BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Berjamaah
adalah salah satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan
“shalat”, tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa di atas,
yang kedua setelah membaca syahadat, yaitu kesaksian bahwa tidak ada
dari sudut lahiriah dan kedua dari sudut batiniyah. Dari sudut lahiriyah
dikemukakan oleh ahli fiqih, shalat adalah ibadah yang terdiri dari
takbir dan diakhiri dengan salam. Dari sudut batiniyah shalat adalah
1
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2005), 264.
2
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih…, 79.
17
18
sehingga dapat dinyatakan bahwa shalat ialah suatu ibadah yang dilakukan
dengan anggota lahir dan batin dalam bentuk gerakan dan ucapan tertentu
yang sesuai dengan arti shalat yaitu melahirkan niat (keinginan) dan
bersamaan.3
)301 :…(التوبت
yaitu:
Shalat adalah perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
cara-cara tertentu.
3
Imam Musbikin, Rahasia Shalat Khusyu‟, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), 246.
4
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Toha Putra, 1995), 279.
19
2. Menurut hakikatnya
kekuasaan-Nya.
5
Riznanto & Rahmawati, Keajaiban Shalat..., 29.
6
Ibid.,24.
20
makmum.
„ain (wajib „ain), sebagian lagi berpendapat bahwa shalat berjamaah itu
Yang akhir inilah hukum yang lebih layak selain shalat jumat. Menurut
muakat. Shalat lima waktu dengan barjamaah di masjid lebih baik daripada
shalat berjamaah di rumah, kecuali shalat sunat, maka dirumah lebih baik.7
perbedaan ini yang dianggap paling benar adalah nash yang jelas dalam
Al-Qur‟an dan sunah. Maka siapapun yang bersama nash, dialah yang
benar.8
7
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,(Sinar Baru Bandung, 1990), 111.
8
Fadhl Ilahi, Mengapa Harus Shalat Jamaah,( Copyright Ausath 2009), 116.
21
ganjaran berjamaah.
ruku‟, dari ruku‟ ke i‟tidal, dari i‟tidal ke sujud, dan seterusnya, baik
shalat di satu tempat itu tidak menjadi syarat, hanya sunat karena yang
ke rukun atau dari rukun ke sunat, dan sebaliknya agar makmum dapat
beralangan.
bernajis badan, pakaian, atau tempatnya. Karena imam yang seperti itu
membaca kitab Allah. Jika mereka sama dengan as-sunah, maka orang
9
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru, 1990), 116.
23
yang paling dulu hijrah. Jika mereka sama dalam hijrah maka orang
b. Meluruskan shaf.
merupakan hamba Allah yang paling taat, paling khusyu‟ dan paling
10
Syaikh Jalal Muhammad Syafi‟I, The power of Shalat (Bandung: MQ Publishing, 2006), 58.
24
dari sudut pandang kita. Dalam jamaah biasanya ada orang yang
lemah, ada orag tua dan ada pula yang sedang mempunyai urusan.11
wajahnya kea rah makmum. Sesungguhnya hal ini disuruh bagi imam
syukur”.13
11
Sigit Yulianto dan Akbar Kaelola, Shalat Khusyu‟ Gaya Baru (Yogjakarta: Young Crew Media,
2007), 154.
12
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz V-VI (Jakarta: Pustaka Panjimas, t.t.), 251.
13
Amm Muhammad Khalid, Meminta dan Mencinta (Jakarta: Serambi, 2006), 193.
14
Ibid.,194.
25
5. Etika Makmum
Etika atau tata karma selain dimiliki oleh seorang imam juga harus
dimiliki oleh makmum. Adapun etika yang harus dimiliki oleh makmum
antara lain:
shalat. Namun di sisi lain, ia adalah manusia biasa saja yang bias lupa
dan salah.16
lakukan sehingga para makmum tidak gelisah dan berisik. Tetapi bila
15
Nada, Ensiklopedia Etika Islam…, 711.
16
Abdurraziq, Mukjizat Shalat Berjamaah…, 283.
