PENDAHULUAN
1
2.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menginmplementasikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan menggunkan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
1) Melakukan pengkajian data subyektif hyperemesis gravidarum
2) Melakukan pengkajian data obyektif hyperemesis gravidarum
3) Melakuakn analisis data yang telah di peroleh untuk merumuskan diagnosa
dan masalah aktual, serta mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual.
4) Menyusun rencana asuhan kebidanan dan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan yang telah disusun, serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
dilakukan dan mendokumentasiakan.
3.1 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami tentang hyperemesis gravidarum
2. Memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien hyperemesis gravidarum
3. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart
pelayanan operasional yang telah ditetapkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ada yang mengatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem
saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah pada hamil muda, bila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor
hormonal yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic
dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
3
1) Gejala dan Tanda
a) Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang, lidah
mengering dan mata cekung.
b) Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mongering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendha, hemokonsentrasi,
oliguri dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c) Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.komplikasi fetal
dapat terjadi pada saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala
nistagmus dan diplopia, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati
2.3 Etiologi
4
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organic.
2.4 Penatalaksanaan
Makan yang berminyak dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.
1) Obat-obatan
Sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin B1
dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan anti emetiksepeti disiklomin hidroklorida dan
khlorpromazin, anti histamine ini juga dianjurkan seperti dramamin, avomin.
2) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang
baik tidak diberikan makan/minuman selama 24 – 28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan
3) Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4) Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam caran garam fisiologik sebanyak 2 – 3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah
5
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
5) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutuhan, bradikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organic. Dalam keadaan demikian pual perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh
karena satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6) Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat II. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1 – 2
jam sesuadahnya. Makanan ini kurang dsalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang secara berangsur
mulai diberikan bersamaan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minum boleh diberikan besama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
6
DAFTAR PUSTAKA
Salmah, dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Antenatal. Cetakan. Ke-1. Jakarta. EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S, dkk, 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo.
Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2016). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika