Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PENGENALAN KITAB-KITAB HADIS”


KITAB-KITAB HADIS PRIMER
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulum Hadist
Dosen Pengampu
Syaefudin,M.Pd dan Drs. Edy Yusuf Nur Samsu Santosa,M.Si

Disusun Oleh:
Indah Permata Sari :20104050021
Hanik Wal Umaro :20104050022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Kami penyusun makalah mengucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur kita kepada
Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penyusun dapat menempurnakan
makalah ini yang berjudul “Pengenalan kitab-kitab hadis: kitab primer”
Kami turut berterimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing
Syaefudin,M.Pd dan Drs. Edy Yusuf Nur Samsu Santosa,M.Si dan terimakasih juga kepada
teman teman kelompok 9 yang mau bekerja sama dalam menyelesaikan makalah. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar studi islam.
Penulis menyadari makalah ini bukanlah tugas yang sempurna karena memiliki banyak
kekurangan baik dalam hal isi maupu sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, 18 Desember 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................................2
A. PENGERTIAN KITAB HADIS PRIMER..........................................................................................2
B. SUMBER-SUMBER PRIMER HADITS............................................................................................2
C. JENIS JENIS KITAB HADIS PRIMER..............................................................................................2
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................13
B. SARAN............................................................................................................................................13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam mengenal dua sumber primer dalam perundang-undangan. Pertama, Al-Qur’an
dan kedua al-Hadits. Terdapat perbedaan yang signifikan pada sistem inventarisasi sumber
tersebut. Al-Qur’an sejak awal diturunkan sudah ada perintah pembukuannya secara resmi,
sehingga terpelihara dari kemungkinan pemalsuan. Berbeda dengan hadits, tak ada perlakuan
khusus yang baku padanya, sehingga pemeliharaannya lebih merupakan spontanitas dan
inisiatif para sahabat.
Hadits pada awalnya hanyalah sebuah literatur yang mencakup semua ucapan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Persetujuan Nabi yang tidak diucapkan
terhadap orang-orang pada zamannya, dan gambaran-gambaran tentang pribadi Nabi. Mula-
mula hadits dihafalkan dan secara lisan disampaikan secara berkesinambungan dari generasi
ke generasi. Setelah Nabi wafat pada tahun 10 H., islam merasakan kehilangan yang sangat
besar. Nabi Muhammad SAW. Yang dianggap sebagai yang memiliki otaritas ajaran islam,
Khalifah-khalifah awal membimbing kaum muslim dengan semangat Nabi, meskipun
terkadang bersandar pada penilaian pribadi mereka. Namun, setelah beberapa lama, ketika
muncul kesulitan-kesulitan yang tidak dapat lagi mereka pecahkan sendiri, mereka mulai
menjadikan sunnah, seperti yang merupakan kebiasaan perilaku Nabi sebagai acuan dan
contoh dalam memutuskan suatu masalah. Sunnah yang hanya terdapat dalam hafalan-
hafalan sahabat tersebut dijadikan sebagai bagian dari referensi penting setelah Al-Qur’an.
Bentuk-bentuk kumpulan hafalan inilah yang kemudian disebut dengan hadits.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kitab hadis primer?
C. Apa saja jenis-jenis kitab hadis primer?
D. Bagaimana metode penulisan dalam kitab hadis primer?
E. Apa syarat hadis dapat menjadi kitab primer
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah berdasarkan materi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hadis primer
2. Mengetahui jenis-jenis kitab hadis primer
3. Mengetahui metode penulisan dalam kitab hadis primer

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KITAB HADIS PRIMER


Kutub al-Ahadits al-Mu'tamadah (Kitab-kitab hadits induk/primer) Yaitu kitab-kitab
hadits yang ditulis oleh para Imam-Imam hadits yang memiliki riwayat secara langsung dari
Rasulullah SAW, melalui jalur sanadnya sendiri, secara keseluruhan dari awal hingga akhir.
Seperti kitab Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa'i, sunan
ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad bin Hambal dsb. Kitab-kitab seperti inilah yang harus
dikenali oleh generasi-generasi umat Islam saat ini, karena kapasitas kitab-kitab tersebut
sebagai rujukan utama daiam sunnah Nabawiyah. Dan tidak mungkin bagi seseorang yang
mengkaji hadits, meninggalkan kitab-kitab tersebut.

B. SUMBER-SUMBER PRIMER HADITS


Kitab-kitab hadis yang tergolong sumber primer ada tiga macam;
1. Kitab-kitab hadis yang meriwayatkan hadis pertama kali yang mana sanadnya
nyambung sampai ke Nabi dan pengarangnya memperoleh sanad itu secara istiqlal
(tidak mengutip dari kitab lain tapi memperoleh sanadnya sendiri). Contoh kitab
kelompok ini: Kutub Sittah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan
At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Ibnu Majah), Muwattho’ Malik, Mushonnaf
Abdur Rozzaq, dll
2. Kitab-kitab yang dihukumi menginduk pada kitab-kitab jenis pertama seperti kitab-
kitab yang menggabung sejumlah kitab seperti “Al-Jam’u Baina As-Shohihain” atau
menggabung Athrof (potongan) hadis seperti “Tuhfatu Al-Asyrof Bima’rifati Al-
Athrof” atau ringkasan kitab hadis seperti “Tahdzibu Sunan Abi Dawud”
3. Kitab-kitab yang dikarang dalam bidang-bidang lain selain hadis (mislanya tafsir,
tarikh, fikih), dengan syarat pengarangnya harus meriwayatkan hadis lengkap pertama
kali dengan sanadnya secara istiqlal. Misalnya kitab “Tafsir At-Thobari”, Tarikh “Ath-
Thobari” (ilmu sejarah) , “Al-Umm” (ilmu fikih)

