Disusun Oleh :
Nur Afifah 193090003
Taufik Hidayat 193090024
Muh. Rezki 203090022
Nurlita Rahma 203090017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaidah-kaidah Fiqih merupakan kaidah yang menjadi titik temu dari masalah-
masalah fiqih. Mengetahui kaidah-kaidah fiqih akan memudahkan akan memberikan
kemudahan untuk menerapkan fiqih dalam waktu dan tempat yang berbeda untuk
kasus, keadaan dan adat kebiasaan yang berlainan. Selain itu juga akan lebih moderat
di dalam menyikapi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan lebih
mudah dalam memberi solusi terhadap problem-problem yang terus muncul dan
berkembang dengan tetap berpegang kepada kemaslahatan, keadilan, kerahmatan dan
hikmah yang terkandung di dalam fiqih.
Mengingat kaidah Fiqih merupakan salah satu cabang keilmuan dalam Islam
yang biasa disebut Ilmu Qawaid Al-Fiqhiyyah atau dalam terminologi lain dikenal
Al-Asybah Wa Al-Nazhair. Ilmu ini juga memenuhi prasyarat sebagai ilmu yang
independen dan memiliki teori-teori seperti pada khasanah keilmuan pada
umumnya serta ruang lingkup yang sangat luas. Adapun dalam makalah ini,
memaparkan tentang Sejarah Pertumbuhan, Perkembangan dan Pengkodifikasian
Qawaid Al-Fiqhiyyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya qawaid fiqhiyyah?
2. Bagaimana perkembangan qawaid fiqhiyyah?
3. Apa saja faktor pendorong timbulnya qawaid fiqhiyyah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya qawaid fiqhiyyah
2. Untuk mengetahui perkembangan qawaid fiqhiyyah
3. Untuk mengetahui faktor pendorong timbulnya qawaid fiqhiyyah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah qawaid fiqhiyyah sebenarnya tidak terlepas dari masa terdahulu, yaitu
pada masa Nabi Muhammad Saw, masa Sahabat, dan masa Tabi’in. Pada proses
munculnya Qawaid Fiqhiyyah dapat dikelompokan dalam tiga fase yaitu:
2. Masa Sahabat
Pada periode ini pola pikir sahabat mulai mengalami transformasi kearah
ijtihad, dimana dalam pengambilan hukumnya itu merujuk pada al-Quran dan
Sunah. Hal ini disebabkan karna banyaknya persoalan baru yang tidak pernah
terjadi pada masa Rasulullah Saw. Kemudian pada periode inilah juga mencul
penggunaan ra’yu, qiyas, ijma’ dan Atsar (pernyataan) sahabat yang dapat
dikatagorikan jawami’ al-kalim dan qawaid fiqhiyyah diantaranya adalah
sebagai berikut :
5
3. Masa Tabi’in
1
Al-Nadw, Ali Ahmad. 1998. Al-Qawaid Al-Fiqhiyah. cet .V. Beirut: Dar al-Qalam.hlm 24
6
Ketika itu, tantangan dan masalah-masalah yang harus dicarikan solusinya
bertambah beriringan meluasnya wilayah kekuasaan kaum muslim. Maka
para Ulama membutuhkan metode yang mudah untuk menyelesaikan
masalah kemudian muncullah kaidah-kaidah fiqih. Dalam buku kaidah-kaidah
fiqih karangan Prof. H. A. Djazuli digambarkan bahwa skema pembentukan
kaidah fiqih adalah sebagai berikut:
1. Sumber hukum Islam al-Quran dan Hadis
2. Kemudian muncul Ushul Fiqih sebagai metodologi di dalam penarikan
hukum
3. Apabila sudah dianggap sesuai dengan ayat-ayat al-Quran dan hadis Nabi,
kaidah fiqih itu akan menjadi kaidah fiqih yang mapan
4. Setelah itu, kaidah ini diterapkan untuk menjawab tantangan
perkembangan masyarakat dalam segala bidang dan akhirnya
memunculkan fiqih-fiqih baru
5. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila ulama memberi fatwa
terutama di dalam hal-hal baru
7
mengalami perkembangan yang sangat signifikan, dari menulis, pembukuan,
hingga penyempurnaannya.
Pada abad ke-8 H, ilmu qawaid fiqhiyah mengalami masa keemasan,
ditandai dengan banyak bermunculannya kitab-kitab Qawaid fiqhiyah.
Perkembangan ini terbatas hanya pada penyempurnaan hasil karya para ulama
sebelumnya, khususnya di kalangan ulama Syafi’iyah.
Dengan demikian, ilmu qawaid fiqhiyah berkembang secara berangsur-
angsur. Dapat di simpulkan, fase kedua dari ilmu qawaid fiqhiyah adalah fase
perkembangan dan pembukuan. Fase ini ditandai dengan munculnya al-
Karkhi dan al-Dabbusi. Para ulama yang hidup dalam rentang waktu ini
hampir dapat menyempurnakan ilmu qawaid fiqhiyah.
8
qaidah fiqh semakin tersebar luas dan menduduki posisi yang sangat penting
dalam proses penalaran hukum fiqih2.
Antara faktor yang membawa kepada terbentuknya kaedah fiqhiyyah ini ialah
peranan para ulama’ dan mujtahid. Golongan ini memainkan peranan mereka
menggunakan akal fikiran berdasarkan ilmu daripada sumber perundangan, selaras
dengan konsep syariat yang sesuai dilaksanakan tanpa mengira masa dan tempat.
Justeru itulah para mujtahid berusaha dengan berijtihad untuk memahami nas-nas dan
mempraktikkan kaedah-kaedah yang umum terhadap masalah furu’ yang baru dan
sentiasa muncul. Sebagai contoh, melalui konsep al-Qiyas, Istihsan, ‘Uruf serta
berbagai sumber lain lagi.
Dalam konteks lain, para ulama’ dan mujtahid mengkaji dan mendalami
semua ruang serta sumber perundangan Islam yang luas dan berijtihad dengan ilmu
yang mereka ada untuk memahami nas-nas dalam mengkaji prinsip-prinsip syariat
yang sesuai dengan keadaan masa dan tempat. Justeru itu, mereka mempraktikkkan
kaedah yang berbentuk umum terhadap masalah khusus atau furu’ yang baru serta
sentiasa wujud dalam masyarakat.
Antara faktor lain yang membawa kepada terbentuknya kaedah fiqhiyyah ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama’ dan fakta sejarah ialah kerana terdapat
nas-nas yang dapat ditafsirkan dengan berbagai-bagai. Yaitu ada nas yang berbentuk
umum yang merangkumi pelbagai masalah, dan ada nas yang mutlaq yang mana
melahirkan pendapat-pendapat untuk mengikatnya atau untuk memuqayyadkannya.
Selain itu, kaedah fiqhiyyah ini juga muncul akibat terdapat kaedah-kaedah
umum yang berasaskan adat kebiasaan yang muncul dalam perkembangan hidup
manusia dari satu generasi ke satu generasi lain untuk disesuaikan dengan masalah-
2
Muhammad Thohir Mansori,2009, Kaidah-Kaidah Fiqih, Bogor: Ulil Albab Institute.hlm 14-17
9
masalah hukum furu’. Oleh yang demikian, ia memerlukan sumber-sumber akal
fikiran dan amalan-amalan yang berterusan sebagai adat atau ‘uruf untuk
mengeluarkan hukum yang fleksibel di samping untuk menangani persoalan semasa
yang sentiasa wujud dan berterusan sehinggan kini
3
http://abufathirabbani.blogspot.com
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah qawaid fiqhiyyah sebenarnya tidak terlepas dari masa terdahulu, yaitu
pada masa Nabi Muhammad Saw, masa Sahabat, dan masa Tabi’in.
Perkembangan qawaid fiqhiyyah dapat dibagi kedalam tiga fase yaitu :
1. Pase Pertumbuhan dan Pembentukan Qawaid Al-Fiqhiyyah
2. Fase Perkembangan dan Pengkodifikasian Qawaid Fiqhiyyah
3. Fase Kematangan dan Penyempurnaan
Beberapa faktor pendorong penyusunan qawa’id fiqhiyyah sebagai berikut:
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah, khilaf, dan lupa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mudjib, Kaidah Kaidah Ilmu Fiqh, Jakarta: Kalam Mulia, 2001
Al-Nadw, Ali Ahmad. 1998. Al-Qawaid Al-Fiqhiyah. cet .V. Beirut: Dar al-
Qalam.hlm 24
http://abufathirabbani.blogspot.com
http://alpisyalalalala.blogspot.com/2019/09/faktor-faktor-yang-mendorong.html
http://bukanmahasiswabadi.blogspot.com/2017/10/fiqih-qawaid-fiqhiyyah.html
12