Anda di halaman 1dari 25

MATA KULIAH PATOFISIOLOGI

KASUS DALAM KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.


M DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM DI PUSKESMAS
PADA TAHUN 2023
Dosen Pembimbing:

Yuli Suryanti, M. Keb

Oleh :

Kelas A (Reguler)
A. Kehamilan

1.Definisi

Kehamilan adalah keadaan yang diawali dengan bertemunya sel

sperma dan ovum kemudian membentuk zigot, dalam proses selanjutnya

zigot akan berubah menjadi morulla, blastula, blastokist, yang akan

melakukan nidasi pada endometrium. Kemudian hasil konsepsi (janin dan

plasenta) akan tumbuh dan berkembang sampai aterim dan di akhiri

persalinan (Romauli, 2011: 76).


World Health Organization menyatakan angka
kejadian emesis gravidarum sedikitnya 15% dari
semua wanita hamil. Emesis gravidarum terjadi
diseluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam
yaitu 1-3% dari seluruh kehamilan di 3
Indonesia,0,9% di Swedia, 0,5% di California,1,9%
di Turki, dan di Amerika Serikat prevalensi emesis
gravidarum sebanyak 0,5%-2%(WHO, 2015).
A. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

1. Definisi
●Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan
muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa
kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga
menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
dalam kandungan (Kadir et al, 2019).
1. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
a. Tingkat I
1) Ibu merasa lemah
2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
5) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik menurun
6) Turgor kulit mengurang
7) Lidah mengering mata cekung
8) Merasa nyeri pada epigastrium
a. Tingkat II
1) Ibu tampak lebih lemah dan apatis
2) Berat badan turun
3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4) Suhu kadang-kadang naik
5) Mata sedikit ikterik dan cekung
6) Turgor kulit lebih mengurang
7) Lidah mengering dan tampak kotor
8) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing
a. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu meningkat
6) Tensi menurun
7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
8) Mata cekung dan timbulnya ikterus

. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan
yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida
air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang
sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal (Khayati, 2013).
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a.Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologi.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d.Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
teh hangat.
e.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f.Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g.Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak
mengurang, maka diperlukan seperti :
Obat-obatan
a.Sedativa : Phenobarbital
b.Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
c.Anti histamine : dramamin, avomin
d.Anti emetik (pada keadaan lebih berat) :
Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine.
e.Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih
berat perlu dikelola di rumah sakit
Manajemen Varney Pada Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum

Langkah 1 (Pengumpulan data dasar)

Dalam tahapan ini data/fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan data objektif dari

hasil pemeriksaan pada pasien. Adapun pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

yang menyangkut keadaan klien, data ini termasuk riwayat kesehatan klien, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium serta laporan keterangan tambahan lain hubungan dengan

kondisi klien yang didapat wawancara pada klien atau keluarga.

Pada kasus ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum keluhan utama yang sering terjadi adalah ibu

mengatakan mual, muntah dan kadang sakit perut dengan waktu yang tidak menentu (Revina, 2014:

59).
Langkah II Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan intervensi yang
benar atas data yang dikumpulkan.
Data yang didapatkan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yaitu, pada data subjektif ibu
mengatakan mual, muntah, nyeri perut, pada data objektif didapat berat badan tetap atau pun
menurun, tanda vital dalam batas normal, palpasi abdomen untuk organomegali, nyeri tekan,
distensi (tidak ada gangguan GI), bunyi usus normal (tidak ada gangguan GI), hasil penilaian ukuran
uterus normal sesuai dengan usia kehamilanuntuk menyingkirkan kehamilan ganda atau mola
hidatidosa.

Langkah III Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial


Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial yang memerlukan
antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan
mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi (Varney, 2007:152). Dalam
kondisi yang ringan, mual saat hamil biasanya tidak akan menyebabkan komplikasi apa pun pada
bayi. Namun, dalam kasus yang cukup parah seperti pada hiperemesis gravidarum, akan mengalami
berbagai komplikasi seperti ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh, dehidrasi, depresi dan
kecemasan ekstrem, malnutrisi pada janin akibat berat badan ibu yang terus menurun. hiperemesis
bisa sangat menganggu dan memengaruhi ibu dalam banyak hal.
• Langkah 4 Identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi ibu. Pada kasus emesis gravidarum tidak
diperlukan adanya tindakan segera atau kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu terjadi komplikasi lain maka perlu
dilakukan tindakan segera tergantung keadaan yang dialami.

