Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUTORIAL

BLOK SISTEM SARAF SKENARIO 1


SAYA INGIN KONTROL KEHAMILAN

KELOMPOK A8
BATARA BISUK G0015041
LEONARD SARWONO A G0015137
MUHAMMAD YOGATAMA W G0015171
THEODORE AMADEO N G0015225
ZAHRA DZAKIYATIN N G0015239
RATU SALSABILA G0015201
NADAA G0015177
KURNIA LINTANG K G0015133
HELENA CHRISTINA Y G0015107
FATHIA SRI MULYANI G0015081
DIAN NURRAHMAH G0015059
AULIYA YUDIA YASYFIN G0015033

TUTOR: Asih Anggraeni, dr., Sp. OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2017
SKENARIO 1

SAYA INGIN KONTROL KEHAMILAN

Seorang perempuan G2P0A1 berusia 24 tahun, usia kehamilan 9 minggu,


datang ke puskesmas PONED dengan keluhan mual muntah terutama pagi hari. Muntah
dirasakan terus menerus sejak dua hari yang lalu (sehari kurang lebih 5 kali) dan
semakin memberat setiap ada bau makanan. Pasien juga mengeluh nyeri di ulu hati.
Pasien mengeluh keluar bercak kecoklatan dari jalan lahir sejak satu hari yang lalu,
tidak diserta dengan rasa mulas di perut. Pasien pernah keguguran satu tahun yang lalu
pada usia kehamilan 8 minggu. Pada saat itu pasien dilakukan kuretase.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis tanda vital 110/80
mmHg, frekuensi nafas 16 kali/enit, suhu 36,7 C, denyut nadi 98 kali/menit.
Pemeriksaan mata didapatkan conjungtiva anemis. Pemeriksaan thorax dalam batas
normal. Pda pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan di epigastrium, tinggi fundus
uteri belum teraba. Pemeriksaan dalam didapatkan OUE(ostium uteri eksternum)
tertutup uterus sebesar telur angsa, tidak didapatkan massa di adneksa, nyeri goyang
servix (-), dan terdapat darah kecoklatan di sarung tangan pemeriksa. Pemeriksaan
penunjang, kadar Hb 9g/dl, MCV 60 femtoliter, MCH 15 picograms/sel, MCHC 25
gram/desiliter. Sedangkan hasil USG Kehamilan dan urinalisis didapatkan adalam batas
normal. Dokter merencanakan terapi konservatif dan edukasi waktu kontrol terkait
kehamilannya.
A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario.
1. Fundus uteri
Merupakan atap dari uterus/rahim. Sedangkan pemeriksaan tinggi fundus
uteri digunakan untuk memonitor pertumbuhan fetus dan volume cairan
amnion. Cara pengukuran dengan mengukur jarak antara symphysis pubis
sampai dengan puncak fundus uteri dengan syarat vesica urinaria harus
dikosongkan terlebih dahulu.
2. Kuretase
Tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim, seperti sisa-
sisa plasenta dengan cara dikorek.
3. Adneksa
Daerah di sekitar rahim, termasuk tuba falopii dan ovarium.
4. PONED
Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar
5. G2P0A1
Merupakan suatu catatan riwayat kehamilan dan persalinan. G=Gravida
(kehamilan), P=Para/Partus(Persalinan), A=Abortus (keguguran atau aborsi).
Dari skenario didapatkan diagnosis sekundii gravida nulli para.
6. OUE
Ostium Uterus Eksterna, merupakan lubang di pangkal kanalis serviks yang
berhubungan dengan uterus, dapat digunakan sebagai pembanding dalam
diagnosis abortus.
7. Nyeri goyang serviks
Merupakan pemeriksaan obstetri yang menilai nyeri pada regio serviks.
Apabila hasil pemeriksaan positif kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
terganggu.
8. Terapi konservatif
Tatalaksana tanpa prosedur operatif atau invasif untuk menghentikan
perdarahan.
9. Epigastrium
Regio pada abdomen yang berada di superior dari umbilikus dan berbatasan
di inferior processus xyphoideus di linea mediana.
10. Urinalisis
Pemeriksaan urin untuk mengetahui kandungan urin seperti hormon hCG
atau keton, juga dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis infeksi
saluran kencing.

B. Langkah II: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan.


1. Kenapa pasien mual dan muntah terus? Apa hubungannya dengan kehamilan?
2. Bagaimana pengaruh abortus dengan riwayat keluhan pasien?
3. Kenapa pasien mengeluh nyeri ulu hati?
4. Apa hubungan keluhan dengan hasil pemeriksaan darah? Interpretasi hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang?
5. Mengapa keluar bercak kecokelatan dari jalan lahir tanpa disertai mulas perut?
6. Bagaimana tanda kehamilan yang normal?
7. Kenapa harus dirawat inap dan juga apa terapi konservatif yang diberikan?
8. Apa pengaruh kondisi ibu terhadap janin?
9. Apa pemeriksaan untuk ibu hamil?
10. Kapan saja waktu control yang baik?

C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara


mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)
1. Mual saat hamil dialami sebagian besar ibu hamil, hanya kurang dari 20 persen
yang tidak mengalaminya. Kondisi ini adalah hal yang umum terjadi di awal masa
kehamilan, terutama minggu pertama hingga bulan ketiga, dan diduga penyebabnya
adalah perubahan hormon. Meski begitu, beberapa wanita mengalami mual hingga
waktu yang lebih lama. Selain itu, walau sering disebut juga dengan sebutan
morning sickness, sebenarnya kondisi ini dapat terjadi kapan saja, pagi, siang,
maupun malam. Bahkan, ada beberapa ibu hamil mengalaminya sepanjang hari.

Penyebab Mual

Mual pada wanita hamil disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

 Produksi hormon kehamilan. Ketika sel telur yang sudah dibuahi


menempel pada dinding rahim, tubuh akan memproduksi hormon human
chorionic gonadotropin (HCG). Hal inilah yang diduga menyebabkan
mual. Jadi, rasa mual yang muncul merupakan pertanda bahwa produksi
hormon yang dibutuhkan untuk kehamilan yang sehat berjalan normal.
 Adanya peningkatan kadar hormon estrogen.
 Sensitivitas terhadap aroma atau bau tertentu meningkat.
 Penelitian menemukan bahwa sebagian wanita mengalami mual saat
stres.
 Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan mual dan muntah. Untuk
itu, segera periksakan ke dokter jika nyeri atau keluar darah saat Anda
buang air kecil.

Sebagian wanita hamil cenderung lebih berisiko mengalami mual saat hamil
terutama jika sebelumnya mereka sudah pernah mengalami mual dalam perjalanan,
mual saat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, mengandung anak
pertama, obesitas, dan mengandung bayi kembar.

Apakah Berbahaya?

Mual pada ibu hamil sebenarnya wajar dan tidak membahayakan janin
di dalam kandungan. Kondisi ini justru menguntungkan karena akan mendorong
sang ibu mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi tertentu, seperti
karbohidrat, yang kurang memicu mual.

Selain itu, mual juga akan mengurangi risiko janin terpapar zat yang
berbahaya dari aneka makanan yang dikonsumsi sang ibu. Tak kalah penting,
kondisi mual juga akan mendorong ibu hamil menyesuaikan aktivitasnya
dengan perkembangan si janin.
Namun, apabila frekuensi mual dan muntahnya berlebihan, tetap harus
diwaspadai. Mual yang diikuti dengan muntah-muntah parah dapat menjadi
pertanda adanya gangguan dalam kehamilan. Misalnya pada hamil anggur,
dimana plasenta berkembang menjadi sekelompok kista abnormal.
Kemungkinan lain adalah hyperemesis gravidarum, yaitu kondisi saat ibu hamil
kehilangan berat badan dan cairan tubuh dalam jumlah banyak sehingga perlu
dirawat dengan infus atau obat-obatan.

Bagaimana Mengatasi Mual?


Mual saat hamil bisa ditangani secara mandiri dengan perubahan pola makan
dan perubahan beberapa kebiasaan seperti berikut:
 Jika mengalami mual di pagi hari, bangunlah secara perlahan dari tempat
tidur. Kalau memungkinkan makanlah sepotong roti atau biskuit sebelum
berdiri.
 Kelelahan dapat menyebabkan mual. Pastikan Anda cukup beristirahat.
 Konsumsi makanan dalam porsi sedikit demi sedikit tapi sering. Hindari
makan dalam porsi besar dalam satu waktu. Batasi makanan yang terlalu
pedas ataupun terlalu manis. Demikian juga waktu minum, teguklah sedikit-
sedikit dan lakukan secara perlahan.
 Hindari makanan atau bau-bauan yang dapat membuat Anda merasa mual.
 Mengonsumsi makanan atau minuman dingin dapat meringankan mual
daripada santapan panas atau hangat yang masih mengeluarkan aroma.
 Kenakan pakaian yang nyaman yang tidak ketat di pinggang.
 Mual tidak akan begitu terasa ketika Anda tidak terlalu memikirkannya.
 Mintalah bantuan orang lain jika Anda tidak dapat melakukan beberapa
kegiatan yang memicu mual seperti memasak.
 Tidak ada bukti medis bahwa jahe dapat meredakan mual. Namun Anda
dapat mengonsumsi permen jahe atau minum air hangat dengan paduan jahe
jika memang dirasa membantu.
 Hindari berbaring setelah menyantap makanan.
 Hindari makanan berlemak yang membutuhkan waktu lama untuk dicerna.
 Gosok gigi dan berkumurlah setelah makan.
 Saat merasa mual, cobalah untuk berjalan-jalan ke luar ruangan untuk
mendapat udara segar.
 Anda dapat mencoba mengonsumsi vitamin untuk ibu hamil bersama
makanan sebelum tidur.
 Zat besi dapat memperberat kerja sistem pencernaan. Jika Anda
mengonsumsi vitamin untuk ibu hamil dengan dosis zat besi tinggi, Anda
bisa berkonsultasi ke dokter untuk meminta dosis yang lebih rendah.
 Jika mual diiringi muntah dirasa sangat mengganggu, dokter biasanya akan
merekomendasikan obat anti-mual. Namun, hindari mengonsumsi obat anti-
mual tanpa konsultasi dengan dokter karena berisiko membahayakan janin.
Segera periksakan diri ke dokter jika mual tidak tertahankan hingga muntah
berulang-ulang dengan disertai ciri-ciri sebagai berikut:

 Nyeri pada perut.


 Urine berwarna kuning pekat atau bahkan tidak buang air sama sekali selama
lebih dari 8 jam.
 Tidak dapat mengonsumsi makanan atau cairan apapun tanpa dimuntahkan
kembali selama 24 jam.
 Merasa sangat lemas hingga bahkan tidak sanggup berdiri.
 Demam 38 derajat celcius ke atas.
 Muntah darah.

Jika mual menyebabkan muntah, pastikan saja Anda mengganti hilangnya


cairan dan makanan. Muntah parah berkepanjangan ada kalanya berhubungan
dengan risiko bayi lahir prematur dan bayi lahir berat badan rendah atau bayi lahir
kecil dibanding umur kehamilan ibu.

2. -
3. Normal, karena terjadi disfungi hepatik akibat adanya peningkatan kadar serum
transaminase sebelum 20 minggu
4.

Hematokrit ibu hamil: 30-46%


Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya
dipakai antara lain :
· MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER),
yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
· MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
· Nilai normal = 82-92 fl
· MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata
(HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
· MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
· Nilai normal = 27-31 pg
· MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapat per
eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
· MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
· Nilai normal = 32-37 %

5. Terdapat beberapa kemungkinan penyebab keluarnya bercak kecoklatan, yaitu:


a. Proses implantasi
b. Fertilisasi tidak sempurna
c. Perubahan hormon
d. Infeksi
e. Kelelahan
f. Kelainan plasenta (solutio placenta, placenta previa)
g. Kehamilan ektopik

6.

A. Tanda Presumtif

1. Berhentinya Menstruasi (Amenorea)

Pada seorang wanita sehat yang sudah mengalami menstruasi spontan, teratur
dan dapat diperkirakan.jika dengan penghentian mendadak menstruasinya sangat
mendukung terjadinya kehamilan.
2. Mual dan Muntah (Nause and Vomiting)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan


pertama, karena sering terjadi pada pagi hari (morning sicness).

3. Perubahan pada Payudara

Payudara membesar,tegang dan sedikit nyeri yang disebabkan oleh adanya


pengaruh hormon yaitu estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan
alveoli payudara.

4. Meningkatnya pigmentasi kulit

Meningkatnya pigmentasi kulit ini dipengaruhi oleh hormon kortikosteroid


plasenta.Dijumpai dimuka (cloosma gravidarum), areola, leher, dan dinding perut
(linea nigra).

5. Letih (Fatique)

Mudah letih adalah ciri kehamilan dini yang sering terjadi dan memberikan ciri
diagnostik yang berharga.

6. Gangguan Kencing

Selama TM-1 kehamilan, uterus yang sedang membesar dapat mendesak


kandung kencing sehingga dapat menyebabkan sering kencing.

7. Ngidam Makanan

Merasa sangat ingin menikmati makanan tertentu, biasanya buah-buahan yang


rasanya asam.

8. Sakit Kepala

Hal ini sering disebabkan oleh adanya pengaruh hormon,dan dapat diatasi
dengan teknik relaksasi, istirahat, atau mandi air hangat.
B. Bukti Kemungkinan Kehamilan

1. Pembesaran Abdomen

Setelah 12 minggu kehamilan, uterus biasanya dapat diraba melalui dinding


abdomen, tepat diatas simfisis. Kemudian uterus secara bertahap bertambah besar
sampai akhir kehamilan. Umumnya pembesaran abdomen selama usia subur pada
wanita secara kuat mengesahkan kehamilan.

2. Perubahan Ukuran, Bentuk dan Konsistensi Uterus

Pada permukaan bimual korpus uteri teraba liat dan elastis dan kadang-kadang
menjadi sangat lunak.

3. Perubahan pada Cerviks

Pada kehamilan 6-8 minggu, cervik menjadi sangat lunak. Konsistensi jaringan
cervik lebih mirip dengan konsistensi bibir pada mulut dari pada cartilago
hidung,seperti pada wanita yang sedang tidak hamil.

4. Kontraksi Braxton Hicks

Selama kehimilan uterus mengalami kontraksi – kontraksi yang dapat


diraba,biasanya tanpa nyeri dengan interval yang teratur mulai dari kehamilan dini.
Kontraksi – kontraksi ini dapat bertambah jumlah dan amplitudonya kalau uterus
dimasase.

5. Tanda Chadwick

Selama kehamilan, mukosa vagina sering kelihatan gelap merah kebiruan atau
merah muda.

6. Teraba Ballotement

Mendekati pertengahan kehamilan, Volume janin masih kecil dibandingkan


dengan volume cairan amnionnya. Akibatnya, tekanan mendadak yang dikenakan
pada uterus dapat menyebabkan janinnya tenggelam dalam cairan amnion dan
kemudian kembali keposisi semula.

C. Tanda Positif Kehamilan


1. Identifikasi Kegiatan Jantung Janin

Mendengarkan atau menemukan denyut jantung janin menjamin diagnosa


kehamilan. Kontraksi jantung janin dapat diidentifikasi dengan auskultasi
menggunakan fetoskop dengan prinsip doppler ultrasonik dan dengan menggunakan
sonografi. Denyut jantung janin dapat dideteksi setelah 17 minggu gestasi. Dalam
kondisi normal denyut jantung janin berkisar dari 120 sampai 160 denyut semenit
dan terdengar sebagai sebuah bunyi ganda mirip detikan jam dibawah bantal.

2. Persepsi Gerakkan Janin

Tanda positif kehamilan kedua adalah adanya gerakan – gerakan janin dalam
pemeriksaan. Setelah kehamilan 20 minggu, gerakan janin dapat dirasakan pada
interval waktu yang tidak tentu, dengan meletakkan tangan pemeriksa pada abdomen
pada wanita tersebut.

3. Terlihat tulang – tulang janin dalam fhoto rontgen

7. Tata laksana mual dan muntah pada ibu hamil:

a. Perhatikan cairan yang masuk, harus tercukupi


b. Dijaga keseimbangan elektrolit
c. Berikan vitamin
d. Berikan antiemetik
e. Suplemen zat besi
f. Terapi psikologis

8. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko yang berbahaya bagi janin. Setiap
ibu hamil perlu mengetahui bahayanya, berikut adalah yang berkaitan dengan
masalah anemia pada ibu hamil yang berdampak pada janin:

Berat badan lahir rendah

Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir rendah. Selin
itu kondisi anemia pada ibu hamil juga dapat mengganggu nutrisi pada janin, dimana
dengan adanya penurunan sel darah merah atau hemoglobin, sehingga dapat
mengakibatkan janin tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat melalui placenta.
Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (<2000 g) atau berat badan lahir sangat
rendah (<1.500g) biasanya berkaitan dengan asupan zat besi dan asam folat yang
kurang secara bersama-sama. Bayi dengan berat badan lahir rendah akan
meningkatkan risiko kematian. Kejadian berat badan lahir rendah juga dapat
berdampak dikemudian hari diantaranya adalah malnutrisi pada anak, anak mudah
terkena infeksi penyakit, dan meningkatkan kematian bayi. Pada beberapa penelitian
lain juga didapatkan bahwa dengan berat badan lahir rendah yang berhubungan
dengan anemia pada ibu hamil adalah adanya penurunan fungsi otak dan
kemampuan anak dalam berinteraksi dan menggangu kecerdasan kognitif anak saat
sekolah. Termasuk juga dengan perkembangan mental dan kemampuan daya
tangkap anak.

Kelahiran prematur

Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau hemoglobin
akan menurun, sehingga menyebabkan peningkatkan volume plasma dan
mengakibatkan kontraksi pada rahim. Ditambah dengan kondisi janin yang tidak
sesuai perkembangan bayi berdasarkan usia kehamilan ibu, biasanya kehamilan
prematur juga menyebabkan kematian pada saat dilahirkan.

Kematian janin

Biasanya diakibatkan oleh banyak faktor, dimulai dari kondisi janin, kondisi ibu
dan proses persalinan yang terjadi. Untuk kasus anemia pada ibu hamil terdapat
risiko peningkatan kejadian hipoksia janin pada saat proses persalinan, dimana ini
akan meningkatkan kematian pada janin.

Anemia pada ibu hamil perlu dilakukan penanganan yang baik. Pemberian
suplemen diberikan jika memang tidak dapat dicukupi oleh ibu dari konsumsi
makanan sehari hari. Kunjungan antenatal saat kehamilan berperan penting untuk
dapat memenuhi kesehatan ibu dan janin.

9. Pemeriksaan kehamilan dan diantaranya yaitu :

Pemeriksaan Berat Badan

kandungan atau pun seorang bidan pada saat hamil maka yang pertama kali
dilakukan adalah dengan pemeriksaan berat badan ini (timbang badan). Tujuan
pemeriksaan kehamilan ini adalah untuk mengetahui peningkatan berat badan ibu
hamil dalam setiap bulannya. Bila berat badannya naik secara normal dan tidak ada
peningkatan berat badan berlebihan maka itu salah satu indikasi kehamilan sehat
juga.

Pemeriksaan Perut

Pemeriksaan kehamilan ini selalu dilakukan setiap kali kontrol dan memeriksakan
ibu hamil. Tujuan pemeriksaan perut pada kehamilan adalah melihat posisi atas
rahim, mengukur pertumbuhan janin, dan mengetahui posisi janin. Karena posisi
janin juga berubah sesuai dengan umur kehamilan.

Pemeriksaan Detak Jantung Janin

Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seorang dokter kandungan atau pun bidan
dilakukan dengan cara yang dinamakan tehnik doopler. Atau juga bisa dengan alat
USG kehamilan. Mengetahui detak jantung janin ini juga berfungsi dan bermanfaat
untuk mengetahui apakah janin dalam kondisi sehat atau pun tidak.

Pemeriksaan kehamilan ini pula bila di masyarakat pedesaan dikenal dengan ANC
(Ante Natal Care) Pengertian antenatal care ini adalah kunjungan ibu hamil dengan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang
ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan
baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak
memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai
kunjungan ibu hamil.

10. Kapan pemeriksaan kehamilan ini dilaksanakan dan dilakukan. Pemeriksaan


kehamilan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten contohnya
adalah melalui dokter kandungan atau pun bidan dengan minimal pemeriksaan 3 kali
selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama, trimester kedua dan
pada kehamilan trimester ke tiga, itupun jika kehamilan normal. Namun ada baiknya
pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan, sebulan dua
kali pada usia 7 – 8 bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9
bulan.
D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah III.

MUAL MUNTAH

Kehamilan Aborsi

Normal Abnormal

Gejala Pemeriksaan Fisik Diagnosis Tata Laksana


dan Penunjang dan Prognosis

E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran.


1. Mengetahui anatomi, fisiologi, histologi organ reproduksi wanita
2. Mengetahui fisiologi kehamilan normal
3. Mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan
4. Mengetahui diagnosis kerja dan diagnosis banding yang berkaitan dengan kasus
5. Mengetahui patofisiologi keluhan pasien pada skenario
6. Mengetahui tatalaksana dan prognosis penyakit yang diderita pasien
7. Mengetahui cara menghitung usia kehamilan
8. Mengetahui jenis-jenis abortus
9. Mengetahui pengertian PONED dan pelayanannya serta perbedaannya
dengan PONEK
10. Mengetahui jenis-jenis USG
11. Mengetahui mengenai quickening
E. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru
Setiap anggota dari kelompok kami mencari referensi untuk membuktikan
kebenaran dari sumber yang telah dikemukakan dan prior knowledge kami, serta
untuk menjawab persoalan yang belum diketahui (pada Langkah V). Beberapa
referensi yang kami dapat berasal dari artikel ilmiah, jurnal ilmiah, dan buku-buku
yang berkaitan dengan permasalahan dalam blok 13 skenario 1 ini.

F. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru


yang diperoleh.
LO 1: Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

Organ Genitalia Eksterna

a) Mons veneris : disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.
Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga
b) Labia mayora : merupakan kelanjutan dari mons venseris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan ini
terdiri dari :
-Bagian luar; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris
-Bagian dalam; tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak)
c) Labia minora : merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora, tanpa rambut.
Di bagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium klitoris dan
di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoris, labia minora ini
mengelilingi orifisium vagina
d) Klitoris : merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitif dan analog dengan penis pada laki-laki
e) Vestibulum : merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua
bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan kedua labia
minora. Pada vestibulum terdapat muara urethra, dua lubang saluran kelenjar
Bartholini dan dua lubang saluran kelenjar Skene
f) Kelenj ar Bartholi i : kelenja r yang penting didaerah vulva dan vagina, karena
dapat mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g) Hymen (selaput dara) : merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina,
bersifat rapuh dan mudah robek

Organ Genitalia Interna

a) Vagina : adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim,
terletak di antara salura kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak
mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm.
Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae, sedangkan di tengahnya
ada bagian yang lebih keras di sebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri
dari dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan
dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral kiri dan
kanan, forniks anterior, dan forniks posterior, arteria hemoroidalis mediana, dan
arteria pudendus interna. Fungsi penting dari vagina ialah sebagai saluran keluar
untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk
bersenggama dan jalan lahir pada waktu bersalin
b) Rahim (uterus) : adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya
ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa
rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil
di antara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar
atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu,
badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (serviks uteri)
berbentuk silinder, dan rongga rahim (kavum uteri). Bagian rahim antara kedua
pangkal tuba, yang disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal rahim.
Besar rahim berbeda-beda, bergantung pada usia dan pernah melahirkan anak
atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampong. Pada nulipara
ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-
3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara.
Letak rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak
lainnya adalah antefleksi (tengah ke depan), retrofleksi (tengah ke belakang),
anteversi (terdorong ke depan), retroversi (terdorong ke belakang). Suplai darah
rahim dialiri oleh arteri uterine yang berasal dari arteri iliaka interna (arteri
hipogastrika) dan arteri ovarika. Fungsi utama rahim adalah setip bulan
berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh kembang, dan berkontraksi
terutama sewaktu beralin dan sesudah bersalin.
c) Saluran telur (tuba falopii) adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan
dan kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter -8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh
peritoneum visceral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian
dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk
menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Saluran telur terdiri dari empat bagian
yaitu, pars interstisialis (intramuralis), pars isimika (bagian tengah saluran telur
yang sempit), pars ampularis (tempat pembuahan/konsepsi terjadi), dan
infundibulum (merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga perut). Fungsi
saluran telur adalah sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang
dilepaskan oleh indung telur, dan tempat terjadinya pembuahan
(konsepsi/fertilisasi).

Payudara

Payudara wanita yang di sebut juga glandula mammaria adalah alat reproduksi
tambahan, setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara
costa kedua dan keenam. Di topang oleh ligamentu m. suspensorium sehingga tetap
stabil, berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan
yang meluas ke ketiak atau axilla (di sebut cauda axillaris). Ukuran payudara berbeda
untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari payudara yag lain, struktur
makroskopik payudara terdiri atas bagian- bagian yaitu, cauda axillaris adalah jaringan
payudara yang meluas ke arah axilla, aerola adalah daerah lingkaran yang terdiri atas
kulit longgar dan mengalami hiperpigmentasi, papilla mamae terletak di pusat aerola
mamae setinggi costa ke 4, bagian ini merupakan tonjolan dengan panjang kira-kira 6
mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan sangat peka, papilla ini berlubang-
lubang yang merupakan muara dari duktus laktiferus. Ampulla adalah bagian dari
duktus laktiferus yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu, ampulla
terletak di bawah areola. Berdasarkan struktur mikroskopik, payudara terdiri dari dari
alveoli, yaitu mengandung sel-sel yang mengekskresi air susu, tubulus laktiferus adalah
saluran kecil yang berhubugan dengan alveoli, dan duktus laktiferus adalah saluran
yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus. Suplai darah ke payudara berasal
dari arteria mammaria interna, eksterna, dan arteri intrcostalis superior, drainase vena
melalui pembuluh darah yang akan masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena
aksilaris Bagian tengah terdapat puting susu yang di kelilingi oleh aerola mamae yang
berwarna coklat. Dekat dasar puting terdapat kelenjar montgomeri yang mengeluarkan
zat lemak supaya puting tetap lemas, putting mempunyai lubang + 15-20 buat tempat
saluran kelenjar susu. Struktur mamae terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan
alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan
lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran
limfe sebagi fleksus halus dalam ruang interlobular jaringan kelenjar bergantung
membentuk saluran lebih besar. Pada perempuan perubahan dan perkembangan buah
dada terjadi setelah masa remaja atau pubertas terdapat penambahan jaringan kelenjar.
Seorang wanita mulai menstruasi pertama terjadi sedikit pembesaran buah dada
disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang di hasilkan ovarium,
lama-kelamaan buah dada berkembang penuh dan penim bunan lemak menimbulkan
pembesaran yang tetap. Pada masa menopause lama-kelamaan ovarium berhenti
berfungsi dan jaringan buah dada mengkerut.

Panggul (pelvis)

Panggul merupakan salah satu jalan lahir yang memiliki fungsi yang lebih dominan
daripada jalan lahir, panggul terdiri atas 3 bagian yaitu, (1) tulang coxae, yaitu terdiri
atas tiga tulang yang masing-masing berjumlah dua buah, yaitu tulang ilium, ischium,
dan pubis. (2) tulang sacrum, yaitu berjumlah satu buah. (3) tulang coccygeus, yaitu
berjumlah satu buah. Tulang-tulang ini saling berhubungan satu sama lain melalui
artikulasio. Pada bagian depan artikulasio yang terletak di antara kedua os. Pubis, yang
disebut simfisis. Pada bagian belakang terdapat hubungan atau artikulasio
sakrokoksigea. Di luar kehamilan, artikulasio hanya memungkinkan mengalami sedikit
pergeseran, tetapi pada kehamilan dan persalinan mengalami pergeseran yang cukup
longgar, bahkan pada ujung koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm
pada proses persalinan.
LO 2: Fisiologi Kehamilan Normal

Konsep Perubahan-perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester pertama

Perubahan sistem reproduksi

1. Uterus

Setelah konsepsi, uters berkembang untuk memberikan lingkungan yang nutritif


dan protektif tempat janin akan berkembang dan tumbuh. Selama beberapa bulan
pertama kehamilan, dinding uterus menjadi jauh lebih tebal dan lebih lunak, tumbuh
dari 1 cm hingga 2,5 cm dalam 4 bulan. Aktivitas uterus dapat diukur sejak usia
gestasi 7 minggu saat kontraksi Braxton Hicks dapat terjadi setiap 20-30 menit, dan
dapat mencapai tekanan hingga 10 mmHg. Selama beberapa minggu pertama,
uterus berbentuk seperti buah pir, pada usia gestasi 10 minggu, uterus berukuran
kira-kira sebesar buah jeruk. Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus berukuran
kira-kira seperti buah jerik besar (Fraser & Cooper, 2009)

2. Serviks

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih
banyak mengandung jaringan ikat. Jaringan ikat pada serviks ini banyak
mengandung kolagen. Selama minggu-minggu awal kehamilan, peningkatan aliran
darah uterus dan limfe mengakibatkan oedema. Akibatnya uterus, serviks dan itmus
melunak secara progresif dan serviks menjadi kebiruan (tanda Chadwick, tanda
kemungkinan hamil) (Kusmiyati dkk, 2009)

3. Vagina

Pada awal kehamilan, vagina dan serviks memiliki warna merah yang hampir biru
(normalnya, warna bagian ini pada wanita yang tidak hamil adalah merah muda),
warna kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormone
progesteron. Thrus merupakan infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur
Candida Albicans secara berlebihan. Kehamilan dengan kadar estrogen dan glukosa
yang tinggi dalam sirkulasi darah merupakan kondisi yang mendukung
pertumbuhan candida dan peningkatan pertumbuhan jamur ini menyebabkan iritasi
lokal, timbulnya bercak merah yang kadang-kadang terlihat pada dinding vagina
serta keluhan priritis hebat. Pada awal kehamilan ibu hamil sering mengalami
keputihan, hal ini terjadi karena serviks terangsang oleh hormon sehingga menebal,
hiperaktif dan mengeluarkan banyak lendir. Bila berbau, warna berubah, segera
periksa.

4. Ovarium

Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat perkembangan dari
korpus luteum. Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum
graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian ia mengecil setelah plasenta
terbentuk (Rukiyah dkk, 2011).

Perubahan Sistem Kardiovaskular

1. Jantung : Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menit
meningkat antara 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6
minggu. Peningkatan curah jantung selama masa kehamilan kemungkinan terjadi
karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Saat ibu melakukan
aktivitas/olahraga, curah jantung, denyut jantung, dan laju pernapasan menjadi lebih
tinggi dibandingka dengan wanita yang tidak sedang hamil. Rontgen dada dan EKG
menunjukkan sejumlah perubahan dalam jantung terdengar murmur jantung dan
ketidakteraturan irama jantung. Semua perubahan tersebut adalah normal terjadi
pada masa kehamilan, tetapi beberapa kelainan irama jantung mungkin akan
menemukan pengobatan khusus (Sulistyawati, 2011).
2. Volume dan Komposisi Darah : Selama masa kehamilan terjadi percepatan
produksi SDM (normal : 4-5,5 juta/mm3). Persentasi kenaikan bergantung dengan
jumlah zat besi yang tersedia. Massa SDM meningkat 30-33% pada kehamilan
aterm, jika ibu mengkonsumsi suplemen besi. Apabila tidak mengkonsumsi
suplemen zat besi, SDM hanya meningkat 17% pada beberapa wanita.

Perubahan Sistem Pencernaan


Fungsi saluran pencernaan selama hamil menunjukkan gambaran yang sangat menarik.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini akibat
hormon estrogen yang meningkat, nausea (mual) atau muntah yang terjadi pada awal
bulan kehamilan sering di jumpai. Penyebabnya yang pasti tidak diketahui tetapi
kemungkinan besar keadaan ini merupaan reaksi terhadap peningkatan kadar hormone
yang mendadak. Jika berlangsung melebihi 14 minggu atau bila berat (hiperemesis)
maka morning sickness ini dianggap sebagai keadaan abnormal dan memerlukan
tindakan yang lebih serius lagi. Pada bagian mulut terjadi hiperemi pada gusi dan
membengkak. Ibu hamil mengeluhkan ptialisme (kelebihan saliva). Perasaan ini diduga
akibat wanita secara tidak sadar jarang menelan saat hamil (Rukiyah dkk,2011).

Mual dan muntah adalah tanda kehamilan yang biasanya muncul pada trimester
pertama dan biasanya terjadi pada pagi hari. Mual dan muntah sering muncul bila
mencium bau tertentu, misalnya : bau makanan, bau wewangian, dan sebagainya. Cara
mengatasinya adalah makan dalam jumlah sedikit tapi sering, hindari makanan yang
berbumbu, tidak merokok, bangun pagi makan biskuit (Salmah, 2006).

Pada bagian lambung terjadi relaksasi pada otot-otot pencernaan antara lain peristaltik
di lambung sehingga pencernaan makanan oleh lambung menjadi lebih lama dan
mudah terjadi peristaltik balik ke esophagus. Selain itu, pengaruh dari peningkatan
hormone HCG juga dapat menyebabkan mual dan muntah

Perubahan Sistem Perkemihan

Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada ginjal dan ureter. Ginjal mengalami
penambahan berat dan panjang sebesar 1 cm. Dibawah pengaruh progesteron, kaliks
dan pelvis renal mengalami dilatasi. Ureter juga menagalami dilatasi dan memanjang,
serta membentuk kurva dengan berbagai ukuran. Lumen pada sepertiga distal ureter
berkurang ukurannya karena hyperplasia, sehingga meningkatkan dilatasi kompensasi
pada dua pertiga ureter bagian atas. Ureter kanan biasanya lebih dilatasi daripada ureter
kiri akibat adanya dekstrorotasi telentang atau tegak dapat menyebabkan obstruksi
ureter akibat pembesaran uterus yang mengompresi kedua ureter pada lingkar pelvik.
Semua faktor ini dapat menyebabkan status urin dan peningkatan risiko infeksi saluran
perkemihan pada kehamilan .Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering buang air kecil
(BAK). Disamping buang air kecil (BAK), terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan
oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di
glumerulus juga meningkat sampai 69%

Perubahan Sistem Metabolisme

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi. BMR meningkat hingga 5-
20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir. Pada kehamilan tahap awal banyak
wanita mengeluh merasa lemah dan letih setelah melakuan aktivitas ringan. Perasaan
ini sebagian dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas metabolik, pada 2 bulan
pertama kenaikan badan belum terlihat, tetapi baru tampak dalam bulan ketiga

2.3.6 Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musculoskeletal. Akibat


peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat,
kartilago, dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan dua
keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan
kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nurisinya khususnya
produk susu terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang
normal. Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
ligament-ligamen dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari
sambungan/otot terutama otot-otot pada pelvik. Bersamaan dengan membesarnya
ukuran uterus menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang yang
biasanya menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil. Perubahan-perubahan tersebut
dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang
bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan (Kusmiyati dkk, 2009).

Perubahan Sistem Kulit/Integumen

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya


beberapa perubahan dalam sistem integument selama masa kehamilan. Perubahan yang
umum terjadi adalah peningkatan ketebalan kulit dan lemak sub dermal,
hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktivitas vasomotor. Jaringan elastis
kulit mudah pecah, menyebabkan strie gravidrum, atau tanda regangan. Respon alergi
kulit meningkat. Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu, pigmentasi ini disebabkan pengararuh Melanophore Stimulating Hormone
(MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis. Kadang- kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi,
hidung dikenal sebagai doasmagravidarum. Di daerah leher sering terdapat
hiperpigmentasi yang sama juga di aerola mammae

Perubahan Sistem Endrokin


Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama meliputi perubahan
konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan estrogen. Pada awal kehamilan, terjadi
peningkatan hormon hCG dari sel-sel trofoblas. Juga terdapat perubahan dari korpus
luteum menjadi korpus luteum gravidarum yang memproduksi estrogen dan
progesteron. Pada pertengahan trimester satu, produksi hCG menurun, fungsi korpus
luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen dan progesteron pun digantikan oleh
plasenta. Pada trimester dua dan tiga, produksi estrogen dan progesteron terus
megalami peningkatan hingga mencapai puncaknya pada akhir trisemester tiga. Kadar
puncak progesteron dapat mencapai 400g/hari dan estrogen 20g/hari. Estrogen dan
progesteron memiliki peran penting yang mempengaruhi sistem organ termasuk rongga
mulut. Reseptor bagi estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan
periodontal. Maka dari itu, ketidakseimbangan hormonal juga dapat berperan dalam
patogenesis penyakit periodontal. Peningkatan hormon seks steroid dapat
mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel spesifik periodontal,
dan sistem imun lokal selama kehamilan.

1. Estrogen : Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir
kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil
2. Progesteron : Produksi progesterone bahkan lebih banyak dibanding estrogen. Pada
akhir kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesteron menyebabkan
tonus otot polos menurun dan juga diuresis. Progesteron menyebabkan lemak
disimpan dalam jaringan sub kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak
berfungsi sebagai cadangan energi baik pada masa hami mauun menyusui
3. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) : Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari
setelah pembuahan dan merupakan dasar tes kehamilan. Puncak sekresinya terjadi
kurang lebih 60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamanya adalah mempertahankan
korpus luteum
4. Human placental Lactogen (HPL) : Hormon ini diproduksinya terus naik dan pada
saat aterm mencapai 2 gram/hari. Efeknya mirip dengan hormon pertumbuhan. Ia
juga bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil meningkat
5. Pituitary Gonadotropin : FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama
kehamilan, karena di hambat oleh estrogen dan progesteron plasenta
6. Prolaktin : Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi estrogen.
7. Growth Hormon (STH) : Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL
8. TSH, ACTH, dan MSH : Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh
kehamilan
9. Titoksin : Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Tetapi
T4 bebas relatif tetap, karena thyroid binding globulin meninggi, sebagai akibat
tingginya estrogen, dan juga merupakan akibat hyperplasia jaringan glandular dan
peningkatan vaskularisasi.
10. Aldosteron, Renin dan Angiotensin : Hormon ini naik, yang menyebabkan naiknya
volume intravaskuler.
11. Insulin : Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesteron, dan HPL
12. Parathormon : Hormon ini relatif tidak dipengaruhi oleh kehamilan

LO 3: Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang


Tujuan utama:
1. Menentukan status kesehatan ibu dan janin.
2. Menentukan usia gestasi janin.
3. Memulai rencana untuk melanjutkan perawatan obstetrik

Komponen Perawatan Antenatal:


1. Perawatan antenatal awal atau kunjungan pertama
- Anamnesis lengkap
- Pemeriksaan rutin
- Penilaian faktor resiko
2. Perawatan antenatal berikutnya.
Pada kunjungan pertama jika ditemukan factor resiko dari anamnesis dan
pemeriksaan rutin,
 maka dilakukan evaluasi selama kunjungan berikutnya.
Anamnesis
1) Identitas
2) Keluhan
3) Riwayat menstruasi
4) Riwayat GPA (gravid, partus, abortus)

Pemeriksaan Rutin
1. Pemeriksaan Fisik Umum
- Tanda Vital
- Pemeriksaan fisik lengkap : Kepala – kaki
- status gizi
- tinggi dan berat badan
- pemeriksaan tanda – tanda kehamilan meliputi wajah, dada, abdomen dan
genetalia eksterna dan interna serta pemeriksaan panggul

Pemeriksaan Inspekulo Dan Pemeriksaan Dalam


• Speculum Serviks
• mengidentifikasi kelainan sitologis Pap smear
• pengambilan specimen mikroorganisme
• di tubuh : - mukoid putih dalam jumlah sedang - normal
- cairan kuning berbusa  Trichomonas
- duh seperti kepala susu  Candida.
Pemeriksaan Dalam
1. konsistensi, panjang, dan pembukaan serviks
bagian terbawah janin, terutama menjelang akhir kehamilan
arsitektur tulang-tulang panggul dan pada semua anomaly vagina dan perineum,
termasuk sistokel, rektokel, dan perineum yang telah mengalami relaksasi atau
robek.
2. rectal touché  mengidentifikasi hemoroid
3. Hitung Darah Lengkap
4. Urinalisis :
a. Analisis adanya glukosa, keton, protein
b. pemeriksaan mikroskopik atas sedimen
c. Biakan kuantitatif atau penyaringan biokimia untuk adanya basiluria
5. Golongan Darah, Faktor Rhesus dan Penyaringan Antibodi
6. Penyaringan Glukosa
- Faktor resiko untuk Diabetes Melitus :
Umur 25 tahun atau lebih
Obesitas
Riwayat keluarga DM
Bayi yang sebelumnya berbobot >4000 mg
Bayi lahir mati yang sebelumnya
Bayi cacat bawaan yang sebelumnya
Polihidramnion
Riwayat aborsi berulang
7. Uji alfa-fetoprotein serum meramalkan cacat tabung saraf terbuka
8. Pemeriksaan HIV-AIDS dan antigen permukaan Hepatitis B (HbsAg)
9. Ultrasonografi
- usia kehamilan sejak usia 7 hari
- perkembangan janin
- kehamilan multiple
- komplikasi
- dll

Pemeriksaan Obstetrik
1. Inspeksi Umum
Muka → chloasma gravidarum, edema +/-
Mata → conjungtiva anemis +/-, sklera ikterik +/-
Mulut → gusi dan gigi
Leher → JVP, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe +/-,
Mammae → bentuk, simetris, pembesaran, puting susu melebar, areola
hiperpigmentasi,vaskular ↑, hiperplasia jaringan kelenjar
Abdomen → membesar, pigmentasi linea alba dan striae, sikatriks +/-,
terlihat gerak anak +/-
Vulva → perineum, varices +/-, flour albus +/-
Anus → hemoroid +/-,
Tungkai → varices +/-, edema +/- (pretibial, ankle, punggung kaki),
sikatriks +/-

LO 4: Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


1. Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa atau dalam bahasa umumnya Hamil Anggur adalah
pertumbuhan massa jaringan dalam rahim Anda (uterus) yang tidak akan
berkembang menjadi janin atau bayi dan merupakan hasil konsepsi yang abnormal.
Kehamilan ini terjadi dengan gejala perdarahan pervaginam pada trimester
pertama.
Gejala:
 Perdarahan pervaginam dengan warna coklat gelap sampai merah terang pada
trimester pertama. Ini merupakan tanda yang paling sering.
 Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum.
 Adanya cairan kista seperti anggur, kista ovarian theca luteal.
 Adanya tekanan atau sakit di panggul, tetapi jarang terjadi.
 Pada USG tampak gambaran badai salju “snow storm” (multiple echos) pada
mola komplit, janin tidak ada.
 Pemeriksaan HCG tampak meningkat secara signifikan.

2. Anemia Defisiensi Besi


Pada skenario berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang kadar MCV dan MCH
turun yang menunjukkan anemia hipokromik mikrositik yaitu yang biasanya terjadi
pada ibu hamil adalah anemia defisensi besi.

3. Abortus Imminens
Abortus imminens ditandai dengan perdarahan yang sedikit dari jalan lahir,
yang dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan maupun tidak sama sekali. Pada
pemeriksaan dalam belum teraba pembukaan dan biasanya tidak ditemukan
kelainan pada cervix. Pada abortus iminens kehamilan masih mungkin dilanjutkan
dan janin dapat dipertahankan.
Pada skenario mengarah pada abortus imminens karena terdapat tanda-tanda
OUE menutup dan adanya perdarahan.
LO 5: Patofisiologi Keluhan Pasien
Mual dan muntah: Mual dan muntah dalam kehamilan merupakan sebuah gejala
fisiologis karena terjadinya berbagai perubahan di dalam tubuh wanita yang hamil.
Mual dan muntah selama kehamilan biasa terjadi di pagi hari ataupun kapan saja.
Tanda biasa muncul segera setelah implantasi dan bersamaan saat produksi hCG
mencapai puncaknya, diduga bahwa hormon plasenta inilah yang memicu mual dan
muntah dengan bekerja pada chemoreseptor trigger zone pada pusat muntah
(Sherwood, 2001).
Sebagian besar wanita hamil mengalami mual dan muntah pada berbagai
tingkatan yang berbeda dan dapat terjadi setiap saat, terutama pagi hari. Keadaan ini
biasanya akan berakhir pada minggu ke 16 (bulan ke 4) pada kehamilan, meskipun
pada beberapa kasus keadaan ini dapat berlangsung lebih lama. Sebagian besar wanita
mengalami mual dan muntah dalam derajat yang ringan. Pada mual muntah derajat
sedang wanita merasa aktivitasnya terganggu karena kondisi mual dan muntah ini.
Setengah dari wanita yang bekerja merasa pekerjaannya terganggu karena kondisi ini
dan 25% wanita membutuhkan waktu untuk tidak bekerja (Golberg, 2006)
Nyeri pada ulu hati: Nyeri ulu hati dapat menyebabkan rasa terbakar pada dada
dan tenggorokan. Hal ini merupakan gejala pada kehamilan lanjut, biasanya terjadi
setelah makan atau saat berbaring.
Perdarahan pervaginam:
1. Perdarahan di awal kehamilan: Perdarahan ringan dari vagina selama beberapa
hari pada 3 bulan pertama kehamilan bisa menjadi suatu gejala normal. Tetapi
jika terasa nyeri perut yang disertai dengan perdarahan ringan, itu berarti telah
terjadi kehamilan di luar rahim, hal ini merupakan kondisi yang berbahaya. Jika
perdarahannya semakin banyak dibandingkan menstruasi normal, kemungkinan
mengalami keguguran.
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut. Perdarahan setelah 3 bulan pertama kehamilan
dapat menandakan adanya masalah pada plasenta. Ibu dan bayi anda berada
dalam kondisi yang berbahaya.
LO 6: Tatalaksana dan Prognosis Kasus
Mual dan muntah:
Individu yang terkena harus dirawat di rumah sakit segera untuk memulihkan dan
mengganti cairan elektrolit intravena. Makanan harus diberikan melalui mulut (peroral)
sampai muntah berhenti dan dehidrasi membaik. Makanan mungkin diberikan melalui
usus (pemberian makanan secara interal) atau melalui suntikan (secara parenteral)
(Edelman dan Judith, 2010).
Metoclopramid adalah antagonis dopamin D2 yang digunakan sebagai antiemetik.
Mekanisme kerja metoclopramid adalah dengan memblok reseptor dopamin dan (bila
diberikan pada dosis yang lebih tinggi) juga memblok reseptor serotonin di
chemoreseptor trigger zone di sistem saraf pusat, meningkatkan respon jaringan di
saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin sehingga meningkatkan motilitas dan
kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi pankreas, bilier, atau
lambung; meningkatkan tonus spingter esofagus bagian bawah (Anonima , 2010).
Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan
kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan
dengan sitostatika dan radioterapi. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan
mengatagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreseptor trigger zone di area
postrema otak dan mungkin juga pada eferen vagal saluran cerna (Sulistia dan
Gunawan, 2007).
Sedativa yang diberikan adalah Fenobarbital. Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6
tambahan. Dalam keadaan lebih berat berikan antiemetik seperti metoklopramid,
disiklomin, hidroklorida, atau klorpromazin (Mansjoer, 2001).
Obat antiemetik misalnya proklorperazine (Compazine), prometazin hidroklorida
(Phenergen), dimenhidrinat (Gravol atau Dramamine), doksilamin suksinat (Diclectin),
dan piridoksin sering digunakan pada kehamilan (Hackar, 2001).

LO 7: Cara Menghitung Usia Kehamilan


Dengan Menghitung Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus menstruasi. Berdasarkan
siklus, dokter bisa memperkirakan usia kehamilan dan tanggal kelahiran si kecil yang
dihitung berdasarkan rumus Naegele, Cara menghitungnya: Tentukan hari pertama
menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP =
Last Menstrual Periode).
Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0).
Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) = 17-10-
2010 atau 17 Oktober 2010.
Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3), (Tahun + 1).
Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) =
17-7-2011 atau 17 Juli 2011.
Catatan:
Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur, yakni antara
28-30 hari.
Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau setelahnya.
Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita yang daur
haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang yang daur
haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.

LO 8: Jenis-Jenis Abortus
2.1. Pengertian Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat
tindakan atau disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
2.2. Klasifikasi Abortus
Klasifikasi abortus menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005) adalah
seperti berikut :
i. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis.
ii. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis
atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks.
Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli
kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
2.5. Gambaran Klinis Abortus
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened
abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus (incomplete
abortion) atau abortus kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed
abortion), abortus habitualis (recurrent abortion), dan abortus septik (septic abortion)
(Cunningham et al., 2005; Griebel et al., 2005).
1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama
kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta dapat
mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar
setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus (Cunningham et al., 2005).
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20
minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa
hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri
punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma
serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus
iminens karena dapat memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum
dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan
lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi (Sastrawinata et al., 2005).
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk
dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian
bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi
harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan
pada keadaan ini merupakan kontraindikasi (Sastrawinata et al., 2005).
3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir
atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks
tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda
asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada
abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus
komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus kompletus,
perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali.
Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau
endometritis pasca abortus harus dipikirkan (Sastrawinata et al., 2005).
4. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus tertunda
akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah
rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar,
1998).
5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan
kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus habitualis
(Jauniaux et al., 2006). Menurut Mochtar (1998), abortus habitualis merupakan abortus
yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari
ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah
patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta
yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum
atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.
6. Abortus Septik (Septic abortion)
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering
ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang kriminalis
tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat
menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci.
LO 9: Pengertian PONED dan Pelayanannya serta Perbedaannya dengan PONEK
PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Dasar)
Puskesmas yang menangani masalah kehamilan, kelahiran, dan kedaruratan obstetri di
tingkat dasar. Petugas kesehatan yang memberikan pelayanan di PONED adalah bidan,
perawat, dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab yang terlatih
1) Batasan dalam PONED
Injeksi antibiotik, injeksi uterotonika, injeksi sedativa, plasenta manual, ekstraksi
vakum, transfusi darah, operasi sectio secarea
2) Indikator Kelangsungan
Kebijakan tingkat puskesmas, sarana obat dan peralatan (SOP), kerjasama dengan
rumah sakit PONED, dukungan dinas kesehatan,kerjasama dengan dokter spesialis
obstetri ginekologi, kerjasama dengan bidan desa, kerjasama dengan puskesmas non
PONED
3) Tujuan
PONED bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 untuk memutuskan
mata rantai rujukan itu sendiri
4) Hambatan dan Kendala
Kualitas SDM yang rendah, sarana dan prasarana yang kurang, keterampilan yang
kurang, koordinasi antara puskesmas PONED dan RS PONEK dengan puskesmas non
PONED belum maksimal, kebijakan yang kontradiktif, pembinaan terhadap pelayanan
emergensi neonatal belum maksimal
5) Syarat Puskesmas PONED
 Pelayanan buka 24 jam
 Memiliki dokter, bidan, perawat yang terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
 Tersedia alat transportasi yang siap 24 jam
 Memiliki hubungan kerjasama dengan rumah sakit terdekat, dokter spesialis
obstetri ginekologi dan spesialis anak
6) Pelayanan yang Dilaksanakan
 Pelayanan obstetri dan neonatus esensial dasar
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak, konsultasi KB
 Pelayanan antenatal dan postnatal care
 Persalinan normal, sungsang, disproporsi kepala panggul
 Partus lama, kehamilan gemelli
 Deteksi ibu hamil yang berisiko tinggi
 Preeklampsia, pendarahan post partum, abortus inkomplit, distosia bahu,
asfiksia, BBLR, hipotermia, icterus, infeksi neonatus, pemberian nutrisi.