26
Fatihah.18
6. Macam-macam makmum.
masbuq.19
untuk membaca al-fatihah, tapi shalatnya tetap syah karena ikut imam.
melakukan satu rekaat atau lebih, maka seluruh ulama sepakat bahwa
orang yang shalat tersebut. Bila makmum yang datang memiliki waktu
tetapi terdapat beberapa hal yang membolehkan kita untuk tidak ikut
menginginkannya.
d) Takut dan sakit.21 Sakit disini bukan sekedar sakit biasa, tapi sakit
yang berat. Misalnya lumpuh, orang yang sudah tua renta dan buta,
20
Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab…, 139.
21
Abdurraziq, Mukjizat Shalat Berjamaah…, 29.
28
dhalim.22
Bila salah satu dari beberapa poin terjadi pada seseorang, maka
merupakan agama kesatu paduan jamaah dalam umat yang satu bertanah
sesame mereka.23
dijadikan salah satu rujukan bagi umat islam. Bila diperinci lebih dalam,
22
Wahbah Al-Zuhaily, Fiqih Shalat: Kajian Berbagai Madzhab (Bandung: Pustaka Media Utama,
2004), 551.
23
Abdullah Gymnastiar, Shalat Best of the Best (Bandung: Khas MQ, 2005), 73.
29
a. Persatuan umat
sebab Tuhanya satu, syari‟at satu, dan tujuanya satu. Dalam hal ini
masjid dan bertemu lima kali sehari tidak diragukan lagi bila hal ini
lebih terlihat.
terangan dan agar bisa menjadi bukti di barat dan timur akan eksistensi
Allah SWT. Supaya orang-orang dapat melihat seperti apa Islam dan
apa yang ada di dalam nya sehingga bisa saling mengenal satu sama
lain.”25
24
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Semarang: PT Toha Putra, 1995), 507.
25
Anshari, Muhammad Ridha Abdul Amir (Jakarta: Misbah, 1999), 109.
30
diantara mereka.
b. Persamaan
Allah menciptakan manusia sama. Tidak ada kelebihan orang arab atas
dalam dunia manusia itu hanyalah salah satu sunatullah pada makhluk-
Nya.26
semuanya berbaris-baris, berbaur satu shaf dan yang datang lebih dulu
menempatu shaf yang paling depan meskipun ia rakyat jelata dan yang
presiden.
harus untuk orang-orang besar, tetapi untuk siapa saja yang datang
lebih dulu. Dalam shalat jamaah yang ada adalah sekelompok hamba
26
Abdurraziq, Mukjizat Shalat Berjamaah, 75.
31
c. Kebebasan
Allah saja.27
terhadap kekhilafan imam. Di satu sisi jamaah bisa melatih untuk taat
seperti apapun imam, imam hanyalah manusia biasa yang tidak luput
جدَاهلل َهيْءَا َهيَ بِاهللِ وَاْليَ ْىمِ اْ َألخِرِوَأَقَامَ اْلّصَلَ َىةَ وَءَاتَى ال ََََى ْىةَ وَلَى ْن
ِسَ إًِّوَا َيعْوُرُ َه
27
Sidik Tono dkk.,Ibadah dan Akhlak dalam Islam (Yogyakarta: UII Pres Indonesia, 1998), 33.
32
28
Departemen Agama RI, Al-Qu‟an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1974), 280.
29
Abdurraziq, Mukjizat Shalat Berjamaah…, 78.
33
dari saudara-saudaranya.
bila memerlukan.
mereka (orang yang berjamaah) adalah saudara yang saling suka dan
30
Ibid., 75.
34
B. Kedisiplinan Siswa
1. Pengertian Kedisiplinan
aturan pergaulan, pandangan hidup dan sikap yang bermakna bagi diri
rumah tangga ialah suatu tata tertib yang digunakan untuk mengatur dan
mengendalikan segenap isi rumah tangga agar hidup rukun, harmonis dan
seimbang.34
31
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), 330
32
Shocib, Pola Asuh Orang tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), 21
33
Ali Qoimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak, (Bogor: Cahaya, 2002), 234
34
Henri N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak, (Bandung: Angkasa, 1986), 47
35
mencapai suatu tujuan dan suatu hal yang mendorong untuk harus
infleksibel atau tidak dapat dirubah seperti halnya suatu ukuran linier
masyarakat akan berlaku sesuai status mereka dalam masyarakat itu. Biren
norma itu apabila dipakai dalam arti generik dalam arti umum harus
a. Suatu evaluasi kolektif dari kelakuan dalam arti bagaimana hal itu
seharusnya
35
Shocib, Pola Asuh Orang Tua…, 21
36
kepada siswa apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, maka si
siswa itu lebih menghubungkannya pada suatu nilai atau norma pada
sengaja ditanamkan (walau hal itu demikian) tetapi lebih sering merupakan
objek sikap.
lingkungan alam dan makhluk lainnya berdasarkan nilai moral dan aturan-
adanya upaya dari orang tua. hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Melatih
acuan moral, jika siswa telah terlatih dan terbiasa berperilaku sesuai
dengan moral.
36
Shocib, Pola Asuh Orang tua…, 22
37
siswa-siswa itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai siswa-
dalam unit keluarga. Hingga sampai masa remaja mereka itu kira-kira
(badaniyah) dan dewasa secara rohani. Adapun tugas utama dari keluarga
akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat siswa sebagian
besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang
37
Ibid.,
38
Nursyamsiyah Yusuf, Ilmu Pendidikan, (Tulungagung: Pusat Penerbitan dan Publikasi STAIN
Tulungagung, 2000), 65
38
lain.39Siswa merupakan amanat dari Allah SWT, dan orang tua memegang
amanat pertama dan utama terhadap siswa yang dilahirkannya. Jiwa siswa
yang masih murni dan suci, adalah mutlak memerlukan bantuan dan
dan bimbingan orang tua terhadap siswa yang dilakssiswaan dengan penuh
kesadaran dan cinta kasih serta kemesraan ini “olesan warna besar”
terhadap jiwa siswa itu sendiri, yang warna dasar itu akan dominant dalam
buruk, berbudi baik atau buruk selain pengaruh lingkungan, pergaulan dan
kebiasaan baik, bagaimana bersikap terhadap orang tua dan orang dewasa,
dipengaruhi oleh bagaimana cara dan corak orang tua dalam memberi
39
Binti Maunah, ILmu Pendidikan, (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2003), 57
40
Pamenang. No. 151/September 1997, 7-8
39
tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting
kecil. Hal ini untuk melatih siswa agar dapat mengatur dirinya sendiri.
Seorang siswa juga perlu di didik sedemikian rupa sehingga percaya pada
hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat,
41
J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 72
40
Orang tua hendaknya dapat menjadi contoh yang baik dalam segala aspek
saudaranya.
daripada masalah disiplin ini. Untuk menjadi orang tua yang efektif
menanamkan disiplin adalah suatu proses mengajar bagi anda dan belajar
bagi siswa anda. Ada beribu penyelidikan ilmiah untuk membimbing para
orang tua hanyalah menguasai sedikit saja. Tetapi jelas diketahui, cara
42
Moh. Shohib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 3
43
Charles Schafer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak..., 4
41
pengaruhnya terhadap nasib siswa masa kini dan masa yang akan
siswa sudah mencapai umur 5 tahun, siswa sudah mulai memilih jalan
dan kekuasaan yang kuat dalam diri siswa. Pelaksanaan beban yang
berat ini terletak di atas pundak ibu rumah tangga, karena tugas
ego orang tua. Seorang siswa yang sudah biasa menghormati ibu-
dalam rumah tangga. Karena hubungan siswa dengan orang tua adalah
44
Henry N. Siahaan, Peran Ibu Bapak Mendidik Anak, (Bandung: Angkasa, 1986), 48
45
Henry N. Siahaan, Peran Ibu Bapak…, 49
42
mempunyai tempat juga dalam usaha mengasuh siswa.47 Hal ini adalah
Untuk menjalankan disiplin dalam rumah tangga, orang tua perlu saja
disiplin siswa itu sendiri, sebab seorang siswa tidak bisa dilatih seperti
siswa agar disiplin dengan tangan besi, tanpa pengertian dari pihak
berpikir lemah dan batinnya pun sangat lemah sehingga mereka tidak
48
Henry N. Siahaan, Peran Ibu Bapak Mendidik Anak…, 50
44
terpelihara harga diri siswa, dan selalu ada hubungan yang dekat antara
Yang lebih baik membujuk siswa agar tidak marah. Cara yang terbaik
orang tua jangan lupa bahwa sahabat dan pelindung yang sangat dekat
dan akrab bagi siswa ialah orang tua. Itu sebabnya disiplin patut
lalim dan tidak adil. Jadi, perlu mereka satu hati dan kompak
siswa.50
49
Charles Scheifer, Cara Efektif…, 4
50
Henri N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak…, 47-52
45
kepada yang melakukan hal tersebut; dan usaha semacam itu jauh lebih
