Anda di halaman 1dari 27

TAFSIR SURAT AL-FATIHAH

Agniya Rihadatul Aisy; Ayu Lestari

A. PENDAHULUAN

Surat Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an atau Induk Al-


Qur’an. Dalam ranah interpretasi Al-Qur’an surah Al-Fatihah
memiliki beberapa aspek-aspek penting yang terdapat di
dalamnya, seperti menjelaskan tentang Tauhid. Dari 114 surah
yang ada di dalam Al-Qur’an, Al-Fatihah merupakan surah yang
pertama, bukan hanya dalam peletakannya yang berada di
paling depan, tetapi Al-Fatihah juga merupakan inti sari dan
pokok dari Al-Qur’an itu sendiri.

Surah Al-Fatihah juga banyak mengandung keutamaan,


diantaranya Al-Fatihah adalah surat yang paling agung dalam
Al-Qur’an. Dari Abu Sa’id Rafi’ Ibnul Mu’alla ra, beliau
mengatakan: Rasulullah saw, berkata kepadaku, “Maukah kamu
aku ajari sebuah surat paling agung dalam Al Quran sebelum
kamu keluar dari masjid nanti?” Maka beliau pun berjalan
sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir
keluar maka aku pun berkata; Wahai Rasulullah, Anda tadi telah
bersabda, “Aku akan mengajarimu sebuah surat paling agung
dalam Al Quran?” Maka beliau bersabda, “(surat itu adalah)
Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin (surat Al-Fatihah), itulah As-
Sab’ul Matsaani (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam
shalat) serta Al Quran Al ‘Azhim yang dikaruniakan kepadaku.”

Dalam surah Al-Fatihah terbagi menjadi tiga konteks


tauhid. Dalam ayat pertama sampai keempat menjelaskan
tentang tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah berarti
mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan-Nya, seperti
menciptakan, memelihara makhluknya, memberi rezeki, baik
rezeki lahir maupun batin. Dalil tauhid uluhiyyah juga tertera
pada ayat kelima sampai akhir. Tauhid uluhiyyah berarti
mengesakan Allah dengan seluruh bentuk peribadahan, seperti
taku dan berharap. Adapun tauhid asma wa sifat dapat dilihat
dari ada dua sifat Allah yang mencakup pada keseluruhan
asma’ul husna yang disebutkan dalam surah Al-Fatihah ini.

Adapun pertanyaan yang hendak diajukan ini ialah untuk


mengetahui penafsiran surah Al-Fatihah oleh para mufassir
dalam kitab Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, dan Tafsir Al-Mishbah.
Begitu pula perbedaan pendapat dari masing-masing tokoh
mufassir pengarang kitab tersebut.

B. AYAT
– ‫الر ِحْي ۙ ِم‬ ِّ ‫ اَحْلَ ْم ُد لِٰلّ ِه َر‬١ – ‫الر ِحْي ِم‬
َّ ‫ الرَّمْح ٰ ِن‬٢ – َ‫ب الْ ٰعلَ ِمنْي ۙن‬ َّ ‫بِ ْس ِم ال ٰلّ ِه الرَّمْح ٰ ِن‬
‫الص َرا َط‬ ِّ ‫ ِْه ِدنَا‬٥ – ُ‫اك نَ ْس تَعِنْي ۗن‬ َ َّ‫اك َن ْعبُ ُد َواِي‬ َ َّ‫ اِي‬٤ – ‫ك َي ْوِم ال دِّيْ ۗ ِن‬ ِ ِ‫ ٰمل‬٣
ِ‫ض و‬
‫ب َعلَْي ِه ْم َواَل‬ ِ َ ‫ ِص را َط الَّ ِذيْن اَْن َع ْم‬٦ – ۙ ‫الْمس تَ ِقْيم‬
ْ ُ ‫ت َعلَْيه ْم ۙە َغرْيِ الْ َم ْغ‬ َ َ َ ُْ
.٧ - ࣖ َ ‫الضاۤلِّنْي‬ َّ
(1) Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang
(2) Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam
(3) Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
(4) Pemilik hari pembalasan
(5) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
(6) Tunjukilah kami jalan yang lurus
(7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat

C. PENAFSIRAN
Dalam surat Al-Fatihah yang merupakan ummul kitab tentu
mengandung beberapa penafsiran yang berbeda dari para
mufasir. Diantaranya:

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 2


1. Penafsir Ibnu Katsir Tentang Surat Al-Fatihah

1) Surah Al-fatihah ayat 1


a. Kedudukan Basmallah
Di dalam Kitab Sunan Abu Daud dengan sanad yang sahih
(Katsir, 2012) :

“Dari Ibnu Abbas r.a, disebutkan bahwa Rasulullah SAW,


dahulu belum mengetahui pemisah diantara surat-surat
sebelum diturunkan kepadanya: Bismillahirrahmanirrahim
(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.”

Hadits ini diketengahkan juga oleh Imam Hakim, yakni Abu


Abdullah An- Nasaburi, didalam meriwayatkannya yaitu secara
mursal berasal Sa‟id Ibnu Jubair.

Disebutkan dari Ummu Salamah r.a., dalam kitab Sahih


Ibnu Khuzaimah bahwa Rasulullah SAW membaca basmalah
pada permulaan surat Al-Fatihah dalam shalatnya, dan beliau
menganggapnya sebagai salah satu ayatnya. Tetapi hadits yang
riwayatnya melalui Umar Ibnu Harun Balkhi, dari Ibnu Juraij,
dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ummu Salamah hadits tersebut di
dalam sanadnya terkandung kelemahan. Imam Daruqutni juga
meriwayatkannya melalui Abu Hurairah secara marfu‟. Salah
satu pendapat yang dikemukan oleh Imam Syafi‟i merupakan
pendapat yang digunakan sebagian jalur mazhabnya yang
menyatakan bahwa basamalah merupakan salah satu ayat dari
surat Al-Fatihah, tetapi bukan merupakan bagian dari surat
lainnya.

Diriwayatkan pula oleh Imam Syafi‟i bahwa basmalah ialah


bagian dari satu ayat yang terdapat pada permulaan tiap surat.
akan tetapi, ke 2 pendapat tersebut garib (aneh). Sedangkan
Daud mengatakan bahwa basmalah ialah ayat tersendiri pada
permulaan asal tiap surat, dan bukan artinya bagian darinya.
Pendapat ini ialah keliru satu riwayat dari Imam Ahmad Ibnu
Hambal yang diriwayatkan juga oleh Abu Bakar Ar-Razi, dari

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 3


Abul Hasan Al-Karkhi, yang keduanya itu ialah anak didik dari
Imam Abu Hanifah.

Demikianlah pendapat-pendapat yang dikutip Ibn Katsir


yang berkaitan dengan kedudukan basmalah sebagai salah satu
ayat yang berasal Surat Al-Fatihah atau tidaknya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Ibn Katsir berpendapat mengenai
kedudukan basmalah pada surat Al-Fatihah adalah termasuk
kepada bagian asal surat Al-Fatihah.

b. Hukum Membaca Basmallah Ketika Shalat

Hukum membaca basmalah waktu shalat sesungguhnya


ialah cabang dari persoalan di atas yaitu tentang kedudukan
basmalah. Dengan istilah lain, barang siapa yang berpendapat
bahwa basmalah bukan merupakan bagian asal surat Al-Fatihah
maka ketika dia sedang shalat tak mengeraskan bacaanya.
Demikian juga halnya bagi yang berpendapat bahwa basmalah
meurpakan ayat yang berkedudukan sendiri.

Barang siapa yang mengatakan bahwa basmalah ialah suatu


ayat dari permulaan setiap surat itu terdapat perbedaan
pendapat mengenai pengerasan membacanya. Madzhab Syafi’i
berkata bahwa bacaan basmalah dikeraskan bersama surat Al-
Fatihah, dan dikeraskan pula beserta surat lainnya. Pendapat
tersebut bersumber dari berbagai kalangan ulama yang
bersumber dari para sahabat, para tabi’in serta para imam kaum
muslim baik itu yang Salaf juga Khalaf. Hujjah yang mereka
pegang pada mengeraskan bacaan basmalah ialah "sebab
basmalah ialah bagian dari surat Al-Fatihah, maka bacaan
basmalah dikeraskan pula sebagaimana ayat-ayat surat Al-
Fatihah lainnya".

Telah diriwayatkan pula oleh Imam Nasai pada pada buku


Sunan-nya oleh Ibnu Khuzaimah serta Ibnu Hubban pada buku
Shahihnya masing-masing, juga oleh Imam Hakim di dalam
kitab Mustadraknya melalui Abu Hurairah: bahwa dia
melakukan salat dan mengeraskan bacaan basmalahnya.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 4


Sesudah terselesaikan dari salatnya itu Abu Hurairah
mengatakan, "Sesungguhnya saya ialah orang yang shalatnya
sangat mirip dengan salat Rasulullah SAW diantara kalian".
Imam Daruqutni, Imam Khatib, Imam Baihaqi, dan lain-lainnya
menilai bahwa hadits ini adalah hadits yang shahih. Di dalam
Shahih Bukhari disebutkan melalui Anas Ibnu Malik bahwa
beliau pernah ditanya mengenai bacaan yang dilakukan oleh
Nabi SAW, maka ia menjawab bahwa bacaan Nabi SAW
panjang, beliau membaca dengan bacaan panjang pada
bismillah dan Ar-Rahman dan Ar-Rahim. (dengan istilah lain,
dia mengeraskan bacaan basmalahnya). Sebagian ulama lain
menyebutkan bahwa basmalah dalam shalat tidak boleh
dikeraskan. Hal inilah yang terbukti dilakukan oleh empat orang
Khalifah, Abdullah Ibnu Mugaffal dan beberapa golongan
berasal ulama Salaf kalangan tabi‟in serta ulama Khalaf,
kenudian dipegang oleh Mazhab Abu Hanifah, Imam Sauri,
serta Ahmad Ibnu Hambal.

Menurut Imam Malik, basmallah tidak boleh dibaca sama


sekali, baik dengan suara keras maupun perlahan. Mereka
mengatakan demikian berdasarkan sebuah hadis di dalam
Shahih Muslim melalui Siti Aisyah RA yang menceritakan
bahwa:

“Rasululullah SAW membuka shalatnya dengan takbiratul


ihram dan membuka bacaannya dengan alhamdulilaahi robbil
’aalamiin (yakni tanpa bismillah).”
Di dalam kitab Shahihain yang menjadi dalil mereka
disebutkan melalui Anas Ibnu Malik yang mengatakan:

“Aku shalat di belakang Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan


Utsman. Mereka membuka (bacaannya) dengan al-ḥamdu
lillāḥi robbil ‘ālamīn.” (Katsir, 2012)

Berdasarkan riwayat Imam Muslim, mereka tidak


mengucapkan basmallah, baik pada permulaan ataupun di akhir
bacaannya. Hal yang sama disebutkan juga dalam kitab-kitab
Sunan melalui Abdullah Ibnu Mugaffal. Demikianlah dalil-dalil

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 5


yang dijadikan pegangan oleh para imam pada persoalan ini,
semuanya berdekatan.

Dapat disimpulkan para ulama sepakat bahwa shalat yang


mengeraskan bacaan basmallah dan yang memelankannya
hukumnya ialah sah. (Katsir, 2012)
c. Takwil Kalimat ALLAH

Kata Allah ialah lambang yang ditunjukkan kepada tuhan


yang Maha suci serta Maha Tinggi. Adapun pendapat lain
mengatakan bahwa kata Allah ialah Ismaul A‟zam karena Allah
mempunyai seluruh sifat, sebagaimana terdapat pada firman
Allah dalam Q.S Al-Hasyr ayat 22-24 yang artinya:

“Dialah Allah yang tiada tuhan (yang berhak disembah)


melainkan selain Dia, Yang mengetahui yang gaib dan yang
nyata. Dialah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dialah Al apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha
perkasa lagi Maha bijaksana” (Q.S Al-Hasyr ayat 22-24)

Imam Sibawaih menukil dari Imam Khalil bahwa asal lafadz


“Allah” ialah illahun, kemudian masuklah alif dan lam untuk
mengagungkan, sehingga jadilah “Allah”. Sedangkan Ar-Razi
berpendapat bahwa akal manusia tidak akan tenang kecuali
dengan berdzikir dan mengingat-Nya. Roh tidak akan tenang
kecuali dengan ma’rifat kepada-Nya sebab Dialah yang Maha
Sempurna secara mutlak, bukan yang lain-Nya, Allah SWT
berfirman yang artinya:

“Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi


tentram. Orang- orang yang beriman...” (QS. Ar-Rad ayat 28)

d. Makna Ar-Rahman Ar-Rahiim

Ar-rahman ar-rahim merupakan dua nama yang diambil


dari kata ar-rahmah, serta bentuk kedua kata itu untuk
menunjukkan makna “sangat”. Ar-rahman lebih tegas daripada
ar-rahim. Ar-rahman ialah isim musytaq. Pembahasan tentang

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 6


hal ini secara rinci akan dikemukakan di dalam penafsiran ar-
rahman ar-rahim di surat Al-Fatihah. Hanya kepada-Nyalah kita
memohon taufik serta berserah diri. (Katsir, 2012) Sebagian dari
asma-asma Allah terdapat yang bisa disandang oleh selainNya
seperti pada lafadz Allah, Ar-Rahman, Ar-Raziq, serta Al-Khaliq
serta asma-asma lainnya yang sejenis. oleh sebab itulah
dimulainya dengan sebutan nama Allah, lalu disifati dengan Ar-
Rahman sebab lafadz tersebut lebih spesifik serta lebih makrifat
daripada lafadz Ar-Rahim, dikarenakan penyebutan nama
pertama wajib dilakukan dengan nama yang paling mulia, maka
dalam urutannya diprioritaskan yang lebih spesifik. (Katsir,
2012)

2) Surah Al-Fatihah Ayat 2


a. Makna Alhamdulillah

Ibnu Jarir berkata bahwa makna Alhamdulillah yaitu rasa


syukur kepada Allah dengan penuh kemurnian dan keikhlasan
dan dengan me-nafi-kan segala sesuatu yang bukan Dia, atas
berbagai nikmat yang telah diberikan terhadap hamba-Nya yang
tidak terhitung jumlahnya. Tidak ada seorang pun akan dapat
menghitungnya, mulai dari pemberian bekal sebagai alat untuk
taat kepadaNya, anggota badan sebagai alat untuk menunaikan
segala kewajiban kepada-Nya, serta limpahan rezeki di dunia,
makanan dan berbagai kesenangan hidup, maka hanya bagi
Tuhan kami segala pujian, baik pada permulaan ataupun pada
penghujung masa. Alhamdulillah merupakan sanjungan yang
ditujukan pada-Nya, dan itu merupakan suatu kewajiban yang
diberikan kepada hamba-Nya agar menyanjungnya.

Inilah yang diklaim Oleh Ibnu Jarir bahwa di dalamnya


terdapat pendapat Iain. Sebab hal itu merupakan hal yang cukup
masyhur dikalangan para ulama muta’akhirun, bahwa pujian
ialah sanjungan denga perkataan atas kebaikan dan sifatnya
baik yang lazim atau pun yang muta'addi, sedangkan syukur
diwujudkan dengan anggota badan dan lisan secara sekaligus.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 7


Al-jauhari bependapat bahwa Al-hamdu (pujian)
merupakan lawan kata dari adz-zam (celaan). Aku memuji
seseorang, artinya memujinya dengan sebenar-benar pujian
karena dia terpuji dan pantas untuk dipuji. At-Tahmid itu lebih
dalam dari Al-Hamdu. Pujian lebih umum dari pada syukur.
Syukur merupakan pujian kepada yang berbuat kebaikan
dengan sesuatu yang lebih baik dari yang diketahuinya. Lafadz
Al-Madh (pujian) mengandung arti yang lebih umum dari kata
Al-Hamdu. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah,
beliau bersabda:

"Dzikir paling utama adalah kalimat Laa llaaha illallah, dan


doa yang paling utama adalah Al-hamdulillah." (H.R. Tirmidzi
dari Jabir bin Abdullah, dia berkata hadis ini Hasan dan Gharib)

Diriwayatkan dari lbnu Umar bahwa Rasulullah


menceritakan kepada para sahabat bahwa ada seorang hamba
Allah, mengucapkan: "Ya Rabb, bagi-Mu segala pujian
sebagaimana yang potut bagi keluhuran Dzat-Mu dan
keagungan kekuasaan-Mu."

Alif dan Lam didalam lafadz Al-hamdu adalah alif lam lil
istighraq (menunjukkan makna keseluruhan, artinya seluruh
pujian apa pun). Maksudnya ialah bahwa segala jenis pujian
beserta sifat-sifatnya adalah kepunyaan Allah Swt. Sebagaimana
disebutkan pada doa di dalam hadits yang berbunyi, "Ya Allah,
bagi-Mulah segala pujian seluruhnya, bagi-Mulah kerajaan
seluruhnya, pada genggaman kekuasaan-Mulah kebaikan
seluruhnya dan hanya kepada-Mulah kembalinya segala
urusan."

b. Makna Rabbul 'alamiin

Ar-Rabbu adalah Raja yang berkuasa. Lafadz Ar-Rabbu


tidak dipakai bagi selain Allah kecuali dalam bentuk idhafah
seperti Rabbud-Daar. Lafadz Al-‘Alamiin merupakan bentuk
jamak (plural) dari kata 'alam, yaitu segala sesuatu yang ada
selain Allah Swt.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 8


Az-Zujaj mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-alam
artinya setiap perkara yang Allah ciptakan baik di dunia juga di
akhirat. Al-Qurthubi mengatakan, "Pendapat ini ialah pendapat
yang shahih, karena meliputi seluruh alam seperti yang
diungkapkan pada firman Allah Swt:

"Fir'aun bertanya: 'Siapa Tuhan semesta alam itu?' Musa


menjawab: 'Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa
yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu
sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya." (Q.S Asy-Syu'ara:
23-24)

Al-alam diambil dari mashdar Al-alamah (tanda atau bukti)


sebab keberadaannya menjadi bukti adanya pencipta dan ke-
Mahaesaan-Nya.

3) Surah Al-Fatihah Ayat 3

Al-Qurthubi mengatakan bahwa dengan ayat ini Allah


mensifati diri-Nya dengan sifat pengasih (ar-rahmaan) juga
penyayang (ar-rahiim) setelah firman-Nya Rabbul Alamiin.
Tujuannya ialah menunjukkan perbandingan (muqaranah)
antara penyemangat (Targhib) dan ancaman (Tarhib). Seperti
pada firman Allah Swt:

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa


sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun Iagi Maha
Penyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab
yang sangat pedih." (Q.S Al-Hijr 49-50)

Juga pada ayat:

"Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan


sesungguhnya Dia Maha Pengampun Iagi Maha Penyayang."
(Q.S Al-An’am 165)

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 9


Pada kedua ayat di atas, terdapat perbandingan antara
penyemangat dan ancaman. Di satu sisi bahwa Allah ialah dzat
yang Maha Pengampun Iagi Maha Penyayang, tetapi di sisi lain
Allah juga mempunyai siksa yang pedih. Di satu sisi Allah Maha
Cepat siksaannya, tetapi di sisi lain Allah juga Maha Pengampun
Iagi Maha Penyayang.

Sehingga lafadz ar-raab merupakan bentuk tarhib


sedangkan lafadz ar-rahmaan dan ar-rahiim merupakan
bentuk targhib. Seperti diungkapkan di dalam hadits:
"Seandainya seorang mukmin benar-benar tahu siksa
yang ada di sisi Allah Swt. niscaya tidak akan ada seorang
pun yang rakus di dalam surga-Nya. Seandainya seorang
kafir benar-benar tahu rahmat yang ada di sisi Allah Swt.
niscaya tidak akan ada seorang pun yang putus asa dari
rahmat-Nya." (H.R. Muslim dati Abu Hurairah secara marfu’)

4) Surah Al-Fatihah Ayat 4

Yakni berkaitan dengan hari kiamat. Lafadz yaumuddin


dipergunakan untuk menyebutkan hari kiamat, karena ketika
hari itu tidak ada yang berkuasa kecuali Allah swt. Ada juga
sebagian yang membacanya maaliki (dipanjangkan)
mengandung arti Raja setiap perkara di hari kiamat. Yakni
Dialah yang memiliki sifat seperti itu selamanya, seperti kata
Ghaafiri al-Dzanbi (Maha Pengampun setiap dosa). Oleh karena
itu, lafadz maaliki yaumiddin sah menjadi sifat untuk Allah,
disebabkan sudah diketahui. Sebagian ahli pembaca Al-quran
menyebutkannya dengan maliki (pendek), dan yang lainnya
membacanya dengan mad ashli (keduanya benar dan
mutawatir; riwayatnya dapat diterima).

Lafadz Maaliki (dengan mad ashli) berasal dari kata al-


milku seperti pada ayat: "Sesungguhnya Kami mewarisi bumi
dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya
kepada Kami lah mereka dikembalikan." (Q.S Maryam: 40)

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 10


Sedangkan lafadz maliki diambil dari kata Al-Mulku, seperti
dalam ayat:

"Milik siapakah kerajaan hari ini? Kerajaan yang hak


pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah."
(Q.S Al-Furqan: 26)

Takhshish (peng-khususan) yang disandarkan pada hari


pembalasan (Yaumuddin) tidak mengandung arti meniadakan
keumumannya. Sebab pada ayat sebelumnya telah diceritakan
bahwa Allah ialah Rabbul 'Alamin, serta ini berlaku umum
(tidak hanya di hari pembalasan saja) namun menyeluruh baik
pada dunia juga pada akhirat. ada pun disandarkan pada hari
pembalasan, dikarenakan tidak ada satu pun yang dapat disebut
pada hari itu kecuali Allah Swt. dan tidak terdapat seorang pun
yang dapat berbicara kecuali atas izin-Nya. Sebagaimana
diugkapkan dalam firman-Nya:

"...mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah


diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia
mengucapkan kata yang benar." (Q.s An-naba: 38)

"Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang
berbicara, elainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka
ada yang celaka dan da yang berbahagia." (Q.S Huud: 105).

Pada dasarnya satu-satunya raja hanyalah Allah swt.


Sedangkan penggunaan kata raja di kalangan manusia adalah
bentuk majaz (kiasan). Dalam Shahih Bukhari dan Muslim
diriwayatkan dari Rasulullah, bahwa beliau bersabda:

“Allah swt menggenggam bumi dan melipat langit.


Kemudian berfirman “aku adalah raja, dimanakah raja-raja
dibumi? Dimanakah orang-orang yang berkuasa? Dimanakah
orang-orang yang takabur?” (H.R Bukhori dan Muslim dari
Abu Hurairah secara marfu')

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 11


Ad-din adalah perhitungan dan balasan. Sebagaimana
dalam firmanNya:

"...Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan


dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" (Q.s Ash-shaffat: 53)
Maksudnya adalah akan dihitung dan akan dibalas.

5) Surat Al-Fatihah ayat 5

AI-Ibadatu secara etimologi diambil dari Adz-Dzillah


(rendah atau rata atau tunduk). Tharaqun Mu'abbadun artinya
jalan yang diratakan. Ba'irun Mu'abbadun artinya unta yang
direndahkan atau ditundukkan. Sedangkan menurut
terminologi, ibadah berarti hal yang menghimpun
kesempurnaan rasa Cinta, tunduk dan takut. Redaksi ayat
tersebut mendahulukan maf'ul (objek) dan mengulanginya
dengan tujuan penekanan (Ihtimam) dan Hashr (membatasi
hanya kepada-Nya). Maknanya adalah kami menyembah hanya
kepada Allah dan bertawakkal hanya kepada Allah. Pernyataan
tersebut menunjukkan bentuk ketaatan yang sempurna, karena
seluruh agama kembali kepada dua hal tersebut, menyembah
dan tawakal. Dengan menyembah Allah Swt. manusia akan
terhindar dari kemusyrikan, dan dengan tawakal manusia akan
berlepas diri dari daya, kekuatan dan penyerahan kepada selain
Allah Swt. Makna yang terdapat pada surat Al-Fatihah ayat 5
tersebut dapat ditemukan juga pada ayat-ayat yang Iainnya
seperti dalam firmanNya:

" ...maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya ..


" (Q.s Hud: 123)

Didalam surat Al-fatihah ayat 5 terdapat perubahan bentuk


pembicaraan, pada awalnya berbentuk pembicaraan tentang
orang ketiga, menjadi pembicaraan dengan orang kedua.
Dikarenakan ketika dia memuji kepada Allah swt maka seakan-
akan dia terus mendekat kepada-Nya dan seolah-olah hadir di
hadapannya, sehingga ungkapan yang keluar selanjutnya adalah
seolah-olah tengah berhadap-hadapan, yaitu dengan

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 12


menggunakan Dhomir Mukhathab (kata ganti orang kedua yaitu
huruf Ka): "lyya ka na'budu wa iyya ka nasta'in."

Hal ini menjadi dalil bahwa pada awal surat merupakan


bentuk pernyataan pujian atas Allah Swt. dengan segala bentuk
sifatnya yang baik dan indah. Dan juga merupakan perintah
untuk hamba-hambaNya supaya memujinya dengan pujian
tersebut. Pada ayat tersebut, kalimat lyya ka na'budu
didahulukan dari kalimat lyya ka nasta'in karena ibadah itulah
yang dimaksud oleh ayat tersebut, sedangkan permohonan
tolong merupakan perantara kepada ibadah tersebut.

6) Surat Al-Fatihah Ayat 6


Pujian tersebut menjadi pembuka yang ditujukan kepada
Dzat yang akan dipinta sesuatu, terkait dengan permohonan
yang akan diajukan. Ini merupakan suatu kondisi yang
sempurna, di mana seseorang memuji terlebih dahulu, setelah
itu dia mengajukan permohonan atas kebutuhannya.
Dikarenakan Dia merupakan satu-satunya dzat yang dapat
memenuhi kebutuhan serta yang dapat mengabulkan. Sebab
karena itu, Allah swt memberikan arahan sebab itulah bentuk
permohonan yang paling baik dan sempurna.

Al-Hidayah pada ayat ini maksudnya adalah Al-lrsyad wa


At-Taufik (petunjuk dan taufik).

a. Makna Ash-Shirathal Mustaqiim

Dalam bahasa Arab, istilah tersebut dipakai untuk


menunjukkan jalan yang lurus tanpa ada belokan. Kemudian
orang-orang Arab meminjam kata Ash-Shirath untuk
menyebutkan berbagai hal dalam ucapan mereka seperti
perkataan, perbuatan atau pun sifat untuk menyebutkan bahwa
itu lurus atau bengkok. Para ulama klasik dan masa kini juga
berbeda pendapat tentang penafsiran kata Ash-Shirat ini.
Walaupun demikian pada akhirnya mereka kembali pada
kesimpulan yang sama yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 13


Ada juga pendapat yang mengatakan maksud kata Ash-Shirat
ialah kitabullah, ada juga yang menyebutkan agama Islam.

Ibnu Abbad berpendapat bahwa maksudnya adalah agama


Allah yang tidak ada bengkok sama sekali. Ibnu Hanafiyah
mengatakan bahwa maksudnya adalah agama Allah. Tidak ada
agama selain agama itu yang akan diterima dari hamba-hamba.
Penafsiran kata Ash-Shirath dengan agama Islam dijelaskan
dalam hadits yang diriwayatkan dari An-nawas bin Sam’am dari
Rasulullah, bahwa beliau bersabda:

"Allah Swt. memberikan perumpamaan tentang shirathal


mustaqim bagai sebuah jalan. Pada setiap pinggir terdapat
dua dinding sebagai pagar, pada dinding tersebut terdapat
berbagai pintu yang terbuka lebar, pada pintu itu terdapat
garis-garis yang lembut. Pada pintu jalan tersebut ada yang
berseru, 'Wahai manusia, masuklah kalian semua ke jalan ini
dan jangan berbelok-belok.' Di atas jalan itu juga terdengar
seruan yang bersuara setiap kali manusia akan memasuki
tiap-tiap pintu pada dinding tersebut, seruannya: 'Celakalah
engkau, jangan masuk ke sana, sungguh jika engkau
memasukinya, maka engkau akan terperosok.' Jalan itu
adalah agama Islam, dinding yang menjadi pagar adalah
batasan hukum Allah, pintu-pintu yang ada pada dinding itu
adalah larangan-larangan yang diharamkan Allah. Panggilan
pada jalan itu adalah Kitabullah dan seruan yang terdengar
dari atas jalan tersebut adalah nasihat Allah melalui han
setiap muslim." (H.R. Ahmad dalam kitab Al-Musnad dari An-
Nawas bin Sam'an. Diriwayatkan juga oleh Tirmidzi dan Nasa'i)

Mujahid mengatakan Ash-Shirathal Mustaqim adalah


kebenaran. Pendapat ini lebih umum dan tidak mengandung
arti bertentangan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Ibnu Jarir berpendapat: Menurutku yang sangat penting


dari takwil ayat tersebut adalah bahwa berilah kami taufik untuk
menetap pada apa yang Engkau ridhai seperti Engkau telah
memberikan taufik kepada orang-orang yang sudah Engkau

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 14


berikan nikmat dari hamba-hambaMu. Inilah Shirathal
mustaqim, sebab orang yang telah diberikan jalan taufik seperti
apa yang telah diberikan kepeda mereka dari kalangan para
nabi, Shadiqin, syuhada dan sholihin, pastilah dia telah
mendapat taufik untuk meniti Islam.

Apabila ada pertanyaan untuk apa memohon hidayah seüap


kali shalat, bukankah dengan penjelasan di atas mengandung
arti orang mukmin itu telah memiliki sifat yang lurus Itu? Maka
jawabannya ialah bahwa seorang hamba membutuhkan Allah
Swt setiap waktu dan setiap kondisi untuk menetap di dalam
hidayah, teguh dan istiqomah setiap waktu. Maka Allah swt
mengarahkannya agar dia memohon hidayah itu setiap waktu
disamping memohon pertolongan, ketetapan dan taufik. Allah
swt memberi perintah supaya orang yang beriman tetap
beriman, Allah Swt. berfirman: "Hai orang-orang yang
beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya." (Q.s An-
nisa: 136).

Maksudnya adalah agar tetap pada keimanannya, teguh dan


senantiasa melakukan amal-amal tertentu yang menguatkan
keimanan itu. Wallahu 'Alam.

7) Surat Al-Fatihah Ayat 7


a. Makna Shirathal Ladzina An'amta 'alaihim

Shirathal Ladzina An'amta 'alaihim. Orang-orang yang


telah diberikan nikmat tersebut ialah orang-orang yang
disebutkan pada Q.S An-Nisa ayat 69:

"Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya),


mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: ialah jalan orang-orang yang


telah Engkau berikan nikmat dengan taat pada-Mu dan

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 15


beribadah kepada-Mu dari golongan Malaikat, para Nabi-Mu,
para shiddiiqiin, orang yang telah mati syahid dan juga orang-
orang yang shaleh. Hal ini sepadan dengan ayat 7 surat Al-
Fatihah di atas.

b. Makna Ghairil maghdhubi 'alaihim wa ladh-


dhaalliin

Ghairil maghduubi ‘alaihim wa ladh-dhaaliin. Al-


Maghdjubi: dengan harkat majrur (kasrah) karena menjadi
na'at. Maksudnya adalah: tunjukanlah kami kepada jalan yang
lurus, ialah jalannya orang-orang yang sudah Engkau berikan
nikmat dari kalangan orang-orang sifatnya telah dijelaskan di
atas, mereka adalah orang-orang yang telah memperoleh
hidayah serta kieistiqomahan. Bukan jalan orang-orang yang
Engkau murkai, yaitu mereka png mengetahui kebenaran
namun mereka berpaling darinya, bukan juga plan orang-orang
yang sesat, yaitu mereka yang sudah kehilangan ilmu. şehingga
mereka bingung di dalam kesesatannya serta tidak menerima
petunjuk pada kebenaran.

Lalu hal itü diperkuat menggunakan adanya huruf "Laa


(nafiyah)" menjadi petunjuk kepada dua jalan yang rusak, dua
jalan itü ialah jalannya orang-orang Yahudi dan jalannya orang-
orang Nasrani. Adanya huruf "Laa (nafiyah)" ialah untuk
menguatkan pengingkaran dan untuk membedakan dua jalan
tersebut supaya benar-benar dijauhi. Jalan orang yang
memegang keimanan meliputi pada ilmu perihal kebenaran
serta mengamalkannya. Orang-orang Yahudi benar-benar sudah
kehilangan pengamalan dari ilmunya, dan orang-orang Nasrani
benar-benar telah kehilangan ilmu. Oleh sebab itu, murka Allah
dinisbatkan pada orang-orang Yahudi serta kesesatan
dinisbatkan kepada orang-orang Nasrani. Allah khususkan
murka ditujukan kepada kaum Yahudi sebagaimana disebutkan
pada firman Allah Swt:

"...Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah..."


(Q.S Al-maidah: 60).

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 16


Sedangkan kesesatan Allah khususkan kepada kaum
Nasrani sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

"...mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan


mereka tersesat dari jalan yang lurus." (Q.s. Al-maidah: 77).

Berkenaan dengan hal ini terdapat beberapa hadits an atsar


sahabat. Diriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim bahwa beliau
berkata:

"Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang firman


Allah Swt. 'Ghairil maghdhubi 'alaihim'." Maka beliau
bersabda, "Mereka adalah orang-orang Yahudi, sedangkan
Adh-Dhaallin' adalah orang-orang Nashrani." (H.R. Ahmad
dan Tirmidzi dengan berbagai jalur riwayat dan redaksi yang
beragam)

Sesudah membaca Al-fatihah disunatkan agar membaca


"Amin". Artinya adalah: "Ya Allah, kabulkanlah." Seperti
diriwayatkan dari abu hurairah, bahwa beliau berkata:

"Apabila Rasulullah Saw. selesai membaca Ghairil i


maghdhubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin' beliau membaca
'Amiin', sehingga barisan yang ada di belakang beliau dapat
mendengarnya." (H.R abu Dawud dan Ibnu Majah dengan
tambahan: "Sehingga masjid pun bergema")

2. Penafsiran Surat Al-Fatihah dalam Tafsir Jalalain


1) Basmalah

Makna dari lafadz basmalah ialah ‘aku memulai bacaan ini


sekaligus meminta barakah dengan menyebut nama Allah’.
Barakah disini berarti meminta tambahnya kebaikan dan
pahala. Kebarokahan hanyalah milik Allah semata. Hanya
kepada hamba yang dikendakinya lah Allah memberi
kebarakahan itu.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 17


Ar-Rahman dan Ar-Rahim merupakan salah satu sifat yang
dimiliki Allah. Ar-Rahman sendiri memiliki makna bahwasanya
Allah SWT memiliki kasih sayang kepada setiap makhluknya
yang ada di bumi. Baik manusia, hewan, tumbuhan, serta semua
yang makhluk ciptaan Allah, baik yang beriman ataupun tidak.
Sedangkan Ar-Rahim adalah kasih sayang dari Allah yang hanya
akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan
bertakwa kepada Allah serta mengikuti ajaran Nabi dan Rasul-
Nya. Kasih dan sayang yang hanya akan Allah berikan di akhirat
kelak.

2) Ayat kedua

Lafadz Alhamdu ini menggunakan Al’ makrifat yang


bermakna semua. Lafadz ini menjadi pemberitahuan bahwa
segala pujian yang diungkapkan oleh hamba hanyalah milik
Allah semata. Maksudnya adalah hanya Allah-lah satu-satunya
dzat yang harus dipuji, karena segala sifat serta perbuatannya
yang sempurna dan selalu mengandung hikmah.

Rabb dalam ayat ini bermakna memelihara, atau


pembimbing. Karena Allah-lah yang menciptakan serta
memelihara seluruh alam ini dengan berbagai macam
pemeliharaannya dari lahir hingga batin. Lafadz aalamiin
merupakan jamak dari lafadz alam yang berarti tanda. Ini
menjadi pengingat bagi kita bahwa alam merupakan sebuah
tanda bahwa ada yang menciptakan dan mengaturnya.

3) Ayat ketiga

Allah memiliki sifat kasih sayang yang tidak dapat


disamakan dengan kasih sayang makhluknya. Bahkan kasih
sayang dari seorang ibu kepada anaknya tidak ada apa-apanya
dengan kasih sayang Allah yang amat agung. Dalam lafadz Ar-
Rahim disini mengandung makna Rahmat yang memiliki arti
menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya. Hanya

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 18


orangorang yang dikendaki Allah untuk dapat merasakan
bagaimana indahnya rahmat.

4) Ayat keempat

Lafadz malik dengan memanjangkan maa memiliki arti


penguasa atau kekuasaan. Sedangkan malik dengan membaca
pendek ma berarti raja. Penguasa memiliki hak untuk melarang
serta memerintah segala yang berada dalam kekuasaannya.
Sedangkan raja dalam KBBI merupakan penguasa tertingi yang
mengepalai suatu kerajaan. Kedua makna ini dapat disandarkan
kepada Allah yang Maha Merajai serta Maha Penguasa Alam
Semesta. Ia berhak memberikan ganjaran atau siksaan kepada
siapapun yang ia kehendaki.

Lafadz yaumu ad-diin dalam ayat ini disebutkan secara


khusus. Karena hanya Allah-lah satu-satunya yang memiliki
kekuasaan terhadap hari akhir. Firman Allah surah Al-
Mukminun ayat 16 “Kemudian, sesungguhnya kamu pada hari
Kiamat akan dibangkitkan. (QS Al-Mu’minun [23]; 16).

Orang yang membaca ayat ini dengan 'maaliki' atau


memanjangkan ma maknanya menjadi "Dia Yang menguasai
semua perkara yang ada pada hari kiamat". Maksudnya adalah
Allah adalah Dzat yang memiliki sifat ini secara kekal. Dengan
demikian maka lafadz 'maaliki yaumiddiin' menjadi sifat bagi
Allah yang sah, karena sudah makrifah (dikenal).

5) Ayat kelima

Kami beribadah hanya kepada-Mu. Ayat ini memiliki


makna, mengesakan tuhan, dan hamba memohon pertolongan
atas segala hal yang dihadapi hanya kepada Allah semata. Dalam
ayat ini objek lebih didahulukan yaitu iyyaka dari pada lafadz
na’budu yang menandakan bahwa dari ayat ini mengandung
pengkhususan serta pembatas.

6) Ayat keenam

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 19


Ayat ini berarti bimbinglah kami ke jalan yang lurus. Jalan
yang lurus yang dimaksud adalah jalan yang terang juga jelas
yang mengantarkan seorang hamba yang berjalan diatasnya
kepada Allah dan mencapai ke surga-Nya. Hakikat dari shiratal
mustaqim adalah memahami kebenaran serta
mengamalkannya.

7) Ayat ketujuh

Penjelasan ayat ini masih bersambung dari ayat


sebelumnya. Maksud dari shirat al mustaqim yaitu petunjuk
dan hidayah dari Allah. Kemudian maknanya diperjelas kembali
dengan ayat bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) orang-orang yang sesat. Yang disebut jalan orang
yang dimurkai dalam ayat ini adalah orang Yahudi. Adapun
disebut mereka yang tersesat adalah orang-orang Kristen.
Maksud dari penjelasan ini adalah orang-orang yang
mendaptkan hidayah bukanlah orang-orang Yahudi ataupun
Kristen. Hanya Allah semata lah yang Mengetahui dan hanya
kepada-Nya pula segala sesuatu dikembalikan. Dalam ayat ini
tersimpan sebuah motivasi serta dorongan untuk kita agar
mengikuti jalan orang-orang yang shalih. Ayat ini juga menjadi
peringatan kepada kita untuk menjauhi jalan yang ditempuh
oleh orang-orang yang tersesat dan menyimpang.

3. Penafsiran Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Misbah

1) Ayat pertama
َّ ‫بِ ْس ِم ال ٰلّ ِه الرَّمْح ٰ ِن‬
‫الر ِحْي ِم‬

Huruf ba’ yang dibaca bi memiliki terjemahan kata


“dengan” menyimpan kata yang tidak terucap namun harus
terlintas dalam benak si pembaca ketika mengucapkan
Basmallah, yaitu kata ‘memulai’. Sehingga Basmallah berarti
“Saya memulai dengan menyebut nama Allah” (Shihab, 1999).

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 20


Dengan demikian kalimat tersebut menjadi sebuah pernyataan
dari pembaca, bahwa ia memulai pekerjaannya atas nama Allah.
Pembaca menyadari akan kelemahan dan membutuhkan akan
pertolongan Allah.

Lafadz Allah dalam basmallah ini adalah Dzat yang paling


berhak untuk disembah dan diesakan dalam ibadah, karena
Allah memiliki sifat uluhiyyah (Dr Raehanul bahraen, 2021).
Kata ismi pada basmallah berbentuk mudhof mufrod atau kata
tunggal yang disandarkan kepada kalimat berikutnya, yaitu
lafadz Allah. Karena itu mengandung pemahaman mencakup
seluruh asma’ul husna (Abdullah Haidir, 2004). Penggabungan
kata Allah, ar-rahman, dan ar-rahim dalam Basmallah itu
bermaksud memohon pertolongan kepada Dia yang berhak
disembah. Serta menyebutkan sifatnya untuk menunjukkan
bahwa Dia wajar melimpahkan rahmat karena sifat rahmat yang
melekat pada diri-Nya. (Shihab, 1999)

Seorang yang memulai pekerjaan apapun dengan


menyebutkan nama Allah maka pekerjaan tersebut akan
menjadi baik, dan tidak akan terpengaruh dari godaan nafsu
atau kepentingan pribadi lainnya. Karena dengan menyebutkan
nama Allah dapat diartikan, dapat berarti kita menyandarkan
pekerjaan ini kepada Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Jika demikian pastilah pekerjaan itu tidak akan mendatangkan
kerugian bagi orang lain, bahkan akan membawa manfaat.

2) Ayat kedua
ِّ ‫اَحْلَ ْم ُد لِٰلّ ِه َر‬
َ‫ب الْ ٰعلَ ِمنْي ۙن‬
Ayat ini memiliki dua sisi makna, (Shihab, 1999) pertama
berupa pujian kepada Allah dalam bentuk ucapan dan kedua
berupa syukur kepada-Nya dalam bentuk perbuatan. Syukur
disini yaitu mengakui dengan tulus dan penuh hormat akan
nikmat yang diberikan oleh yang disyukuri itu dengan kata-kata
ataupun perbuataan. Adapun Alhamdulillah yang merupakan
pujian itu adalah pujian atas kesempurnaan semua perbuatan

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 21


Allah yang mengandung keutamaan dan keadilan. (Dr Raehanul
bahraen, 2021)

Ayat ini menjadi pengingat bagi setiap hamba untuk selalu


mengingat kebesaran dan keagungan Allah SWT atas nikmat-
Nya yang tak terhingga, tak dapat terhitung bagai hamparan
bintang di angkasa (Abdullah Haidir, 2004)

Dalam kajian tauhid, kata rabb merupakan istilah dari


tauhid rububiah, yaitu adanya keyakinan bahwa Hanya Allah lah
Pencipta, Penguasa, dan Pengatur alam semesta ini. Hanya Dia
yang dapat memberikan kenikmatan atau kesukaran dan
mendatangkan manfaat atau madhorot. Tidak ada sesuatu
apapun bersekutu kepada-Nya. (Abdullah Haidir, 2004) Dengan
keyakinan tersebut mendorong seorang untuk bersandar,
memohon, dan berharap hanya kepada diri-Nya.

3) Ayat ketiga
‫الر ِحْي ۙ ِم‬
َّ ‫الرَّمْح ٰ ِن‬
Ayat ketiga ini bukan sebuah pengulangan sebagian
kandungan ayat pertama (Shihab, 1999). Kalimat Ar-rahman
dan Ar-rahim dalam ayat ini bertujuan untuk menjelaskan
bahwa Pendidikan dan pemeliharaan Allah sama sekali bukan
untuk kepentingan Allah atau suatu pamrih. Pendidikan dan
pemeliharaan-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya semuanya
diberikan semata-mata hanyalah karena rahmat dan kasih
sayang-Nya.
Dalam ayat ini dan ayat sebelumnya terdapat motivasi yang
seharusnya ada dalam setiap ibadah seseorang, yaitu mahabah
(cinta), khouf (takut), dan roja’ (berharap). (Abdullah Haidir,
2004)

4) Ayat keempat
‫ك َي ْوِم الدِّيْ ۗ ِن‬
ِ ِ‫ٰمل‬

Penempatan ayat ini (Thahir Ibn Asyur) setelah penyebutan


sifat-sifat Allah, bukan hanya sekedar untuk memaparkan sifat-

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 22


sifat-Nya. Namun ini adalah akibat dari sifat-sifat yang telah
dipaparkan pada ayat-ayat sebelumnya (Shihab, 1999). Ayat
sebelumnya menjelaskan tentang kasih sayang tuhan terhadap
makhluk-Nya, dan ini menjadi dorongan kekhawatiran akan
makhluk yang mengandalkan rahmat Tuhan dan mengabaikan
tuntutan-tuntutan Tuhan. Karena itu lah perlu menggaris
bawahi, setiap jiwa akan diberikan balasan dan ganjaran akan
apa yang mereka lakukan semasa hidup

5) Ayat kelima
ُ‫اك نَ ْستَعِنْي ۗن‬
َ َّ‫اك َن ْعبُ ُد َواِي‬
َ َّ‫اِي‬
Seperti yang dikatakan diatas, bahwa surah Al-fatihah
dibagi menjadi dua bagian. Ayat kelima ini merupakan bagian
kedua, yang dalam hadits dapat disebutkan sebagai “ayat
bersama”, sebagian untuk Allah dan sebagian untuk Hamba-
Nya. Pernyataan iyyaka na’budu adalah untuk Tuhan,
sedangkan untuk hamba-Nya dimulai dengan permohonan wa
iyyaka nasta’iin hingga akhir surah. (Shihab, 1999)

Ayat ini merupakan sebuah kecaman bagi mereka yang


menyembah selain Allah. Penggalan ayat ini mengecam dan
memberi kabar bahwa tuhan yang harus disembah hanyalah
Allah semata, Dia Rabb al- ‘alamiin. Pengulangan kata iyyaka
pada ayat ini diperlukan karena mengandung arti pengkhususan
mutlak.

Pendahuluan lafadz ibadah dari pada memohon pertolongan


dalam ayat ini memberikan makna umum terlebih dahulu
kemudia khusus, dalam rangka memberikan penekanan dan
perhatian serta mendahulukan hak Allah atas hak hamba-Nya.
(Dr Raehanul bahraen, 2021)

6) Ayat keenam
ِّ ‫اِ ْه ِدنَا‬
‫الصَرا َط الْ ُم ْستَ ِقْي ۙ َم‬

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 23


Pada ayat ini merupakan pernyataan hamba tentang
ketulusannya dalam beribadah dan kebutuhannya kepada
pertolongan Allah. Dengan ayat ini sang hamba memohon
kepada Allah, seperti bimbinglah kami memasuki jalan lebar
dan luas (Shihab, 1999). Secara keseluruhan ayat ini merupakan
doa seorang hamba untuk diberikan hidayah yang berupa
petunjuk dan permohonan akan hidayah Allah SWT kepada
jalan yang diridhoi-Nya. (Abdullah Haidir, 2004)

Shirat merupakan jalan yang luas di mana semua orang


dapat melewatinya tanpa berdesak-desakan. Adapun shirat yang
dimaksudkan dalam surah Al-Fatihah ini merupakan shirat atau
jalan yang lurus, bukan hanya lebar dan luas. Jalan yang lebar
dan luas boleh jadi banyak lika-likunya, maka akan panjang
jalan yang ditempuh untuk sampai tujuan. Jalan yang luas dan
lurus itu adalah jalan yang dapat menghantarkan kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat. (Shihab, 1999)

7) Ayat ketujuh
ِ ‫ضو‬
َّ ‫ب َعلَْي ِه ْم َواَل‬ ِ َ ‫ِصرا َط الَّ ِذيْن اَْن َع ْم‬
ࣖ َ ‫الضاۤلِّنْي‬ ْ ُ ‫ت َعلَْيه ْم ەۙ َغرْيِ الْ َم ْغ‬ َ َ
Dari jalan orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya. Maksud dari nikmat disini bukanlah nikmat seperti
Kesehatan, kekayaan, dan sebagainya. Nikmat dalam ayat ini
hanya dalam bidang ketaatan dalam beragama atau bidang
kebajikan dan kebenaran. Penegasan kata “bukan jalan orang-
orang yang dimurkai” dimaksudkan agar para pemohon tidak
mengalami apa yang dialami oleh umat lain yang telah
dianugerahi Allah hidayah, tetapi mereka menyimpang sehingga
mendapat murka dan dinilai sebagai orang yang sesat,
sebagaimana halnya orang-orang Yahudi dan Nashrani. (Shihab,
1999)

Ayat terakhir surah Al-Fatihah ini mengajarkan manusia


agar memohon kepada Allah agar diberi petunjuk dan mampu
menelusuri jalan yang luas dan lurus, serta jalan yang pernah
ditempuh oleh orang-orang yang memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan ini, bukan jalan orang yang gagal dalam kehidupan

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 24


ini, karena tidak mengetahui arah yang benar, atau
mengetahuinya tapi enggan untuk menelusurinya. (Shihab,
1999) Dalam ayat sebelumnya muslim diperintahkan untuk
memiliki sifat loyalitas, berpedoman dan mengikuti jejak
mereka yang menjejaki jalan lurus, dalam ayat ini seorang
muslim dalam doanya diperintahkan untuk menjauhi dan
meninggalkan jejak dan sifat mereka yang menyimpang dari
jalan yang lurus (Abdullah Haidir, 2004)

Secara ringkas surah ini mengandung tiga macam tauhid


yang mana tidak ada pada surah lain dalam Al-Qur’an. Yaitu
tauhid rububiyah dalam ayat kedua dari lafadz rabbil ‘alamiin.
Kedua, tauhid uluhiyyah dalam ayat kelima dari lafadz iyyaka
na’budu wa iyyaka nastain. Terakhir, tauhid asma wa sifat
dilihat dari ayat kedua yang ditunjukka dengan adanya lafadz
al-hamdu atau pujian kepada Allah. (Dr Raehanul bahraen,
2021)

D. KESIMPULAN
Surah Al-Fatihah terbagi menjadi dua bagian, bagian
pertama adalah ayat Tuhan dan bagian kedua adalah ayat
hamba, dengan ayat kelima sebagai pembatas antara ayat Tuhan
dan hamba. Ada beberapa pendapat mengenai kedudukan
Basmallah dalam surah Al-Fatihah, disebutkan dalam tafsir
Ibnu Katsir basmallah merupakan bagian dari surah Al-Fatihah
dan wajib dibaca ketika sholat. Adapun makna dari basmallah
dalam tafsir Jalalain adalah ‘aku memulai bacaan ini sekaligus
meminta barakah dengan menyebut nama Allah’.

Pada ayat kedua terdapat dua ucapan. Pertama ucapan


pujian dan kedua ucapan syukur. Makna dari lafadz hamdalah
dari ayat ini yaitu rasa syukur kepada Allah dengan penuh
kemurnian dan keikhlasan dan dengan me-nafi-kan segala
sesuatu yang bukan Dia, atas berbagai nikmat yang telah
diberikan terhadap hamba-Nya yang tidak terhitung jumlahnya.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 25


Ayat ketiga ini bukanlah sebuah pengulangan kandungan
dari ayat pertama. Ayat ini bertujuan untuk menjelaskan
Pendidikan dan pemeliharaan Allah yang tanpa pamrih. Letak
ayat ini setelah ayat rabb al-alamiin juga bertujuan sebagai
perbandingan (muqaranah) antara penyemangat (targhib) dan
ancaman (tarhib).

Penempatan ayat keempat ini setelah penyebutan sifat-sifat


Allah merupakan akibat dari sifat-sifat yang dipaparkan oleh
ayat-ayat sebelumnya. ini mengartikan sebuah tanda kekuasaan
Allah yang memiliki alam semesta serta hari akhir.

Ayat kelima merupakan ayat bersama, ayat ini bermakna


memiliki makna, mengesakan tuhan, dan hamba memohon
pertolongan atas segala hal yang dihadapi hanya kepada Allah
semata. Pendahuluan lafadz ibadah dari pada lafadz
permohonan pertolongan ini juga mengandung makna
penekanan serta mendahulukan hak Allah atas hak hamba-Nya.

Maksud Jalan yang lurus yang ada dalam ayat keenam ini
adalah jalan yang terang lagi jelas untuk menuntun sang hamba
agar sampai pada tujuan akhirnya. Dalam ayat ini juga menjadi
permohon hamba akan bimbingan Allah dalam memasuki jalan
yang lurus lagi luas.

Makna dari jalan yang lurus yang disebutkan pada ayat


sebelumnya itu adalah jalan orang yang telah engkau beri
nikmat kepadanya. Maksudnya adalah petunjuk dan hidayah
dari Allah. Nikmat disini juga berarti nikmat berupa ketaqwaan,
keistiqomahan, dan ketaatan. Kemudian diperjelas dengan ayat
selanjutnya Ghairil maghduubi ‘alaihim wa ladh-dhaaliin.
Maksudnya jalan yang diridhoi oleh Allah bukan jalan yang bagi
orang-orang yang dimurkai atau orang yang tersesat.
Disebutkan juga orang yang di murkai itu adalah Yahudi, dan
orang yang tersesat adalah Nashrani.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 26


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Haidir, L. (2004). Pelajaran dan Hikmah yang terdap


at dalam Tafsir Surat Al-Fatihah.
Ash-shabuni, Syaikh Muhammad Ali. (2012). Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir. Bandung: Jabal
Dr Raehanul bahraen, M. S. (2021). Tafsir Surah Pendek (Al Fat
ihah & Juz 'Amma). Sleman: Yayasan Indonesia Bertauhid.
Jalaluddin, M. A dan Jalaluddin ‘Abdurrahman (2001) Tafsir Al-
Jalalain. Cetakan kedua. Darus Salam.
Katsir, I. (2012). Tafsir Qur'anul Adzim. pp. 19-20.
Rohmah, U. N. (2018). Tafsir Surah Al-Fatihah. Al-Bayan: Jurn
al Ilmu al-Qur'an dan Hadist, 1(2), 211-238.
Salenda, K. (2013). Implikasi Hukum Surah Al-Fatihah dalam Ja
mi'Al-Bayan'an Ta'Wil Ayy Al-Qur'an Karya Ibn Jarir Al-Th
abariy. Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Isla
m, 17(1), 96-107.
Shihab, M. Q. (2008). Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajara
n dari al-Fatihah dan Juz'Amma. Lentera Hati Group.
Shihab, M. Q. (1999). Tafsir Al-Mishbah. Cairo: Lentera Hati.
SUPARNO (2020), Maya Utami. Makna surat Al-Fatihah: Studi
komparatif dalam tafsir Ibn Katsir dan tafsir Al-Sya’rawi.
Diss. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tafsir Surat Al-Fatihah 2022 | 27

Anda mungkin juga menyukai