Anda di halaman 1dari 17

PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG BACAAN BASMALAH

DALAM SURAT AL-FATIHAH DAN SURATAN DALAM


SHALAT

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Madzhab

Dosen Pengampu : Muhammad Khaidar Azmy, LC. MA.

Disusun oleh :

1) Rezkita Noveralaili Sabilaa (23010170300)


2) Magfiroh Zakia Maliyah (23010170310)
3) Alfi Himmatul Azizah (23010170311)
4) Anisatul Kamila (23010170316)
5) Isma Rufaida (23010170322)

i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

ii
2020KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


segala macam nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyalesaikan apa
yang sudah seharusnya menjadi tugas seorang mahasiswa. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Nabi Agung Muhammad
saw, yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir. Amin ya
robbal’alamin.

Penulis sangat bersyukur dengan terselesaikannya makalah ini tepat pada


waktunya dan tidaklah kurang suatu apapun. Penulis hanya berharap kritik dan
saran yang membangun, karena setiap karya itu tidak lah luput dari kesalahan dan
keliputan, terkecuali karya Tuhan Yang Maha Esa. Semoga makalah ini nantinya
menjadi manfaat bagi penulis dan pembaca dikemudian hari. Amin.

Salatiga, 20 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Ikhtilaf Ulama Membaca Basmalah Dalam Surah al-Fatihah Ketika Shalat. . .3

1. Madzhab Syafi’i.......................................................................................................3

2. Madzhab Maliki.......................................................................................................5

3. Madzhab Hanafi.......................................................................................................8

4. Madzhab Hanbali.....................................................................................................9

BAB III...................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan.............................................................................................................11

B. Kritik dan saran......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Apabila dalam hal pokok ajaran Islam para ulama tidak terjadi ikhtilaf,
maka dalam hal furu’iyyah sering ditemui ikhtilaf, baik tentang kaifiyah (tata
cara), maupun rukun dan syarat. Seperti pelaksanaan shalat subuh, ada ulama
yang menghukumkan sunnat membacanya, tetapi ada ulama yang tidak
menghukumkan sunnat. Atau tentang niat dalam wudhu, ada yang
menghukumkan sebagai rukun, ada yang menghukumkan sebagai syarat sah,
tetapi ada pula yang hanya menghukumkan sunnat muakkadah. Dan masih
banyak lagi ikhtilaf yang sering ditemui dalam hukum islam.

Ulama sepakat bahwa ketika memulai pekerjaan ibadah disuruh


membaca Basmalah, tetapi ulama ikhtilaf dalam praktiknya ketika membaca
al-Fatihah dalam shalat. Ada ulama yang memasukkan Basmalah dalam surah
al-Fatihah, tetapi ada ulama yang tidak memasukkannya. Ini berpengaruh
tentang sah tidaknya dalam shalat. Karena berdasarkan hadis yang
diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamir r.a. yang artinya “Rasulullah bersabda
bahwa tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca ummul Qur’an”.

Dalam penerapannya, ketika shalat berjamaah misalnya, terkadang


ada imam yang membaca dan mengeraskan bacaan Basmalah di permulaan
surah al-Fatihah dan surah al-Qur’an lainnya, namun terkadang ada imam
yang lain tidak terdengar membacanya. Apa yang mendasari dan menjadi
hujjah bagi masing-masing pendapat ulama?

Tulisan ini akan membahas beberapa pendapat dikalangan ulama


tentang membaca Basmalah yang kemudian dijadikan bahan rujukan dalam
pelaksanaan ibadah shalat. Sehingga dapat diketahui pendapat siapa saja yang
mewajibkan membaca Basmalah dalam al-Fatihah ketika shalat, dan pendapat
siapa saja yang tidak mewajibkan membacanya, disertai dengan dalil yang

1
dijadikan hujjah bagi masing-masing ulama, dan bagaimana jalan keluarnya
terhindar dari ikhtilaf.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang
akan di bahas dalam makalah ini adalahsebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan pendapat tentang bacaan basmalah dalam Al-
Fatihah dan suratan lainnya dalam 4 mazhab?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan dalam makalah ini


adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan pendapat tentang bacaan
basmalah dalam Al-Fatihah dan suratan lainnya dalam 4 mazhab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ikhtilaf Ulama Membaca Basmalah Dalam Surah al-Fatihah Ketika


Shalat
Membaca al-Fatihah adalah salah satu rukun shalat. Jumlah ayatnya
adalah 7 ayat. Hal yang sangat penting bagi setiap muslim untuk mengetahui
surah ini secara detail. Karena surah ini adalah surah yang setidaknya dibaca
17 kali sehari semalam dalam shalat lima waktu. Karena shalat dianggap
tidak sah jika tidak membaca surah al-Fatihah.

