Disusun oleh :
i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
2020KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
1. Madzhab Syafi’i.......................................................................................................3
2. Madzhab Maliki.......................................................................................................5
3. Madzhab Hanafi.......................................................................................................8
4. Madzhab Hanbali.....................................................................................................9
BAB III...................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dijadikan hujjah bagi masing-masing ulama, dan bagaimana jalan keluarnya
terhindar dari ikhtilaf.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang
akan di bahas dalam makalah ini adalahsebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan pendapat tentang bacaan basmalah dalam Al-
Fatihah dan suratan lainnya dalam 4 mazhab?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam shalat terkadang terjadi perbedaan, baik dalam tata cara (kaifi
yah) maupun bacaannya. Begitu pula dalam hal membaca Basmalah ketika
membaca surah al-Fatihah, sering ditemukan para imam ṣhalat yang
membaca Basmalah di awal surah Al-Fatihah maupun surat Qur’an
setelahnya, namun ada juga yang tidak membacanya. Hal ini didasarkan pula
pada perbedaan pendapat para ulama yang dijadikan rujukan oleh mereka.
Ijma para ulama bahwa Basmalah yang terdapat dalam surat An-Naml
ayat 30 adalah ayat Al-Qur’an.20 Namun mereka ikhtilaf mengenai
Kedudukan Basmalah, apakah Basmalah itu salah satu ayat dari surat al-
Fatihah, ataukah termasuk ayat dari setiap surat. dalam Al-Qur’an selain
dalam surat An-Naml tersebut. Dalam hal ini ada empat pendapat:
1. Madzhab Syafi’i
Imam Syafi’I adalah satu-satunya dari imam empat yang menyusun
dan membukukan sendiri fiqih dan usulnya. Sementara fiqih imam
madzhab lainnya disusun dan dibukukan oleh murid-murid dan para ulama
setelahnya yang menempuh metode fiqih mereka. Adapun pendapat Imam
Syafi’I tentang bacaan basmalah di dalam shalat sebagaimana di dalam al-
Umm adalah:
3
َّ ُ ااْل َيَة: الرِح ْي ِم
أ َْو،السابِ َعةُ فَِإ ْن َت َرَك َها َّ بِ ْس ِم اللَّ ِه: الشافِ ِع ُّي
َّ الر ْح َم ِن َّ قاَ َل
َّ ض َها لَ ْم تَ ْج ِزِه
َالرْك َعةُ الَّتِي َت َرَكهاَ ِفيها َ َب ْع
Artinya: Al-Syafi’I mengatakan : bismillahirrahmanirrahim adalah ayat
(dari) tujuh (ayat al fatihah). Barangsiapa yang meninggalkannya (yakni
al-Fatihah) atau sebagian (dari al-Fatihah) maka tidak sah rakaat sholat
yang ia meninggalkannya.
Imam syafi’i berpendapat bahwa Basmalah adalah salah satu ayat
dari Surat Al-Fatihah, oleh karena itu wajib membacanya dalam shalat
apabila membaca Surah Al-Fatihah. Yang menjadi dasarnya:
Hadis yang diriwayatkan oleh Daruquthni dan Baihaqi dari Abu
Hurairah ra:
ول اهللُ صلى اهلل عليه وسلم أِ َذا َ ََع ْن أَبِي ٌه َرْي َرةَ َر ِظ َي اهللُ َع ْنهُ ق
ُ ال قَاَ َل َر ُس
1
Fathurrahman Azhari, Ikhtilaf Ulama Tentang Kedudukan Basmalah dalam Al-fatihah dibaca
ketika shalat,Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, No 02, Desember 2015, hlm 172.
2
Haidir Rahman, Imam Syafi’i dan Tradisi Basmalah di Mekkah, Lentera, Vol. XVII, No. 1, 2016,
hlm. 32-33.
4
Untuk mempertegas pendapat Imam Syafi’i dalam permasalahan
basmalah, Imam al-Nawawi yang dikenal sebagai revisionis madzhab
mengatakan:
كان رسول اللَّه صلي اللَّه عليه وسلم يفتتح الصالة: عن عاءشة قالت
3
Al-Qadhi Abi Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid, (Beirut, Libanon: Darul Kitab,
595 H), jilid 1, hlm. 89.
4
Muhammad Ali Ashabuni, Rawai’ul Bayan Tafsir Ayatul Ahkam Minal Quran, (Jakarta: Dinamika
berkat Utama, Th), juz 1, hlm. 49.
5
kecuali ayat ke 30 Surat An-Naml. Oleh karena itu makruh membacanya
dalam shalat. Yang dijadikan dasar dari pendapat ini adalah hadis sebagai
berikut:
a. Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Malik
ك َي ْوِم
ِ ِال مال ِ ِ َ ََواِذَا ق
َ َال اَ َّر ْح َم ِن اَ َّرِح ْي ِم ق
َ َ َال اهللُ َت َع َل اَْثنَى َعلَ َّي َع ْبدى َو اذَ ق
َ َال اِي
اك َن ْعبُ ُد َ َض اِلَ َّي َع ْب ِدى فَِا َذا ق َ َال َم َج َدنِي َع ْب ِدى َوق
َ ال َم َّرَة َف ْو
ِ
َ َالديْ ِن ق
ال اِ ْه ِدنَا
َ ََل فَِا َذا ق
َ ال َه َذا َب ْينِي َوَب ْي َن َع ْب ِدى َولَ َع ْب ِدى ماَ سأ َ ََواِي
َ َاك نَ ْستَ ِع ْي ُن ق
6
adalah untuk hambaku dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-apa
yang ia minta. (H.R. Muslim)5
7
(perbedaan pendapat) ulama, maka membaca basmalah di awal surat Al
Fatihah secara samar yang hukumnya sunnah atau dibaca keras yang
hukumnya makruh.6
Makruh bagi Imam Malik maksudnya adalah Makruh Tanzih.
