Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 10 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta
penatalaksanaan setiap kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan dengan
normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir
namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Winjosastro, 2015).
Pada kehamilan terdapat perubahan seuruh tubuh wanita, khususnya pada alat
genetalia eksterna dan interna dan pada payudara. Dalam hal ini hormon
somatomammotropin, estrogen dan progresteron mempunyai peranan penting.
Perubahan –perubahan yang terjadi tidak hanya secara fisik namun juga secara psikis.
Wanita menjadi rentan dan perlu pengawasan agar kehamilannya dapat berjalan dengan
baik dan normal (Salmah, 2016).
Tidak hanya calon ibu yang mengalami perubahan fisik maupun psikologis, janin
di dalam rahim juga mengalami perubahan, perubahan yang dimaksud adalah
perubahan letak janin. Selama janin berada di dalam rahim, janin melakukan sejumlah
aktivitas sesuai perkembangan kemampuannya dari bulan ke bulan. Karena itu letak
janin berubah-ubah. Tubuhnya yang kecil dan ruang di dalam rahim yang luas
memungkinkan ia berobat bak pemain sirkus (Salmah, 2016).
Dengan menganggap semua ibu memiliki resiko tinggi maka dilakukan
pengawasan kehamilan atau yang dikenal dengan ANC. Dengan usaha ini ternyata
angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurn. Sedapat mungkin wanita
tersebut diberi pengertian sedikit tentang kehamilan serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (Salmah, 2016).
Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar wanita hamil sampai akhir
kehamilannya sekrang-kurangnya harus semuanya sehat atau lebih sehat, dan jika ada
kelainan harus dideteksi secara dini dan ditangani. Oleh karena itu tenaga kesehatan
khususnya bidan, harus terampil dan kompeten dalam memberikan asuhan antenatal
pada ibu hamil (Saifuddin, 2016).

1
2.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menginmplementasikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan menggunkan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
1) Melakukan pengkajian data subyektif hyperemesis gravidarum
2) Melakukan pengkajian data obyektif hyperemesis gravidarum
3) Melakuakn analisis data yang telah di peroleh untuk merumuskan diagnosa
dan masalah aktual, serta mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual.
4) Menyusun rencana asuhan kebidanan dan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan yang telah disusun, serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
dilakukan dan mendokumentasiakan.
3.1 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami tentang hyperemesis gravidarum
2. Memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien hyperemesis gravidarum
3. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart
pelayanan operasional yang telah ditetapkan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20


minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dmuntahkan
sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti appendicitis,
pielitis dan sebagainya

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hiperemesis Gravidarum

Ada yang mengatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama.

Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem
saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah pada hamil muda, bila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor
hormonal yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic
dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak


habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan
tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.

3
1) Gejala dan Tanda

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3


tingkatan yaitu :

a) Tingkatan I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang, lidah
mengering dan mata cekung.

b) Tingkatan II

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mongering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendha, hemokonsentrasi,
oliguri dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

c) Tingkatan III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.komplikasi fetal
dapat terjadi pada saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala
nistagmus dan diplopia, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati

2.3 Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, beberapa faktor


predisposisi dan faktor lain yang ditemukan.

a) Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, molahidatidosa dan


kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

4
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organic.

2.4 Penatalaksanaan

Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan


memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisioligk pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi lebih sering, waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

Makan yang berminyak dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.

1) Obat-obatan

Sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin B1
dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan anti emetiksepeti disiklomin hidroklorida dan
khlorpromazin, anti histamine ini juga dianjurkan seperti dramamin, avomin.

2) Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang
baik tidak diberikan makan/minuman selama 24 – 28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan

3) Terapi psikologik

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4) Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam caran garam fisiologik sebanyak 2 – 3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah

5
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.

5) Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutuhan, bradikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organic. Dalam keadaan demikian pual perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh
karena satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

6) Diet

1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat II. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1 – 2
jam sesuadahnya. Makanan ini kurang dsalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang secara berangsur
mulai diberikan bersamaan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.

3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minum boleh diberikan besama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

6
DAFTAR PUSTAKA

Salmah, dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Antenatal. Cetakan. Ke-1. Jakarta. EGC.

Wiknjosastro, H, 2015. Ultrasonografi dalam Obstetri. Dalam: Wiknjosastro, Hanifa, ed.


Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 132-
151.

Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S, dkk, 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo.

Depkes RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Depkes RI

Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2016). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Wiknjosastro, H. 20015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

Anda mungkin juga menyukai