Dalam shalat terkadang terjadi perbedaan, baik dalam tata cara (kaifi
yah) maupun bacaannya. Begitu pula dalam hal membaca Basmalah ketika
membaca surah al-Fatihah, sering ditemukan para imam ṣhalat yang
membaca Basmalah di awal surah Al-Fatihah maupun surat Qur’an
setelahnya, namun ada juga yang tidak membacanya. Hal ini didasarkan pula
pada perbedaan pendapat para ulama yang dijadikan rujukan oleh mereka.

Ijma para ulama bahwa Basmalah yang terdapat dalam surat An-Naml
ayat 30 adalah ayat Al-Qur’an.20 Namun mereka ikhtilaf mengenai
Kedudukan Basmalah, apakah Basmalah itu salah satu ayat dari surat al-
Fatihah, ataukah termasuk ayat dari setiap surat. dalam Al-Qur’an selain
dalam surat An-Naml tersebut. Dalam hal ini ada empat pendapat:

1. Madzhab Syafi’i
Imam Syafi’I adalah satu-satunya dari imam empat yang menyusun
dan membukukan sendiri fiqih dan usulnya. Sementara fiqih imam
madzhab lainnya disusun dan dibukukan oleh murid-murid dan para ulama
setelahnya yang menempuh metode fiqih mereka. Adapun pendapat Imam
Syafi’I tentang bacaan basmalah di dalam shalat sebagaimana di dalam al-
Umm adalah:

3
َّ ُ‫ ااْل َيَة‬: ‫الرِح ْي ِم‬
‫ أ َْو‬،‫السابِ َعةُ فَِإ ْن َت َرَك َها‬ َّ ‫ بِ ْس ِم اللَّ ِه‬: ‫الشافِ ِع ُّي‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬ َّ ‫قاَ َل‬

َّ ‫ض َها لَ ْم تَ ْج ِزِه‬
َ‫الرْك َعةُ الَّتِي َت َرَكهاَ ِفيها‬ َ ‫َب ْع‬
Artinya: Al-Syafi’I mengatakan : bismillahirrahmanirrahim adalah ayat
(dari) tujuh (ayat al fatihah). Barangsiapa yang meninggalkannya (yakni
al-Fatihah) atau sebagian (dari al-Fatihah) maka tidak sah rakaat sholat
yang ia meninggalkannya.
Imam syafi’i berpendapat bahwa Basmalah adalah salah satu ayat
dari Surat Al-Fatihah, oleh karena itu wajib membacanya dalam shalat
apabila membaca Surah Al-Fatihah. Yang menjadi dasarnya:
Hadis yang diriwayatkan oleh Daruquthni dan Baihaqi dari Abu
Hurairah ra:

‫ول اهللُ صلى اهلل عليه وسلم أِ َذا‬ َ َ‫َع ْن أَبِي ٌه َرْي َرةَ َر ِظ َي اهللُ َع ْنهُ ق‬
ُ ‫ال قَاَ َل َر ُس‬

ِ ‫الرِح ْي ِم اَِّن َها اُ ُّم اْل ُقر‬


ٌّ‫آن َواُم‬ َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ‫اهلل‬ ِ ِ‫َقرأْتُم الْحم ُد ل‬
ِ ‫له فَاقْرُؤوا بِس ِم‬
ْ ْ ْ َ َْ ْ َ

‫الرِح ْي ِم اِ َحدى آيَاتِ َها‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫اس ْب ِع الْمثَانِي وبِس ِم‬
َّ ‫اهلل‬ ْ َ ْ َ َّ ‫اب َو‬ ِ َ‫الْ َكت‬

Artinya: Abu Hurairah Ra. berkata:”Rasulullah SAW bersabda:


Apabila kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah
bismillahirrahmanirrahim, karena sesungguhnya ia adalah induk Al-
Qur’an, induk Al-Kitab dan tujuh ayat yang diulang-ulang. Sedangkan
“Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu ayatnya”.1
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa Imam Syafi’I berpendapat
bahwa basmalah adalah bagian dari al-Fatihah. Meninggalkan satu ayat
dari al-Fatihah sama halnya tidak membaca al-Fatihah di dalam sholat.
Dengan demikian sholat seorang yang meninggalkan basmalah tidak sah.2

1
Fathurrahman Azhari, Ikhtilaf Ulama Tentang Kedudukan Basmalah dalam Al-fatihah dibaca
ketika shalat,Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, No 02, Desember 2015, hlm 172.
2
Haidir Rahman, Imam Syafi’i dan Tradisi Basmalah di Mekkah, Lentera, Vol. XVII, No. 1, 2016,
hlm. 32-33.

4
Untuk mempertegas pendapat Imam Syafi’i dalam permasalahan
basmalah, Imam al-Nawawi yang dikenal sebagai revisionis madzhab
mengatakan:

َّ ‫الج ْه ُر بِالبَ ْس َملَ ِة فِي‬


‫الصالَة‬ َ ‫س ُّن‬
ِ ِ َّ ‫ال‬
َ ُ‫ َوي‬: ‫الشافعي َو األصحاب‬ َ َ‫ق‬

َ‫ف فِ ِيه ِع ْن َدنا‬


َ َ‫ورِة َو َه َذا الَ ِخال‬ ُّ ‫الج ْه ِر ِية فِي الفاتحة َوفِي‬
َ ‫الس‬ َ
Artinya: Al-Syafi’i dan para ulama madzhabnya mengatakan:
disunnahkan mengeraskan bacaan basmalah di dalam shalat jahriyyah
untuk al fatihah dan surah lainnya, dan perkara ini tidak terdapat
perbedaan diantara kami (yaitu para ulama syafi’iyyah).
2. Madzhab Maliki
Para ulama berselisih pendapat tentang bacaan basmalah di dalam
sholat, hal ini disebabkan karena perbedaan hadist yang muncul dalam
masalah membaca basmalah ini dan tidak lepas dari kalimat basmalah itu
sendiri apakah ia termasuk salah satu ayat dari surat al-fatihah atau bukan.3
Imam Malik berpendapat bahwa basmalah bukanlah salah satu ayat
dari surat al fatihah dan bukan ayat dari tiap-tiap surah4, ia berpendapat
demikian berdasarkan hadist Rasulullah SAW:

‫كان رسول اللَّه صلي اللَّه عليه وسلم يفتتح الصالة‬: ‫عن عاءشة قالت‬

‫بالتكبير والقراءة ب (الحمد للَّه رب العالمين‬


Artinya: “Dari Aisyah R.a, ia berkata: Rasulullah SAW memulai
shalat dengan takbir dan membaca alhamdulillahi rabbil’alamin”.
Hadist diatas menjadi alasan bagi Imam Malik dalam menetapkan
bahwa basmalah bukanlah termasuk salah satu ayat dari surat Al-Fatihah
dan juga bukan merupakan salah satu ayat dari surah-surah Al-Qur’an,

3
Al-Qadhi Abi Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid, (Beirut, Libanon: Darul Kitab,
595 H), jilid 1, hlm. 89.
4
Muhammad Ali Ashabuni, Rawai’ul Bayan Tafsir Ayatul Ahkam Minal Quran, (Jakarta: Dinamika
berkat Utama, Th), juz 1, hlm. 49.