supaya hal itu dipelihara dan diperhatikan oleh para pendidik. Dalam hal
itu, Islam mendorong orang tua untuk memberikan pendidikan yang layak
dan Al-Hadits. Dari dua sumber hukum Islam tersebut dapat dinukil ayat
Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu, dan penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”. (QS. 66. 6)51
sumber hukum Islam yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits terdapat ajaran atau
51
Al-Qur'an dan Terjemah, (Semarang: Toha Putra, 1995), 951
46
mengurangi kemampuan siswa itu sendiri. Dengan hal itu Islam tidak
bermaksud agar orang tua memikirkan dan mengatur seluruh hidup siswa
itu, sedang ia tinggal diam dan bergantung saja kepada orang tuanya. Akan
Maka dari itu disiplin sangat penting ditekankan pada siswa kita
ketika mereka masih kecil. Tetapi, bukanlah suatu hal yang mudah untuk
disiplin dan takut akan Tuhan, tapi pada waktu yang sama kesulitan-
52
Dewan Ulama Al-Azhar, Ajaran Islam Tentang Perawatan Anak, (Bandung: Al Bayyan, 1991),
59-60
47
siswa sejak masih bayi dengan berbagai aturan aturan agar tidak
berbagai cara yang baik agar dapat diatasi sedini mungkin, sehingga
itu berada.53
berbagai aspek, akan dicontoh oleh siswa, sehingga menjadi sikap disiplin
pada siswa. Dengan demikian terlihat bahwa kesepakatan ayah dan ibu,
keluarga yang sejahtera. Apa yang diharapkan dari siswa dan bagaimana
orang tuanya.54
tujuan-tujuan yang praktis yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. Yang dimaksud tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat
bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas, atau yang masih
control and self direction) yaitu: dalam hal mana siswa-siswa dapat
yang sudah menjadi milik sendiri. Oleh karena itu orang tua haruslah
secara efektif dan terus menerus berusaha untuk memaikan peranan yang
makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan secara bertahap untuk
siswanya.55
55
Charles Schafer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Mutiara Utama,
1996), 3
49
Negara dan masyarakat dan terhadap dirinya sendiri, dan dalam usaha
berdikari dan penghargaan hak-hak orang lain. Yang paling jelas, tujuan
dari pendidikan disiplin orang tua ini adalah agar siswa memiliki suatu
kebiasaan yang berasal dari rumah, kebiasaan yang sudah dimulai sejak di
selanjutnya.
berpegang teguh pada aturan dan tata tertib, maka sang siswa tersebut akan
agar kebebasan mereka tidak terbuang percuma secara sia-sia dan tidak
56
W.A. Gerungan Dipl, Psikologi Sosial, (Bandung: Rafika Aditama, 2000), 203
50
masyarakat.57 Dengan disiplin dari yang ditanamkan sejak kecil ini akan
membawa manfaat bagi orang tuanya juga. Bagi orang tua tidak akan
diri siswa ada baiknya penulis kemukakan beberapa metode atau cara
Pada masa usia ini umur 6-12 tahun siswa memasuki masa
57
Ali Qoimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak…, 237
51
Siswa tetap memerlukan pengawasan dari guru dan orang tua untuk
tugas tetapi disamping memberi tugas orang tua juga harus mengontrol
orang tuanya ditiru oleh siswa, karena itu peneladanan sangat perlu.
siswa menirukan itu.59Maka dari itu guru perlu memberi contoh dan
akan menjadi baik begitu juga sebaliknya, akan tetapi tidak kalah
58
Singgih Gunarsa, Psikologi Praktis; Anak Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1991), 12
59
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 7-8
52
pentingnya hal ini juga perlu pengawasan. Hal ini bukan untuk
c. Membangun kebiasaan
pesantren atau oleh guru agama yang diundang ke rumah. Hanya kedua
demikian kebiasaan itu sangat perlu dibangun sejak dini. Karena jika
menjadi kebiasaan.