C. JENIS JENIS KITAB HADIS PRIMER


a) Kitab al-Jami’ [arab: ‫امع‬II‫]الج‬, yaitu kitab hadis yang disusun menurut bab tertentu dan
memuat berbagai macam, meliputi aqidah, ahkam, adab, tafsir, tarikh, siroh, manaqib
(Fadhilah orang soleh), Raqaiq (hadis yang melembutkan hati), dst. Diantara kitab jami’

2
yang terkenal adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ Abdurrazaq, dan yang
lainnya. (Ushul at-Takhrij, hlm. 110)
b) Kitab al-Musnad [arab: ‫]المسند‬, yaitu kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan huruf
hijaiyah dengan mengacu kepada nama sahabat. Dimulai dari nama sahabat yang diwali
huruf [َ‫]أ‬ hingga huruf [‫]ي‬.
َ Misalnya, dimulai dari hadis dari sahabat Abu Bakar. Maka
dikumpulkan hadis-hadis dari Abu Bakar tanpa memandang pembahasan dan tema hadis.
c) Kitab sunan, adalah kiab hadis yang disusun berdasarkan bab fikih, mulai masalah
thaharah, shalat, zakat, dst. dan hanya berisi hadis marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam) dan hanya ada beberapa atsar sahabat.
d) Kitab Mu`jam, secara etimologi pada awalnya diartikan sesuatu yang tidak jelas atau
sesuatu yang terkunci, kemudian diartikan semacam kamus yang berfungsi memperjelas
arti kalimat yang tidak jelas tersebut. Kitab Mu’jam dalam terminologi studi hadis adalah:
“Mu’jam adalah buku yang menyebutkan hadis-hadis nya didasarkan pada nama sahabat
atau nama syaikhnya atau didasarkan pada nama negeri gurunya pada umumnya secara
abjadi atau hija’i (sesuai dengan urutan huruf hija’iyah) .”
Adapun beberapa kitab hadits yang termasuk ke 4 jenis hadits Primer tersebut yaitu:
1. KITAB SHAHIH BUKHARI
a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Shahih Bukhari
Pada akhir masa tabiin atau pertengahan abad ke-2 Hijriyah hadis-hadis Nabi mulai
dibukukan. metode hanya terbatas pada bab yang menyangkut masalah tertentu dan masih
bercampur dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabiin. pada awal abad ketiga Hijriyah penulisan
hadis sudah tidak bercampur lagi dengan fatwa sahabat dan tabiin, tetapi ditulis secara
sendiri. metode penulisan nya berbentuk musnad Yakni dengan menyebut terlebih dahulu
nama sahabat dan kemudian baru hadits-hadits yang diriwayatkannya. namun hadis-hadis
tersebut masih campur aduk antara yang shahih Hasan dan dhaif, sehingga para ulama di
waktu itu memandang perlu menyusun sebuah buku yang memuat hadis-hadis Shahih saja
Agar tidak membingungkan umat, beranjak dari pemikiran tersebut Ishaq Ibnu rahawaih
Guru dari Al Bukhari menganjurkan kepada murid-muridnya agar menulis Kitab yang hanya
memuat Hadits Shahih saja. saran tersebutlah yang menjadi motivasi bagi Imam Bukhari
untuk menulis Kitab Hadis nya, Ditambah lagi dengan dorongan moral di mana Bukhari
pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam ia berdiri di dekat nabi
sambil mengipas-ngipas. menurut ahli tafsir mimpi tersebut Bukhari akan membersihkan
pembohong pembohong yang dilontarkan kepada Rasulullah. hasil karyanya yang terkenal
adalah Jami Shahih sebutan ini merupakan sebutan yang langsung berasal dari Imam Bukhari

3
sendiri, Jami artinya adalah mengumpulkan atau menghimpun sedangkan Al Shahih artinya
adalah yang benar atau yang absah jadi al-jami' al-shahih menurut istilah adalah suatu kitab
yang menghimpun sejumlah hadis sahih yang meliputi al Ahkam, Adab al aqli akhir, dan
Manaqib wa Ma’Thalib. dalam Muqaddimah Fathul Bahri Ibnu Hajar mengatakan bahwa
kitab al-jami' al-shahih memiliki banyak faedah dan manfaat dalam kitab tersebut.
Imam Bukhari telah mengumpulkan antara hadis riwayah dan hadits dirayah. dalam
keterangannya sendiri al-bukhari menyatakan bahwa hadits yang diriwayatkannya tersebut
didengar dari 1080 orang dari jumlah tersebut yang menjadi gurunya dalam hadits yang
diriwayatkannya dalam Jami Al sahih berjumlah 289 guru dari jumlah tersebut sebanyak 130
orang, diriwayatkan Bukhari sendiri tanpa muslim dalam meriwayatkan hadits Imam Bukhari
menerima hadis dari guru-gurunya, teman sejawatnya,dan dari orang yang lebih muda.
b. Keunggulan Kitab Shahih Bukhari
Kitab Shahih Bukhari adalah Kitab Hadis Karya Terbesar dalam ilmu hadits. kitab ini
khusus memuat hadits-hadits Shahih saja dari 100.000 hadis yang diakuinya sahih, hanya
sebanyak 7275 hadits yang ditulisnya ke dalam Kitab Shahih Bukhari. jumlah inilah yang
diakuinya benar-benar sahih dan juga diakui oleh mayoritas ulama hadis. di samping itu
persyaratan yang ditetapkan Bukhari dalam meriwayatkan hadits-hadits tersebut dengan ketat
dan ketelitiannya yang begitu tinggi dalam meriwayatkan hadis, menyebabkan ulama
menempatkan Kitab Shahih Bukhari pada tingkatan yang pertama.
Imam Bukhari lebih mengutamakan hadits ‘ali dalam penyusunan hadis-hadisnya
yaitu hadits yang dalam isnadnya terdapat rawi yang lebih sedikit dibandingkan jalur isnad
yang lain.
c. Kritik terhadap Shahih Bukhari
Ulama hadis sepakat bahwa Kitab Hadis yang paling sahih adalah kitab Bukhari.
Walaupun demikian kitab ini tidak luput dari kritikan, para ahli baik dulu maupun Sekarang.
yang menjadi permasalahannya adalah Apakah Shahih Bukhari telah menghimpun seluruh
hadis yang sahih, dan apakah seluruh hadis yang dimuat dalam kitab sahih seluruhnya sahih,
pada permasalahan pertama Imam Bukhari sendiri bahwa dari 100000 hadis yang diakuinya
sahih hanya 7275 hadits yang ditulis dalam kitab nya hal ini menggambarkan bahwa masih
ada hadits-hadits Shahih yang tidak dimasukkan ke dalam Kitab Shahih Bukhari. sementara
pada permasalahan kedua kritikan ditujukan kepada sanad dan Matan hadis, yang akhirnya
memberikan kesimpulan bahwa tidak semua hadis yang ditulis dalam Kitab Shahih Bukhari
berstatus shahih.

4
Sebagai contoh kritik yang dilakukan oleh darruquthi ini bahwa dalam hadis Bukhari
juga dimuat hadis daif karena terputusnya sanad, atau hadits muallaq menanggapi kritik
tersebut. ulama lain menerangkan bahwa Bukhari menyadari dimuatnya dalam hadis daif
dalam kitabnya sebagai hadis pendukung, pencantuman sanad yang terputus merupakan
pembuktian bahwa hadits yang diriwayatkannya itu juga diriwayatkan oleh perawi lain
dengan sanad yang lain pula. periwayatan ini dinamakan hadits Syahid atau hadis muttabi.
kritik terhadap matan juga ditunjukkan pada kitab shahih Bukhari dikatakan bahwa sering
dijumpai hadits yang terputus matannya atau hadis yang berulang-ulang dengan perbedaan
sebagian lafaz matannya. menurut Bukhari hal ini dilakukannya karena kepentingan tuntutan
persoalan hukum yang dibicarakannya, Adapun pengulangan dengan perbedaan lafaz
dilakukan untuk memperkaya turuk hadits dan sebagai pelengkap dari perbedaan sebagian
lafaz nya.
d. Metode dan Sistematika Sahih al-Bukhari
Kitab Sahih al-Bukhari disusun dan dipersiapkan selama 16 tahun lamanya. Imam al-
Bukhari sangat hati-hatimenuliskan tiap hadis pada kitab ini. Cara yang ditempuh Imam al-
Bukhari ialah dengan menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dalam disiplin
ilmu hadis, diantaranya:
a. Menta’dil dan mentajrih.
b. Memakai sharat muasarah dan liqa’.
c. Menggunakan sharat-sharat yang sudah disepakati para ulama’, yaitu bahwa perawi
harus seorang Muslim, berakal, jujur, tidak mudallis, memiliki sifat adil, kuat
ingatannya, sedikit melakukan kesalahan, sanadnya bersambung dan matannya tidak
janggal.

2. KITAB SHAHIH MUSLIM


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Shahih Muslim
Abu Al Husain muslim Ibnu Al Hajj Al Husairi atau yang dikenal dengan nama imam
muslim, dilahirkan di naisabur suatu kota kecil di Iran bagian timur laut pada tahun 204
Hijriyah atau 820 masehi. Beliau pernah menjadi murid Imam Bukhari ketika Imam Bukhari
berkunjung ke desa naisabur, alasan penyusunan Shahih Muslim dapat dipahami dari
penjelasan imam nawawi bahwa penyusunan Shahih Muslim dimotivasi oleh besarnya
keinginan muslim untuk memilah-milah hadis yang benar-benar Sahih Dengan hadis yang
telah bercampur dengan riwayat sahabat. untuk itu imam muslim telah mengambil cara yang
sangat teliti dan cermat bagi kitab shahihnya.