5
kecuali ayat ke 30 Surat An-Naml. Oleh karena itu makruh membacanya
dalam shalat. Yang dijadikan dasar dari pendapat ini adalah hadis sebagai
berikut:
a. Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Malik

َ‫ص َف ْي ِن َولِ َع ْب ِدى َما َسأ‬ ِ


ْ ِ‫اصاَل َ َة َب ْينِي َو َب ْي ِن َع ْبدى ن‬
ّ ‫ت‬ُ ‫س ْم‬
َ َ‫قَ َل اهللٌ َت َعلَى ق‬
‫ال اهللُ َت َع َل َح ِم َدنِي َع ْب ِدى‬
َ َ‫العلَ ِم ْي َن ق‬ ِ ِ‫َل فَِا َذا قَا َل العب ُد الحم ُد ل‬
َ ‫ب‬ ِّ ‫له َر‬ ْ َ َْ

‫ك َي ْوِم‬
ِ ِ‫ال مال‬ ِ ِ َ َ‫َواِذَا ق‬
َ َ‫ال اَ َّر ْح َم ِن اَ َّرِح ْي ِم ق‬
َ َ َ‫ال اهللُ َت َع َل اَْثنَى َعلَ َّي َع ْبدى َو اذَ ق‬

َ َ‫ال اِي‬
‫اك َن ْعبُ ُد‬ َ َ‫ض اِلَ َّي َع ْب ِدى فَِا َذا ق‬ َ َ‫ال َم َج َدنِي َع ْب ِدى َوق‬
َ ‫ال َم َّرَة َف ْو‬
ِ
َ َ‫الديْ ِن ق‬

‫ال اِ ْه ِدنَا‬
َ َ‫َل فَِا َذا ق‬
َ ‫ال َه َذا َب ْينِي َوَب ْي َن َع ْب ِدى َولَ َع ْب ِدى ماَ سأ‬ َ َ‫َواِي‬
َ َ‫اك نَ ْستَ ِع ْي ُن ق‬

‫ب َعلَْي ِه ْم َواَل اظَّالِْي َن‬


ِ ‫ت َعلَْي ِه ْم غَْي ِرل َْمغْظُْو‬ ِ َّ‫صر َط ا‬
َ ‫لذيْ َن اَْن َع ْم‬ ِ ‫الصر َط المستَ ِق‬
َ ‫يم‬
ُ ْ ُ َ ِّ
َ‫ال َه َذا لِ َع ْب ِدى َما َسأَل‬
َ َ‫ق‬

Artinya : Allah Ta’ala berfirman “Aku membagi Ash Shalah (Al-


Fatihah) antara-Ku dan antara hambaku akan mendapatkan apa-apa
yang ia minta. Maka apabila hamba mengucapkan Alhamdulillahirrobil
alamin, Allah Ta’ala menjawab: hambaku telah memujiku. Apabila ia
mengucap Ar-Rahmanirrahim, Allah Ta’ala menjawab hambaku telah
menyanjungku. Apabila ia mengucap Maliki Yaumiddin, Allah menjawab
hambaku telah mengagungkan Aku an juga berfirman hambaku berserah
diri kepadaku. Apabila ia mengucap Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in,
Allah menjawab Ini adalah antara aku dan antara hambaku dan utuk
hambaku akan mendapatkan apa-apa yang ia minta. Dan apabila ia
mengucapkan Ihdinash-shiratal mustaqim shiratalladzina an’amta
‘alaihim ghoiril maghdhubi ‘alaihim waladhallin, Allah menjawab: ini

6
adalah untuk hambaku dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-apa
yang ia minta. (H.R. Muslim)5

b. Hadis dari Anas ra. Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

‫صالَى اهللٌ َعلَْي ِه َوسلّم‬ ٍ ‫س بْ ِن مِا‬


َ ‫ت َم َع انَّبِي‬
ُ ‫صلَّْي‬
َ ‫ال‬
َ َ‫لك ق‬ َ ِ َ‫َع ْن أَن‬
ِ ‫ْح ْم ُد لِلّ ِه َر‬
‫ب ال َْعلَ ِم ْي َن‬ ِ ‫َوأَبِي بَ ْك ٍر َوعُ َمر َوعُثْ َما ُن فَ َكا ُن ْوا يَ ْسَت ْفتِ ُح ْو َن‬
َ ‫ب اَل‬ َ
ِ ‫الرِحي ِم فِى أ ََّو ِل قِراء ٍة والَ فِى‬
َ‫آخ ِرها‬ ِ ‫اَل ي ْذ ُك ْذٌكرو َن بِس ِم‬
َ ََ ْ َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ‫اهلل‬ ْ ُْ َ

Artinya: Anas bin Malik berkata:”Aku shalat di belakang Nabi


Shallahu’alaihissalama, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka
memulai dengan alhamdulillahi Rabbil Alamin. Mereka tidak menyebut
Bismillahirrahmanirahim di awal bacaan dan di akhirnya”. (HR.
Muslim)

Dalam kitab al-Mudawwanah al Kubra, Imam Malik berpendapat


bahwa tidak dibaca bismillah Arrahman Arrahim di dalam sholat wajib,
baik secara sirr maupun jahar. Yang dijadikan sebagai dasar hukum bagi
Imam Malik untuk melarang membaca basmalah secara mutlak dalam
sholat fardhu ketika membaca surah alfatihah dengan jahr (keras) atau sir
(pelan), adalah karena Ubai memulai sholatnya dengan membaca
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, dan Nabi Muhammad SAW
membenarkannya.
Menurut Madzhab Maliki, basmalah bukan ayat dari Al Fatihah
dan tidak disunnahkan membacanya di dalam sholat baik keras maupun
samar. Adapun membacanya maka hukumnya makruh.
Ulama Madzhab Maliki berkata: Makruh hukumnya membaca
basmalah di dalam sholat fardhu baik secara sir maupun secara jahr,
kecuali jika si mushalli (orang yang sholat) berniat untuk keluar dari khilaf
5
Fathurrahman Azhari, Ikhtilaf Ulama Tentang Kedudukan Basmalah dalam Al-fatihah dibaca
ketika shalat,Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, No 02, Desember 2015, hlm 171.

7
(perbedaan pendapat) ulama, maka membaca basmalah di awal surat Al
Fatihah secara samar yang hukumnya sunnah atau dibaca keras yang
hukumnya makruh.6
Makruh bagi Imam Malik maksudnya adalah Makruh Tanzih.
Makruh tanzih adalah makruh yang dituntut untuk tidak dilakukan dengan
tidak adanya sanksi apabila dilakukan. Ini adalah lawan dari sunnah.
Dalam hal ini makruh tidak mencapai kepada tingkat haram. 7 Maksudnya,
imam Malik menghukum makruh untuk membaca basmalah dalam sholat
fardhu, apabila basmalah tetap dibaca dalam sholat fardhu, maka tidak ada
sanksi terhadap seseorang yang membaca basmalah.
Imam Malik berpendapat bahwa tidak dibaca basmalah pada sholat
fardhu dalam sholat berjamaah maupun sholat munfarid baik secara sir
maupun jahr akan tetapi diperbolehkan dalam sholat sunnah dan inilah
pendapat yang masyhur dari Imam Malik.

3. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi berpendapat bahwa basmalah bukanlah termasuk
ayat dari surat Al fatihah dan juga bukan termasuk dari ayat dalam surah
manapun kecuali surat An-Naml. Mereka berpendapat demikian
berdasarkan kepada hadist Raulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim
dan Ahmad dari hadist Anas bin Malik: “Aku pernah sholat bersama
Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Usman. Namun tidak pernah aku
mendengar mereka membaca Basmalah”.
Akan tetapi bagi seseorang yang shalat sendirian diwajibkan untuk
membaca bsamalah pada tiap rakaat dengan suara pelan, sebagaimana ia
juga membaca amin dengan suara pelan. Adapun untuk seorang imam
maka tidak membaca basmalah dan tidak juga membacanya dengan suara
pelan. Tujuannya agar tidak terdapat bacaan pelan diantara dua bacaan
keras. Ibnu Mas’ud berkata berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Abi

6
Hamzah An-Nasrani, Al Fiqhul Islam ‘Ala Mazhabul Arba’ah, (Kairo: Maktabah Al-Qoyyimah,
Th), Juz q, hlm. 447.
7
A. Djazuli, Ushul Fiqih Metodologi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet
ke-1, hlm. 39-40.

8
Syibah, dari Ibrahim An-Nakha’i: “empat hal yang disembunyikan oleh
imam yaitu bacaan ta’awudz, basmalah, bacaan amin dan tahmid”8
Ulama pengikut madzhab Hanafi berpendapat bahwa disunnahkan
untuk membaca secara samar padas sholat yang sirriyah dan jahriyah, baik
pada awal surat al Fatihah atau pada surat setelahnya.

