Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KAJIAN TENTANG TURAST ( KITAB KUNING )”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepesantrenan

Dosen Pengampu :

Masrur Bisri

Disusun oleh :

SITI QOMARIYAH ULFAH

(1931900007)

UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON – PROBOLINGGO

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami disini
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kajian Tentang Turast ( Kitab
Kuning )
Penulisan makalah adalah salah satu tugas pelajaran Kepesantrenan . Dalam
penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun penyampaian materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis belum maksimal. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis makalah ini menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Pendidik mata pelajaran Kepesantrenan kami, Masrur Bisri yang telah
membimbing dan mengarahkan bagaimana seharusnya makalah ini dibuat.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal


pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, serta makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca. Amiin Yaa
Robbal ‘Alamiin.

Paiton, 5 Mei 2020

i
PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1.PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1

BAB 2. PEMBAHASAN................................................................................................2

A. Definisi Kitab Kuning.....................................................................................2


B. Sejarah Penulisannya.......................................................................................3
C. Perkembangannya di Era Modern...................................................................4

BAB 3. PENUTUP............................................................................................................6

A. Kesimpulan.......................................................................................................6
B. Saran.................................................................................................................6

i
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesantren adalah tempat untuk mencari ilmu khususnya ilmu
agama, dimana pesantren itu sendiri mempunyai beberapa unsur
diantaranya adalah kyai, santri, masjid, pondok, dan yang paling khas
adalah kitab kuning. Kitab kuning adalah unsur yang sangat penting
didalam sebuah pesantren dimana didalam kitab itu ada banyak ilmu agam
yang bisa dipelajari dan benar – benar tepat untuk dijadikan sumber ilmu
agama karena merupakan karangan dari ulama’ terkenal jaman dulu.

Dengan latar belakang pemikiran tersebut penulis ingin sedikit


mengupas tentang ap aitu kitab kuning

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan kitab kuning dan perkembangannya ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud kitab kuning beserta
perkembangannya

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kitab Kuning
Kitab kuning merupakan kitab bertulisan Arab tanpa syakal/harakat
yang berisi ilmu-ilmu agama Islam karya para ulama Timur Tengah pada
abad pertengahan. Kitab kuning dipelajari untuk memudahkan orang Islam
dalam memahami sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Selain itu, juga bertujuan untuk mencetak calon-calon ulama yang
menguasai bahasa Arab dan berbagai macam ilmu agama Islam secara
menyeluruh (Tafaquh Fiad-din)(Daulay, n.d.). Kitab kuning, dalam
pendidikan agama islam, merujuk kepada kitab-kitab tradisional yang
berisi pelajaran-pelajaran agama islam (diraasah al-islamiyyah) yang
diajarkan pada Pondok-pondok Pesantren, mulai dari fiqh, aqidah,
akhlaq/tasawuf, tata bahasa arab (`ilmu nahwu dan `ilmu sharf), hadits,
tafsir, `ulumul qur'aan, hingga pada ilmu sosial dan kemasyarakatan
(mu`amalah). Dikenal juga dengan kitab gundul karena memang tidak
memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun), tidak seperti kitab Al-
Qur'an. Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning berikut arti
harfiah kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh,
dibutuhkan waktu belajar yang relatif lama. Sementara itu, pengertian
yang lebih umum beredar dikalangan pemerhati masalah kepesantrenan,
bahwa Kitab Kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa arab, atau
berhuruf arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau (as-
salaf) yang ditulis dengan format khas par-modern, sebelum abad ke-17M.
Secara lebih terperinci bahwa yang termasuk kitab kuning adalah
kitab-kitab yang 1) ditulis oleh ulama 'asing', tapi secara turun temurun
menjadi referensi yang dipedomani oleh para ulama Indonesia, 2) ditulis
oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis 'independen', dan 3) di tulis oleh
ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama
asing, yang jumlahnya sekitar 900 judul. Kebayakan ditulis dalam bahasa
Arab, Melayu, Jawa, Sunda, Madura dan Aceh.

2
Di wilayah Timur Tengah, Kitab Kuning ini disebut dengan al-
kutub al-qadimah, sebagai kebalikan dari al-kutub al-'ashriyyah. Di
kalangan pesantren Kitab Kuning, karena tidak dilengkapi dengan
sandangan; fathah, dlammah, kasrah, kerap disebut dengan "Kitab
Gundul", dan karena rentang waktu sejarah yang jauh dari kemunculannya
sekarang, Kitab Kuning itu pun tidak luput dari sebutan "Kitab Kuno"
(Mochtar, 2009: 34). Kitab Kuning ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) penyusunannya dari yang lebih besar terinci ke yang lebih kecil, seperti
kitabun, babun, fashlun, far'un, dan seterusnya; 2) tidak menggunakan
tanda baca yang lazim, tidak memakai titik koma, tanda seru, tanda tanya
dan lain sebagainya; dan 3) selalu digunakan istilah dan rumus-rumus
tertentu seperti untuk menyatakan pendapat yang kuat dengan memakai
istilah al-madzhab, al-ashlah, al-shahih, al-arjah, al-rajih dan seterusnya,
untuk menyatakan kesepakatan antar ulama beberapa madzhab digunakan
istilah ijtima'an, sedang untuk menyatakan kesepakatan antar ulama satu
madzhab digunakan istilah ittifaqan. Pergeseran dari satu sub topik ke sub
topik yang lain, tidak dengan menggunakan alinea baru, tetapi dengan
pasal-pasal atau kode sejenis seperti: tatimmah, muhimmah, tanbih, par'
dan lain sebagainya.
Kitab-kitab kuning di pesantren secara umum terdiri dari tiga jenis
yaitu kitab matn, kitab syarah (komentar) dan kitab hasyiyah (komentar
atas kitab komentar). Tiga jenis kitab ini juga menunjukkan tingkat
kedalaman dan kesulitan tertentu. Kitab matn paling mudah dikuasai, kitab
hasyiyah paling rumit, sedang kitab syarh berada di antara keduanya.
Tampaknya kitab syarh ini yang paling banyak dipelajari di pesantren
(Qomar, 2004: 127).
B. Sejarah Penulisannya
Kitab kuning ditulis oleh para ulama yang memiliki ilmu yang
tinggi dalam agama Islam dan moralitas yang luhur. Sumber utama ulama
menulis kitab kuning adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah yang melalui
kemampuannya dapat menafsirkan serta menjelaskan kandungan ilmu di

3
dalamnya. Oleh karena itu kitab kuning ditulis oleh orang yang memiliki
ilmu agama dengan kualifikasi tinggi. Kitab-Kitab Kuning kebanyakan
muncul pada masa sesudah kitab al-Umm Imam al-Syafi’i dan kitab al-
Muwaththa’ Imam Malik, berasal dari kalangan mujtahid mazhab ataupun
mujtahid muntasib yang ditulis pada abad ke 10 sampai 15 M., tapi bukan
berarti bahwa sesudah masa itu tidak ada kitab yang dihasilkan seperti
tampak pada karya-karya belakangan seperti karangan Syekh Nawawi al
Bantani al-Jawi pada Abad ke-19.13.
Sedangkan kitab-kitab yang dikarang pada abad ke-20-an
seringkali disebut sebagai kitab muta’akhirah (belakangan). Tentang kitab-
kitab belakangan ini tidak dapat dikategorikan sebagai Kitab Kuning
ataupun kitab klasik walau juga ada yang menyebutnya sebagai Kitab
Kuning tapi bukan klasik 14. Bagi penulis sendiri lebih menyetujui untuk
menyebut kitab yang dikarang pada abad ke-20 sebagai kitab
muta’akhirah(Masalah, 1999). Pada umumnya desain penulisan Kitab-
Kitab Kuning dimulai dengan teks dasar atau biasa disebut matan yang
dikarang oleh seoranng ulama secara ‘mandiri’ dan tidak mengacu pada
satu teks kitab lain, dan kemudian sesudahnya berupa syarh (penjelas),
kemudian Syarh al-Syarh (penjelasan penjelas) atau disebut khashiyah dan
juga kemudian mukhtashar (ringkasan) yang biasanya merupakan
ringkasan dari penjelasan isi kitab itu sendiri.
C. Perkembangannya di Era Modern
Spesfikasi Kitab Kuning secara umum terletak pada formatnya
(lay-out), yang terdiri dari dua bagian, matn selalu diletakkan dibagian
pinggir (margin, baik sebelah kanan mupun kiri), sementara syarh di
letakkan di ruang tengah di dalam kurung (halaman). Ukuran panjang-
lebar kertas yang digunakan pada umumnya kira-kira 26 cm ukuran
quarto. Ciri khas lainnya terletak pada pejilidannya yang tidak dijilid
seperti buku. Ia hanya dilipat setiap kelompok halaman, misalnya 20
halaman, yang dikenal dengan istilah korasan. Tujuannya mungkin agar
mudah dibawa secara terpisah, karena setiap berangkat ke pengajian santri
biasanya hanya membawa korasan tertentu saja sebagai bagian yang akan

4
dipelajari bersama sang kiai. Selain itu juga lebih memudahkan pembaca
untuk menelaahnya sambil santai atau tiduran, tanpa harus menghotong
semua 'tubuh' kitab yang kadang mencapai ratusan halaman.
Surat kabar adalah satu-satunya jenis bacaan populer pada masa
kini yang masih menganut sistem korasan yang panatik. Beda dengan surat
kabar, Kitab Kuning saat ini sudah merubah wajahnya, ia tidak lagi
menggunakan sistem korasan. Kitab Kuning cetakan baru sudah memakai
kertas putih, sebagian sudah diberi syakl (tidak gundul lagi), terkadang
dibubuhi dengan tanda baca serta diberi alinea, untuk memudahkan
membacanya, dan sebagian besar telah dijilid rapi. Bahkan lantaran respon
dunia Islam terhadap kebudayaan modern, maka muncul berbagai kitab
modern, kitab-kitab akademis yang banyak menggunakan metode
penulisan dan analisis Barat, sehingga berbeda dengan kitab-kitab klasik.
Suatu saat Kitab Kuning bisa saja tinggal namanya saja, tidak
menunjukkan kepada makna yang sebenarnya, bahwa Kitab Kuning adalah
kitab klasik yang dicetak menggunakan kertas berwarna kuning. Anak
cucu kita yang belajar di pesantren bisa saja kebingungan kenapa kitab-
kitab yang dipelajarinya di sebut dengan Kitab Kuning, padahal kitab-
kitab itu dicetak dengan kertas berwarna putih. Atau bisa juga nama Kitab
Kuning menjadi redup dan menghilang di telan zaman sehingga tidak
disebut sebagai Kitab Kuning lagi.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kitab kuning merupakan kitab bertulisan Arab tanpa syakal/harakat yang
berisi ilmu-ilmu agama Islam karya para ulama Timur Tengah pada abad
pertengahan. Kitab kuning dipelajari untuk memudahkan orang Islam
dalam memahami sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah
B. Saran
Dari hasil pengkajian di beberapa sumber sehingga bisa berbentuk
makalah ini tentunya banyak sekali kesalahan oleh karena itu kami selaku
penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca

6
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, H. P. (n.d.). BAB I PENDAHULUAN A .86–87.

Masalah, A. L. B. (1999). Said Aqiel Siradj,. 1–14.

7
8

Anda mungkin juga menyukai