Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Muhammad Syaman
NIM: 109034000072
ب B Be
ت T Te
ث Ts Te dan es
ج J Je
خ Kh Ka dan ha
د D Da
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy Es dan ye
ص S Es dengan garis bawah
غ Gh Ge dan ha
ف F Ef
ق Q Ki
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
ه H Ha
ء ‘ Apostrop
ﻱ Y Ye
ix
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal
a Fathah
i Kasrah
u Dammah
_______ﻱ ai a dan i
_______و au a dan u
Vokal Panjang(Madd)
x
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu alif dan lam, dialihaksarakan menjadi huruf /i/ ,baik diikuti oleh huruf
ad-diwan.
Syaddah (Tashdid).
dengan sebuah tanda, dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan
demikian seterusnya.
Ta Marbutah
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbutah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
Contoh :
1 ةقيرط Tarîqah
xi
2 ةيمالسالا ةعماجال al-jâmiah al-islâmiyah
Huruf kapital
Meskipun dalam tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara
ini, huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama, tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh : Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu
xii
BAB I
PENDAHULUAN
karena itu sudah merupakan keharusan baginya untuk mengikuti segala perintah
sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW. baik berupa perbuatan, perkataan
1
kaum muslimin. Pada pengertian ini dapat dipahami bahwa hadis adalah segala
diperlukan adanya petunjuk yang tidak hanya dari al-Qur‟an saja, sebagaimana
dibutuhkan hadis sebagai petunjuk berikutnya. Bila ditinjau dari segi urutan dan
2
persoalan-persoalan hidup umat manusia. Secara teknis dapat dijelaskan bahwa
1
2
hadis merupakan penjabaran lebih lanjut tentang makna-makna yang ada dalamal-
penjelasannya dalam
al-Qur‟an, akan tetapi hal tersebut ada dalam penjelasan Rasulullah yaitu
3
pertolongan supayapekerjaan itu terlaksana dengan baik dan berhasil.
SAW. :
َفَّى5سو ُل ْعفَّوِص
ُ ر َ أَِبىُ َريْ َر َة اَا َل اَا55ْاُرَّ َة بَنْْعزقى ِْريِّ بَنْأَِبسَ َفدَّمَ َة بَن55ْن ْلَوْ ْ َزبِيِّ بَن
َ ل ُ ُد ْعفو ْب55ْ َّد َث َنا بُبَ ي55ََلفَ ْعسَ ْق َلنا َُّيق اَاع ُْو ح
ِ َّ ِ ا
3
Departemen Agama R.I .,Al-Qur‟andan Tafsirnya(Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci al-Qur‟an, 1983), h.
16.4 Abu Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini Ibnu Mâjah,Sunan Ibnu Mâjah
(Bayrût: Dâr al-Fikr , tth), jilid 6 , hadis no. 4881, h.5
3
diri serta kebutuhan kepada Allâh. Orang yang membaca basmalah seharusnya
juga menghayati kekuatan dan kekuasaan Allâh, serta rahmat dan kasih sayang-
Nya yang tercurah bagi seluruh makhluk. Kalau yang demikian itu tertanam di
dalam jiwa, maka pasti nilai-nilai luhur terjelma keluar dalam bentuk perbuatan,
sedang yang dimabuk asmara, segala sesuatu akan tampak indah di pelupuk
5
yang kafir, bahkan seluruh makhluk tanpa kecuali.
dengan nama Allâh atau atas nama Allâh, maka pekerjaan tersebut akan menjadi
baik, indah dan benar, atau paling tidak akan terhindar pelakunya dari godaan
menjadikan pekerjaannya bertitik tolak dari pangkalan Ilahi dan demi karena Dia
Yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, maka pastilah pekerjaannya tidak akan
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Ia bahkan akan membawa manfaat bagi
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002)Vol. 1, h. 23
4
pertolongan Allâh – bagi yang mengaitkannya dengan kata itu – maka seakan-akan
saya lakukan dapat terlaksana”. Maka dari itu, apa pun aktivitas yang kita
lakukan, termasuk menarik dan menghembuskan nafas, makan atau minum, gerak
refleks atau sadar, diam atau bergerak, semuanya tidak dapat terlaksana tanpa
7
kekuasaan dan pertolongan Allâh. Karena sebelum datang Islam orang Arab
yaitu nama-nama berhala mereka. Sebab itu Allâh SWT. mengajarkan kepada
8
mengerjakan dengan menyebut nama Allâh.
kecuali surat al-Taubah. Surat al-Taubah ini tidak dimulai dengan basmalah
karena memang tidak serasi kalau dimulai dengan basmalah. Di samping pada
9
(ayat 30). Surat yang menempati urutan kedua puluh tujuh dalam susunan al-
Qur‟an. Dalam ayat ini, diceritakan bagaimana Nabi Sulaiman AS. memulai
suratnya yang dikirim dengan perantara seekor burung Hudhud kepada ratu Saba‟,
konon bernama Balqis yang berisi ajakan untuk mengesakan Tuhan, dengan
basmalah
tidak pada surat al-Naml (QS 27:30). Tidak pula seorang ulama pun
10
kegiatan. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah basmalah merupakan ayat
yang berdirisendiri pada awal setiap surat, ataukah merupakan bagian dari awal
merupakansalah satu ayat dari setiap surat, atau bagian dari surat al-Fâtihah saja
masing surat
itu hanya untuk pemisah antara surat semata dan bukan merupakan
11
ayat?. Selain terjadi perbedaan pendapat tentang penetapannya sebagai
ayattersendiri (di dalam surat al -Fâtihah), terjadi juga perbedaan pendapat tentang
12
pembacaan secara jahr (nyaring) di dalam salat.
Umat Muslim sepakat bahwa ketika salat wajib membaca surat al-Fâti ah.
10
M. Quraish Shihab,Tafsir al- Misbah,h. 25
11
Muhammad al-Caff, Tafsir Populer al-Fâtihah; Menyelami Makna Lahir dan Batin al-
Fâtihah Secara Mudah dan Sederhana (Bandung: PT . Mizan Pustaka, 2011) cet. Ke -1, h. 87
12
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Tafsîr Fatẖal-Qadîr(Mesir: Dâr al-
Hadîts, 1413 H/1993 M) juz 1, h. 64
6
Namun umat muslim berbeda dalam prakteknya ketika salat. Ketika kita
yang membaca dan mengeraskan bacaan basmalah di awal surat al-Fâtihah dan
imam yang lain. Perbedaan basmalah pada surat al-Fâtihah dalam salat
memaksa umat Islam untuk membangun dua masjid di satu kampung yang
penduduknya tidak lebih dari 100 kepala keluarga. Yang lebih memprihatinkan
lagi, ada anggapan bahwa masyarakat yang terbiasa membaca basmalah dalam
salat di masjid yang imamnya tidak membaca basmalah salatnya tidak sah. Realita
ini sangat mencengangkan bagi siapa saja memahami Islam sacara tepat, terlebih
mendasari atau yang menjadi hujjah bagi masing- masing pendapat? Bagaimana
13
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, SahîhMuslim, (Bayrût:
Dâr al-Fikr, tth( hadis no. 597, juz 2, h. 351
7
Untuk memudahkan pada skripsi ini, kiranya perlu dibuat pembatasan dan
perumusan masalah, penulis akan membatasi masalah pada skripsi ini dengan
hadis-hadis yang berkaitan dengannya yang ada di dalam kitab-kitab hadis ( al-
pandangan fuqaha dan juga pendapat mufasir. Dari pernyataan tersebut maka
salat?
C. Tinjauan Pustaka
membahas tentang masalah basmalah, yaitu: Buku karya Saiful Anwar al-Batawy
Selain itu, ada juga beberapa skripsi yang membahas tentang masalah
yaitu:
1. Skripsi yang ditulis oleh Novi Kamelia, program studi Tafsir Hadis UIN
bahwa
8
darikeimanan.
2. Skripsi yang ditulis oleh Harry Firmansyah, program studi Tafsir Hadis UIN
Taubah”.Dalamskripsi ini dijelaskan bahwa surat ini masih bagian dari surat
sebelumnya yaitu surat al-Anfâl, oleh karenanya tidak perlu tertulis basmalah
pada awal surat ini yang akan menjadi pemisah antara surat ini dan surat
sebelumnya.
3. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Gunawan, program studi Tafsir Hadis UIN
setiap surat sebagai bentuk dakwahnya bahwa segala sesuatu harus dimulai
dengan
basmalah.
Dari tinjauan pustaka di atas, maka posisi skripsi ini adalah membahas
basmalah dalam perspektif hadis yang disusun dalam skripsi yang berjudul
Dari sebagian kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, belum ada
salat.
3. Sebagai Tugas Akhir, guna memperoleh gelar Sarjana (SI) dalam bidang
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk menjawab persoalan yang telah diuraikan pada pokok masalah, maka
tertulis bukan berupa angka ataupun lapangan. Dengan demikian, penelitian ini
14
tergolong pada penelitian kualitatif deskriptif, atau bisa disebut dengan metode
(libraryresearch), yaitu melalui data yang lebih memerlukan olahan filosofik dan
teoritik
14
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penulisan
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Lihat Lexy J. Moleong. Metodologi Penulisan Kualitatif. (Bandung:
Rosdakarya, 2005), h. 3.
1
0
daripada uji empirik. Dalam hal ini, penulis menggunakan serta memanfaatkan
Untuk itu dalam penelitian ini, penulis menempatkan diri sebagai instrumen,
tentang kajian pembacaan basmalah dalam salat dalam perspektif hadis, yang
2. Pendekatan Penelitian
dalam salat.
15
saat kemunculannya. Kaitannya dengan penelitian ini, secara khusus
3. Sumber Data
Adapun yang termasuk sumber primer dalam penelitian, yaitu kitab-kitab hadis
17 18
yang termuat dalam al-Kutub al-Sittah beserta kitab-kitab syarah-nya. Dengan
alasan bahwa hadis yang diteliti oleh penulis semuanya terdapat dalam al-
Kemudian untuk mengolah data primer dan mempertajam analisis, penulis juga
menggunakan data-data sekunder, yaitu berupa buku, kitab, artikel, tulisan ilmiah,
dan lain sebagainya yang dapat mendukung penelitian dalam skripsi ini.
kepustakaan (library research), sehingga data yang dibutuhkan adalah data yang
16
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, atau data yang mengutip dari sumber lain sehingga
tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber kedua dan ketiga. Sugiyono.
Memahamipenulisan Kualitatif. (Bandung: CV Alfabeta, 2005) h. 62.
17 Yaitu: Sahîhal-Bukhârî, SahîhMuslim, Sunan Abû Dâwud, Sunan al-Tirmîdzî,
Sunanal-Nasâ‟î,dan Sunan Ibnu Mâjah. Kitab-kitab tersebut disebut dengan al-Kutub al-Sittah.
18 Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu kitab syarah dari kitab-
kitab tersebut. Yaitu kitab „Aun al-Ma‟bûd SyarhSunan Abû Dâwud, karya Muhammad Syamsul
Haq al-„azîm.
19 A. j. Wensinck. al-Mu‟jam al-Mufahrâs li al-Fâẓal-Hadîts. (Leiden: Maktabah
Bril,
1936).
12
dokumentasi.
dahulu mengidentifikasi sumber data yang dapat dijadikan sebagai objek tela‟ah
berbagai sumber yang telah ditentukan baik sumber primer maupun sumber
sekunder dengan cara menghimpun hadis-hadis yang sesuai dengan tema sentral
Syâmilah.
20 21
menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif penulis gunakan
sebuah data dan juga untuk menyelidiki dengan menuturkan, menganalisa data-
22
data kemudian menjelaskannya. Dalam hal ini penulis mengambil penjelasan
pandangan fuqaha dan juga pendapat mufasir. Sedangkan metode analitik yang
20 Metode deskriptif adalah menguraikan secara teratur seluruh konsep yang akan
dikaji. Lihat Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair. Metode Penulisan Filsafat. (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), h.65.
21 Metode analitik adalah metode yang digunakan untuk pemeriksaan secara
konseptual atas data-data yang ada, kemudian diklasifikasikan sesuai permasalahan, dengan
maksud untuk memperoleh kejelasan atas data yang sebenarnya. Lois O Katsoff. Pengantar
Filsafat. Penerjemah Suyono Sumargono. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992) h. 18.
22 Bakker dan Zubair, Metode Penelitian Filsafat, h. 70.
13
salat.
23
Selain itu, penulis juga menggunakan metode deduktif (deduksi) dan
induksi. Metode deduktif digunakan untuk menguraikan data dari suatu pendapat
yang bersifat umum kemudian diuraikan menjadi hal-hal yang bersifat khusus.
realita-realita yang bersifat khusus atau peristiwa konkrit, kemudian ditarik secara
terlaksana secara rasional, sistematis dan terarah. Sementara, terkait dengan teknik
penulisan, skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi UIN Syarif
24
Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013.
F. Sistematika Penulisan
seputar signifikasi studi ini, bagian ini merupakan bab pertama yang berisi latar
23 Deduktif atau deduksi merupakan alur pembahasan yang berangkat dari realitas yang
bersifat umum kepada sebuah pemaknaan yang bersifat khusus. Sutrisno Hadi. Metode Research
1. (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), h. 42.
24 Tim AAK UIN Jakarta. Pedoman Akademik: Program Strata 1 2012-2013. (Jakarta:
Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Jakarta, 2012).
1
4
basmalah dalam salat, pada bab ini diisi dengan teks dan terjemahan, asbâb al-
wurûd hadis, syarah dan komentar ulama hadis, pandangan fuqaha terhadap
basmalah dan pendapat mufasir tentang maslah pembacaan basmalah dalam salat.
Akhirnya studi skripsi ini akan ditutup dengan kesimpulan dan saran-saran
A. Makna Basmalah
1
artinya mengucapkan bismillâh atau membaca basmalah. Dalam penggunaan
kebahasaan terdengar pemakaian kata basmalah tersebut seperti basmala ar-
ه
ْ حهزْالللَّ ِم
rajulu ()لجزال لمسبartinya orang itu mengucapkan atau menulisسِب ِْ ِـ َِنم
حهزال
ِ ِمي. Selain disebutbasmalahjuga disebuttasmiyah()ةيمست.Kalimat itu disebut
tasmiyah karena orang yang mengucapkannya menyebut nama Allâh dengan sifat-
2
sifat-Nya yang mulia.
Imam al-Qurthubi berkata: basmalah adalah sumpah Tuhan kita yang Dia
ini adalah suatu kebenaran, dan Aku akan memenuhi semua yang Aku jamin
dalam surat ini, yaitu janji, kelembutan-Ku dan kebaikan-Ku. Selanjutnya beliau
15
16
kitab kita, dan diberikan kepada umat ini, khususnya setelah diberikan kepada
3
Sulaiman.
2. Ar-Rahmân yaitu nama atau sifat dari Allâh yang diambil dari kataar-
5
yangmencakup dan meliputi untuk semua makhluk yang ada di dunia ini.
beriman
di akhirat kelak. Artinya bahwa Allâh mempunyai sifat kasih sayang bagi
Ketikaperahu Nabi Nuh as. berhadapan dengan gelombang angin topan, beliau
3
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh al-Ansari al-Khazraji al-
Andalusi al-Qurthubi, Al-Jâmi‟ li Ahkâmil Qur‟ân (Mesir: Dâr al-Kutub al-Misriyah, tth) jilid
1, h. 237
4
Isma‟il bin „Amr al-Qurasyi bin Kasir al-Basri ad-Dimasyqi „Imâduddîn Abul
Fidâ‟ al-Hâfiz al-Muhaddis asy-Syafi‟i (Ibn Katsîr), Tafsîrul Qur‟ânil „Azîm (Kairo:
Matba‟ah al-Istiqâmah, 1958) jilid 1, h. 57
5 H. Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas; tafsir lengkap dan menyentuh ayat-
ayatseputar Islam, Iman dan Ihsan (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012) cet. Ke-1, h. 38
6 Muhammad Al-Caff, Tafsir Populer al-Fāti ah, h. 90
17
“Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama
Allâh di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Huud[11] : 41).
Ali bin Abi Thalib berkata, “Basmalahadalah penyebab datangnya
bulat kepada Allâh SWT. dalam segala aktivitasnya. Seorang ulama berpendapat bahwa
basmalah itu adalah wujud dari keingin-dekatannya seorang hamba dengan Penciptanya
dengan pengharapan apa yang dikerjakannya ini akan selalu dilindungi oleh Allâh,
ini...”.
semua kegiatan. Contoh, “Saya memulai suatu pekerjaan dengan menyebut nama
Suatu pekerjaan yang dimulai dengan nama Allâh, memiliki arti bahwa semata-
7
mata karena perintah Allâh dan hanya untuk Allâh.
7
Ahmad Mus afa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî (Mesir: Mus afa al-Bâbî al-Halabî, 1974)
jilid 1, h. 13
1
8
untuk mengingatkan akan kebesaran Allâh, dan menyadari keagungan akan Allâh
dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh dirinya pula sebagai pernyataan
8
dengan takdir-Nya”.
pada wahyu pertama agar melakukan pembacaan dan semua aktivitas dengan
nama Allâh, iqra‟ bismi Rabbika, maka tidak keliru jika basmalah merupakan
pesan pertama Allâh kepada manusia agar memulai setiap aktivitasnya dengan
9
nama Allâh.
memulai dengan nama Allâh adalah adab dan bimbingan pertama yang
sesuai dengan kaidah utama ajaran Islam yang menyatakan bahwa Allâh adalah
wujudnya, dan dari-Nya bermula semua yang memiliki permulaan. Karena itu
dengan nama-
8
Hasbi ash-Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir al-Qur‟an (Jakarta: Bulan
Bintang, 1994) h. 25
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 11
19
Nya segala sesuatu harus dimulai dengan nama-Nya terlaksana setiap gerak dan
10
arah.
dilakukan dengan lisan belaka, tapi mesti dilakukan dengan benar dan bermakna
11
agar berhasil dan diberkati.
Karena itu, ketika hendak memulai setiap pekerjaan, kita dianjurkan untuk
nama Allâh , dagingnya menjadi haram untuk dimakan. Dalam hadis disebutkan ,
B. Keutamaan Basmalah
tiap-tiap pekerjaan yang kita kerjakan. Karena di dalam kalimat basmalah itu
terdapat tiga nama yang terbesar dari nama-nama Allâh yang banyak dan
termasuk dalam Asmaul Husna yaitu Allâh, ar-Rahmân , ar-Rahîm. Sebab itu
10
Sayyid Quthb, Tafsîr FîZilâl al-Qur‟ân (Kairo: Dâr al-Ihya al-Tijari al-„Arabiyah,
1386) jilid 1, h. 30
11
Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an; sebuah tafsir Sederhana menuju
Cahaya al-Qur‟an(Jakarta: al-Huda, 2003) vol 1, h. 25
12
Muhammad Al-Caff, Tafsir Populer al-Fâtihah, h. 92
20
maka kalimat basmalah ini dinamakan oleh Rasulullah SAW. sendiri dengan
13
SWT. Selain itu, basmalah juga mempunyai keutamaan-keutamaan
1. Pembukaan al-Qur‟an .
14
Basmalah adalah kalimat yang sangat indah yang berada di awal-awal al-
“… Dari Ali ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: Penghalang antara jin dan
auratanak Adam adalah mengucapkan bismillâhketika ingin masuk ke kamar
mandi.”(HR. Ibnu Mâjah)
Basmalah merupakan isi surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman AS. kepada
Ratu Saba‟ yang ketika itu masih menyembah matahari. Allah SWT.
13
Saiful Anwar Al-Batawy,Rahasia Kedahsyatan Basmalah(Jakarta: Kunci Iman, 2012)
cet. Ke-1, h.
1714 H. Darwis Abu Ubaidah,Tafsir Al- Asas, hal. 25
15 16
H. Darwis Abu Ubaidah,Tafsir Al- Asas, hal. 30
Imam Ibnu Mâjah,Sunan Ibnu Mâjah, juz 1, hadis no. 293, h. 351
21
sepertiwudhu, mandi dan tayamum menurut pendapat sebagian ulama. Dari Abu
17ِ
علَيْو َ اس َم اللَّوِ تَ عَا
َ ل ْ ُ ل َي ْذ
ْكر َْ ن
ِ
َ ن َل وُضُوءَ لَ ُو َو
ْ َل وُضُوءَ لم
ِ َ
ْ َة لم سلَّ َم َل صََّل َ عَ لَيْو
َ و
ِ
“… Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Nabi SAW. bersabda: Tidak sah salat
orangyang tidak berwudhu dan tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama
Allah
(membaca basmalah).” (HR. Abû Dâwud)
RasulullahSAW. bersabda:
17
Abû Dâwud Sulaymân bin al-Asy„ats al-Sijistânî,Sunan Abû Dâwud ,(Bayrūt: Dâr al-
Fikr , tt), jilid 1 ,hadis no. 29, h. 114
22
َرأَة5 ام
ٍ
ْ ن
ْ ع
ٍ
َ ب ْيد
َ ع ِ عبْد اللَّو ْب
ُ ن
ِ ِ
َ ن
ْ ع
َ ل
ٍ دَي
ْ ن ُب
ِ
ُ َّس
ْ َت َوائيَّ ع
ِ َّ ِ
ْ عَبد اللو الد
ْ ن أَِب
َ اب
ٍ
َ ِن ى
ْ شام َيعِْن ُ ح َّد َث َنا ِ ْإسَعِي
ْ َل ع
ٍ
َ ِن ى
َ شام ُ ح َّد َث َنا مُ َؤ َّم
ُ ل ْب َ
18
عا َل ِف أَوَّ لِوِ فَ ْليَ ُقلْ ِبسْ ِم اللَّوِ أَوَّ لَ ُو َوآخِ َر ُه
َ َي أَنْ يَ ْذ ُكرَ اسْ َم اللَّوِ ت
َ ل َفإنْ َنس
ِ ِ
َ عا
َ َاس َم اللَّوِ ت
ْ
ََو َل ٌد ِف َذلِك
18 19
Abû Dâwud,Sunan Abû Dâwud, jilid 10, hadis no. 3275, h. 219 Abû
Dâwud,Sunan Abû Dâwud, jilid 10, hadis no. 3274, h. 218
20
Mu ammad bin „Ismā„īl Abū „Abdillāh al-Bukhārī al-Ju„fī,Sahîh al-Bukhârî,(Bayrūt:
Dār al-Fikr, 1994) jilid 22 , hadis no. 6847, h. 398
23
Beberapa harta berharga yang kita simpan di malam hari, juga akanmenjadi
ا55ًِ َقاءً َو َل يَ ْف َتحُ َباب5ل س55ُإنَّ ال َّشيْ َطانَ َل َي55ِابَ َوأَ ْطفِ ُئوا السِّرَ اجَ َف55َسلَّ َم أَ َّنوُ َقا َل غَ ط وا ْالِ َناءَ َوأَوْ ُكوا ال ِّس َقاءَ َوأَ ْغلِقُوا ْالب َ ُاللَّو
َ ع َليْو
َ و
ِ
21
ودا وَ َي ْذ ُكرَ اسْ َم اللَّوِ فَ ْليَ ْفعَ ْلُ ع َلى إ َنائو
ً ع
ِ ِ ِ
َ ض
َ وَ َل يَ ْكشِفُ ِإ َناءً َفِإنْ َ ْل َيِ ْد أَحَ ُد ُكمِْإ َّل أَنْ يَعْ ُر
ِ 555ِ
َ َّر الل
َ و ع ْن
ِ
َ ْسِ َع َف َذ َ ِ
ُ اللَّو أ َّن
خول و َل مَبِيتَ َل ُكمْ َو َل ُ د
ُ د َ ك َ و
21
Muslim bin al- Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisabur,Sahîh Muslim, (Bayrût:
Dâr al-Fikr, tth ( hadis no. 3755, jilid 10, h. 285
24
َعْالو
22
َ ءا
َ ش
ِ ِ
َطيشالَّالَقولوخُ ُددَ ْنعَوَّ لال
َُ
ْ 5َْدأنُا5ََْ َُتكر
ْ ْبمْالم ِ
َ تي َ إو
ِ ْ
َ عَطدَ ْنعَوَّ لالرْ ُكذَ ْياَل َذ
ِ ِ ِ
َ ْدأالَقوما5ََْ َُتكر
ْ ْالم
ْ بم
ِ
َ تيَ
23
10. Menjadi syarat halalnya hewan sembelihan
Allâh yang teragung lalu kemudian diikuti oleh Rahmân dan diakhiri Rahîm
adalah bahwa yang pemula dari segalanya adalah sang pencipta (khâliq), lalu
24
ampunan.
bearasal dari kata bantu (huruf) yaitu huruf al-jâr( )بyang terletak di permulaan
basmalah, dan empat lainnya berasal dari kata benda yaitu: نمحزال,ال َّل,مسا, dan
25
.ميحزال
bismillâh berarti “Saya atau kami memulai apa yang kami kerjakan ini–dalam
konteks surat ini adalah membaca ayat-ayat al-Qur‟an – dengan nama Allâh”.
Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi semacam do‟a atau pernyataan dari
pengucap bahwa ia memulai pekerjaannya atas nama Allâh. Atau dapat juga diartikan
sebagai perintah dari Allâh (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah)
24
Mansur bin Mashadi, khasiat dan Mu‟jizat suratal-Fâtihah (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1995), cet. Ke-3, h. 58
25
H. Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surat al-Fâtihah (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), cet. Ke-1, h. 16
2
6
memiliki semangat yang sama, yakni menjadikan (nama) Allâh sebagai pangkalan
26
tempat bertolak.
kekuasaan Allâh dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini
kekuasaan Allâh dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak
dirinya, tetapi dalam saat yang sama pula (setelah menghayati arti basmalah ini)
ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri, karena ketika itu dia telah
menyandarkan dirinya kepada Allâh dan memohon bantuan Yang Maha Kuasa
27
itu.
kepada ba‟ dalam lafazh bismillâh adalah sesuatu yang mahdzuf (dibuang atau
tidak ditampakkan), yaitu: Aqra‟ atauatlu (aku membaca), karena inilah yang
ini, dan yang demikian ini tidak kontradiktif dengan firman Allâh
Ta‟ala: (قلخ يذال كبر مساب أزقاBacalah dengan [menyebut] nama Rabbmu Yang
menciptakan). (QS. Al-„Alaq [96]: 1), karena posisi itu adalah posisi membaca,
28
maka perintah pelaksanaannya lebih penting.
Basmalah diawali dengan( مسبbismi) ungkapan ini terdiri dari dua kosa
kata, yaitu kata benda „مسالاnama‟ yang didahului partikel ( بhuruf ba‟) kata
benda مسالاadalah lafal yang menunjukkan zat atau makna. Ulama bahasa
berbeda pendapat tentang asal kata مساdalam dua pendapat golongan Basrah,
memandang bahwa kata itu berasal dari kata( ىمسالas-sumuw) yang bermakna
kemuliaan dan ketinggian ةعقــزالو ىلعالoleh karena itu ada yang berpendapat
lain. Sedangkan golongan Kufah berpendapat bahwa kata مسالاberasal dari kata
29
menjadi tanda yang dimuat atau diberikan untuknya.
28
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Tafsîr Fatẖal-Qadîr (Mesir: Dâr al-
Hadîts, 1413 H/1993 M) juz 1, h. 67
29
Abd. Muin Salim, jalan Lurus menuju Hati Sejahtera; Tafsir surat al-Fâtihah (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 1999), cet. Ke-1, h. 19
2
8
menjadikan apa yang telah diajarkan kepada Nabi-Nya tersebut sebagai sunnah
yang patut diikuti oleh semua makhluk-Nya dalam memulai setiap pembicaraan,
penulisan surat, buku dan aktifitas mereka; sehingga makna yang zhahir dari
Hal itu karena huruf ba‟ pada kata ال َّل مسبmenghendaki adanya suatu pekerjaan,
dan tidak ada pekerjaan yang tampak padanya, sehingga sekedar mendengar kata
30
makanan.”
Dengan demikian jika ada seseorang yang mengucapkan lafazh ال َّل مسب
Penyayang.” Demikian juga jika ada orang yang mengucapkan lafazh ال َّل مسب
ketika hendak berdiri atau duduk atau apa saja, maka maksudnya, “Aku hendak
berdiri dengan menyebut nama Allâh, aku hendak duduk dengan menyebut nama
31
Allâh.
30 Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja‟far Ath-Thabari,
Jâmi‟ulBayân fî Tafsîril Qur‟ân, (Bayrut: Dâr al-Kutbi al-Ilmiyah, 1426 H/2005 M) jilid 1, h. 201
31 Imam at-Tabari, Jâmi‟ul Bayân fî Tafsîril Qur‟ân, jilid 1, h. 201
29
berbeda dengan kata yang sama pada awal surat al-„Alaq atau Iqra‟, yang
tertulis dengan tata cara penulisan baku yakni menggunakan huruf alif persoalan
ini menjadi bahasan para pakar dan ulama. Al-Qurtubi (w. 671 H) berpendapat
sebagaimana dikutip oleh M. quraish Shihab, bahwa penulisan tanpa huruf alif
32
tanpa alif.
menanggalkan huruf alif pada tulisan satu kata dalam al-Qur‟an mengisyaratkan
bahwa ada sesuatu dalam rangkaian katanya yang tidak terjangkau oleh panca
huruf alif pada basmalah, adalah agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi
sembilan belas huruf, tidak dua puluh. Karena angka 19 mempunyai rahasia yang
33
dalam Tafsir al-Misbah.
tanpa huruf alif, yang diterjemahkan dengan kata dengan mengandung satu kata atau
kalimat yang tidak terucap tetapi terlintas di dalam benak ketika mengucapkan
memulai apa yang kami kerjakan ini, yaitu membaca al- Qur‟an”.
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 15 33 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h.
16
30
Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari
kepada Nabi Muhammad melalui mimpi, tentang keberadaan alif setelah ba‟,
34
Nabi Muhammad menjawab, bahwa huruf alif-nya dicuri setan.
Kata Allâh merupakan nama Tuhan yang paling popular. Apabila anda
berkata, “Allâh” maka apa yang anda ucapkan itu, telah mencakup semua nama-
nama-Nya yang lain. Tetapi jika hanya mengucapkan nama atau sifat-Nya saja,
maka hanya menggambarkan sifat atau nama-Nya saja. Di sisi lain, tidak satupun
dapat dinamai Allâh, baik secara hakikat maupun majaz, sedang sifat dan nama-
Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa kata Allâh tidak terambil
dari satu akar kata tertentu, tetapi ia adalah nama yang menunjuk kepada Dzat
yang wajib wujudnya. Kata Allâh asalnya adalah ()هإلilah, yang dibubuhi huruf
alif dan lam, dan dengan demikian Allâh merupakan nama khusus karena
tidakdikenal bentuk jamaknya, sedang ilah adalah nama yang bersifat umum dan
dapat
berbentuk jamak atau plural ()ةهألalihah. Alif dan lamyang dibubuhkan pada kata
ilah berfungsi menunjukkan bahwa kata yang dibubuhi itu merupakan sesuatu
kata ilah yang darinya terbentuk kata Allâh berakar dari kata ()ةهلإلاal-ilahah,
Jalalah, karena menunjukkan nama Zat yang mulia dan dimuliakan dan
yangberhak disembah manusia. Ibnu Malik berpendapat bahwa lafal Allâh adalah
36
nama yang mulia yang khusus ditujukan kepada Allâh.
37
tidak memiliki sifat dan tidak dapat diketahui dengan akal dan indera.
diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas adalah: “Yang di Tuhan-kan oleh segala
sesuatu dan disembah oleh seluruh makhluk.” Jika ada yang mengatakan ,
“Apakah secara bahasa kata الـــ َّلmempunyai akar kata?” jawabannya: Secara
pendengaran tidak ada, namun secara indikasi ada. Jika ia berkata lagi, “apakah
dalil yang menunjukkan bahwa Tuhan berarti Yang berhak disembah, dan
memiliki akar kata secara bahasa?” Jawabannya: Tidak ada larangan dan
perselisihan pendapat di antara orang Arab dalam hal ini. Sebagaimana ucapan
38
Ru‟bah bin al-Ajjaj dalam syairnya:
هدلماتايناغالردهلل# ىأَل تنمنعجترساونحبس
Dan tidak diragukan bahwa kata هألتالmemiliki akar kata هألي هأل, dan
makna هألjika diucapkan berarti menyembah Allâh. Ia memiliki kata sifat yang
menunjukkan bahwa orang Arab menggunakannya dengan bentuk kata لعفي لعف
39
tanpa tambahan.
Jadi, lafazh Allâh ال َّلberasal dari perkataan orang Arab: هلإلا, dimana huruf
hamzah dibuang, dan huruf lam yang asli bertemu dengan huruf lam tambahan,
lalu keduanya melebur menjadi satu dan jadilah lafazh 40.ال َّل
„alam,khusus ditujukan kepada yang wajib disembah secara benar, dan nama initidak
boleh digunakan untuk selain Allâh. Pada masa Jahiliyyah, jika bangsa Arab ditanya
mengenai siapakah yang menciptakan bumi dan langit, mereka memberikan jawaban
Sedangkan kata Ilah, adalah isim (nama) yang ditujukan setiap yang disembah
haq maupun batil. Kemudian, kata ini banyak digunakan untuk sesembahan yang
41
haq.
hakikatnya. Kedua kata itu tidak dapat digunakan kecuali untuk menunjuk Tuhan
39
Imam at-Tabari, Jâmi‟ul Bayân fî Tafsîril Qur‟ân, jilid 1, h. 207-208
40
Imam at-Tabari, Jâmi‟ul Bayân fî Tafsîril Qur‟ân, jilid 1, h. 209
41
Ahmad Mus afa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî (Mesir: Mus afa al-Bâbî al-Halabî,
1974) jilid 1, h. 33
3
3
kesempurnaan wujud Allâh dan hanya dimiliki oleh Allâh. Sedangkan ar-Rahîm,
42
merupakan manifestasi dari rahmat Allâh yang dimiliki oleh makhluk Allâh.
kata ar-Rahîm dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada
diri-Nya. Curahan rahmat Tuhan secara aktual dilukiskan dengan kata ar-Rahmân
43
memang Dia merupakan Zat Yang memiliki sifat itu.
Jika Ibn Katsir berpendapat bahwa sifat ar-Rahmân dan ar-Rahîm, dua
kalimat pecahan dari Rahmatun untuk menyebut kelebihan, dan kata rahmân lebih
44
luas dari rahîm. Sebab rahîm menguatkan rahmân. Dan menurut Rasyid Ridha
kata ar-Rahmân dan ar-Rahîm yang berakar dari kata Rahmat yakni Yang
memiliki rahmat karunia yang tidak ada bandingan bagi-Nya dalam bentuk
rahmat. Sifat ar-Rahmân adalah sifat Allâh Yang Maha Pengasih di dunia, dan ar-
45
Rahîm adalah sifat Allâh Yang Maha Penyayang di akhirat.
Imam ath-Thabari mengatakan, kalau ada orang yang berkata, jika kata
tidak seperti yang anda duga, akan tetapi masing-masing dari keduanya memiliki
makna yang tersendiri. Adapun secara etimologi, tidak seorang pun ahli bahasa
yang
memungkiri bahwa kata نمحزالmemiliki makna yang lebih spesifik daripada kata
ميحزال, meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama. Kemudian, dari
akarkata aslinya maknanya lebih spesifik daripada bentuk kata benda aslinya,
dimana yang disifati dengannya lebih utama daripada yang disifati dengan kata
makhluk-Nya, baik dalam segala kondisi maupun kondisi tertentu. Jika demikian
adanya, maka kasih sayang yang khusus tersebut tidak mustahil adanya, baik di
dunia maupun di akhirat, atau pada kedua-duanya. Dan jika Allâh telah
orang yang ingkar, dan menyediakan bagi mereka balasan surga yang penuh
dengan kenikmatan di hari akhir kelak, maka nyatalah bahwa Allâh telah
umum mencakup yang mukmin dan yang kafir, seperti anugerah rezeki, kesehatan
fisik dan akal, hujan, tanaman, binatang dan anugerah-anugerah lain yang yang
tidak terhitung jumlahnya. Jadi, Allâh adalah Tuhan Yang Maha Pengasih atas
46
hamba-Nya yang beriman secara khusus di dunia dan di akhirat.
46
Imam at-Tabari, Jâmi‟ul Bayân fî Tafsîril Qur‟ân, jilid 1, h. 212
35
Dia Yang Mencurahkan aneka nikmat, maka yang bersangkutan menyebut nama
teragung dari Dzat yang wajib wujudnya itu sebagai pertanda kewajaran-Nya
untuk dimintai.
Tuhan Yang Maha Esa itu adalah basmalah, merupakan bantahan tidak langsung
doa-doa dengan menyebut Tuhan bapak, Tuhan anak dan Ruh al-Quds.
Islam datang membantah mereka bahwa Allâh Maha Esa, walaupun nama-nama-
Nya banyak, tetapi hanya nama dan sifat yang banyak bukan Dzat yang dinamai
47
dan disifati itu.
47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 23
BAB III
para ulama tentang pembacaan basmalah dalam salat, ada sebagianulama yang
membacanya. Perbedaan ini terjadi karena memang perbedaanhadis yang ada, ada
ِ ِ َُّ5َّ َِن
ُالُرحيم ْ ِ ُصَل َتوُ ُ ُبِبِسممُِ اللَّو
ُِ 5ُ الرَّ حم َ ُ ُ 5م َيفم َتت
ح ِ َّ
َ ُ سل َ و
َ
ِ
ُص َّلى اللَّوُ ُ عَ لَيمو
َ
“... Dari Ibnu Abbas ia berkata; “Nabi SAW. membuka salatnya dengan
membaca: Bismillâhirrahmânirrahîm ( Dengan menyebut nama Allâh Yang Maha
Pengasih lagi Maha
1
Pemurah).” Dan ada juga yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW. tidak membaca
} ُي ِ
ُِ 5ُ َ َُُة بُِ{ ْالمَم ُد لِلَّوُ ِ َر5 صل
َ ِب المعَالَم ََّ ون ال ُ كا ُنوا يَفم َتت
َُ ح ِ
َ ُ ُاللَّو
َ عنم هُمَا
“... Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW., Abu Bakar dan „Umar ra., merekamemulai
salat dengan membaca Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn.”2
Ternyata, dari sinilah salah satu penyebab perbedaan pendapat tentang
metodepenulusuran kata atau lafal pada salah satu kamus hadis yang penulis
gunakan,
1
Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî(Bayrût: Dâr al-Fikr, tth),
jilid 1, hadis no . 228, h. 414
2
Mu ammad bin „Ismā„īl Abū „Abdillāh al-Bukhārī al-Ju„fī,Sahîh al-Bukhârî,(Bayrūt:
Dār al-Fikr, 1994 ) jilid-3 , hadis 701, h. 186
36
37
3
. Selain itu, penulis juga melakukantakhrîjtersebut dengan menggunakan فتحjasa
komputer dengan program CD al-Maktabah al-Syâmilah dengan kata kunci
ِ
. ِم5ُُِ الرَّ حي ِ ُحمن ْ ِ ُِم اللَّو5ُ ِبسم
َّالر
َ ُِ
Sahîh Muslim sebanyak 1 hadis, Sunan Abû Dâwud sebanyak3hadis, Sunan al-
hadis.1. Teks
Hadis
ََُُّّ ًّ
a. Hadis yang terdapat dalam kitab Sahîh al-Bukhârî
َُُث ق 5 ًدا5ّ َسلَّ ُمَ فَ َقا َُل َكا َنت ُم م
َ و
َ
ِ
ُعلَيمو َّ َّ
ِ ُ ََّن5ّاءةُ ال
َ ُ ُِّب صَلى اللو َ ر
ِ
َ م ق َُ ل أَ َنسٌُ َكيم
ُ ف َكا َنت ِ َُ َُُة َقا5َ َن عَ اصِمٍُ حَ َّد َثنا َهَّا ُمٌ عَنمُ قَ َتاد
َ ُ ل سُئ ُُ ح َّد َث َنا عَمرُو ُبم
َ
َُّ5َّْ ِي ب
ُ ُِِن وََيُدي5ُ َالُرحم ُ ِم اللَّوُ ِ َوَيُد5ُُِ ي بِبِسم ِ
ُ ِم } َيُد5ُُِ حي ْ ِ ُِم اللَّو5ُ َرُأَ { بِسم
َّ ُِِن الر5ُ َالرَّ حم ُِ
4
ِم5ُُِ ِبالرَّ حِي
3
A. J . Wensinck,al-Mu'jam al-Mufahras li al-fâz al-Hadîts, Jilid V (Leiden: E. J . Brill,
1943), h. 48
4
Mu ammad bin „Ismā„īl Abū „Abdillāh al-Bukhārī al-Ju„fī,Sahîh al-Bukhârî,(Bayrūt:
Dār al-Fikr, 1994) Jilid-15, hadis 4658, h. 466
38
َ َِمُِإِ َّنا ُ أ5ُ ِنُِالرَّ حِي5ُحم ْ ِِمُِاللَّو5ُ م55555555555555555555555555555555555ورةٌُفَ َق َرأَُ ِبس 5ََِ سلَّمَُأُنم َقالَُر اُُل
ُ55555555555555555555555555555555555ُع َليَُّآن ًفاُس ُ َّسو للَّوُصَلَّىُالل
َ َوُعَلَيموُو
ِ ِ ِ
م عمطي َ َُّالر َ َ ُِزلتم ُ َ
5ِ
ُِِبفِ ْالمَ َّن ُة5َُر
“... Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW. bersabda: “Tadi telah diturunkansuatu
surat kepadaku.” Lalu beliau membaca: Bismillâhirrahmânirrahîm,Inn āa‟thainākalkautsar...”
hingga akhir ayat. Beliau bersabda: “Apakah kalian tahu al-Kautsar?” para sahabat
menjawab; “Allâh dan rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliaubersabda: “Ia adalah sungai
di dalam surga yang telah dijanjikan oleh Rabbku kepadaku
kelak.” (HR.
Muslim)Mukhtar bin Fulful adalah maula Amru bin al-Huraits al-Kufi. Dia
meriwayatkan hadis dari Anas dan Ibrahim at-Taimi. Yang meriwayatkan darinyaadalah
Za‟idah dan ats-Tsauri. Ibnu Idris berkata, “Dia biasa menceritakan hadis
6
dengan kedua mata mencucurkan airmata.” Dia dianggaptsiqah oleh Ahmad.
7
ًًُُة5 ًًَُُة آي5 اء َتوُ ُ َآي
َ ر
ِ
ُ ِيُ َقط
َ عُ ق
“... Dari Ummu Salamah bahwa ia menyebutkan kalimat yang lainnya bacaanRasulullah
SAW.: Bismillâhirrahmânirrahîm, Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn,Arrahmânirrahîm,
Malikiyaumiddîn, beliau membacanya dengan memutus bacaan satu
ayat satu ayat . (HR. Abû Dâwud)
5
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisabur,Sahîh Muslim, (Bayrût:
Dâr al-Fikr, tth ( hadis no. 607, jilid 2, h. 362; lihat juga di Abû Dâwud , Sunan Abû Dâwud ,
jilid2, hadis no. 666, h. 437; dan lihat juga A mad bin Syu„âb Abū „Abdirra mân al-
Nasâ‟î,Sunan al-Nasâ‟î, (Bayrūt: Dâr al- Fikr, t.th.),jilid 3, hadis no. 894 , h. 458
6
Abu Ath -Thayyib ,Aunul Ma‟bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj.Anshari Taslim, h.
457
7
Abû Dâwud Sulaymân bin al -Asy„ats al-Sijistânî,Sunan Abû Dâwud ,(Bayrūt: Dâr al-
Fikr, tt), jilid 11 ,hadis no . 3487, h. 13
39
8
lama adalah Mâlikiyaumiddîn.”
ُ ٍ ِنُِعَ ب5ُالَُقُتَ يمبَ ُ ُةفيوُعَنمُابم5555ُِجبَ ْيمٍُ َق
َقا َُل5555َّاس ِ ِ
ُ ِن5ُعيدُ بم5555ُس
ِ ِ
َ
ٍ ُ ُ ُ ح َّد َث َنا
سفميَا ُنعَنمُعَمروُ عَنم َ ُ ِح َقالُوا
ُِ 5ُ ُالممرم َوزِيُوَابم ُنُالسَّرم
َ مَّد5َُُسعِيدٍُوَ ْأَح َم ُدبمن
ٍ َُ ُ ُ ُُ ح َّد َث َناُقُتَ ي ب
َ ُةبمن َ م 555555َ
“... Dari Ibnu Abbas dia berkata: “Nabi SAW. tidak mengetahui pemisah antarsurat
hingga diturunkan kepada beliau Bismillâhirrahmânirrahîm. (dengan menyebut
penyayang).” Lafadz ini dari Ibnu As-Sarh.
(HR. Abû Dâwud )
Kualitas hadis: Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dan diamenyatakan ini
Sahîh berdasarkan syarat al- Bukhârî dan Muslim. Abû Dâwudjuga meriwayatkannya
10
dari salah satunya adalah periwayat kitab Sahîh.”
11 ِ
ِم5ُُِ حي ْ ِ ُِم اللَّو5ُ ُ ِبسم5صَل َتوُ ُ بم
َّ ُِِن الر5ُ َالرَّ حم ح ِ
ُ َّسل
ُ ُ مَ َيفمتَت َ و
ِ
َ ُ ُصلَّى اللَّو
ُعلَيمو
ُِ َ َ َ
“... Dari Ibnu Abbas ia berkata; “Nabi SAW. Membuka salatnya dengan membaca:
Bismillâhirrahmânirrahîm (Dengan menyebut nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi
Maha Pemurah).” (HR. Al-
Tirmīdzī)Kualitas hadis: Abu Isa berkata, “Hadis ini sanadnya tidak kuat.
Beberapa
sahabat Nabi SAW. berpendapat dengan hadis ini. Di antara mereka adalah; Abu
8 9
Imam Abû Dâwud,Sunan Abû Dâwud, jilid 2, h. 13 Imam Abû Dâwud,Sunan Abû Dâwud,
10
jilid 2, hadis no.669, hal 441 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al-„Azim
Abadi,Aunul Ma‟bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) cet. Ke-1, jilid 3, h.
47111Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî(Bayrût: Dâr al-Fikr, tth),
jilid 1, hadis no . 228, h. 414
40
Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair. Juga orang-orang setelah
namanya adalah Ibnu Abu Sulaiman, sedangkan Abu Khalid disebut dengan Abu
12
Khalid al-Walibi, dan namanya adalah Hurmuz, dan dia adalah orang Kufah.”
َُّ َُّ ِ
ُوبُِ عَلَيمهِ ُمم ََوُل5غ { َْغيمُِ الممَغمض5
ُ َ 5ََّت ِ َإذا بَل ُِ 55أ ُ ِ ُم المقُرم55ُُِث قَ رَُأَ ب
ُ َآن ح ْ 5ِم اللَّوُ ِ ال5ُ ََُُة فَ َق َرُأَ بِسم5 َريم َر55ُصلَّيمتُُ وَ َرا ُءَ أَِبُ ى
5 ِم5ُُِ رَّ حي55 ُِِن ال5ُ َرَّ حم5 ُِ َ
ا َُل اللَّوُ ُ أَكمبَ ُرُ وَِ َإذا55ُِم َق5ُوِس ِفُ اَلِثم نَتَ ي5
5ُُِ 5ُج َُد اللَّوُ ُ أَكمبَ ُُر وَِ َإذا َقا ُمَ مِنمُ ْالمُل ُ ُيُ وُ َيَقُو ُل
َ َكلَّمَا س َ ل ال َّناسُُ آم
ِ َُ يُ فَ َقا ِ َُ الضَّالِيَُ } فَ َقا
َ ل آم
13
سلَّ َُم
َ و
َ
ِ
َ ُ ُصلَّى اللَّو
ُع َليمو َ
ِ َّ
ُسولُِ اللو ًُ5ً ص
ُ ََلُة ِبر َ ُ ُِِن ْلَشمبَ ُه ُك5ُ ّ سلَّ ُمَ َقا َُل َوالَّذِي َنفمسِي بِ َيدِ ُهِِإ
مم َ
“... Dari Nu‟aim Al-Mujmir dia berkata; Aku pernah salat di belakang Abu
smillâhirrahmânirrahîm, lalu membaca surat al-Fâti
ah...” (HR. Al-Nasâ‟î)
14 15
Kualitas hadis: hadis di atas adalah hadis mauquf ,hadis ini hasan . Danberkata
16
al-Baihaqi: “Saẖîẖisnad -nya”. Namun ada juga yang men- a‟if-kannya
17
lemah). Al-Bukhârî menyebutkannya secara mu‟allaq, sementara Ibnu Hajar dalam
Khuzaimah dan al- Nasâ‟î, yaitu hadis yang paling sahîh dalam masalah ini. Az-
12
Imam al-Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî, jilid 1, h. 414
13
A mad bin Syu„âb Abû „Abdirrahmân al-Nasâ‟î,Sunan al-Nasâ‟î,(Bayrût: Dâr al-Fikr,
t.th. ), jilid 3, hadis no. 895, h.
45914 Sesuatu yang diriwayatkan dari seorang sahabat, baik berupa ucapan, perbuatan
maupun taqrir-nya, dan baik muttashil maupun
munqathi‟.15 Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari awal sampai akhir serta
disampaikan oleh orang-orang yang adil, tidak ada kejanggalan dan tidak cacat. Hanya saja dalam
sanadnya terdapat perawi yang kurang sempurna kekuatan hafalannya.16 Abdul Malik Abdul Karim
Amrullah (HAMKA),Tafsir Al-Azhar(Jakarta: Pustaka Panjimas)cet. Ke-1 , jilid 1, h. 122
17
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam,Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah
dkk, jilid 2, h. 179
41
18
danal-Baihaqi.
pertanyaan yang terjadi pada suatu hadis itu disampaikan kepada Nabi SAW.
yang akan dibahas ini tidak dicantumkan penulis, sebab memang tidak terdapat
Asbâb al-Wurûd -nya. Setelah penulis menelusuri dua kitab, yaitu: al-Luma‟ Fi
pula.Timbul pertanyaan sekarang, dari mana beliau tahu bahwa Rasulullah SAW.
19
didengarnya sendiri?
Kalau kita kembali saja kepada Qaidah Ushul fiqih dan Ilmu hadis tentu kita
madd-
20
kan membacanya. Ini namanya menetapkan hukum ada jahr.
di dalam Nailul Autâr telah mendapat jalan keluar dari kesulitan ini, katanya, “Hal
(jahr) daripada yang menafsirkan (sirr). Karena amat jauh dari penerimaan akal
kita bahwa Anas yang mendampingi Abu Bakar, Umar dan Utsman dua puluh
lima tahun lamanya, tidak sekali juga akan mendengar mereka men-jahr agak
sekali salatpun. Tetapi yang terang ialah bahwa Anas sendiri mengakui bahwa dia
tidak ingat lagi (sudah lupa) hukum itu. Karena sudah lama masanya tidak dia
ingat lagi dengan pasti, apakah mereka (Nabi SAW. dan ketiga sahabat itu)
21
Karim Amrullah (HAMKA) dalam kitab tafsirnya.
NailulAutâr, katanya : “Apa yang dikatakan al-Hafizh Ibnu Hajar dikuatkan oleh
sebuahhadis yang menjelaskan bahwa memang Anas tidak ingat lagi soal itu.
Yaitu hadis yang dirawikan oleh ad-Daruquthni dari Abu Salamah, demikian
22
bunyinya” :
“Aku telah tanyakan kepada Anas bin Malik, apakah ada Rasulullah SAW.
membuka salat dengan Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn, atau dengan
Bismillâhirrahmânirrahîm? beliau menjawab : Engkau telah menanyakan kepadaku
suatusoal yang aku tidak ingat lagi, dan belum pernah orang lain menanyakan soal itu
kepadaku sebelum engkau. Lalu saya tanyakan pula. Apakah ada Rasulullah SAW. salat
dengan memakai sepasang terompah? Beliau menjawab : Memang ada!”
Mengenai hadis yang berbunyi :
َُُبأرَ َقف5ََُّوَّلالُمِسم5ََُّّ َِنحْ مرُال5َّميحرُال
ِ ِ ِ ُِ ُ
ِ اهمََت ُخَ َّت ُحَ َرَثوم َكمالكاَنيمَطعمَأاَّنإ
َ (beliau lalu membaca,
hadis ini dia (Abû Dâwud) memberi isyarat bahwa basmalah itu bagian dari surat
al-Fâtihah sehingga harus dibaca jahr. Ketika dijawab bahwa mungkin saja beliau
dia adalah bagian dari surat al-Fâtihah sehingga tidak harus dibaca jahr. Tapi ini
bisa dijawab, bahwa basmalah itu hanya untuk memisahkan antarsurat, sehingga
23
dia dibaca hanya di awal surat saja.”
merupakan salah satu dalil bagi yang menetapkan pembacaan basmalah, dan
mereka sudah disebutkan. Salah satu yang juga menjadi dalil mereka adalah
21 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125
22 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 126
23 Abu ath-Thayyib, Aunul Ma‟bud; Syarah Sunan Abu Daud terj. Anshari Taslim, h. 457
44
mereka membedakan nama surat dengan suratnya dengan tandamerah. Tapi ini
dijawab oleh yang mengatakan bahwa basmalah itu bukan bagiandari al-Qur‟an
bahwa ditulis demikian hanya untuk memisahkan antar surat. Tapiini bisa dijawab
oleh yang menetapkan basmalah, bahwa kalau hanya untukmemisahkan antar surat
maka penulisannya tanpa tanda khusus adalahpengelabuan. Juga dia tetap akan ditulis
antara al-Anfāl dan al-Taubah (al-bara‟ah), juga tidak perlu ditulis di awal al-
24
Fâtihah . Selain itu, pemisahan bisasaja dilakukan dengan menulis judul surat seperti
dengan al-
25
Bara‟ah.” Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwud, yang berbunyi :
ُ ٍ ِن َُُِعب5ُالَُقُتَ يمبَ ُ ُة ِفيوُِعَنمُابم5555ِنُِجُبَ ْيمٍُ َق5ُعِيدُِ بم5555ُس
َقا َُل5555َّاس َ
ُ ُ ُِ 5ُ ُالممرم َوزِيُوَابم ُنُالسَّرم
ِح َقالواُحَ َّد َث َناُسُفميَا ُنعَنمُعَمروُ عَنم
ٍ
َ مَّد5َُُسعِيدٍُوَ ْأَح َم ُدبمن
ٍ َُ ُ ُ ُُ
َ ُ َّد َث َناُقُتَ يم َبةبمن555555َح
“... Dari Ibnu Abbas dia berkata: “Nabi SAW. tidak mengetahui pemisah antar
surathingga diturunkan kepada beliau Bismillâhirrahmânirrahîm. (dengan menyebut
nama
.” Lafadz ini dari Ibnu as-Sarh. (HR.Abû
Dâwud)
(tidak mengetahui pemisah antar surat). Hadis ini َُل ُيَعم ِرفُ ُ َفصم َلُالسيورَ ِة
menjadi dalil bagi yang mengatakan bahwa basmalah adalah bagian dari al-
Qur‟an. Ini berarti hanya dengan dia turun bersama al-Qur‟an maka dia adalah
24
Karena tidak ada surat sebelum al-Fâtihah sehingga tidak perlu ditulis pemisah dengan
surat lain di atasnya.
25
Abu Ath-Thayyib,Aunul Ma‟bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj.Anshari Taslim, h.
457
26
Abû Dâwud,Sunan Abû Dâwud, jilid 2, hadis no.669, hal 441
4
5
Berdalil dengan hadis ini dan juga hadis lain yang senada untuk
dari al-Qur‟an. Mereka malah mengatakan bahwa itu hanya sunah, sama halnya
27
(sirr) malah meyakini bahwa basmalah bagian dari al-Qur‟an.
memelankan bacaan basmalah tidak ada hubungannya dengan masalah apakah dia
bagian dari al-Qur‟an atau bukan. Merupakan kesalahan pula berdalil dengan
28
basmalah bukan ayat dari al-Qur‟an.
satu dalil yang menetapkan pembacaan basmalah dengan suara keras adalah
hanya datang dari riwayat Anas dan Mughaffal. Sedangkan yang lebih kuat
29
tentulah yang lebih banyak.
bacaan basmalah. Bahkan ada riwayat dari Anas yang mengingkari hal itu.
yang aku tidak ingat betul dan juga tak ada yang bertanya itu kepadaku selain
30
kamu.”
Tapi dalil pertama bisa dijawab, bahwa pengunggulan jalur yang lebih
banyak itu bisa dilakukan kalau sanadnya sama-sama sahîh. Dalam hal ini, tidak
ada satupun khabar (hadis) marfu‟ yang sahîh bahwa Rasulullah SAW. pernah
31
Daraquthni. Yang sahîh hanya perbuatan sebagian sahabat.
dengan suara keras itu bentuknya nafi (peniadaan), tapi maknanya adalah itsbat
(penetapan). Dalil lain yang biasa dikatakan bahwa ada kemungkinan sahabat
beliau SAW.
Jawaban untuk yang ketiga (dalil Anas yang menyatakan lupa) maka yang
mendengar darinya pada saat dia masih hafal tentu harus lebih didahulukan daripada
yang mendengarnya di saat lupa. Anas sendiri pernah ditanya tentang sesuatu lalu dia
suara pelan tidak bisa ditakwil lain, juga tidak bisa dilawan oleh dalil lain karena
hadis tersebut sahîh. Sedangkan hadis yang menyatakan beliau membaca dengan
suara keras tidak sama dalam ke- sahîh-annya. Kalaupun ada yang sahîh tentang
penyaringan suara saat membaca basmalah adalah hadis Anas, itupun redaksinya
berbeda-beda. Dan, riwayat yang paling sahîh dari Anas adalah bahwa mereka
(Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman) memulai bacaan dengan
Syu‟bah darinya, dari Qatadah dari Anas. Seperti ini pula redaksi kebanyakan
murid-murid Qatadah dari Qatadah. Redaksi ini pula yang disepakati oleh
32
Syaikhani (al-Bukhârî dan Muslim).
Ada pula versi redaksi lain dengan lafazh, “Aku belum pernah mendengar
seorang pun dari mereka yang mengeraskan bacaan basmalah. Perawi redaksi ini
lebih sedikit dibanding riwayat pertama, serta hanya diriwayatkan oleh Muslim
seorang diri.
Ada lagi riwayat dari Hammam dan Jarir bin Hazim dari Qatadah, “Anas
Ada pula riwayat darinya dari hadis Abu Maslamah sama seperti hadis
yang sudah disebutkan. Konon dia ditanya tentang bagaimana Nabi SAW.
33
pendapat yang dibolehkan, tidak ada nasikh dan mansukh di sini.
memelankannya, dan itulah yang lebih sering. Tidak mungkin beliau SAW. selalu
mengucapkannya dengan suara keras setiap kali salat baik siang maupun malam,
baik ketika dalam perjalanan maupun di rumah dan tidak ada satu pun para
khalifahnya yang mendengar itu. Hadis yang sahîh dalam masalah ini tidak tegas
34
mengatakan demikian, sementara yang tegas tidak sahîh.”
4. Analisa Hadis
mereka basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fâtihah. Salah satu dalil yang
dijadikan hujjah mereka adalah hadis yang diriwayatkan oleh al-Nasâ‟î dari
35
yang paling saẖîẖ tentang masalah itu. Sehingga menguatkan hukum asal yaitu
hukum kalimat bismillâh itu sama dengan hukum bacaan al-Fâtihah dalam hal
membaca keras atau pelan. Apalagi hadis ini adalah ucapan dari Abu Hurairah
yang mengatakan: “Sungguh sayalah di antara kamu yang paling sama salatnya dengan
salat Rasulullah”.
Tetapi setelah diselidiki lebih mendalam oleh para ulama, tiap-tiap hadis yang
jadi pegangan buat men-jahr itu ada saja yang di-naqd (kritik) terhadap perawinya,
sehingga yang betul-betul bersih dari kritik tidak ada. Sampai Imam al-Tirmîdzî
Begitupun dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau pernah ditanya mengenai
telah sepakat bahwa tidak ada hadis saẖîẖ yang memastikan dikeraskannya (bacaan
sependapat dengan perkataan beliau, karena ada beberapa hadis yang Sahîh
35
Ash-Shan‟anī,Terjemahan Subulus Salam terj. Abu Bakar Muhammad ( Surabaya:
Al-Ikhlas) jilid 1, h.531
50
Bukhârî.Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para ulama dan kaum muslimin
telahsepakat atas ke- Sahîh-an kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim.
yangdikutip oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitab al-Lu‟lu‟ wa al-
Marjân“Di kolong langit ini tidak ada kitab yang lebih Sahîhsetelah
kitab suci al-Qur‟anselain kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim, serta kitab-kitab
yang dihimpun
36
dari keduanya.
dalam salat, didapatkan dalam kitab sebagai berikut : Sahîh al-Bukhârî sebanyak
hadis.1. Teks
Hadis
}37 ُي ِ
ُِ 5ُ َُُة بُِ{ ْالمَم ُد لِلَّوُ ِ َر5َ صل
َ ِب المعَالَم ََّ ون ال ُ كا ُنوا يَفم َتت
َُ ح ِ
َ ُ ُاللَّو
َ عنم هُمَا
36
Muhammad Fuad Abdul Baqi,al-Lu‟lu‟ wa al-Marjân terj.Muhammad Suhadi dkk
(Jakarta: Ummul Qura) cet. 1, h.
xxxvii37Imam Bukhari,Sahîh al-Bukhârî,jilid-3, hadis 701, h. 186; lihat juga di Imam al-
Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 1, hadis no . 229, h. 416; lihat juga di Imam al-Nasâ‟î,Sunan
al-Nasâ‟ī, jilid 3, hadis no. 892 dan 893, h. 455-456; dan lihat juga di Abu Abdillah Muhammad
IbnYazid al -Qazwini Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah (Bayrût: Dâr al-Fikr, tth), jilid 3, hadis no.
805,h. 41
51
“... Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW., Abu Bakar dan „Umar ra., merekamemulai
salat dengan membaca Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn.” (HR. Al-Bukhârî)
b. Hadis yang terdapat dalam kitab Sahîh Muslim
ُُ َُُة َ ُي د5َ َاد55شع ب ُة َقا َُل ْسَ ِع تُ قَ َت َّ َُ5َ ُ َّد َث َنا55َث ّنَُّ ح ُُ َُ َّم ُد بم5َ ُح َّد َُث َنا
َ َّد َث َنا ُ م55َر ح ُ نُ جَعم َف
ُ م ُد بم َ ُن المم
ُُ َُُها عَنمُ ُغنمدَ ُرٍ َقا َُل ابم5َ َن بَ َّشا ُرٍ كَِل َ ُن المم
ُُ ث َُّن وَابم
ٍ
ِث 55َ ُ م َ
38ِ ِ
ُحيم ََِّن الر ْ
ُِ 5ُ الرَّ حم
“... Dari Anas dia berkata, “Saya salat bersama Rasulullah SAW., Abu
Bakar,Umar dan Utsman, lalu aku belum pernah mendengar salah seorang dari mereka
membaca, Bismillâhirrahmânirrahîm.” (HR. Muslim)
menceritakan kepada kami Abû Dâwud telah menceritakan kepada kami Syu‟bahdalam
kepadaQatadah, „Apakah kamu mendengarnya dari Anas? „Dia berkata, „Ya, dan
kami
39
menanyakannya tentangnya.”
40
اءةٍُ ََوُل ِفُ آخِ ِرىَا
َ ر
ِ ِ َ
َ ِم ِفُ أوَّ لُ ق
ِ
5ُُِ حي ْ ِ ُِم اللَّو5ُ ون ِبسم
َّ ُِِن الر5ُ َالرَّ حم َُ ُيَذم ُكر
ُِ
“Saya salat di belakang Nabi SAW., Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka
mereka memulai membaca dengan, Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn (segala puji bagi
Allâh ,Tuhan semesta alam).‟ Mereka tidak
menyebutkanBismillâhirrahmânirrahîm(dengannama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang) pada awal bacaan, dan tidak
pada akhirnya.” (HR. Muslim)
}41ي ِ
ُ ُِِبالم5ُاء َُةبِ{ُ ْالمَم ُُد ِللَّوِ َُر
َُ عَالَم َ ر
ِ ُ ُ 5ِا َُن َكا ُنواُيَفم َتت5َعثمم
َ حو َنالمق ُ ُو
َ رَ َعم
ُ َو
“... Dari Anas bahwa Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semuamemulai
bacaannya dengan Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn.” (HR. Abû Dâwud)
d. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Tirmîdzî
38
Imam Muslim,Sahîh Muslim, hadis no. 605, jilid 2 , h. 361
39
Imam Muslim,Sahîh Muslim, hadis no. 605, jilid 2, h. 361
40
Imam Muslim,Sahîh Muslim, jilid 2, hadis no. 606 , h. 362
41
Imam Abû Dâwud,Sunan Abī Dâwud, jilid 2, hadis no . 664, h. 435
52
َُ ص َّليم
ُ ُد للو5 ت فَ قُلُم ْالمَم
ِ َّ ِ
َ
َُ َان فَ لَ ُمم ْأَس َم ُعم أَحَ ًدا مِنم هُ ُمم َيقُوُ لَا َف ُل تَ ُقلمهَا ِ َإذا أ
نمت َُ َسلَّ ُمَ َو َم ُ َع أَِبُ بَكم ُرٍ َومَ ُعَ عُمَ َ ُر وَ َم ُ َع عُثمم
َ و
َ
ِ
ُعلَيمو
َ
َُِب المعَالَمي
42 ِ
ُِ 5ُ َر
“... Dari Ibnu Abdullah bin Mughaffal ia berkata; Ayahku mendengarku ketika aku
dalam salat, ketika itu aku membaca, Bismillâhirrahmânirrahîm (Dengan menyebut
namaAllâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah), lalu Ayahku berkata; “wahai
anakku,engkau telah melakukan hal yang baru, jauhilah perkara baru!” Ia (ayahku) berkata;
“Akutidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah SAW. membenci sesuatu
selainperkara yang baru (diada-adakan) di dalam Islam.” Ia berkata lagi, “Aku pernah
salatbersama Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, namun aku belum pernah
melihatmereka mengucapkannya, maka janganlah engkau ucapkan itu. Jika
engkaumelaksanakan salat maka bacalah, Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn (segala puji bagi
Allâh ,
Rabb semesta alam).” (HR. Al-Tirmîdzî)
Abu Isa berkata; “Hadis Abdullah bin Mughaffal ini derajatnya hasan
Sahîh. Hadis ini diamalkan oleh kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat
ini jugadipegang oleh Sufyan ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Ahmad dan Ishaq.
namaAllâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah) itu tidak dikeraskan. Mereka
43
berkata; “Hendaklah mereka mengucapkannya dalam hati.”
Menurut Ibnu Abdi al -Barr, hadis di atas a‟if karena ada salah satu
44
perawi yang majhul (tidak dikenal) yaitu Ibnu Mughaffal. Dan para ahli
hadisyang lain juga men- a‟if-kan hadis tersebut dan mereka menolak pendapat
at-
42
Imam al-Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî, Jilid 1,hadis no. 227, h. 412 ; lihat juga di Imam
asâ‟î, jilid 3, hadis no. 898, h. 463; dan lihat juga di Imam Ibnu
Mâjah,Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no.
807, h. 43
43 44
Imam al-Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî, Jilid 1,hadis no. 227, h. 412
Djaelan Husnan,Perbandingan Mazhab dalam Hukum Islam(Jakarta: Yayasan Wakaf
Baitussalam Billy Moon, 2013) jilid 1, h. 205
53
dan al-Khathib. Mereka berkata, “Masalahnya terletak pada Ibnu Abdillah bin
45
Mughaffal, dan ia adalah perawi yang tidak dikenal”.
ََُُة5 ُِِن أَِبُ ُم َليم َك5ُ عنمُ ابم
َ ج
ٍُ ج َريم
ُ ص لى
َ
َّ
ُِِن5ُ عن ُم ابم ُ ِو5555َب رَ َنا َيم َُي بمنُُ سَعي ُد ْالمُم
َ ي
ٍ ِ َ ُ ل اللَّوُ َيق
َ فُأخم
ُُ و5ُ ان رَس5
َُ 5الَت ُم َك55 ُرٍ َق55حجم
55ِ ِ
ُُ َّد َث َنا عَلِ ُي بم55َح
ُ ن
ََُُّّ
ِ
َُُُة َيقُو ُلُ { ْالمَم ُد لِ َّلو5َ َعنمُ أ ُ ِ ُم سَلَم َُ فُ وَ َك
َ ان5 ُ
55ِ
ُُث يَق 5 }ُ ُو5اء َت
َ ر
ِ
ُ ُ م ُي َقط
َ ع ق
55ِ َّ
َ ُ سل َ و
َ
ِ ْ {
ُو55ِماللَّوُ ُ عَ لَيم5ُُِ ُِِن الرَّ حِي5ُ َالرَّ حم
ََُُّّ
َ ِب المع َالَم
ِ ِ ِ
ُُث 5 } ُي ِ
ُِ 5ُ قمرؤُ ىَا { َملكُ يَوم ُم َر
َ َي
46
ُ}الدِين
“... Dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah SAW. biasa memotong bacaanbeliau,
beliau membaca; Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn, kemudian beliau
berhenti,Arrahmânirrahîm, kemudian beliau berhenti, lalu beliau membaca Maliki
yaumiddîn.”
(HR. Al-Tirmîdzî)
47
Abu Isa berkata, “Hadis ini gharib . Bacaan ini kemudian yang dibaca
oleh Abu „Ubaidah dan dipilihnya. Demikianlah Yahya bin Sa‟id al-
Umawi danyang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abu Mulaikah dari
meri wayatkan hadis ini dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ya‟la bin Mamlak dari
kalimatperkalimat, hadis al- Laits lebih sahîh, namun dalam hadis al- Laits tidak
48
disebutkan: “Beliau membaca Malikiyaumiddîn.”
49
مِنم هُمَا
45 46
Abu al-Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-mubarakfuri Imam al-
47
Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî,jilid 10, hadis no. 2851 , h. 172 Hadis yang diriwayatkan
seseorang secara sendirian. Kadang-kadang perawinyatsiqat,
sehingga riwayatnya shahih. Tetapi kadang-kadang ia di bawah kualitas tsiqat, sehingga
riwayatnya hasan. Dan kadang-kadang ia dha‟if, sehingga riayatnya
dha‟if .48Imam al-Tirmîdzî,Sunan al-Tirmîdzî,jilid 10, hadis no. 2851 , h. 172
49
Imam al-Nasâ‟î,Sunan al-Nasâ‟î, jilid 3, hadis no. 896 , h. 461
54
“... Dari Anas bin Malik dia berkata; “Rasulullah saw.shalat bersama kami
dan kami tidak mendengar (bacaan) Bismillâhirrahmânirrahîm darinya. Kami
jugashalat bersama Abu Bakar serta Umar, dan keduanya juga tidak
membacaBismillāhirra mānirra īm.” (HR. Al-Nasâ‟î)
Dalam lafazh yang lainnya disebutkan:
50
ِم5ُُِ ُِِن الرَّ حِي5ُ َالرَّ حم ُِ ُِ 5ُ ُفَ لَ ُمم ْأَسمَ ُعم أَحَ ًدا مِنم هُ ُمم َيم َه ُر
ْ ِ ُِم اللَّو5ُ ِب ِبسم
naacab “Aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan
Bismillâhirrahmânirrahîm.” (HR.Al-
Nasâ‟î)f. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Mâjah
َُ5َ 5عن ُم عَائِ َش
الَت ُم55ُة َق
ِ
َ ء ُ وم َزا55ََُُة عَنمُ أَِبُ ْالم5َ س َر
َ ِن مَيم
ِ ٍ َُ ار ُُ َّد َث َنا َيزِي ُد بم55َ َُُة ح5َ نُ ُأَِبُ َشيم َب ِ
ُ ح َّد َث َنا أَبُو بَكم
ُِ 5ُ ِل بم5ُُِ دَيم55ُسيمُ الممُعَل ُِم عَنمُ ب
َ ُون عَن ُم ح ُ 55َن ى ُ ر بم َ
ِ
ُِ 5ُ َُُة بُِ { ْالمَم ُد ِللَّوُ ِ َُر5َ اء
َ ِب المع َالَم
}51 ُي َ ر
ِ
َ ح المق
ِ
َُ َّسل
ُ ُ م َيفم َتت َ و
َ
ِ
َ ُ ُصلَّى اللَّو
ُع َليمو َ
ِ َّ ُُ سو
ُل اللو َُ َك
ُ َان ر
َ المعالَم
}52 ُي ِ
َ
“... Dari Abu Hurairah berkata; “Nabi SAW. membuka bacaannya dengan;
Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn.” (HR.Ibnu
“Aku tidak
50 51
Imam al-Nasâ‟î,Sunan al-Nasâ‟î, jilid 3, hadis no. 897 , h. 462 Imam Ibnu Mâjah,Sunan Ibnu
52
Mâjah, jilid 3, hadis no. 804, h. 40 Imam Ibnu Mâjah,Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no. 806, h. 42
55
53
Bismillâhirrahmânirrahîm.”
basmalah dalam salat yang akan dibahas ini tidak dicantumkanpenulis, sebab
Ulama Hadis
menerangkan hadis yang diriwayatkan Abû Dâwud. Dalam hal ini beliau
ulama
hadis.
ُسلَّ َمُوَأَبَاُبَكمر َُُّ َّ ُ َ ُ ح َّد َث َناُمس لِمُب نُإِب راىِيمُح َّد َث َناُىِ َشامُعَن ُقَ َتادَ َُةعَن ُأ َ َن
َ ُبصَلىُاللوُُعَ لَيمو5َّّ َِّن5س أ َّنال
ٍ ِ َّ َّ
َ ُو ٍ م ٌ م َ َ َ ُ م ُ م ُ م َ
“... Dari Anas bahwa Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semuamemulai
bacaannya dengan Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn.” (HR. Abû Dâwud)
ِ ِ ُ ِ ُ ُ ُ َِكا ُنواُيَفم َتت
َ اء َةب{ُ ْالمَم ُدللَّو
َ ُِِبالمعَالَم5ُُر َ حو َنالمق
ِ ِ
(mereka membuka bacaan ُ}ُي َ ر
penafsiran ini. Ada yang mengatakan maksudnya adalah surat al-Fâtihah, dan
iniadalah pendapat orang yang menyatakan bahwa ayat pertama dari al-
mereka
55
(pelan). Perlu diketahui ada perbedaan pendapat yang banyak tentang redaksi Anas
ini.
55
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-„Azhim Abadi, Aunul Ma‟bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) cet. Ke-1, jilid 3, h. 448
5
7
riwayat-riwayat yang berbeda ini bahwa Nabi SAW. membaca basmalah tidak
secara keras. Bila disebutkan dalam hadis Anas bahwa beliau tidak membacanya
beliau membaca berarti membaca dengan suara pelan (sirr). Bahkan ada riwayat
yang menafikan mengeraskan (bacaan basmalah) secara tegas, dan inilah yang
56
dapat dipegang.
sekalitidak membaca basmalah. Sebab, bacaan awal beliau sendiri adalah doa
iftitah, dan beliau juga mengucapkan ta‟awwudz, serta riwayat-riwayat lain yang
menyatakan ada bacaan lain yang diucapkan sebelum al-Fâtihah setelah takbir.
56
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-„Azhim Abadi,Aunul Ma‟bud;
SyarahSunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 449
5
8
yang bisa didengar supaya bisa mengkompromikan semua versi redaksi yang
57
ada.”
dikalangan sahabat Nabi SAW. antara lain Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan
setelah mereka dari kalangan tabi‟in. Ini pula yang menjadi pendapat
Sufyan ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Ahmad dan Ishaq. Mereka semua mengatakan
bahwabasmalah bukan bagian dari surat al-Fâtihah juga berdalil dengan hadis ini.
basmalah tidak dinyaringkan berdasarkan riwayat yang tsabit dari Anas, dia
berkata, “Aku pernah salat di belakang Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar
dan Utsman, dan tidak pernah satupun dari mereka yang mengeraskan bacaan
58
Bismillâhirrahmânirrahîm.”
Muslim, al-Nasâ‟î dari hadis Syu‟bah dari Qatadah. Al-Tirmîdzî dan Ibnu
Mâjah juga meriwayatkannya dari Abu Awanah, dari Qatadah dengan redaksi
yang mirip.
4. Analisa Hadis
membacanya itu sunnah sebagai pemisah antar surat. Walaupun dalam hal ini juga
akhirnya.
oleh Imam al-Bukhâri, Imam Muslim dan juga yang lainnya sepintas kelihatan
bacaan al-Fâti ah dalam setiap rakaat salat yang kita tahu ayat pertamanya
berbunyi Bismillâhirrahmânirrahîm.
Dan hadis di atas juga termasuk hadis yang sahîẖ, setidaknya menurut
mayoritas umat Islam yang menempatkan kedudukan kitab Sahîhal-Bukhârî dan
Sahîh Muslim sebagai kitab tershahih kedua dan ketiga di dunia setelah al-Qur‟an.
Dari Anas bin Malik " Aku biasa salat di belakang Nabi SAW., di belakang Abu
Bakar, Umar dan Utsman. Mereka hanya memulai bacaan dengan
Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn dan tidak pernah kudengar mereka membaca
Bismillâhirrahmânirrahîm pada awal bacaan (al-Fâtihah) dan tidak pula penghabisannya.
(HR. Al-Bukhârî dan Muslim)
60
Dari segi kekuatan periwayatan, hadis ini sudah tidak ada masalah.
dalam salat.
Dari sini penulis bisa mengambil beberapa hal. Pertama, kalau Anas bin
Malik tidak merasa pernah mendengar basmalah, bukan berarti hal itu menjadi
suatu kepastian bahwa kapan dan di mana pun Rasulullah SAW. dan ketiga
sahabatnya itu tidak pernah mengucapkannya. Boleh jadi apa yang dilaporkan
oleh Anas bin Malik itu benar menurut pengalaman pribadinya, namun laporan itu
tidak harus menggugurkan orang lain yang misalnya melaporkan hal yang
sebaliknya.
Kedua, kalau Anas bin Malik menyatakan tidak pernah mendengar lafadz
basmalah diucapkan Nabi SAW. dalam salat, bukan berarti beliau sama
(suara direndahkan) sehingga pastilah Anas ra. tidak mendengarnya. Tetapi hadis
ini tidak bisa dijadikan dasar bahwa basmalah bukan termasuk ayat dalam surat
al-Fâtihah. Sebab ada hadis lainnya yang menegaskan bahwa basmalah termasuk
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Bila kamu membaca
Alhamdulillâhirabbil‟âlamîn(surat al-Fâtihah) maka bacalah
Bismillâhirrahmânirrahîm,karena al-Fâtihah itu ummul Qur‟an`, ummul kitab, Sab`ul
matsani. Dan Bismillâhirrahmânirrahîm adalah salah satu ayatnya." (HR. Ad-Daruquthni).
Selain itu, para ahli hadis juga mempertanyakan hadis Anas di atas.
sebagai hujjah. Hal ini karena terkadang riwayat di atas diriwayatkan dari Nabi
SAW. secara marfu‟, tetapi pada riwayat yang lain diriwayatkan secara tidak
marfu‟. Di samping itu di antara perawi ada yang menyebutkan nama Utsman,
tetapi perawi yang lain ada yang tidak menyebutkan. Bahkan ada perawi yang
Bismillâhirrahmânirrahîm.”
tidakjelas surat mana yang dimaksudkan, karena semua surat kecuali surat al-
Menurut ahli hadis, hadis-hadis di atas adalah sahîh dan tidak dapat
sehingga tidak dapat ditetapkan mana yang nasikh (dihapus) dan mana yang
Imam Malik berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari surat al-
Fâtihah, dan karena itu ia tidak membaca basmalah ketika membaca surat al-
madzhab Malik,tidak ada satu riwayat pun yang bernilai sahîh yang dapat
basmalah bukanbagian dari al-Fâtihah. Salah satu di antaranya adalah hadis yang
membagi al-Fâtihah menjadi dua bagian, satu bagian bagi Allâh dan satu
bagiannya untuk
ُِ 55ََُُة ِإ َّنا َن ُكونُ َو َرا ُءَ ْالمِم5َ َريم َر55َُُُل َِْلِبُ ى5َ دَ اجٌُ َث ًلثا غَيم ُرُ َ َتامٍُ َفقِي55ِيُ خ
َام ف َ آنُ َفه55م المقُرم
ِ ِ ًًُ5 َصلَّى ص
ُ ِ ُ أ55ِا ب55ََلُة َلُم َيقمرَُأم فِيه َ ُسلَّ َُم َقا َُل مَنم
َ و
َ
ِ
ُع َليمو
َ
َُ ََّ ُُمت5َ ا َُل َقس55َاللوُ ُ تَ ُع ا َُل55سلَّ َُم َيقُو ُلُ َق ُو55صلَّى اللَّوُ ُ عَ لَيم ِ َّ
ُِ 5ُ ُة بَيم5َ ل5الص ُسو َُل اللو ُِ 5ُ ّ ك َف إ
55ِ ُ ِ
دِي55يمُ عَبم
َ ِن وَ َب
َّ
َ و
َ
ِ
َ ُ ر
َ ُت
ِ
ُ ِن ْسَ عم َ ا ِفُ َنفمس55ََقا َُل اقم َرُأم ِب
59
سأ َ َُل
َ ما
ِ
َ ل َى َذا لعَبمدي وَل
َ عبمدي
ِ ِ ِ َُ ِيُ } َقا
َ وَُل الضَّال ُ ِعلَيمه
َ مم
ِ
َ ُالممَغمضُوب
“... Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW., beliau bersabda: “Barangsiapa
yangmengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur‟an di dalamnya, maka shalatnya
masih
59
Imam Muslim,Ṣa ī Muslim, jilid 2, hadis no.895, hal. 382; lihat juga di Imam Abū
Dāwud, Sunan Abû Daâwud, jilid 2, hadis no. 699, hal. 482; lihat juga di Imam Ibnu
Majah,SunanIbnu Mâjah, jilid 11, hadis no. 3774, hal. 226; dan lihat juga di Imam al-Nasâ‟î,
Sunan al-Nasâ‟î,jilid 3, hadis no . 900, h. 466
63
mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah,
“Kami berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur‟an dalam
dirimu,karena aku mendengar Rasulullah bersabda, „Allâh berfirman, „Aku membagi
shalat antara Aku dan hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila
seorang hamba berkata, „Segala puji bagi Allâh Rabb semesta alam.‟ Maka Allâh
berkata, „HambaKu memujiKu.‟ Apabila hamba tersebut mengucapkan, „Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.‟ Allâh berkata, „HambaKu memujiKu‟.....” (HR.
Muslim)
darihadis tersebut adalah Allâh menjadikan tiga ayat pertama untuk Dzat-Nya, dan
ayat keempat mengandung unsur kerendahan diri dari seorang hamba dan
ayat itu berjumlah tiga ayat adalah bahwa di situ Allâh tidak berfirman: ” Kedua
ayat ini”. Firman Allâh ini menunjukkan bahwa lafadz مهيلع تمعناadalah satu
61
ayat. Mereka pun sepakat bahwa tidak sempurna salat kecuali dengan al-
maka ini sudah berarti bahwa memang basmalah bukan termasuk ayat dalam surat
al-Fâti ah. Apabila basmalah itu merupakan ayat dari surat al-Fâtihah, maka
otomatis dimulai dengan ayat itu. Pendapat yang masyhur menurut kelompok
ulama Malikiyah, yaitu bahwa basmalah bukanlah ayat dari al-Qur‟an kecuali
62
hanya dalam surat al-Naml yang merupakan bagian dari satu ayat.
beliau menemukan bahwa imam atau masyarakat umum tidak membaca basmalah
63
ketika membaca surat al-Fâtihah.
Fâtihahdan karena salat tidak sah tanpa membaca al-Fâtihah, maka basmalah
64
harus dibaca ketika membaca al-Fâtihah, alasannya cukup banyak.
Fakhruddin ar-Razi menguraikan tidak kurang dari lima belas dalil tentang
yangmenyatakan bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Al- Fâti ahterdiri dari tujuh
65
Dâwud dan Ahmad Ibn Hambali)
menyatakan bahwa jika basmalah merupakan satu ayat pada selain surat al-Naml,
Syafi‟i, dan menduga bahwa penolakan ini adalah sebuah kebenaran yang qat‟i
66
(pasti).
ia mengatakan bahwa jika basmalah bukan salah satu ayat al-Qur‟an, niscaya
67
Rasulullah SAW. memberikan penjelasan yang demikian.
Imam al-Bukhârî juga meriwayatkan bahwa sahabat Nabi, Anas Ibn Malik
ditanya bagaimana Rasulullah membaca al-Qur‟an, kemudian Anas menjawab:
68
ِ
ُ الَّبُيدُيَوَُوَّلالُمِسمِبِب
ِ
ِ الَّبُيدُيَوَُنَِحْ مر
ِ ميِحر
ِ ِ
َ ََِّنالُة5ََِّّلسوَُويمَلعَُُوَّ لالىَّلصَُ ّب
ُ َءار ُقتمَناك {ِ ُ ِ ُ ُِ }
َ َيدُيَ ُميِح رالَّنَِحْ مرالَّوَّلالُمِسمب َأُرَ َّق ُثا ًّدمَُتمَنا َُكالَ َقفُم
segala yang tercantum dalam al-Qur‟an sehingga bacaan âmîn pada akhir surat al-
Fâtihah ketika salat pun tidak dianggap oleh ulama sebagai bagian dari al-Qur‟an.
Imam Nawawi telah menjelaskan hal itu dalam Majmu (3/289). Beliau
merupakan ayat yang sempurna dari awal surat al-Fâtihah dan dalam hal ini tidak
69
ada perbedaan pendapat para imam madzhab Syafi‟iyah.
bahwabasmalahmerupakan salah satu ayat dari surat al-Fâtihah tapi bukan merupakan
70
mendapatkan keberkahannya.”
67
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid terj. Beni Sarbeni dkk, h. 260
68
Imam al-Bukhārī,Ṣaḥīḥal-Bukhārī, Juz-15, hadis 4658, h. 466
69
Imam an-Nawawi, Raudhatuth Thalibin terj. Muhyiddin Mas Rida dkk, jilid 1, h. 517
70
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Tafsîr Fatẖal-Qadîr (Mesir: Dâr al-
Hadîts, 1413 H/1993 M) juz 1, h. 63
66
Imam Hanafi berpendapat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari al-
Qur‟an yang berdiri sendiri di awalnya dan bukan bagian dari surat apapun, tapi
71
ditulis pada setiap surat untuk memisahkan satu surat dengan surat berikutnya.
Muslim meriwayatkan dari al-Mukhtar bin Fulful dari Anas bahwa Nabi SAW
bersabda :
ِ ِ ِ ُ ُ ِ ِ
َُلزَن
َ َلعُتم َ ميحرالَّ َنِحْ مرالَّوَّلالُمِسم ٌُب
َ َّروة ُسا ًفنآ ُي ِ ُ َرَثومكَمالُكا َنيمَطعمَأاَّنإ
Juga ada riwayat dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah SAW tidak
Ini juga merupakan pendapat Ibnu al-Mubarak dan Dâud (az-Zahiri), dan
inilah yang mansus (jadi pendapat resmi) dari Ahmad. Abu Bakr ar-Razi berkata,
yangrajih menurutnya adalah apa yang dikatakan oleh Ibnu Quddamah dalam
kitabnya
Ikhtiyarat; ijmak dengan penulisan basmalah sebagai ayat pada awal surat al-
tentang basmalah sebagai bagian dari setiap surat. Yang rajih adalah bahwa
basmalah itu merupakan ayat dari al-Qur‟an. Diletakkannya basmalah itu untuk
71
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-„Azhim Abadi,Aunul Ma‟bud;
SyarahSunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 446
67
membedakan antara setiap surat, dengan menganggapnya sebagai ayat pada awal
72
surat al-Fâtihah dan bagian dari surat an-Naml.
Al-Mundziri berkata, perlu diketahui bahwa umat sudah sepakat bahwa yang
kafir, karena para ulama sendiri masih berbeda pendapat mengenai hal ini. Berbeda
dengan orang yang menafikan (atau mengingkari) satu huruf dari al-
menetapkan ada ayat tambahan yang belum pernah ditetapkan orang di masa lalu,
Selain berbeda seputar apakah basmalah bagian dari surat al-Fâtihah dan
bagian dari setiap surat. Para fuqaha juga berbeda pendapat tentang membaca
keras atau menyamarkan basmalah dalam salat. Ulama pengikut madzhab Hanafi
dan Hanabilah berpendapat bahwa disunahkan untuk membaca secara samar pada
salat yang sirriyah dan jahriyah, baik pada awal surat al-Fâtihah atau pada surat
kebanyakan ilmuwan dari para sahabat Nabi SAW. di antara mereka adalah Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali dan selain mereka. Dan setelah mereka juga para
72 Imam an-Nawawi, Raudhatuth Thalibin terj. Muhyiddin Mas Rida dkk, jilid 1, h.
518
73 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-„Azhim Abadi, Aunul Ma‟bud;
SyarahSunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) Cet. Ke-1, Jilid 3, h.
469
68
secara sirr maupun jahr. Al-Qarafi dari kalangan ulama Malikiyah berpendapat;
hendaklah memulai surat al-Fâtihah dengan basmalah secara sirr, dan makruh
74
yaitu pada surat al-Fâtihah dan surat setelahnya.
adalah karena ta‟lim atau pengajaran. Apabila kebanyakan dalil itu lemah, dan
banyak dilakukannya dari pada mengeraskannya. Tidak ada keraguan bahwa ia tidak
selalu mengeraskan pada salat lima waktu sehari semalam selamanya, baik ketika
negeri ketika ada angin besar. Yang demikian ini merupakan kondisi yang kering
sehingga membutuhkan ketetapan dalam hal ini dengan lafazh-lafazh yang umum
dan hadis-hadis yang lemah, maka yang sahîh dari hadis-hadis itu adalah tidak
75
sahîh, dan kejelasan dari hadis-hadis itu juga tidak tidak sahîh.
74 Imam an-Nawawi, Raudhatuth Thalibin terj. Muhyiddin Mas Rida dkk, jilid 1, h.
519
75 Lihat Al-Mausu‟ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah 16/181-182, Ikhtiyarat Ibnu
Qudamahal-Fiqhiyah 1/319-321,Zadul Ma‟adkarya Ibnu Qayyim 1/206-207, danSitt
Rasa‟ilkarya ImamAdz-Dzahabi 165-192 dengan tahqiq Syaikh Jasim ad-Dusiri. (menurut
Raudhatuth Thalibin karya Imam An-Nawawi).
69
mengungkapkan banyak sekali dalil yang tidak sahîẖ berupa atsar yang tidak
76
pantas menjadi hujjah bagi pendapat dua golongan madzhab ini.”
Misalnya riwayat yang bersumber dari Anas bahwa Rasulullah SAW., Abu
77
Abu Hurairah.
78
menjelaskan bahwa Rasulullah SAW. tidak membacanya.”
yang kami riwayatkan dari jalur periwayatan Ahmad bin Hanbal, dia berkata,
76
Ibnu Hazm, al-Muhalla terj. Abu Usamah Fathurrahman (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008) cet. Ke-1, jilid 3, h.383
77 Ibnu Hazm, al-Muhalla terj. Abu Usamah Fathurrahman, h. 383
78 Ibnu Hazm, al-Muhalla terj. Abu Usamah Fathurrahman, h. 384
79 Ibnu Hazm, al-Muhalla terj. Abu Usamah Fathurrahman, h. 384
70
80
Demikian pula dengan hadis-hadis yang lainnya.
Menurut Ibnu Hazm, pendapat yang benar dalam masalah ini adalah bahwa
nash hadis telah nyata mewajibkan membaca Ummul Qur‟an. Tidak ada seorang
umat Islam pun yang berselisih pendapat, bahkan mereka sepakat bahwa semua
SAW. melalui malaikat Jibril yang menerima langsung dari Allâh SWT. Bacaan-
sejumlah manusia yang tidak terhitung banyaknya. Karena semua bacaan ini adalah
sebuah kebenaran, maka diwajibkan bagi manusia untuk memilih bacaan mana yang
81
qira‟at sahîhyang lain tidak termasuk satu ayat dari Ummul Qur‟an.
yang menyebutkan tidak dibacanya basmalah di dalam, walaupun lebih sahîh, namun
yang memastikan dibacanya basmalah lebih unggul, walaupun keluar dari lingkup
saat membuka
80 Ibnu Hazm, al-Muhalla terj. Abu Usamah Fathurrahman, h. 384
81 Ibnu Hazm, al-Muhalla terj. Abu Usamah Fathurrahman, h. 384
71
bacaan surat di dalam salat (yakni di dalam salat jahr, yaitu salat yang bacaannya
82
dinyaringkan).
Menurut Ibnu Katsir, pendapat yang paling sahîh tentang basmalah adalah
bahwa ia merupakan pemisah antarsurat, sebagaimana hadis dari Ibnu Abbas yang
Jadi barang siapa yang berpandangan bahwa basmalah termasuk ayat surat al-
Fâthah, berarti ia berpendapat bahwa membacanya harus jahr dalam salat, dan
orang yang tidak berpendapat demikian, berarti membacanya secara sirr (tidak
nyaring). Masing-masing pendapat itu dianut oleh para sahabat sesuai dengan
mazhab Abu Hanifah, ats-Tsauri, dan Ibnu Hambal. Menurut Imam Malik
basmalah itu tidak perlu dibaca, baik sirr maupun jahr. Kesimpulannya, salat
orang yang membaca basmalah secara sirr dan jahr adalah sah. Hal ini
83
berdasarkan riwayat dari Nabi SAW. dan kesepakatan para imam.
menurut beliau pendapat membaca basmalah dengan samar bersama surat al-
Fâtihah merupakan pendapat yang baik dan sesuai dengan atsar yang
diriwayatkan dari Anas, serta tidak bertentangan dengannya. Pendapat ini juga
82 Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Tafsîr Fatẖal-Qadîr , juz 1, h. 66
83 Imam Ibn Katsîr, Tafsîrul Qur‟ânil „Azîm, jilid 1, h. 55
72
yang mereka pakai mempunyai kekuatan dan kelemahan yang hampir sama,
karena kedua belah pihak sama-sama menggunakan hadis ahad, yakni hadis yang
tak sampai kederajat mutawatir. Dalam kasus serupa ini, pendapat mana yang
diyakini itulah yang dipakai (diamalkan). Namun telah popular di dalam kaedah
ushul fiqih bahwa dalil yang menetapkan (positif) lebih didahulukan dari pada
85
dalil yang menafikan (negatif).
awal surat al-Fâtihah maupun di surat-surat lainnya. Jadi tidak perlu salah-
menyalahkan karena perbedaan tersebut telah ada sejak permulaan Islam. Perlu
mata ditujukan untuk memperoleh ridha Allâh ; tidak perlu dikaitkan dengan
86
Allâh , bukan kepada organisasi atau lembaga itu.
Abdul Malik Abdul karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan
selidiki dengan seksama, semua hadis yang membicarakan di antara jahr dan
sabdaNabi SAW. sendiri (Aqwalun Nabi) tidak ada, yang memerintahkan men-
jahr atau menyuruh men-sirr-kan, dan sebaliknya. Yang jadi pedoman ialah
jahr atau yang memiih sirr saja. Dan setelah diselidiki pula semua sanad hadis-
hadis itu, ada saja pembicaraan orang atasnya, baik hadis yang mengatakan jahr
atau mengatakan sirr. Malahan terdapat dua riwayat berlawanan di antara jahr dan
sirr dari satu orang. Sebab itulah masalah ini termasuk masalah khilafiyah
yang terserah kepada pertimbangan ijtihad masing-masing ahlinya. Dalam hal ini
87
terpakailah Qa‟idah Ilmu Ushul yang terkenal.
Sampai Ibnu Qayyim di dalam Zâdil Mâd mengambil satu jalan tengah.
padakebanyakan kali. Dan tidak syak lagi, tentu tidaklah beliau selalu men-jahr-
kan tiap hari dan tiap malam lima kali selama-lamanya, baik ketika dia sedang
berada dalam kota ataupun sedang dalam perjalanan, akan tersembunyi saja yang
demikian itu bagi khalifah-khalifahnya yang bijak dan bagi jumhur sahabat-
sahabatnya dan ahli sejamannya yang mulia itu. Ini adalah hal yang sangat
87
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 127
74
sandaran dengan kata-kata yang mujmal dan hadis-hadis yang lemah. Meskipun
hadis-hadis yang diambil itu ada yang sahîh, namun dia tidaklah sarih, dan
88
meskipun ada yang sarih, tidak pula dia sahîh.”
mengikuti tata cara yang dicontohkan oleh Nabi yang diriwayatkan oleh para
sahabat beliau. Di sini timbul pertanyaan, apakah tidak mungkin justru Nabi
SAW. telah memberikan beberapa contoh atau mempraktikan sekian ragam cara
tahun lebih? Agaknya cukup logis untuk mengiyakan pertanyaan di atas. Dalam
(keragaman cara beribadah). Kalau ini diterima, maka kita bisa menyimpulkan
bahwa semua cara yang disebut di atas itu dapat dibenarkan dan tidak perlu saling
semua orang yang secara ikhlas mengikuti cara dan ajaran yang ia yakini telah
89
diajarkan oleh Nabi SAW.
Betapapun, seperti kata Abduh yang dinukil oleh Rasyid Ridha dalam
Tafsîr al-Manâr, basmalah adalah ayat al-Qur‟an. Karena itu, dalam buku
tafsirini, tidak salahnya kita kaji kandungannya, terlepas dari persoalan apakah ia
bagian dari al-Fâtihah atau bukan. Penomoran ayat-ayat di dalam buku ini dibuat
88 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 127
89 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 1, h. 9
75
90
Demikian yang dikutip oleh M. Quraish Shihab.
90
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 1, h. 9
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan dari bab I sampai IV, dapat diambil
adalah:
al-Qur’an.
Jadi, orang yang berpedoman kepada bacaan para imam qira’at yang
memandang basmalah sebagai salah satu ayat dari surat al-Qur’an maka tidak sah
sebagai salah satu ayat dari Ummul Qur’an, maka dia dipersilahkan memilih
ini terdapat tiga pendapat yang semuanya mempunyai dalil hadis masing-masing
Hanifah, mayoritas ahli hadis, ahli ra’yi dan sejumlah fuqaha.Ketiga, boleh
76
77
memilih di antara keduanya (dibaca keras atau samar), pendapat tersebut adalah
(tidak dikeraskan) dan jahr (dikeraskan) adalah sah. Hal ini berdasarkan riwayat
B. SARAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa masing-
masing kelompok mempunyai dalil yang dijadikan hujjah bagi mereka. Terlepas
ini adalah permasalahan furu’iyah yang sangat wajar, jika terdapat perbedaan di
dalamnya. Asalkan tidak merusak yang asal atau yang inti, maka tidaklah jadi
masing-masing dan tidak menjadikan perbedaan ini sebagai alat untuk merusak
Terkait hadis-hadis yang penulis telusuri hanya terbatas pada al-Kutub al-Sittah,
sehingga bahan kajian sangat terbatas sekali. Adapun harapan penulis kepada
pembaca adalah dapat mengkaji hadis yang lainnya untuk lebih memperkaya
perbendaharaan kitab hadis, sehingga akan banyak bahan analisa yang dapat
diperbincangkan.
Demikian juga dengan kitab-kitab syarh dan buku referensi yang asngat
minim, penulis juga berharap kepada pembaca agar dapat melengkapi referensi
78
lebih banyak lagi. Dan bagi umat Islam hendaklah dalam menjalani hidup di dunia
ini mengacu pada dalil-dalil yang absolut kebenarannya, yakni al-Qur’an dan
hadis sahîh.
Saran terakhir, umat Islam jangan pernah berhenti untuk terus mengkaji
aspek kehidupan Nabi, karena penulis yakin, dengan demikian akan menambah
rasa cinta dan kerinduan kita kepada beliau. Sehingga yang diharapkan kelak
Abu Ubaidah, Darwis. Tafsir al-Asas; tafsir lengkap dan menyentuh ayat-
ayatseputar Islam, Iman dan Ihsan. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012.
Annuri, Ahmad. Panduan Tahsin Tilawah al-Qur’an & Ilmu Tajwid. Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2010.
79
Al-Caff, Muhammad. Tafsir Populer al-Fâtihah; Menyelami Makna Lahir
danBatin al-Fâtihah Secara Mudah dan Sederhana. Bandung: PT.
MizanPustaka, 2011.
Ibn Katsîr, Isma’il bin ‘Amr al-Qurasyi bin Kasir al-Basri ad-Dimasyqi
‘Imâduddîn Abul Fidâ’ al-Hâfizal-Muhaddis asy-Syafi’i.Tafsîrul
Qur’ânil ‘Azîm. Kairo: Matba’ah al-Istiqâmah, 1958.
Ibnu Mâjah, Abu Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini. Sunan Ibnu Mâjah.
Bayrût: Dâr al-Fikr, tth.
Al-Marâghî, Ahmad Mus afa. Tafsîr al-Marâghî. Mesir: Mus afa al-Bâbî al-
Halabî, 1974.
80
Muhammad Syamsul Haq al-‘Azhim Abadi, Abu Ath-Thayyib. Aunul Ma’bud;
Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim. Jakarta: Pustaka
Azzam,2009.
Al-Nasâ’î, A mad bin Syu‘âb Abū ‘Abdirrahmân. Sunan al-Nasâ’î. Bayrût: Dâr
al-Fikr, t.th.
Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh al-
Ansari al-Khazraji al-Andalusi. Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân. Mesir: Dâr al-
Kutub al-Misriyah, tth.
Quthb, Sayyid. Tafsîr FîZilâl al-Qur’ân (Kairo: Dâr al-Ihya al-Tijari al-
‘Arabiyah, 1386)
Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid terj. Beni Sarbeni, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam,
2006.
Al- âli , ubhî. ‘Ulûm al-Hadîts wa Muṣṭalaḥuhu. Bayrūt: Dâr al-‘Ilmi Lilmayîn,
1988.
Salim, Abd. Muin. Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera; Tafsir surat al-Fâtihah.
Jakarta: Pustaka Hidayah, 1999.
81
Ash-Shidiqi, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir al-Qur’an. Jakarta: Bulan
Bintang, 1994.
Sulaymân bin al-Asy‘ats al-Sijistânî, Abû Dâwud. Sunan Abû Dâwud. Bayrût: Dâr
al-Fikr, tth.
At-Tabari, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far.
Jâmi’ul Bayân fî Tafsîril Qur’ân. Bayrut: Dâr al-Kutbi al-Ilmiyah,
1426H/2005 M.
Al-Tirmîdzî, Muhammad bin Isa Abu Isa. Sunan al- Tirmîdzî. Bayrût: Dâr al-Fikr,
tth.
82