55. 2. KHAYATI, NUR (2013) ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DAN DEHIDRASI SEDANG PADA NY. A UMUR 33 TAHUN G2 P1 A0 HAMIL 10 MINGGU DI RSUD PURBALINGGA. Diploma thesis, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 3. Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika