Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Hukum Membaca Basmalah dalam Shalat

Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Non-Reg Program Magister


UIN Alauddin Makassar pada Mata Kuliah Fiqih Perbandingan

Oleh
Khaeril Ahkam Amir

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasulullah saw. selalu mengajarkan kepada umatnya untuk mencari nilai

lebih dalam beribadah, dalam menjalankan ibadah yang memang diwajibkan

danjuga menjalankan ibadah-ibadah yang tidak diwajibkan (ibadah sunnah).

Bahkantidak hanya dalam hal ibadah, melainkan di dalam beraktivitas sehari-

hari Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk mencari nilai

lebihsekaligus mencari keberkahan dalam melakukan setiap pekerjaan, yaitu

dengancara mengawalinya dengan membaca basmalah. Seorang muslim

dianjurkanmembaca basmalah sebelum memulai sesuatu pekerjaan yang baik.

Yangdemikian itu adalah untuk mengingatkan bahwa pekerjaan itu

dikerjakannyakarena perintah Allâh, atau karena telah diizinkan-Nya. Maka

karena Allâh-lahdia mengerjakan pekerjaan itu dan kepada-Nya dia meminta

pertolongan supayapekerjaan itu terlaksana dengan baik dan berhasil.1

Ketika seseorang membaca basmalah, maka makna-makna di atas

yang diharapkan menghiasi jiwanya. Ini membawa kepada kesadaran akan

kelemahan diri serta kebutuhan kepada Allâh. Orang yang membaca

basmalah seharusnya juga menghayati kekuatan dan kekuasaan Allâh, serta

rahmat dan kasih sayang-Nya yang tercurah bagi seluruh makhluk. Kalau

yang demikian itu tertanam di dalam jiwa, maka pasti nilai-nilai luhur terjelma

keluar dalam bentuk perbuatan, karena perbuatan merupakan cerminan dari

suasana kejiwaan. Seorang yang sedang dirundung kesedihan atau sakit,

keindahan baginya menjadi hampa, sedang yang dimabuk asmara, segala


1 Kementrian Agama R.I .,Al-Qur‟andan Tafsirnya(Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci al-Qur‟an, 1983), h.16
3

sesuatu akan tampak indah di pelupuk matanya. Ini karena “setiap wadah

menumpahkan isinya”. Yang membaca basmalah akan mencurahkan rahmat

dan kasih sesuai pola Tuhan mencurahkanrahmat-Nya yang tidak hanya

menyentuh sang muslim, tetapi juga yang kafir, bahkan seluruh makhluk tanpa

kecuali.2

Di dalam al-Qur‟an ada 114 surat, semuanya dimulai dengan

basmalah, kecuali surat al-Taubah. Surat al-Taubah ini tidak dimulai dengan

basmalah karena memang tidak serasi kalau dimulai dengan basmalah. Di

samping pada permulaannya, basmalah ada disebutkan satu kali

9
dipertengahan surat al-Naml (ayat 30). Surat yang menempati urutan kedua

puluh tujuh dalam susunan al-

Qur‟an. Dalam ayat ini, diceritakan bagaimana Nabi Sulaiman AS.