5
Hal ini sesuai dari namanya Al jami' as Shahih Muslim yang maksudnya adalah Kitab
Hadis yang memuat hadis-hadis Shahih setelah dilakukan seleksi oleh penilaiannya. di
samping itu adanya keinginan imam muslim untuk menulis Kitab Hadis yang berbeda dengan
kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi kecerdasan Imam
muslim dalam menyeleksi hadis-hadis terlihat dari 300.000 hadis yang berhasil dikumpulkan
nya tersebut berhasil diseleksi Hadits Shahih saja sebanyak 7272 hadits. dari jumlah ini
diseleksi lagi Hingga terkumpul 4000 hadits yang dimuat dalam kitab Shahih Muslim.
sedangkan selebihnya merupakan perulangan. kitabnya yang paling terkenal adalah Al
musnad Al shahih Al mukhtashar Al Sunnah bin Al Adli Adli Rasul Allah yang dikenal
dengan sebutan Shahih Muslim, dalam penyusunan kitabnya imam muslim banyak
mengambil manfaat dari ilmu Imam Bukhari dalam penetapan periwayatan hadis sahih dan
mengetahui hadits-hadits Nabawi.
b. Keunggulan Shahih Muslim
Yang menjadi ciri khas dari penyusunan Kitab Shahih Muslim adalah digunakan Cara
atau metode yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, yaitu dengan menghimpun hadits-
hadits nada dalam satu tema lengkap dengan sanad sanadnya lengkap pada satu tempat tidak
terpisah-pisah dalam berbagai bab serta tidak mengulang penyebutan hadis. kecuali dalam
jumlah sedikit untuk kepentingan yang mendesak, ciri lain dalam penulisan Shahih Muslim
adalah ketelitiannya dalam menggunakan dan menyampaikan kata-kata yang selalu
dipertahankan nya secara optimal dengan menjelaskan perbedaan redaksi pada lafaz yang
berbeda. begitu juga hadis-hadis muallaq yang hanya terdapat 12 buah yang kesemuanya
merupakan hadis penguat mutabir bukan hadis utama.
c. Kritik Terhadap Kitab Shahih Muslim
Sebagaimana sahih Bukhari,Sahih Muslim pun tidak luput dari sasaran kritik. Adapun
kritik yang dilontarkan terhadap Shahih Muslim diantaranya, pertama dalam Kitab Shahih
Muslim masih terdapat hadits muallaq sebagaimana tercantum dalam Mukadimah syaraakh
muslim oleh Imam Nawawi. dalam hal ini al-khathib berpendapat bahwa keberadaan hadis
daif dalam Hadits Muslim Tidak secara otomatis hadits itu berstatus daif, karena tergantung
pada kualitas perawi. Keberadaan hadis mualaq dalam shahih muslim dikategorikan kepada
hadis muta’biat artinya hadits mualaq yang hanya merupakan hadits tambahan dan pelengkap
dari hadis yang disebutkan secara rinci sebelumnya.
kritik mengenai adanya hadits Mursal dan muqatil dalam Hadits Shahih Muslim
dalam Shahih Muslim, kedua hadis tersebut merupakan mutabi’ dan syawahid yang pada
asalnya merupakan hadis yang bersambung sanadnya ketiga. imam muslim dalam shahihnya
6
menggunakan rujukan yang berkualitas daif, padahal kitabnya berkualitas shahih dalam hal
ini Ibnu salah menjawab bahwa sebenarnya imam muslim meriwayatkan hadits dari
perawinya yang kokoh namun orang lain menuduhnya daif tanda penyebutan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan
d. Metode dan Sistematika Sahih Muslim
Kitab ini disusun dengan sistematika yang baik, sehingga isi hadis-hadisnya tidak
bertukar-tukar dan tidak berlebih dan berkurang sanadnya. Secara global kitab ini tidak ada
bandingannya di dalam ketelitian menggunakan isnadBerdasarkan jalan yang ditempuh
Muslim dalam men takhrij kan hadis-hadisnya, para ulama’ memandang bahwa Muslim
meriwayatkan hadis yang sempurna yang memiliki sharat-sharat kesahihan, memiliki sanad
muttasil dengan sharat adil dan kuat hafalan dari awal hingga akhir tanpa shadh dan illat.Di
samping itu Muslim sangat teliti, sehingga ia bedakan antara kata haddasana dengan kata
akhbarana. Yang pertama mengandung pengertian bahwa hadis tersebut langsung didengar
melalui ucapan guru, sedangkan yang kedua hadis itu dibacakan atas nama guru.161
Hadishadis tersebut ditulis dengan matan yang sempurna tanpa pengulangan

3. KITAB SUNAN ABU DAWUD


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Penulisan
Kata Sunan adalah jamak dari sunnah namun bila kata Sunan yang digunakan oleh
penulis hadis bermakna kitab yang dibagi menurut bab-bab hukum. seperti thoharoh,salat,
zakat dan seterusnya. Abu Daud Al fatani (202-275)Hijriyah adalah penulis Kitab Sunan
yang populer. ia menyusun kitab kitab menurut bab fiqih dan membatasi isinya seputar
sunan-sunan dan hukum-hukum, Sehingga dalam kitab nya tidak dimuat kisah-kisah
mau’Izzah,kabar tentang kezuhudan, dan keutamaan amal dan lain-lain. Abu Daud adalah
seorang yang ahli dalam bidang fiqih dan hadits, Ia banyak berkunjung ke daerah-daerah
seperti hijaz, Syam, Mesir, khurasan,ray, dan lain-lain. dari hasil lawatan tersebut Abu Daud
berhasil mengumpulkan sebanyak 500.000 hadis yang dihafalnya. hadis-hadis tersebut di
seleksinya lagi hingga menjadi 4800 hadis, atau bila dijumlahkan dengan pengulangan yang
terdapat dalam kitab sunannya berjumlah 5274 hadits, kitab ini memuat Hadits Shahih yang
merupai Hadits Shahih dan mendekati Shahih.
b. Keistimewaan Sunan Abu Daud
Keistimewaan yang terdapat dalam Sunan Abu Daud adalah pertama diberikannya
perhatian yang penuh pada Matan Matan hadis. untuk itu Abu Daud berupaya menyebutkan
jalur jalur sanad lafaz-lafaz yang dipertentangkan, serta menjelaskan tentang tambahan-