LO 10: Jenis-Jenis USG


Teknik pemeriksaan USG dibagi menjadi beberapa macam
- 2-D (real-time)
- Doppler
- Color Doppler
- 3-D static
- 3-D real-time (4-
D) Probe (transduser):
- Transabdominal (3 – 5 MHz)
- Transvaginal (5 – 7.5 MHz)

Indikasi Penggunaan USG Obstetri adalah


 Penentuan usia kehamilan
 Evaluasi pertumbuhan janin
 Kehamilan dengan perdarahan per vaginam
 Penentuan presentasi janin
 Suspek kehamilan multipel
 Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales
 Perbedaan antara besar usus dan usia kehamilan
 Suspek kehamilan mola
 Massa pelvik yang terdeteksi secara klinis
 Evaluasi tindakan pengikatan serviks
 Suspek kehamilan ektopik
 Membantu prosedur khusus dalam kehamilan dan persalinan
 Mempelajari perkembangan folikel pada ovarium
 Suspek kematian mudigah/janin
 Suspek kelainan uterus pada kehamilan
 Menentukan letak IUD pada kehamilan
 Pemeriksaan profil biopsi janin
 Mengawasi tindakan intrapartum
 Suspek polihidramnion/oligohidramnion

Tujuan Pemeriksaan USG pada Trimester 1


• Menentukan lokasi kehamilan
• Menentukan usia kehamilan
• Deteksi kehidupan mudigah/janin
• Evaluasi komplikasi kehamilan
• Deteksi kelainan mudigah/janin
• Deteksi kehamilan multipel
• Evaluasi tumor pelvik
• Membantu tindakan intervensi USG PADA TRIMESTER 1 ( 4
minggu)

Pemeriksaan USG pada trimester pertama digunakan terutama untuk konfirmasi


kehamilan intrauterine dan deteksi untuk nuchal translucency. Bagian uterus, cervix
dan adnexa harus dievaluasi untuk lokasi gestational sac. Ketika gestational sac sudah
dievaluasi keberadaan dari yolk sac harus dilaporkan. Jumlah janin, lokasi dan
keberadaan serta frekuensi jantung harus dievaluasi.

Pemeriksaan USG Pada Trimester ke II dan III


1. Pemeriksaan terhadap :
- tanda kehidupan janin
- jumlah janin
- presentasi janin
- aktivitas janin
2. Pemeriksaan terhadap volume cairan amnion.
3. Pemeriksaan terhadap plasenta dan tali pusat :
- lokasi plasenta
- gambaran plasenta
- hubungannya dengan ostium uteri internum
4. Penentuan usia kehamilan :
- diameter biparietal
- lingkar kepala
- panjang ekstremitas (humerus, femur), dsb
- Jika sebelumnya sudah dilakukan 1 kali/lebih pemeriksaan USG,maka
perhitungan usia kehamilan harus didasarkan atas hasil pemeriksaan
USG yang paling awal.
5. Penghitungan perkiraan berat janin :
- harus dilakukan pada akhir trimester II dan trimester III
- pengukuran biometri janin, termasuk lingkar abdomen
- pengukuran lingkar abdomen diperlukan untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan janin (IUGR, makrosomia)
6. Pemeriksaan anatomi janin :
- kepala (ventrikel serebri, fossa posterior)
- jantung (posisi, four-chamber view)
- spina
- abdomen (lambung, ginjal, kandung kemih, insersi tali pusat,dan keutuhan
dinding depan abdomen)
7. Pemeriksaan uterus, serviks, dan struktur adneksa
- mioma uteri
- parut bekas SC
- tumor adneksa
- panjang serviks
- ostium uteri internum

LO 11: Mengenai Quickening


Quickening
Quickening adalah pergerakan bayi yag pertama yang dirasakan ibu hamil.
Pergerakan pertama bayi biasanya dirasakan dalam jangka 13-25 minggu. Ketika bayi
berkembang, akan melakukan gerakan fleksi dan ekstensi dari tangan bayi. Semakin
lama usia kehamilan, wanita hamil akan merasakan pergerakan yang lain seperti
menendag, rolling. Fetus juga akan bergerak sebagai respon terhadap bunyi di
lingkungan atau pada emosi maternal. Beberapa makanan yang ibu hamil konsumsi
dapat menambah keaktifan dari fetus dan sang ibu dapat mengindikasikan apakah bayi
yang ia kandung sedang dalam kondisi tidur atau bangun. Pergerakan bayi akan
semakin meningkat pada usia trimester ke-3. Ketika mengalami hal tersebut terdapat
istilah kick counts yang berarti penghitungan gerakan/tendangan dari bayi. Idealnya,
wanita hamil dapat merasakan 10 gerakan dalam 2 jam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada skenario 1 ini, diketahui pasien adalah seorang perempuan berusia


24 tahun dengan usia kehamilan 9 minggu, yang merupakan kehamilan kedua,
belum pernah melahirkan sebelumnya, dan sudah pernah abortus satu kali.
Pasien dibawa ke puskesmas karena mengalami mual muntah terus menerus
sejak dua hari yang lalu dan semakin memberat setiap ada bau makanan. Pasien
juga mengeluh nyeri di ulu hati dan keluar bercak kecoklatan dari jalan lahir
sejak satu hari yang lalu tanpa disertai rasa mulas di perut.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital normal. Pada
pemeriksaan mata ditemukan conjungtiva anemis yang dapat dikaitkan dengan
pemeriksaan darah yang menunjukkan bahwa terdapat kelainan darah berupa
anemia hipokromik mikrositer. Dari hasil pemeriksaan didapatkan ukuran uterus
yang tidak normal dan darah kecoklatan yang tidak normal. Hasil USG
kehamilan dan urinalisis didapatkan dalam batas normal

B. Saran
Diskusi sudah berjalan lancar namun masih terdapat beberapa hal yang perlu
diperbaiki diantaranya:
1. Diharapkan semua mahasiswa berpartisipasi secara aktif dalam berjalannya
tutorial
2. Diharapkan mahasiswa dapat melatih clinical reasoning dalam membahas
skenario
3. Diharapkan mahasiswa dapat berdiskusi dengan cara problem-based
learning bukan problem solving
4. Diharapkan seluruh mahasiswa dapat menguasai materi yang dibahas
berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large cohort. Am J


Obstet Gynecol. Sep 2005;193(3 Pt 1):811-4.
Basic Obstetric Ultrasound Technique: Approach Considerations, First-Trimester
Ultrasound, Second- and Third-Trimester Ultrasound Evaluation. (2016,
December 9). Retrieved February 28, 2017, from
http://emedicine.medscape.com/article/2047305-technique#showall
First Fetal Movement: Quickening. (2016, September 2). Retrieved February 28, 2017,
from http://americanpregnancy.org/while-pregnant/first-fetal-movement/
Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept 2008;35:401-
417.
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
Kick Counts. (2016, September 2). Retrieved February 28, 2017, from
http://americanpregnancy.org/while-pregnant/kick-counts/
Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan;
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002; hal. 275-
280.
Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. Jul
2003;68 (1):121-8.
Sastrawinata, Sulaiman. Et al. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.
Edisi 2.Jakarta : EGC.
Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan Kebidanaan Pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba
Medika.
Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N. Hyperemesis gravidarum, a literature review.
Hum Reprod Update. Sep-Oct 2005;11(5):527-39.

Anda mungkin juga menyukai