Memulai suratnya yang dikirim dengan perantara seekor burung Hudhud

kepada ratu Saba‟, konon bernama Balqis yang berisi ajakan untuk

mengesakan Tuhan, dengan basmalah.Dari penjelasan singkat tentang

basmalah di atas, para ulama sepakatbahwa basmalah adalah firman Allâh

swt. yang tercantum dalam al-Qur‟an,paling tidak pada surat al-Naml (QS

27:30). Tidak pula seorang ulama pun mengingkari pentingnya mengucapkan

basmalah pada awal setiap kegiatan.3

2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an


(Jakarta: Lentera Hati, 2002)Vol. 1, h. 23

3 M. Quraish Shihab,Tafsir al- Misbah,h. 25


4

Pendapat apakah basmalah merupakan ayat yang berdirisendiri pada awal

setiap surat, ataukah merupakan bagian dari awal masing-masing surat dan

ditulis pada pembukaannya? Apakah basmalah itu merupakansalah satu ayat

dari setiap surat, atau bagian dari surat al-Fâtihah saja dan bukansurat-surat

lainnya? Apakah basmalah yang ditulis di awal masing-masing surat itu

hanya untuk pemisah antara surat semata dan bukan merupakan ayat?.Selain

terjadi perbedaan pendapat tentang penetapannya sebagai ayattersendiri (di

dalam surat al -Fâtihah), terjadi juga perbedaan pendapat tentang pembacaan

secara jahr (nyaring) di dalam salat

umat muslim berbeda dalam prakteknya ketika salat. Ketika kita

melaksanakan salat berjamaah misalnya, terkadang kita mendengar ada imam

yang membaca dan mengeraskan bacaan basmalah di awal surat al-Fâtihah

dan surat al-Qur‟an sesudahnya, namun terkadang kita tidak mendengarnya

pada imam yang lain. Perbedaan basmalah pada surat al-Fâtihah dalam salat

menjadikan umat Islam terpecah-pecah. Di Indonesia perbedaan tersebut

memaksa umat Islam untuk membangun dua masjid di satu kampung yang

penduduknya tidak lebih dari 100 kepala keluarga. Yang lebih

memprihatinkan lagi, ada anggapan bahwa masyarakat yang terbiasa

membaca basmalah dalam salat di masjid yang imamnya tidak membaca

basmalah salatnya tidak sah. Realita ini sangat mencengangkan bagi siapa

saja memahami Islam sacara tepat, terlebih kondisi tersebut dipertahankan

oleh kebanyakan tokoh agama dan dilestarikan turun-temurun. Sebenarnya


5

apa yang menyebabkan perbedaan ini? Apa yang mendasari atau yang

menjadi hujjah bagi masing- masing pendapat?

B. Rumusan Masalah 

1. Bagaimana Pendapan Imam Mazhab Mengenai membaca Basmalah dalam

Shalat?

2. Bagaimana Sebab Perbedaan Pendapat Membaca Basmalah dalam Shalat?

3. Perdebatan membaca Basmalah dalam shalat?

4. Bagaimana pengaplikasian membaca Basmalah dalam Shalat?

BAB II
PEMBAHASAN
6

A. Beberapa Pendapat Pembacaan Basmalah Dalam Shalat

Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan, bahwa dalam pelaksanaan

shalat seringkali terjadi perbedaan, baik dalam tata caranya maupun bacaannya.

Begitu pula dalam hal pelafalan basmalah, banyak ditemukan para imam ṣalat

yang membaca basmalah di awal surat Al-Fatihah maupun surat Qur’an

setelahnya, namun ada juga yang tidak membacanya. Hal ini didasarkan pula pada

perbedaan pendapat para ulama yang dijadikan rujukan oleh mereka.

Beberapa Pendapat yang terkait dengan masalah ini, yaitu :

a. Menurut ʹImām Syafi’i basmalah itu wajib dan harus dibaca, baik dalam shalat

jahri maupun shalat sirri. Yang tidak membaca basmalah maka shalatnya batal.4

Menurut madzhab Syafi’i, basmalah adalah ayat dari surat Al-Fatihah. Alasan

mereka berpendapat seperti ini dikarenakan adanya hadist yang diriwayatkan oleh

:Daruquthni dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda

ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم فَاِنَّهَا اُ ُّم القُر‬i‫اِ َذا قَ َر ْأتُ ْم ال َح ْم ُد هلِل ِ فَا ْق َرأُوْ ا‬
ِ ‫ان َو اُ ُّم ال ِكتَا‬
‫ب َو ال َّس ْب ُع ال َمثَانِى‬

‫َّحي ِْم اِحْ َدهَا‬ ِ ْ‫َو بِس ِْم هللاِ الرَّح‬


ِ ‫من الر‬

Artinya :

“Apabila kalian membaca alhamdulillah ( Al-Fatihah), maka bacalah

bismillāhirrahmānirrahīm,, karena sesungguhnya alhamdulillah ( Al-Fatihah) itu

ummul qur’an, ummul kitab dan sab’ul matsani dan bismillāhirrahmānirrahīm, itu

adalah salah satu dari ayat-ayatnya” ( H.R. Daruquthni juz 1 hal.312).

4 Kahar Masyhur, Shalat Wajib Menurut Madzhab Yang Empat, h. 227


7

b. Boleh, bahkan mustahabbah (disenangi). Ini pendapat yang masyhur dari

Al-Imam Ahmad, Abū Hanīfah, dan kebanyakan ulama ahlul hadits. Pendapat ini

juga dipegangi oleh orang yang berpendapat boleh membacanya ataupun tidak

karena berkeyakinan bahwa kedua hal tersebut adalah qirā’ah/bacaan al-Qur’an

yang diperkenankan.

c. Makruh membaca basmalah, ini adalah pendapat Ulama Malikiyah.5Imam

Malik dan sekelompok ulama Hanafiyah berpendapat bahwa basmalah bukan

bagian dari surat al-Fatihah dan surat-surat lain dalam al-Qur’an. kecuali ayat ke

30 surat An-Naml

B.   Sebab Perbedaan Pendapat Pembacaan Bismillah dalam Shalat

Perbedaan pendapat tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Bermacam-macamnya hadist

Karena banyaknya hadist yang ditafsirkan berbeda terkait dengan permasalahan

ini, maka terjadilah perbedaan pendapat di kalangan ulama. Masing-masing

pendapat memiliki dalil atau alasan yang mendukung dan menguatkan

pendapatnya. Berikut adalah hadist yang dijadikan pegangan bagi para fuqoha

yang mewajibkan basmalah dan yang tidak, yaitu:

5 Kahar Masyhur, Shalat Wajib Menurut Madzhab Yang Empat ( Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 1995 ) h. 227
8

a. Hadist-Hadis yang dijadikan pegangan oleh fuqoha yang tidak mewajibkan

basmalah:

Hadist yang diriwayatkan oleh Imām Malīk berasal dari Anas r.a

‫صلَّى هللاُ عليه وسلّم و أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ع ُْث َمانَ فَلَ ْم‬ ُ ‫صلَّي‬:
َ ‫ْت َم َع النَّبِ ِّي‬ َ َ‫ك ق‬
َ ‫ال‬ ِ ‫ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬

‫أَ ْس َم ْع أَ َحدًا ِم ْنهُ ْم يَ ْق َرأُ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Artinya :

Berkata Anas bin Malik ia berkata: “ Aku shalat bersama nabi SAW, Abu Bakar,

Umar dan Usman r.a. Namun tidak seorangpun dari mereka yang aku dengar

membaca bismillāhirrahmānirrahīm.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Dan dalam riwayatnya yang lain:

ِ ْ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َكانَ الَ يَ ْق َرأُ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬
‫من‬ َ ‫ َخ ْلفَ النَّبِ ِّي‬: ‫ت أَنَّهُ قَا َ َل‬
ِ ‫ْض ال ّر َوايَا‬
ِ ‫ بَع‬i‫َوفِى‬

‫ال َّر ِحي ِْم‬

Artinya :

“ Di belakang nabi SAW maka dia tidak membaca bismillāhirrahmānirrahīm”.

Dalam hadist yang lain:

َ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو اَبَا بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َكانُوا يَ ْفتَتِحُوْ ن‬ َّ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنه اَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
ِ ‫س َر‬

َ‫صالَةَ بِا ْل َح ْم ِد هللاِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬


َّ ‫ال‬
9

Dari Anas r.a : Bahwasanya nabi saw, Abu Bakar dan Umar memulai shalat

dengan “alhamdulillāhi Robbil ‘ālamīn” (Muttafaqun ‘alaihi).

b. Hadist-Hadist yang menjadi pegangan bagi para fuqoha yang mewajibkan

basmalah:

Hadist Nu’aim bin Abdillah al-Mujammir:

ِ ْ‫َّحي ِْم قَ ْب َل أُ ِّم القُر‬


‫ان َو قَب َْل السُّوْ َر ِة َو َكبَّ َر فِى‬ ِ ‫ْت َخ ْلفَ أَبِى ه َُر ْي َرةَ فَقَ َرأَ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬
ُ ‫صلَّي‬
َ

َ ِ‫ أَنَا أَ ْشبَهُ ُك ْم ب‬: ‫ض َوال ّر ْف ِع َو قَا َ َل‬


.....ِ‫صاَل ِة َرسُوْ ِل هللا‬ ِ ‫ال ّخ ْف‬

Artinya :

“ Aku shalat di belakang Abu Hurairah r.a. kemudian ia membaca

bismillāhirrahmānirrahīm, sebelum induk Qur’an ( surat Fatihah) dan sebelum

surah Quran (yang lain). Ia juga mengucapkan takbir ketika turun dan ketika

tegak. Dan ia berkata: Aku adalah orang yang paling mirip shalatnya dengan

shalat Rasulullah di antara kamu.( H.R.An-Nasa’i)

Hadist ini dinyatakan tsiqoh, karena Nu’aim Al-Mujmir itu adalah Abu Abdullah

pelayan Umar bin Khattab. Dia pernah mendengar hadist dari Abu Hurairah dan

yang lainnya. Disebutkan dalam kitab Subulus Salam jilid I bahwa ketika itu dia

diperintahkan untuk membersihkan dan mewangikan setiap Jum’at sewaktu mulai

tengah haridan kemudian dia mendengar hadist ini dari Abu Hurairah.6

Hadist Ummu Salamah:

6 Abu Bakar Muhammad, Terjemahan Subulus Salam Jilid I ( Surabaya: Al-Ikhlas)h.528


10

ِ ْ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْق َرأُ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬


‫من ال َّر ِحي ِْم‬ ْ َ‫قَال‬
َ ِ‫ َكانَ َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ت‬

Artinya :

Ummu Salamah Berkata: “ Rasulullah membaca bismillāhirrahmānirrahīm,

alhamdulillāhi robbil’ālamīn”.

Menurut ahli hadist, hadist-hadist di atas adalah shahih dan tidak dapat diketahui

mana di antara hadist-hadist tersebut yang datang terlebih dahulu, sehingga tidak

dapat ditetapkan mana yang nasikh (dihapus) dan mana yang mansukh

(menghapus). Sehingga kemudian inilah yang menjadi dasar perbedaan pendapat

di kalangan ulama.

2. Kedudukan basmalah dalam al-Qur’an

Para ulama sepakat bahwa basmalah yang terdapat dalam surat An-Naml ayat 30

adalah ayat al-Qur’an.7 Namun mereka berbeda pendapat mengenai Kedudukan

basmalah dalam al-Qur’an selain dalam surat An-Naml tersebut. Hal ini juga yang

menjadi sebab yang paling mendasar, apakah basmalah itu hanya bagian dari surat

al-Fatihah, ataukah termasuk ayat dari setiap surat.

Dalam hal ini ada tiga pendapat:

a. Menurut madzhab Syafi’i, basmalah adalah ayat dari surat Al-Fatihah.

Alasan mereka berpendapat seperti ini dikarenakan adanya hadist yang

diriwayatkan oleh Daruquthni dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah

bersabda:
7 Majlis Tafsir Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah ayat 1-39
( Solo: Percetakan Al-Abroor)h.8
11

ِ ‫َّحي ِْم فَاِنَّهَا اُ ُّم القُرْ ا ِن َو اُ ُّم ال ِكتَا‬


‫ب َو ال َّس ْب ُع ال َمثَانِى‬ َ ‫اِ َذا قَ َر ْأتُ ْم‬
ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬i‫الح ْم ُد هلِل ِ فَا ْق َرأُوْ ا‬

‫َو بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم اِحْ َدهَا‬

Artinya :

“Apabila kalian membaca alhamdulillah ( al-Fatihah), maka bacalah

bismillāhirrahmānirrahīm,, karena sesungguhnya alhamdulillah ( Al-Fatihah) itu

ummul qur’an, ummul kitab dan sab’ul matsani dan bismillāhirrahmānirrahīm, itu

adalah salah satu dari ayat-ayatnya” ( H.R. Daruquthni juz 1 hal.312).

Hadist tersebut tidak menunjukkan bacaan basmalah dengan keras atau pelan,

tetapi hanya menunjukkan perintah secara umum untuk membaca basmalah itu,

dan ini adalah dalil yang membuktikan kewajiban membaca basmalah dan

menunjukkan bahwa basmalah itu adalah salah satu dari ayat al-Fatihah.

Selain itu juga ada hadist yang diriwayatkan bukhari yang berbunyi

ً‫ َو َع َّد بسم هللا الرحمن الرحيم اَيَة‬,‫ت‬


ٍ ‫أنَّه رسو َل هللا صلى هللا عليه وسلم َع َّد الفاتحةَ َس ْب َع اَيَا‬

‫ِمنها‬

Artinya :

“Sesungguhnya Rasulullah saw menghitung surah Al Fatihah tujuh ayat, dan

menghitung bismillahir rahmaanirrahiim adalah ayat dari surah Al Fatihah”

Terbukti dalam mushaf Qur’an yang beredar sejak dahulu sampai sekarang adalah

tertulis di dalamnya bismillāhirrahmānirrahīm di awal surah al Fatihah dan awal

setiap surah kecuali At-Taubah, dan tidak seorang pun dari kalangan sahabat yang
12

membantahnya. Hal ini termasuk pendapat dari Abu Hurairah, Ali bin Abi Thalib,

Abdullah bin Abbas, Ibnu Umar. Kemudian dari kalangan tabi’in seperti Said bin

Jubair, Az - Zuhri, Ibnu Mubarak, serta Fuqaha’ seperti Imam Syafii, Imam

Ahmad, Abi Ishaq dan ahli Qurraʹ Makkah dan Kuffah seperti Imam Ibnu Katsir,

Imam ‘Ashim.8

b. Imam Malik dan sekelompok ulama Hanafiyah berpendapat bahwa

basmalah bukan bagian dari surat al-Fatihah dan surat-surat lain dalam al-Qur’an.

kecuali ayat ke 30 surat An-Naml[6]. Yang dijadikan dasar dari pendapat ini

adalah hadist sebagai berikut:

: ‫ َو لِ َع ْب ِدى َما َسأ َ َل فَاِ َذا قَا َل ْال َع ْب ُد‬.‫صالَةَ بَ ْينِى َو بَ ْينَ َع ْب ِدى نِصْ فَي ِْن‬ ُ ‫ قَ َس ْم‬: ‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬
َّ ‫ت ال‬

َ َ‫ ق‬,‫َّحي ِْم‬
ُ‫ال هللا‬ َ َ‫ َو اِ َذا ق‬.‫ َح ِم َدنِى َع ْب ِدى‬: ‫ قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬, َ‫ال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬
ِ ْ‫ الرَّح‬: ‫ال‬
ِ ‫من الر‬

َ ‫ فَ َّو‬: ً‫ َم َّج َدنِى َع ْب ِدى ( َوقَاْ َل َم َّرة‬:‫ك يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن قَا َل‬
‫ض‬ َّ َ‫ اَ ْثنَى َعل‬: ‫تَ َعالَى‬
ِ ِ‫ َمال‬: ‫ي َع ْب ِدى َو اِ َذ قَا َل‬

.‫ َما َسأ َ َل‬i‫ ه َذا بَ ْينِى َو بَ ْينَ َع ْب ِدى َولَ َع ْب ِدى‬: ‫ال‬ َ ‫ اِيَاكَ نَ ْعبُ ُد َو اِيَّا‬: ‫ي َع ْب ِدى ) فَاِ َذا قَا َل‬
َ َ‫ ق‬, ُ‫ك نَ ْست َِعن‬ َّ َ‫اِل‬

ِ ْ‫ص َراطَ الَّ ِذ ْينَ اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ال َم ْغضُو‬


‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو‬ ِ ‫ ال ُم ْستَقِ ْي َم‬iَ‫ص َراط‬ َ َ‫فَاِ َذا ق‬
ِّ ‫ اِ ْه ِدنَا ال‬: ‫ال‬

) ‫ ه َذا لِ َع ْب ِدى َو لِ َع ْب ِدى َما َسأ َ َل (رواه مسلم‬:‫ال‬


َ َ‫الَالضّالِّ ْينَ ق‬

Artinya :

Allah Ta’ala berfirman “ Aku membagi Ash- Shalah ( Al-Fatihah) antara-Ku dan

antara hambaku menjadi dua bagian, dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-

apa yang ia minta. Maka apabila hamba mengucapkan Alhamdulillāhirobbil

ālamīn, Allah Ta’ala menjawab: hambaku telah memujiku. Apabila ia mengucap

8 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 1, (Jakarta: Kementrian Agama,


2010) h. 11
13

Ar-Rahmānirrahīm Allah Ta’ala menjawab Hambaku telah menyanjungku.

Apabila ia mengucap māliki yaumiddīn, Allah menjawab, hambaku telah

mengagungkan Aku dan juga berfirman hambaku berserah diri kepadaku. Apabila

ia mengucap iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn Allah menjawab Ini adalah antara

aku dan antara hambaku dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-apa yeng ia

minta. Dan apabila ia mengucapkan Ihdinash-shirāthal mustaqīm shirāthalladzīna

an’amta ‘alaihim ghoiril maghdhūbi ‘alaihim waladhdhāllīn, Allah menjawab: ini

adalah untuk hambaku dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-apa yang ia

minta ( H.R. Muslim)

Dari hadist ini dilihat bahwa Allah mengawalinya dengan mengucap Al-hamdu

lillāhi robbil ‘ālamīn, bukan dari bismillāhirrahmānirrahīm. Dan hadist ini

dianggap sebagai dalil yang paling kuat yang dijadikan hujjah bagi mereka.

c. Menurut madzhab Hanafi, Basmalah termasuk ayat dari setiap surat, dan

ayat dari setiap surat al-Qur’an kecuali surat at-Taubah yang tanpa basmalah 9.

tapi merupakan ayat yang berdiri sendiri dalam al-Qur’an yang berfungsi sebagai

pemisah antara surat-surat dan bukan bagian dari al-Fatihah. Imam Ahmad

berkata: “ Basmalah adalah ayat al-Qur’an yang terletak di awal surah al-Fatihah,

namun bukan merupakan ayat al-Qur’an jika terletak di awal-awal surah selain al-

Fatihah”.10

Yang dijadikan dasar bagi pendapat mereka ini adalah hadist riwayat muslim

sebagai berikut:

9 Majlis Tafsir Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah ayat 1-39,
( Solo: Percetakan Al-Abroor) h.8
10 Imam Qurthubi, Al Jami’ li Ahkaam Al Quran, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2007 )h. 247
14

Artinya :

Dari Anas ia berkata: pada suatu hari ketika Rasulullah berada di tengah-tengah

kami, tiba-tiba beliau tertidur sejenak lalu beliau mengangkat kepalanya sembari

tersenyum. Maka kami bertanya, Apa yang membuat engkau tersenyum yaa

Rasulullah? Beliau bersabda : baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat, lalu

beliau membaca (yang artinya) Dengan menyebut asma Allah yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya kami telah memberikan

kepadamu nikmat yang banyak maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan

berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus (

H.R.Muslim)

C. Perdebatan Pembacaan Bismillah dalam Shalat

1. Bantahan Terhadap Pendapat yang tidak membolehkan basmalah

Bantahan terhadap pendapat yang dikemukakan oleh ulama malikiyah ini antara

lain adalah dengan adanya Kesepakatan Para Imam ahli qira’at atas penetapan

basmalah di awal surat al-Fatihah dan mereka tidak bertentangan, malah sangat

relevan dengan penulisan basmalah dalam mushaf Ustmani. Salah satu imam ahli

Qira’at, Abu Al-Khair bin Al-Jaziry di dalam kitabnya An- Nasyr fi Qira’at

Al’asyr berkata: Sungguh, orang-orang yang memisah dua surat dengan basmalah,

orang-orang yang menyambung dua surat dengan basmalah atau orang-orang

yang membaca saktah (berhenti tanpa nafas) antara akhir surat dengan surat

berikutnya. Bila mereka memulai satu surat dari surat-surat di dalam al-Qur’an,

mereka harus membaca basmalah terlebih dahulu.


15

Hadist dari Anas bin Malik yang dijadikan pegangan atau dasar dari pendapat ini

juga dapat diartikan bahwa sebenarnya Anas tidak mendengar bacaan basmalah

dari Abu Bakar, Umar dan Ustman, tetapi bukan berarti bahwa mereka tidak

membaca basmalah sama sekali.11 Sebab bisa jadi mereka membacanya secara

sirri karena dalam riwayat lainnya, yang diriwayatkan oleh Imâm Ahmad bin

Hanbal, an-Nasā-ī, dan Ibnu Khuzaymah, juga dari Anas bin Mālik, menyatakan:

‫اَل يَجْ هَ َر بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬

“ Mereka tidak mengeraskan bacaan bismillahirrahmanirrahiim…”

Atas dasar ini bertolak sendirinya riwayat muslim yang mengatakan bahwa

mereka tidak membaca basmalah itu. Di samping itu ada yang mengatakan bahwa

hadist ini cacat, karena Al-Auza’iy meriwayatkan tambahan itu dari Qatadah

secara tertulis, bukan langsung mendengarnya sendiri. Ibnu Al-Hazm dalam

kitabnya Al-Muhalla berkata: Hadist ini tidak sah dijadikan dalil, karena di dalam

hadist ini tidak tercantum larangan dari Rasulullah untuk membaca basmalah .

Hadist tersebut hanya menjelaskan bahwa rasululah tidak membacanya.12

Selain itu, Ibnu Abdul Barri di dalam kitabnya Al-istidkar mengatakan bahwa

hadist yang diriwayatkan Anas itu adalah hadist mudhtorrib dan tidak dapat

dijadikan hujjah bagi seorangpun di antara fuqoha. Karena setelah Anas ditanya

11 http://jatisarwoedy.blogspot.com/2012/03/membaca-bismilah-dalam-shalat.html (diakses
tanggal 9 Desember 2019)
12 Ibnu Hazm,Terjemahan Al-Muhalla Pembahasan Shalat ( Jakarta: Pustaka Azzam,
2009 )h.384
16

tentang hadist itu kemudian dia menjawab: “ Saya sudah lanjut usiaku dan saya

sudah lupa”. Berdasarkan itu maka jelas hadist itu tidak dapat dijadikan hujjah

2. Bantahan terhadap pendapat yang mengharuskan basmalah

Ulama Syafi’iyah secara tegas mengharuskan pelafalan basmalah dalam shalat

karena menurut mereka basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fatihah. Salah

satu dalil yang dijadikan hujjah mereka adalah hadist yang diriwayatkan oleh an-

Nasā’ī dari Nu’aim Al-Mujmir yang sudah disebutkan di atas. Al-Bukhari

mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadist mu’allaq ( hadist yang tidak

disebutkan sanadnya) yang diriwayatkan juga oleh As Siraj, Ibnu Hibban dan

yang lainnya.

An-Nasā’ī menetapkan bab dalam kitabnya dengan lafal “ Bab Mengeraskan

Bacaan Bismillāhirrrahmānirrahīm” dan hadist tersebut termasuk yang paling

shahih tentang masalah itu. Sehingga menguatkan hukum asal yaitu hukum

kalimat bismillah itu sama dengan hukum bacaan al-fatihah dalam hal membaca

keras atau pelan. Apalagi hadist ini adalah ucapan dari Abu Hurairah yang

mengatakan: “ sungguh sayalah di antara kamu yang paling sama shalatnya

dengan shalat Rasulullah”.

Namun pendapat ini dibantah ulama malikiyah dengan hujjahnya yaitu dalil hadist

qudsi yang sudah disebutkan di atas. Dalam hadist tersebut tertulis :


17

‫قسمت الصّالة‬. Jumhur ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan Ash-Shalah di

sini adalah al-Fatihah.13 Menurut mereka, yang dapat ditafsirkan dari hadist

tersebut adalah Allah menjadikan tiga ayat pertama untuk dzatNya,dan ayat

keempat mengandung unsur kerendahan diri dari seorang hamba dan permohonan

pertolongan kepada Allah, dan tiga ayat selanjutnya menggenapkan surat al-

Fatihah menjadi tujuh ayat.

Di antara bukti yang menunjukkan bahwa ayat yang menggenapkan tujuh ayat itu

berjumlah tiga ayat adalah bahwa di situ Allah tidak berfirman: ” kedua ayat ini”.

Firman Allah ini menunjukkan bahwa lafadz ‫ انعمت عليهم‬adalah satu ayat[19].

Merekapun sepakat bahwa tidak sempurna shalat kecuali dengan al-fatihah. Maka

ketika Allah tidak menyebutkan lafadz bismillāhirr rahmānirrahīm, maka ini

sudah berarti bahwa memang basmalah bukan termasuk ayat dalam surat al-

Fatihah.

Dalam hadist riwayat Bukhari yang menyatakan bahwa Rasulullah saw

menghitung Bismillāhirrahmānirrahīm sebagai salah satu ayat dari al-Fatihah,

menurut sebagian ahli hadist, riwayat ini tidak dijelaskan sanadnya sehingga

diragukan keabsahannya sebagai hadist yang disandarkan dari Imam Bukhari.

Karena dalam kitab Al-Mughni terdapat hadist mauquf yang bunyinya hampir

mirip, yaitu:

ِ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اِ َذا قَ َر ْأ تُ ْم ْالفَا تِ َح ِة فَا ْق َرأُ وْ ا بِس ِْم هللا‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ع َْن اَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل‬

‫َّحي ِْم فَاِ نَّهَا احْ دَى اَيَا تِهَا‬


ِ ‫الرَّحْ َم ِن الر‬
13 Majlis Tafsir Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihan dan Al-Baqarah ayat 1-39,
h.3
18

Artinya:

“Dari Abu Hurairah, katanya, Rasulullah SAW, bersabda, ‘apabila kamu

membaca Al-Fatihah, maka bacalah Bismillāhirrahmānirrahīm, karena basmalah

itu, salah satu dari ayatnya.”(H.R. Ad Daraquthni).

Hadis tersebut diriwayatkan dari jalan Abu Bakar Hanafi dari Abdul Hamid bin

Jafar dan Nuh bin Abi Hilal. Abu Bakar Hanafi mengatakan, “aku telah

mengkonfirmasi hadis ini kepada Nuh bin Abi Hilal lalu dia menyatakannya

sebagai hadis mauquf.” Kemudian, satu hal yang membuat pendapat Malikiyah ini

semakin kuat adalah bahwa sampai sekarang, masjid nabawi yang ada di

Madinah, tidak ada seorang pun yang membaca basmalah, karena mereka

mengikuti sunnah Rasulullah. Seperti ucapan ulama Malikiyah yang mengatakan :

“Madzhab kami lebih unggul dalam bidang periwayatan tersebut dan ini sangat

logis. Pasalnya Masjid Nabawi yang berada di Madinah, dari masa ke masa, sejak

Rasulullah sampai masa Imam Malik, tidak ada seorang pun yang membaca

bismillah. Hal ini terjadi karena mereka mengikuti sunnahh Rasulullah.”

D. Aplikasi Pembacaan Bismillah dalam Shalat

1. Basmalah harus dibaca dalam shalat

Bagi pihak yang berpendapat bahwa basmalah sebagai salah satu ayat dalam al

Fatihah konsekwensinya tentu adalah dengan membacanya ketika shalat. Pendapat

ini adalah pendapat kalangan Syafiiyah dan Hanabilah. Basmalah harus (fardhu)

dibaca dalam shalat secara jahr pada shalat yang dibaca jahr. Dan dibaca secara
19

sirri pada shalat-shalat sirr. Sehingga batal bagi shalatnya bagi orang yang tidak

membacanya.14

Berkenaan dengan dibaca jahr atau sirr, Syaikh Al-Albani memilih membacanya

secara sirr, karena hadis-hadis yang menyebutkan pelafalan secara sirr, basmalah

lebih kuat daripada hadist - hadist yang menyebutkan pengucapan basmalah

sambil mengeraskan suara. Pendapat ini juga didukung oleh pendapat Ibnu

Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Ibrahim An- Nakhmi:

‫د االمام‬iُ ‫ والتحم‬, ُ‫ والتأمين‬,ُ‫ والتسمية‬,‫ أَرْ بَ ٌع يخفيهن التعو ُد‬: ‫قَا َل إِبْنُ َم ْسعُو ِد‬

Artinya:

“Ibnu Mas’ud berkata: empat yang dibaca ringan (sirr) oleh imam adalah At-

ta’awudz, basmalah, amin, dan tahmid”15

2. Basmalah tidak wajib dibaca dalam Shalat

Bagi pihak yang berpendapat bahwa basmalah bukan termasuk ayat dari surat al-

Fatihah, konsekwensinya adalah tidak membaca basmalah sama sekali dalam

shalat. Bahkan Imam Malik menyatakan bahwa ini makruh dilakukan baik pada

shalat jahr maupun shalat sirr. Pendapat ini didasarkan dari dalil-dalil yang sudah

dikemukakan di atas. Dan hingga saat ini mayoritas imam-imam di masjid

Nabawi memakai pendapat Imam Malik ini.

14 Kahar Masyhur, Shalat Wajib Menurut Madzhab Yang Empat ( Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 1995 ) h. 227
15 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: lentera.2009). h. 106
20

3. Boleh membacanya, boleh juga tidak

Ini adalah pendapat moderat yang mengambil jalan pertengahan. Pendapat

ini masyhur dari kalangan ulama Hanafiyah. Menurut mereka boleh meninggalkan

basmalah, karena menurut meraka basmalah tidak termasuk bagian dari surat.

Jikapun ingin membacanya, maka tidak mengapa karena menurut ahli qira’at, itu

juga merupakan bacaan yang diperkenankan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang menyebabkan perbedaan di kalangan ulama terkait dengan pelafalan

basmalah ketika shalat di antaranya adalah:


21

- Bermacam-macamnya hadist yang penafsirannya bertentangan satu sama

lain.

- Perbedaan dalam menentukan kedudukan basmalah dalam Al-Fatihah

maupun Al-Qur’an.

- Ketidak tahuan akan adanya hadist, ini terlihat pada pendapat ulama

malikiyah yang bersandar pada hadist Anas yang ternyata mempunyai makna

berbeda dengan yang diriwayatkan Imam Malik.

- Perbedaan dalam menafsirkan hadist-hadist yang tekait dengan masalah

ini.

Dari sini dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok mempunyai dalil yang

dijadikan hujjah bagi mereka. Terlepas dari kebenaran hujjah kelompok-kelompok

di atas, hendaknya ini tidak menjadikan alasan terpecah-belahnya umat Islam.

Karena perlu dipahami bahwa ini adalah permasalahan Furu’iyah yang sangat

wajar, jika terdapat perbedaan di dalamnya. Asalkan tidak merusak yang asal atau

yang inti, maka tidaklah jadi persoalan. Masing-masing bisa mengamalkan sesuai

dengan keyakinan dan hujjah masing-masing dan tidak menjadikan perbedaan ini

sebagai alat untuk merusak ukhuwah islamiyah di antara sesama muslim. Wallahu

a’lam.

B. Saran
22

Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi

kita semua, akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses

akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan.

Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang

membangun demi sempurnanya makalah kami yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shon’aniy. Subulus Salam Jilid I terj. Abu Bakar Muhammad. Surabaya. Al-

Ikhlas

Hazm, Ibnu. 2008. Al Muhalla, terj. Abu Usamah Fathurrahman. Jakarta.

Pustaka Azzam
23

Masyur, Kahar. 1993. Shalat Wajib Menurut Madzab Yang Empat. Jakarta. PT

Rineka Cipta

Mughniyah, Jawad, Muhammad. 2009. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta. Penerbit

Lentera.

Rusydi, Ibnu. 1990. Bidayatul Al-mujtahid Buku 1, terj. Ahmad Hanafi. Jakarta.

PT. Bulan Bintang.

Syalthut, Mahmud. 2000. Fiqih Tujuh Madzab, terj. KH. Abdullah Zakiy Al

Kaaf. Bandung. CV Pustaka Setia.

Tafsir Al Quran Surat Al Fatihah dan Al Baqarah ayat 1-39, Solo .Al

Abrar.Yayasan MTA

Qurthubi, Imam. 2007. Al Jami’ li Ahkaam Al Quran, terj. Jakarta. Pustaka

Azzam.

Qudamah, Ibnu. 2007. Al Mughni II, terj. Jakarta. Pustaka Azzam.

Anda mungkin juga menyukai