4. Madzhab Hanbali
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, basmalah adalah ayat al Qur’an
yang terletak di awal surah al Fatihah, namun bukan merupakan ayat Al
Qur’an jika terletak di awal-awal surah selain al Fatihah.9
Yang dijadikan dasar pendapatnya adalah hadist riwayat muslim
sebegai berikut:
“Dari Anas ia berkata: pada suatu hari ketika Rasulullah berada
di tengah-tengah kami, tiba-tiba beliau tertidur sejenak lalu beliau
mengangkat kepalanya sembari tersenyum. Maka kami bertanya, Apa
yang membuat engkau tersenyum ya Rasulallah? Beliau bersabda: baru
saja diturunkan kepadaku sebuah surat, lalu beliau membaca (yang
artinya) Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.
Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, sunnah membaca basmalah
dalam sholat ketika membaca al fatihah dengan beralasan hadis dari Anas
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hadist itu tentang kedudukan
basmalah sebagai pemisah antara surah yang satu dengan yang lainnya.
Pendapat itu terbantahkan, karena surah al-Fatihah adalah surah permulaan
dalam Al Qur’an, oleh karena itu tidak tepat kalau dijadikan alasan bahwa
basmalah dalam permulaan surah al fatihah disamakan dengan surah-suarh
yang lain selain al fatihah.

8
Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam Waadillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2010), jilid 2, hlm. 38-39.
9
Imam Qurtubhi, Al Jami’li Ahkam Al Qur’an, (Jakarta: Pustaka Azzam, 200 H), hlm. 247.

9
BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah diuraikan di atas, dapat diambil simpulan
bahwa yang menyebabkan ikhtilaf di kalangan ulama terkait dengan membaca
Basmalah ketika shalat. Para ulama ikhtilaf dalam tiga pendapat. Pendapat
Imam Malik yang menyatakan Basmalah tidak termasuk surah al- Fatihah dan
makruh membacanya dalam shalat. Pendapat Imam Syafi ’i yang
memasukkan Basmalah salah satu ayat dari surah al-Fatihah dan mewajibkan
membacanya dalam shalat. Pendapat Imam Hanafi dan Ahmad bin Hanbal
yang tidak memasukkan Basmalah dalam surah al-Fatihah tetapi sunnat
membacanya dalam shalat. Perbedaan itu terjadi karena:

1. Terdapatnya hadis yang penafsirannya bertentangan satu sama lain.


2. Adanya ikhtilaf dalam menentukan kedudukan Basmalah dalam Al-
Fatihah maupun Al-qur’an.
3. Ikhtilaf dalam menafsirkan hadis-hadis yang tekait dengan masalah ini.

Berdasarkan ikhtilaf ulama ini dapat dilihat, bahwa masing-masing


ulama mempunyai dalil yang dijadikan hujjah bagi mereka. Terlepas dari
kebenaran hujjah para ulama di atas, hendaknya ini tidak menjadikan alasan
terpecah-belahnya umat Islam. Karena maslaha ini adalah permasalahan
Furu’iyah yang sangat wajar, jika terdapat ikhtilaf di dalamnya. Masing-
masing bisa mengamalkan sesuai dengan keyakinan dan hujjah masing-
masing dan tidak menjadikan ikhtilaf ini sebagai alat untuk merusak ukhuwah
islamiyah di antara sesama muslim. Agar keluar dari ikhtilaf ulama, maka
hendaklah membaca Basmalah dalam shalat, karena ulama sepakat membaca
Basmalah dalam shalat tidak membatalkan shalat. Namun yang terjadi khilaf
adalah batal shalat kalau tidak membaca Basmalah.

B. Kritik dan saran


Makalah ini hasil dari sumber-sumber yang jelas, akan tetapi penulis
masih banyak kekurangan dan masih sangat kurang ilmu pengetahuan, penuis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, sebagai penulis kami mohon kerendahan hati

11
dari pembaca untuk memaklumi kekurangannya dan diharapkan kesediannya
untuk memberikan kritik yang nantinya dijadikan bahan evaluasi bagi penulis
agar di kemudian hari dapat menulis dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Galih. 2018. Memilih Madzhab Fiqih. Lentera Islam.

12
.

13

Anda mungkin juga menyukai