7
tambahan lafaz. dalam Matan hadits, kedua hadis hadis yang disebutkan dalam satu bab tidak
terlalu banyak jumlahnya, ketiga Abu Daud tidak banyak Memberikan komentar terhadap
hadits-hadits yang dipertentangkan oleh para ulama hal ini dimaksudkan agar hadis-hadis
tersebut diteliti kembali, keempat Abu Daud tidak banyak memuat Atsar sahabat walaupun
dimuat ia memperbandingkan dengan Ashar yang dianggapnya lebih kuat.
c. Penilaian Ulang Dan Kritik Terhadap Sunan Abu Daud
Menurut Al khattabi Abu Daud dalam kitab sunannya menerangkan hadits-hadits
hukum yang belum pernah disusun sebelumnya. kitab Sunan Abu Daud diterima oleh para
ulama dan menjadi Hakim di antara para fuqoha yang berlainan madzhab, kitab ini menjadi
pegangan bagi ulama Irak, Mesir, Maroko, dan lain-lain Abu Daud merupakan ulama pemula
yang menyusun hadis hadis hukum dalam suatu kitab. disamping penilaian tersebut Ibnu
Hajar al-asqalani, imam nawawi, dan Ibnu Taimiyah kritik Abu Daud yang meliputi pertama
tidak adanya penjelasan tentang kualitas suatu hadis dan kualitas sanadnya sementara yang
lain disertai dengan penjelasan, kedua adanya hadis daif yang menurut penilaian para ahli
namun tidak dijelaskan kedhaifannya dalam Sunan Abu Daud, ketiga adanya kemiripan Abu
Daud dengan Imam Ahmad bin hambal yang mentoleransi hadis yang oleh kalangan ulama
dinilai daif.
Imam al-hafizh Ibnu al-jauzi mengemukakan kritik terhadap hadis Abu Daud bahwa
beberapa hadits yang dicantumkan nya adalah hadis maudhu atau palsu yang berjumlah 9
buah hadits menanggapi kritik tersebut Jamaludin bin Al suyuthi berpendapat walau benar
namun jumlahnya sangat sedikit hal ini tidak dapat dibandingkan dengan ribuan hadis yang
terdapat dalam kitab Sunan tersebut.
d. Metode Dan Sistematika Sunan Abu Dawud
Cara yang diterima Abu Dawud dalam menulis kitabnya, dapat diketahui dari
suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah atas pertanyaan yang diajukan
mengenai kitab sunannya. Inti dari surat tersebut adalah : Abu Dawud mendengar dan
menulis hadis 500.000 dan diseleksi menjadi 4.800 hadis.
a. Ia menghimpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan tidak mencantumkan hadis yang
disepakati ulama’ untuk ditinggalkan.
b. Hadis yang lemah diberi penjelasan atas kelemahannya dan hadis yang tidak diberi
penjelasan bernilai shahih.