Langkah 5 Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Adapun perencanan asuhan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum menurut King, et all (2019: 1264) adalah
sebagai berikut:
Makan dalam jumlah sedikit tapi sering.
Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual.
Pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan
berdiri bangun. Bila merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau biskuit didekat tempat tidur,
dan dapat memakannya dahulu sebelum mencoba untuk berdiri.
Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual.
Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun jus. Hindari minuman
yang mengandung kafein dan karbonat.
Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi tetap memerlukan folat untuk kehamilan ini. Bila mual
muntah sangat hebat, konsultasikan ke dokter sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan
konsumsi, dan dokter mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan.
Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil.Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter untuk
pemakaiannya.
Pengobatan tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan
tradisional. Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk menbantu
mengatasi rasa mualnya dan juga dengan melakukan terapi akupresur.
Istirahat dan relaksasi akan sangat membantu mengatasi rasa mual muntah, karena bila stress hanya akan
memperburuk rasa mual. Cobalah beristirahat yang cukup dan santai, dengarkan musik, membaca buku bayi atau
majalah.
Langkah 6 PELAKSANAAN
Pelaksanaan dari perencanaan

Langkah 7 EVALUASI
Evaluasi dari asuhan yang telah dilakukan

Evidece Based Midwifery pada kasus Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum Pada
Ibu Hamil Di Semarang (Annisa Dinah Nurbaity, Aryu Candra, Deny Yudi Fitranti,
2019)
Persentase asupan karbohidrat dan lemak jenuh lebih tinggi pada kelompok
hiperemesis (4,5% ; 18,18%) daripada kelompok tanpa hiperemesis (0%; 4,5%).
Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi sebelum kehamilan, asupan
karbohidrat, protein, lemak jenuh, asam lemak omega 3, asam lemak omega 6, dan
vitamin B6 dengan hiperemesis gravidarum (p> 0,05) Simpulan: Status gizi sebelum
hamil, asupan karbohidrat, protein, lemak jenuh, asam lemak omega 3, asam lemak
omega 6, dan vitamin B6 bukan merupakan faktor risiko terjadinya hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil di Semarang.
c e p t s
Con
c e p t s
Con
PEMBAHASAN
1.Pengumpulan Data Dasar

Pada kasus Ny. M didapatkan keluhan utama pasien yakni ibu mengeluh mual
muntah berlebihan, riwayat keluhan utama ibu yakni keluhan dialami ibu sejak
diawal kehamilan yakni saat ibu memasuki bulan ketiga kehamilan, ibu lebih sering
muntah di pagi hari, pada hari-hari sebelumnya ibu hanya muntah sekitar 5 kali
dalam sehari dan tidak merasakan nyeri ulu hati, frekuensi muntah ibu pada hari ini
sejak Ia bangun pukul 07.00 hingga pukul 08.00 adalah sebanyak >5 kali, ibu
mengeluh mengalami nyeri pada ulu hati, ibu malas makan selama Ia mengalami
mual dan muntah, ibu memuntahkan segala apa yang Ia makan terutama pada
makanan yang memiiki bau yang menyengat, ibu dapat menoleransi air putih dengan
tidak memuntahkannya. Berdasarkan kajian di atas, pada kasus Ny. M dengan
kehamilan 6-7 minggudidapat dari HPHT tanggal 10 Juli 2023dengan keluhan dan
hasil pemeriksaan yang diperoleh Ny. M mengalami penurunan berat badan dari 51
kg menjadi 49 kg, mual muntah hingga mengganggu aktivitas. Hal ini sejalan (tidak
ada kesenjangan) dengan teori dan jurnal EBM.
2. Interpretasi Data
Berdasarkan pengumpulan data dasar pada kasus kehamilan Ny. M, ditegakkan diagnosa yaitu
Ny. M G1P0A0 hamil6-7 minggu. Masalah yang timbul dari hasil pengkajian yaitu adanya
keluhan mual dan muntah (Emesis Gravidarum) yang sering dan membuat ibu lemas yang
mengganggu aktivitas. hiperemesis Gravidarum yang dialami ibu mengganggu pemenuhan
asupan nutrisi bagi ibu dan janin. Hal ini perlu penatalaksanaan agar tidak mengarah pada
komplikasi Hiperemesis Gravidarum yang dapat memperlemah kondisi ibu.
Berdasarkan kajian di atas, pada kasus Ny. M dengan kehamilan 6-7 minggu dari interpretasi
data dapat disimpulkan maka kehamilan tersebut masih dalam kasus kehamilan fisiologis. Hal
ini sejalan (tidak ada kesenjangan) dengan teori dan jurnal EBM.
Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada kasus Ny. M G1P0A0 hamil 6-7 minggu, dirumuskan diagnose/masalah potensial yang
mungkin terjadi yaitu dehidrasi. Hal ini berdasarkan hasil anamnesa dan interpretasi data
bahwa keluhan yang dialami ibu mual muntah yang berlebihan yng menyebabkan lemah yang
mengganggu aktivitas dan perlu penatalaksanaan dengan perencanaan sesuai kebutuhan dan
keadaan ibu.
Berdasarkan kajian di atas, pada kasus Ny. M dengan kehamilan 6-7 minggu dari interpretasi
data dapat disimpulkan maka diagnosa potensial Ny. M adalah terjadinya dehidrasi. Hal ini
sejalan (tidak ada kesenjangan) dengan teori dan jurnal EBM.
4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Keadaan Ny. M masih menunjukkan kehamilan yang fisiologis sehingga tidak
memerlukan penanganan segera. Untuk penatalaksanaan kasus dirumuskan
sesuai dengan keluhan dan kondisi ibu saat ini. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa pemberian terapi tidak memicu emesis yang dialami ibu.Pada langkah ini
penerapan teori dan kasus di lahan praktik disesuaikan dengan kajian jurnal-
jurnal EBM yang mendukung.

5. Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh


Rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M G1P0A0 Hamil6-7 minggu
berdasarkan hasil pengkajian dan interpretasi data. Dari hasil intepretasi data
diketahui masalah ibu saat ini adalah mengalami hiperemesis
gravidarum.Keadaan ibu membutuhkan penatalaksanaan yang tepat sesuai
keluhan dan kebutuhan ibu.
Berdasarkan kasus yang didapatkan di Puskesmas didapatkan data bahwa Ny. M G1P0A0 umur
kehamilan 6-7 minggu. Masalah yang dialami pasien yaitu merasa mual dan sakit kepala badan
terasa lemas dan mengganggu aktivitas. Pelaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil yaitu
melakukan informed consent, melakukan anamnesa, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
memberitahu hasil pemeriksaan, melakukan konseling gizi, melakukan konseling tentang pola
istirahat dan tidur, melakukan konseling tanda bahaya kehamilan, kolaborasi dengan dokter dan
memberikan obat anti mual dan pemberian cairan intravena dan ondensatron dan melakukan
pendokumentasian.
Kasus tersebut sejalan dengan penelitian Gunawan (2019:4) mengenai diagnosis dan tatalaksana
hiperemesis gravidarum. Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola
makan tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan diberikan
setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil. Pemberian obat secara intravena
dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk.7Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah
vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine
per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah
randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan
muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernicke’s encephalopathy.
6.Melaksanakan Perencanaan/Implementasi
Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu keputusan dan
memberi perawatan. Pada tahap ini, pelaksanaan adalah melaksanakan perencanaan asuhan
yang menyeluruh. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa pelaksanaan yang tidak
dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap berkewajiban untuk mengarahkan
pelaksanaannya dan memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana (Varney,
2007).
Pada kasus Ny. M G1P0A0 hami 6-7 minggu Implementasi yang dilakukan oleh petugas berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat secara komprehensif, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus yang penulis temui dilapangan.

7.Evaluasi
Pada evaluasi kasus Ny.MG1P0A0 Hamil6-7 minggu, dilakukan dari mulai pengkajian sampai
perencanaan dilakukan.ibu memahami semua penjelasan yang diberikan oleh petugas dan ibu
akan mencoba menerapkan konseling yang disampaikan oleh petugas kesehatan (Bidan)
termasuk penerapan terapi non farmakologi dalam mengatasi masalah emesis garvidarum dan
anemia ringan yang dialaminya.
c e p t s
Con

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai