Anda di halaman 1dari 11

TAFAKUR DAN TADABUR ALAM

Allah SWT menganjurkan kita untuk selallu


bertafakur dan bertadabur ( merenung )kepadanya
Banyak ayat2 allah yang menyinggung tentang itu
sebagaimana allah berfirman ..

َ‫أَ َفالَ َت َت َف َّك ُرون‬


Maka Apakah kamu tidak merenung? (Al An’am:50).
 

dalam ayat yang lain allah berfirman:

َُ ‫َل َع َّل ُك ْم َت َت َف َّك ُر‬


‫ون‬
Supaya kamu berfikir (tafakkur). (Al-Baqarah: 219).

Bahkan Dalam firmanNya juga kita bisa mengetahui, bahwa


tafakur merupakan ibadah yang melekat pada diri orang-orang
yang cerdas di mata Allah SWT.

‫ت‬ٍ ‫ار آل َي ا‬ِ ‫اختِالفِ ال َّل ْي ِل َوال َّن َه‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ‫األر‬ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫إِنَّ فِي َخ ْل ِق ال‬
ِ ‫ ا َّلذِينَ َي ْذ ُك ُرونَ هَّللا َ قِ َيا ًما َوقُ ُعودًا َو َع َلى ُج ُن‬. ‫ب‬
‫وب ِه ْم‬ ِ ‫ألولِي األ ْل َبا‬
‫ض َر َّب َن ا َم ا َخ َل ْق َت َه َذا‬ ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬
ِ ‫الس َم َاوا‬َّ ‫َو َي َت َف َّك ُرونَ فِي َخ ْل ِق‬
َ ‫س ْب َحا َن َك َفقِ َنا َع َذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
.‫ار‬ ُ ‫َباطِ اًل‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal (cerdas). (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka. (Ali Imran 190-191). Dalam ayat tadi Allah SWT.
memaparkan bahwa senantiasa berzikir dan tafakkur  adalah sifat
orang yang cerdas.

Anakku yang berbahagia

 Kebanyakan orang mendefinisikan “orang


cerdas” adalah orang yang memiliki tingkat
kecerdasan di atas rata-rata (orang yang
memiliki IQ di atas 150), sanggup menghafal
ratusan kosa kata dalam waktu hanya
beberapa menit, dan mampu menghitung
perkalian angka  dengan cepat.

Anggapan yang demikian memang  tidaklah


salah, tetapi jika kita telaah lebih mendalam
ternyata yang disebut “orang cerdas”
bukanlah pengertian yang sesederhana
seperti itu, hanya sebatas kemampuan
seseorang dalam menghafal dan
mendefinisikan sesuatu. Akan tetapi yang
dimaksud orang cerdas yaitu yang mampu
membuat prediksi tentang suatu masalah,
seperti memperkirakan apa yang akan terjadi
besok berdasarkan analisis terhadap kondisi
yang ada hari ini.
Dalam Islam, orang yang dipandang cerdas
oleh Rasulullah saw. adalah orang yang
pikirannya jauh ke masa depan di akhirat.
Akhirat dipandang sebagai negeri yang
dirindukan setelah kehidupannya di negeri
dunia yang fana ini. Di akhirat-lah kehidupan
yang sebenarnya, tidak ada kematian dan di
sanalah terdapat negeri keabadian, negeri
kenikmatan abadi di surga.  “Berpikir sebelum
bertindak”,  itulah yang menjadi prinsip
dan motto bagi orang yang cerdas.

Jika sudah tahu, bahwa kebaikan dan


keburukan akan menentukan nasib seseorang
di akhirat, maka setiap ucapan, sikap dan
perbuatan yang akan dilakukan haruslah
dipertimbangkan dengan perhitungan akal
sehat dan sesuai hati nurani. Jangan sampai
melakukan sesuatu yang justru akan
merendahkan posisi seseorang sebagai
manusia yang merupakan makhluk ciptaan
Allah yang paling mulia.
Untuk memperjelas pengertian orang cerdas
tersebut di atas, perlu dipahami Hadits
Rasulullah saw. berikut ini:

‘An abi ya’la saddad ibnu ‘aus RA,


‘aninnabiyyi SAW qoola, al kayyisu man
daana nafsahu wa’amila limaa ba’dal mauti ,
wal ‘aaziju man atba’a nafsahu hawaaha
watamanni ‘ala llah

Dari Abu Ya’la yaitu Saddad ibnu Aus r.a. dari


Nabi saw. Beliau bersabda : “Orang yang
cerdas ialah orang yang mampu
mengintrospeksi dirinya dan suka beramal
untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan
orang lemah ialah orang yang selalu
mengikuti hawa nafsunya dan berharap
kepada Allah dengan harapan kosong”. (H.R.
At-Tirmidzi dan beliau berkata, “Hadits
Hasan”.

Rasulullah saw. dalam hadits tersebut di atas


menjelaskan, bahwa orang cerdas adalah
orang yang pandangannya jauh ke depan,
tidak hanya berhenti sampai  kehidupan dunia
ini saja, tetapi menembus batas dinding alam
dunia, hingga sampai kehidupan yang abadi
di akherat kelak. Tentu hal ini terjadi sebatas
pada orang yang memiliki keimanan yang
kuat, terutama keimanan kepada adanya hari
pembalasan (yaumul jaza’). Bagi orang yang
tidak meyakini adanya hari pembalasan,
tentu tidak akan pernah berpikir untuk
menyiapkan bekal amal apa pun.

Jika yang dimaksud “cerdas”  oleh Rasulullah


saw adalah jauhnya orientasi serta
pandangan hidup yang jauh hingga ke depan
(akhirat), maka pandangan-pandangan yang
hanya ber-orientasi sebatas menyangkut
kesenangan duniawi semata, maka
pandangan yang demikian dinamakan
tindakan “bodoh” atau “jahil” (Arab,
kebodohan = jahiliyah

Selain hal di atas, orang cerdas juga tahu


bahwa kematian merupakan rahasia Allah
(screet  of Allah), kematian bisa datang
kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu,
ia akan selalu berlomba-lomba melakukan
kebaikan tanpa harus menunda-nunda,
melakukan kebaikan merupakan prioritas
utama dalam hidupnya. Dia akan selalu
bersegera melakukan kebaikan (amal saleh),
dan pantang untuk mengabaikannya.

Anakku yang dirahmati Allah.

Ibadah tafakkur bertujuan agar keimanan kita meningkat. Agar


mengingatkan kita kepada keagungan Allah SWT., untuk
selanjutnya memberikan dorongan untuk berbuat kebaikan dan
bahkan meningkatkannya. Ketika dalam kondisi lemah iman, ada
baiknya untuk kita bertafakkur (merenung). Merenung tentang
banyak hal yang bisa membuat kesadaran kita, keimanan kita
dan semangat kita hadir kembali.

Banyak objek atau materi yang bisa direnungi. Namun secara


umum pada kesempatan kali ini ayah akan mengulas dua objek
atau materi tentang tafakkur.

Pertama,

tafakkur terhadap ayatullah almaqru’ah atau Al-Qur’an,

dan kedua tafakur terhadap ayatullah almasyhudah atau alam


yang biasa juga disebut dengan ayat kauniyah.

Pertama, tafakkur Al-Qur’an atau biasa juga disebut dengan


tadabbur. Al-Qur’an menegur siapa yang tidak pernah melakukan
tadabbur (merenungi) ayat-ayat Al-Qur’an.

 sebagaimana firman Allah SWT


‫أَ َفال َي َت َد َّب ُرونَ ا ْلقُ ْرآنَ َو َل ْو َك انَ مِنْ ِع ْن ِد َغ ْي ِر هَّللا ِ َل َو َج دُوا فِي ِه‬
ً ‫اختِال ًفا َكث‬
‫ِيرا‬ ْ
Maka Apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) Al Quran?
Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisa’: 82).

Allah SWT. juga berfirman:

‫ب أَ ْق َفالُ َها‬
ٍ ‫أَ َفال َي َت َد َّب ُرونَ ا ْلقُ ْرآنَ أَ ْم َع َلى قُلُو‬
Maka Apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) Al Quran ataukah
hati mereka terkunci? (Muhammad: 4).

 Anakku

Tadabbur Al-Qur’an bisa mengkondisikan hati kita. Bisa membuat hati


kembali menjadi khusyu’, menjadi tenang dan tentram.

Allah SWT. berfirman:

 
َ‫ش َع قُلُ و ُب ُه ْم لِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َم ا ن زل َ مِن‬َ ‫أَ َل ْم َيأْ ِن لِ َّلذِينَ آ َم ُن وا أَنْ َت ْخ‬
‫اب مِنْ َق ْب ل ُ َف َط ال َ َع َل ْي ِه ُم‬َ ‫ا ْل َح ِّق َوال َي ُكو ُن وا َكا َّلذِينَ أُو ُت وا ا ْل ِك َت‬
َ‫س ْت قُلُو ُب ُه ْم َو َكثِي ٌر ِم ْن ُه ْم َفاسِ قُون‬
َ ‫األ َم ُد َف َق‬
Artinya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan
Alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al-Hadid: 16).

Maksud dari zikrullah pada ayat tadi seperti tertera dalam tafsir
Al-Washiith karangan Syekh Sayyid Tantawi adalah, segala
perkataan dan perbuatan yang bisa menimbulkan rasa takut
(khauf) kepada Allah SWT. Ada juga yang berpendapat, bahwa
yang dimaksud dzikrullah adalah Al-Qur’an.

Tadabbur Al-Quran dengan izin Allah SWT. bisa menstabilkan


hati. Hati yang guncang bisa menjadi tentram. Hati yang sedih
bisa menjadi lapang.

Baginda Rosulullah SAW ber doa .:

‫أللهم اجعل القرآن العظيم ربيع قلبى وجالء حزنى وذهاب‬


‫همى وغمى‬
Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai bulan semi (penyejuk)
hatiku, pelepas kesedihan dan kegundahanku.

Al-Qur’an punya pengaruh besar bagi jiwa kita, bila ditadabburi


secara baik. Allah SWT. pernah menggambarkan pengaruh Al-
Qur’an. Gunung sebagai simbol kekuatan dan kekokohan saja
bisa tersungkur jika Al-Qur’an diturunkan kepadanya. FirmanNya
berbunyi:

َ ‫اش ًعا ُم َت‬


ْ‫ص ِّد ًعا مِن‬ ِ ‫َل ْو أَ ْن َز ْل َن ا َه َذا ا ْلقُ ْرآَنَ َع َلى َج َب ٍل َل َرأَ ْي َت ُه َخ‬
َ‫اس َل َع َّل ُه ْم َي َت َف َّك ُرون‬ ْ ‫ش َي ِة هَّللا ِ َو ِت ْل َك اأْل َ ْم َثال ُ َن‬
ِ ‫ض ِر ُب َها لِل َّن‬ ْ ‫َخ‬
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir. (Al-Hasyr: 21).

Anakku yang dirahmati Allah.

Objek tafakkur yang kedua adalah alam atau ayat kauniyah

Syeh jauhari attathowi dalam tafsirnya al jawahir mengatakan


bahwa al quran terdiri dari 6236 ayat dan 750 ayat lebih
merupakan ayatul kauniyah yang berbicara tentang alam.

Allah SWT. dalam Al-Qur’an seringkali mengangkat fenomena


ayat kauniyah, untuk membantu dan mendorong manusia agar
merenunginya, sehingga akan lahir rasa dan keyakinan tentang
keagungan Allah SWT. dalam dirinya. Akan lahir perasaan takut
kepadaNya. Akan lahir perasaan betapa lemahnya seorang
manusia.

Allah SWT. berfirman:


 

َ‫ َوفِي أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ َفال ُت ْبصِ ُرون‬ . َ‫ات لِ ْل ُموقِنِين‬


ٌ ‫ض آ َي‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫َوفِي‬
Artinya: Dan di muka bumi ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada diri kalian, apakah
kalian tidak berfikir (merenungi). (Adz Dzariyat: 20-21).

 
Anakku yang dirahmati Allah.

Sebagaimana Allah SWT. menegur siapa yang tidak merenungi


(tadabbur) Al-Qur’an, Ia juga menegur siapa yang tidak pernah
berupaya untuk merenungi kekuasaanNya di alam semesta.
FirmanNya berbunyi:

‫ض َي ُم ُّرونَ َع َل ْي َها َو ُه ْم َع ْن َها‬


ِ ‫األر‬ َّ ‫َو َكأ َ ِّينْ مِنْ آ َي ٍة فِي‬
ِ ‫الس َم َاوا‬
ْ ‫ت َو‬
َ‫ضون‬ُ ‫ُم ْع ِر‬
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di
bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari
padanya. (Yusuf: 105).

Anakku yang dirahmati Allah.

Hari ini bulan ini dan tahun ini

Kita sedang menjalani ujian yang cukup berat, kita melaksanakan


ibadah puasa ditengah wabah corona yang melanda negri ini
bahkan dunia.

Seyogyanya kita bisa sholat berjamaah, bertarowih bersama,


tadarus solat jumat dan sebagainya . maka tahun ini kita tidak
bisa lakukan bahkan mudik pun bagi saudara2 kita tidak bisa
terlaksana. Mari kita ambil hikmah dari musibah ini.

Mudah2han musibah yang melanda negri kita adalah untuk


menggugurkan dosa dan kesalahan kita sehingga ibadah yang
kita lakukan diterima Allah SWT

Demikian, semoga Allah SWT. menjadikan kita orang-orang yang


senantiasa mengingatNya. MengingatNya dengan perantara
ibadah tafakkur, baik tafakkur (tadabbur) Al-Qur’an dan tafakkur
alam. Semoga dengan ibadah tafakkur, Allah SWT. senantiasa
menghidupkan hati dan jiwa kita.

Wassalamu ‘alaikum WR WB

Anda mungkin juga menyukai