Makruh tanzih adalah makruh yang dituntut untuk tidak dilakukan dengan
tidak adanya sanksi apabila dilakukan. Ini adalah lawan dari sunnah.
Dalam hal ini makruh tidak mencapai kepada tingkat haram. 7 Maksudnya,
imam Malik menghukum makruh untuk membaca basmalah dalam sholat
fardhu, apabila basmalah tetap dibaca dalam sholat fardhu, maka tidak ada
sanksi terhadap seseorang yang membaca basmalah.
Imam Malik berpendapat bahwa tidak dibaca basmalah pada sholat
fardhu dalam sholat berjamaah maupun sholat munfarid baik secara sir
maupun jahr akan tetapi diperbolehkan dalam sholat sunnah dan inilah
pendapat yang masyhur dari Imam Malik.
3. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi berpendapat bahwa basmalah bukanlah termasuk
ayat dari surat Al fatihah dan juga bukan termasuk dari ayat dalam surah
manapun kecuali surat An-Naml. Mereka berpendapat demikian
berdasarkan kepada hadist Raulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim
dan Ahmad dari hadist Anas bin Malik: “Aku pernah sholat bersama
Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Usman. Namun tidak pernah aku
mendengar mereka membaca Basmalah”.
Akan tetapi bagi seseorang yang shalat sendirian diwajibkan untuk
membaca bsamalah pada tiap rakaat dengan suara pelan, sebagaimana ia
juga membaca amin dengan suara pelan. Adapun untuk seorang imam
maka tidak membaca basmalah dan tidak juga membacanya dengan suara
pelan. Tujuannya agar tidak terdapat bacaan pelan diantara dua bacaan
keras. Ibnu Mas’ud berkata berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Abi
6
Hamzah An-Nasrani, Al Fiqhul Islam ‘Ala Mazhabul Arba’ah, (Kairo: Maktabah Al-Qoyyimah,
Th), Juz q, hlm. 447.
7
A. Djazuli, Ushul Fiqih Metodologi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet
ke-1, hlm. 39-40.
8
Syibah, dari Ibrahim An-Nakha’i: “empat hal yang disembunyikan oleh
imam yaitu bacaan ta’awudz, basmalah, bacaan amin dan tahmid”8
Ulama pengikut madzhab Hanafi berpendapat bahwa disunnahkan
untuk membaca secara samar padas sholat yang sirriyah dan jahriyah, baik
pada awal surat al Fatihah atau pada surat setelahnya.
4. Madzhab Hanbali
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, basmalah adalah ayat al Qur’an
yang terletak di awal surah al Fatihah, namun bukan merupakan ayat Al
Qur’an jika terletak di awal-awal surah selain al Fatihah.9
Yang dijadikan dasar pendapatnya adalah hadist riwayat muslim
sebegai berikut:
“Dari Anas ia berkata: pada suatu hari ketika Rasulullah berada
di tengah-tengah kami, tiba-tiba beliau tertidur sejenak lalu beliau
mengangkat kepalanya sembari tersenyum. Maka kami bertanya, Apa
yang membuat engkau tersenyum ya Rasulallah? Beliau bersabda: baru
saja diturunkan kepadaku sebuah surat, lalu beliau membaca (yang
artinya) Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.
Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, sunnah membaca basmalah
dalam sholat ketika membaca al fatihah dengan beralasan hadis dari Anas
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hadist itu tentang kedudukan
basmalah sebagai pemisah antara surah yang satu dengan yang lainnya.
Pendapat itu terbantahkan, karena surah al-Fatihah adalah surah permulaan
dalam Al Qur’an, oleh karena itu tidak tepat kalau dijadikan alasan bahwa
basmalah dalam permulaan surah al fatihah disamakan dengan surah-suarh
yang lain selain al fatihah.
8
Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam Waadillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2010), jilid 2, hlm. 38-39.
9
Imam Qurtubhi, Al Jami’li Ahkam Al Qur’an, (Jakarta: Pustaka Azzam, 200 H), hlm. 247.
9
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah diuraikan di atas, dapat diambil simpulan
bahwa yang menyebabkan ikhtilaf di kalangan ulama terkait dengan membaca
Basmalah ketika shalat. Para ulama ikhtilaf dalam tiga pendapat. Pendapat
Imam Malik yang menyatakan Basmalah tidak termasuk surah al- Fatihah dan
makruh membacanya dalam shalat. Pendapat Imam Syafi ’i yang
memasukkan Basmalah salah satu ayat dari surah al-Fatihah dan mewajibkan
membacanya dalam shalat. Pendapat Imam Hanafi dan Ahmad bin Hanbal
yang tidak memasukkan Basmalah dalam surah al-Fatihah tetapi sunnat
membacanya dalam shalat. Perbedaan itu terjadi karena:
11
dari pembaca untuk memaklumi kekurangannya dan diharapkan kesediannya
untuk memberikan kritik yang nantinya dijadikan bahan evaluasi bagi penulis
agar di kemudian hari dapat menulis dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
12
.
13