8
4. KITAB JAMI AL TIRMIDZI
a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Jami Al Tirmidzi
Imam At Tirmidzi (209- 279) Hijriyah adalah seorang ahli hadis kenamaan dan
pengarang Sunan atau Jami, Al Tirmidzi kitab ini dinamakan hadits al Tirmidzi karena berisi
tentang hadis-hadis dengan materi yang berbeda-beda. mencakup pembahasan yang populer
antara lain aqidah, akhlak, ar-razzaq, adab al Ta’am wa Asy-Syurb, Al tafsir Wal Sayr, Al
Safar wa al Qiyam wa al- Qu’ud al fitan dan al Manaqib wa al-masalib. kitab ini disebut juga
dengan kitab Sunan karena menjelaskan tentang Rawi dan nilai hadisnya. Imam at-tirmidzi
diakui sebagai perawi hadits yang tsiqah ia murid dari Imam Bukhari imam muslim dan Abu
Daud karena keluasan ilmunya tersebut ia berhasil menyusun kitab Jami Al Tirmidzi yang
menjadi rujukan para ulama
b. Keistimewaan Kitab Sunan Atau Jami Al Tirmidzi
Keistimewaan kitab ini terletak dalam menggambarkan masalah yang berhubungan
dengan istilah-istilah dalam ilmu hadits, kitab ini dinilai sebagai kitab yang bermutu banyak
faedah, dan baik sistematikanya dan sedikit pengulangan isinya. Disamping itu banyak
ditemui Keterangan penting yang terdapat dalam kitab ini yang tidak ditemui dalam kitab-
kitab sebelumnya. seperti pembahasan tentang mazhab mazhab hukum, cara-cara istilah, dan
penjelasan tentang macam-macam Hadis Shahih Hasan dan gharib termasuk Jarh WA ta'dil
nya. keistimewaan lain dari kitab ini adalah meriwayatkan hadits dengan sanad Ali atau
sedikit sanadnya sehingga antara At Tirmidzi dengan Nabi SAW hanya terdapat 3 orang
Rawi karenanya hadits ini disebut dengan Hadits sulasi.
c. Kritik terhadap hadits Tirmidzi
Selain pujian yang dikemukakan oleh para ulama terhadap kitab Jami Al Tirmidzi,
juga ada sebagian ahli hadits yang mengkritik beberapa hadis yang diriwayatkan al-tirmidzi
dalam kitab-nya, dan memandangnya hadis itu sebagai hadis maudhu. misalnya kritik yang
dikemukakan oleh al-hafizh Ibnu Al jauzi dalam wudhu adatnya dan muridnya dan Al zahabi
Hadis riwayat At Tirmidzi yang mendapat kritikan berjumlah 30 Hadits. mengenai hal ini
Imam Al Jalaluddin al-suyuthi seorang ahli hadis Mesir telah menyanggahnya pada abad ke-
9 Hijriyah.
Pada dasarnya hadis yang dikritik tersebut hanya menyangkut persoalan pada amal
Apabila para pengkritik memandangnya sebagai Hadits palsu namun al-tirmidzi tidak
memandangnya demikian sebab tidak ditemukan seorang ahli hadis yang meriwayatkan hadis
maudhu yang diketahui kepalsuannya, kecuali pada hadis tersebut disertai penjelasan
kepalsuannya namun jumlah hadis yang dikritik ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan

9
beribu-ribu hadis yang terdapat dalam kitab Jami At Tirmidzi dan tidak mempengaruhi
bobotnya sebagai kitab ilmiah yang bernilai tinggi.
d. Metode dan Sistematika Sunan al-Tirmidhi
al-Tirmidzhi menempuh caranya yang khas, yang tidak ditemukan pada kitab al-Kutub al-
Sittah lainnya. Menurut Ahmad Muhammad Shakir184 kekhasan Sunan Tirmidhi adalah
sebagai berikut :
a. Mencantumkan riwayat dari sahabat lain tentang masalah yang dibahas dalam hadis
pokok, baik isinya semakna atau dengan makna lain bahkan yang bertentangan sama
sekali, atau keterkaitannya hanya isyarat meskipun sangat samar.
b. Menyebutkan pendapat kalangan fuqaha’ pada setiap masalah fiqih dan argumentasi
mereka, serta menyebutkan beberapa hadis yang berbeda dalam masalah tersebut.
Cara ini dinilai penting karena membawa pencapaian tujuan ‘ulum al-hadith yaitu
memilih yang sahih untuk kepentingan berhujjah dan beramal.
c. Memperhatikan ta’lil hadis. ia menyebutkan tingkat kesahihan dan keda’ifan serta
menguraikan pendapatnya tentang ta’lil dan rijal al-Hadith dengan rinci.
Di samping caranya yang khas, Imam Tirmidhi juga menggunakan istilah yang khas
dalam menilai hadis. Istilah yang banyak menimbulkan perbedaan penafsiran di kalangan
ulama’ hadis adalah istilah “hasan sahih”.

5. KITAB SUNAN AN NASA'I


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Sunan An Nasa'i
Imam An Nasa'i adalah seorang ahli hadis yang hidup antara tahun 215 -303 Hijriyah,
yang telah menulis Kitab Sunan an-nasa'i yang juga dikenal dengan sunan mujta’ba atau
Sunan Al Sugra. kitab ini merupakan hasil seleksi baik secara kualitas maupun kuantitas dari
hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Sunan al-kubra karya Imam al-nasa'i sebelumnya,
yang didalamnya masih bercampur Hadits Shahih Hasan dan Dhaif kitab ini memuat 5761
hadis Hadits.
Ketika Imam An Nasa'i selesai menyusun kitabnya yaitu Sunan al-kubra lalu
dihadiahkan Nya kepada Amir Al Ramlah, Amir ini kemudian bertanya apakah isi kitab ini
Shahih seluruhnya kemudian dijawab al-nasa'i ada yang shahih, ada yang Hasan, dan ada
yang pula serupa dengan keduanya. jika demikian Amir meminta agar al-nasa'i memisahkan
hadits-hadits Shahih saja. Kemudian al-nasa'i menulis hadits-hadits yang telah diseleksi dari
Sunan al-kubra kemudian ke dalam satu Hadis yang disebut Sunan al-kubra yang
penyusunannya menurut sistematika fiqih Sunan al-kubra ini dikenal sebagai salah satu Kitab

10
Hadis pokok, yang di kalangan para ahli hadits dan para kritikus hadis karena hadis yang
ditulis al-nasa'i dalam sunannya tersebut disepakati oleh ahli hadits dan kritikus jika suatu
hadis dinisbatkan kepada Sunan al-nasa'i maka yang dimaksud adalah Hadits yang terdapat
dalam susunan sugro bukan Sunan al-kubra.
b. Keunggulan Kitab Sunan Al-Nasa'i
Imam Nasa'i sangat berhati-hati dalam menyusun kitab Sunan Al sugra, sehingga
ulama mengatakan kitab ini berkedudukan di bawah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
karena sedikit sekali hadis daif yang terdapat didalamnya. Disamping itu hadits yang
diriwayatkannya, diterimanya dari gurunya yang terkemuka Jadi wajar jika penyeleksian
hadis yang dilakukannya dan keluasan wawasannya menjadikan hadits-hadits yang
diriwayatkannya sebagai hadits yang berkualitas tinggi.
c. Kritik Terhadap Sunan Al-Nasa’i
  Abu Al faraj Al jauzi mengkritik hadis-hadis yang terdapat dalam Al Sunan al-kubra
kritik tersebut diajukan pada 10 hadis yang dianggapnya sebagai hadits maudhu penilaian
mau duduk pada hadits-hadits tersebut menurut Imam al-suyuthi jelas tidak dapat diterima
dalam Sunan Nasa'i terdapat Hadits Shahih Hasan dan Dhaif sedangkan hadits yang gaib
sedikit sekali jumlahnya.
d. Metode Dan Sistematika Sunan Al-Nasa’i
Kitab Sunan al-Nasa’i adalah kitab yang muncul setelah dilihat yang paling sedikit
hadis da’if nya, tetapi paling banyak pengulangannya, sebagaimana hadis tentang niat
diulangnya sampai 16 kali. Jadi jelaslah bahwa dalam kitab tersebut tidak hanya terikat hadis
sahih, akan tetapi, terdapat pula hadis hasan, atau yang mendekati keduanya bahkan juga
terdapat hadis da’if.

6. KITAB SUNAN IBNU MAJAH


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Sunan Ibnu Majah
  Imam Ibnu Majah yang hidup antara tahun 209 - 273 Hijriyah adalah seorang penulis
hadits, yang kitabnya masuk dalam kitab utama. dengan kitab tersebut Ibnu Majah menjadi
seorang ulama hadis yang sangat terkenal, ia menyusun kitab Sunan menjadi beberapa bab
dan beberapa kitab kitab Sunan ini terdiri dari 32 kitab 1500 bab dan 4000 hadis kitab Sunan
Ibnu Majah disusun menurut sistematika fiqih Sunan Ibnu Majah dimulai, dengan sebuah
tentang mengikuti sunnah rasul dalam bab ini ia menulis hadis hadis yang menunjukkan
kekuatan sunnah Rasul kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
b. Kekhususan Sunan Ibnu Majah

11
Dalam menyeleksi hadits baik sanad maupun matannya Ibnu Majah tidak menjelaskan
kriteria, serta standar yang digunakan nya. di samping itu ia juga tidak Menjelaskan alasan ,
dan Tujuan penulisan kitab namun dari sejumlah 4341 hadis telah dimuatnya 3002 hadis
dalam kitab Ushul Al khamsah jadi masih tersisa 1339 hadits. yang dihimpun sendiri oleh
Ibnu Majah yang dapat dikelompokkan menjadi 428 hadis yang ber kriteria sahih 119 hadis
yang ber kriteria Hasan 613 hadis yang isnadnya lemah dan 99 hadis mungkar.
c. Kritik terhadap Hadits Ibnu Majah
Dalam kitab Sunan Ibnu Majah tidak hanya dimuat Hadits Shahih dan Hasan saja
tetapi Hadits Dhaif dan bahkan hadits mungkar pun dimasukkan oleh Ibnu Majah. agaknya
Hal inilah yang menjadi sasaran kritik yang berusaha untuk mengeluarkannya dari kelompok
kitab utama, yang kemudian ada yang menggantikannya dengan Al muwatta yang ditulis oleh
Imam Malik. Namun karena kitab Sunan Ibnu Majah berisi berbagai informasi tentang hadis ,
sementara tidak semua di dalam kitab lainnya. maka jumhur ulama tetap memasukkan kitab
ini dalam kutub al-sittah. Oleh sebab itu, Bila ditinjau dari segi keshahihan hadits ada ulama
yang menempatkan kitab Al muwatta dalam kutub al-sittah dengan mengeluarkan Sunan Ibnu
Majah.
d. Metode dan Sistematika Sunan Ibn Majah
Ibnu Majah banyak mengarang buku, yang tercatat oleh sejarah :
 Kitab al-Sunan
 Kitab al-Qur'an al-Karim
 Kitab al-Tarih, berisi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak masa sahabat
sampai masa Ibnu Majah.
Di antara kitab-kitab tersebut yang masuk dalam alKutub al-Sittah ialah kitab al-Sunan yang
terkenal dengan “Sunan ibn Majah”. Dalam sunan Ibn Majah ini banyak terdapat hadis da’if
bahkan tidak sedikit hadis yang munkar. Hadis-hadis gharib yang terdapat dalam sunan ini
kebanyakan adalah da’if, karena itu para ulama’ mutaqaddimin memandang bahwa kitab
Muwatta’ Imam Malik lebih tepat masuk dalam alKutub al-Sittah dari pada Sunan Ibn Majah.
4.000 buah.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kitab-kitab hadis yang telah dipaparkan dalam babbab terdahulu, memiliki
karakteristik khusus, yang seringkali tidak dapat diperbandingkan antara satu dengan yang
lain. Demikian juga menyangkut kelebihan dan kelemahan masing masing, yang tampaknya
satu sama lain saling melengkapi dan memperkaya referensi tertulis bagi umat Islam. Metode
penyusunan kitab hadis, baik yang berupa jami’, dengan menghimpun seluruh hadis, baik
menyakut masalah akidah, ibadah, akhlaq dan tafsir al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam
kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, tentu berarti memiliki cakupan hadis dengan
tema yang lebih luas, dibandingkan dengan kitab dengan metode penyusunan Sunan atau
Muwatta’ yang secara khusus membahas hadishadis yang memiliki keterkaitan dengan
persoalan fiqih saja. Demikian pula dengan metode Musnad, sebagaimaana telah ditulis oleh
Imam Ahmad. Kitab yang ditulis dengan model yang berbeda dari 2 (dua) kitab shahih
dengan metode jāmi’ (Shahīh al-Bukhārī dan Shahīh Muslim) dan 6 (enam) kitab sunan
(Sunan Abu Dāud, Sunan al-Tirmidhī, Sunan al-Nasā’ī, Sunan Ibn Mājah )
Dalam konteks penilaian atas kualitas kitab hadis di atas, Imam Ibnu Shalāh (w. 643
H.), menyatakan bahwa kitab hadis yang paling autentik (shahīh) --yang posisinya di bawah
peringkat al-Qur’an-- adalah Shahīh al-Bukhārī dan Shahīh Muslim. Pendapat ini kemudian
diikuti dan dipopulerkan oleh Imam Nawawī (w. 676 H.), dengan memperkuat argumentasi
dan statemennya, bahwa para ulama telah menyepakati permasalahan itu --memposisikan
shahih al-Bukhārī dan shahih Muslim pada peringkat tertinggi-- sementara umat Islam juga
menerimanya.1 Namun demikian, ternyata hadishadis yang termuat di dalam kitab Shahīh al-
Bukhārī tersebut juga tidak luput dari kritikan dari berbagai pihak, baik di era dahulu maupun
sekarang
B. SARAN
Sebagaimana telah dikemukakan di latar belakang masalah bahwa sekian banyak
ditemukan pengutipan hadits secara langsung, yakni tanpa menyebutkan secara lengkap
rantai sanad haditsnya dalam kitab ataupun buku-buku agama. Apalagi kitab-kitab tersebut
merupakan kitab faforit di Masyarakat Islam,. Hal ini seharusnya bisa menumbuhkan
semangat setiap Muslim untuk menelaah lebih lanjut pada hadits-hadits tersebut untuk
menyajikan materi-materi agama dengan dalil agama yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Husnan, Kajian Hadits dan Metode Takhrij. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 1993
Ali Mustafa Yaqub, Imam Bukharai dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadits, Jakarta:
Pustaka Firdaus. 1991
Khatib, Muhammad Ajaj, Ushul al-Hadits:Ulumuh Musrhalatuhuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1981
Muhammad Abu Zahwu. Al-Hadits wa al-Muhaditsun, Beirut:Darul Fikr. 1984.
An-Nawawi Maya al-Din, Syarh an-Nawawi 'ala Shahih Muslim. Beirut: Dar al-Fikr, 1978.
cet ke-3
Raja Mustafa Hazin, I'lam al-Muliaditsun wa Manahijuhum Fi al
Qarn al-Tasalis al-Hijri, tt.: Majma' al-Buhus al-Islamiyah, 1969. Ash-Shiddiqi, T.M. Hasbi,
Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: P.T. Bulan Bintang 1989
Pokok-pokok Ilmu Dirayah al-Hadits, Jakarta BulanBintang 1976
Shalih, Subhi, Ulumul Hadits wa Musthalatuhu, Beirut: Dar Al Ilmi, 1959
footnote
Ali Mustafa Yaqub, Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadits, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1991. hal. 8 3
Ahmad Husnan, Kajian Hadits dan Metode Takhrij. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.1993, hal. 28
Mustafa Yaqub, Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1991. hal. Subhi Shalih. Ulumul Hadits wa Dar. Al-Ilmi: Beirut. 1959, hal.
Ali Mustafa Yaqub, Op. Cit. hal. 23 An-Nawawi Maya al-Din. Syarh an-Nawawi 'ala Shabib
Muslim. Beirut: Dar al-Fikr, 1978. cet ke-3. hal. 12
ash-Shiddiqy. Pokok-pokok Ilmu Dirayah al-Hadits. Jakarta: Bulan Bintang Abu Syuhbah.
Op. Cit. hal. 89-92 18
Raja Mustafa Hazin. I'lam al-Mubaditsun wa Manabijubum Fi al-Qarn al Tasalis al-Hijri. t.t:
Majma' al-Buhus al-Islamiyah. 1969. hal. 142-143
Khatib, Muhammad Ajaj. Ushul al-Hadits:Ulumuhu wa Musrhalabubu, Beirut: Dar al-Fikr,
1981, hal.321 Muhammad Abu Zahwu. Al-Hadits wa al-Mubaditsun. Beirut: Darul
Fikr,1984, hal. 359
As Shiddiqi, TM. Hasbi, Sejarab dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta:
P.T. Bulan Bintang 1989, hal. 328 Ensiklopedi Islam. Op. Cit. hal. 41

Abu Syahbah. Op Cit. hal. 113

14

Anda mungkin juga menyukai