d. Memberi ganjaran
dan ada yang bersifat pujian. Ganjaran yang bersifat benda ini dengan
60
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dan Keluarga…,6
53
baik dan positif. Hal ini patut dilakukan oleh orang tua dalam upaya
usaha, jerih payah dan prestasi mereka, tetapi orang tua telah memberi
sendiri.61
e. Memberi hukuman
bahwa hukuman itu diberikan itu diberikan secara obyektif dan disertai
61
Henry N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak…, 63-66
62
Ibid., 53
54
tekanan keras atau perintah dan larangan dari berbagai penjuru niscaya
proses belajar. Pada awal proses belajar perlu ada upaya orang tua
berdasarkan acuan moral. Akan tetapi jika siswa telah terlatih dan
63
W.A. Gerungan Dipl, Psikologi Sosial…, 203
64
Ali Qoimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak…, 247
55
terhadap nilai moral. Tetapi juga perlu disadari bahwa pendidik atau
sebab itu, keteladanan berupa disiplin positif dari orang tua merupakan
Kedisiplinan Siswa
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan66. Namun jika
pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar
dalam upaya pembelajaran peserta didik atau santri. Sebagai suatu cara,
65
Moh. Shohib, Pola Asuh Orang tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri…,
21-36
66
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,
1997), hal. 5
67
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
hal. 11
68
Degeng, N.S. Ilmu Pembelajaran; Taksonomi Variabel, (Jakarta: Dirjen Dikti, 1989), hal. 2.
56
hasil yang optimal. Tanpa startegi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan
secara optimal, dengan kata lin pembelajaran tidak dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru lebih-lebih
bagi peserta didik. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan
Dari uraian diatas tergambar bahwa ada tiga masalah pokok yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan
Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar
mengajar. Sasaran yang di tuju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan
dipahami oleh anak didik. Bila tidak, maka kegiatan belajar mengajar tidak
punya arah dan tujuan yang pasti. Akibatb selanjutnya perubahan yang
dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Metode atau tehnik
guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru
69
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya.Stategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka setia, 1997),
hal. 5.
58
strategi yang tidak dapat dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.
sebagai berikut:
kepada Allah semata-mata, dan hal ini dapat dipandang dari dua segi,
yaitu:
kesempatan untuk menata dunia. Akal akan berfungsi dengan baik dan
allah akan memiliki nilai yang lebih mulia daripada bekerja hanya
berorientasi material/penghasilan.
shaleh, karena melalui peribadatan, banyak hal yang dapat diperoleh oleh
masyarakat global.
70
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hal. 2.
60
3) Religiusitas intellectual
untuk tidak mempelajari yang ada disekitar ini secara tekstual saja,
Hablu Minannas.
61
bisa menjadi suritauladan bagi murid dan murid harus patuh pada guru
disamping tetap bersikap kritis, karena gurupun juga manusia yang bisa
sebagia subjek karena muridlah yang menerima pelajaran dari guru. Jika
tugas pokok guru adalah mengajar maka tugas pokok muruid adalah
belajar.
Kedisiplinan Siswa
71
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), 127.
62
prose pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
1. Metode pembiasaan.
2. Metode keteladanan.
yang baik kepada peserta didik agar mereka dapat berkembang, baik fisik
3. Metode ceramah.
72
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 129.
63
ajarannya. Maka wajib atas tiap makhluk mengikuti perintah Allah SWT
langsung yaitu:
ibadah banyak dikemukakan dalam ajaran Islam antara lain kisah Nabi-
73
Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirk, diterj. Arifin,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1978), 182
74
Mansur, Pendidikan Anak ..., 262
75
Ibid., 263
64
Nabi Muhammad dan lain-lain. Hikmah dari Isra' Mi'raj yaitu adanya
betul dikerjakan dan ditaati, akan lahirlah akhlak Islam pada diri orang
luhur.
Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara
lain:
76
Darmajari, Bimbingan Bagi Pengembangan Disiplin Siswa Berbasis Nilai Shalat di SMPN 2
Karang Tunjang
65
Pelajaran 2011/201277.
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
77
Asriyah,Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 2011/2012
67
penilaian praktek salat pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 64,6 dan
pada siklus I nilai rata-rata sebesar 64,6 dan setelah siklus II dan setelah
mendapatka nilai lebih dari 65,0 lebih dari 70%, sehingga dapat
Pelajaran 2011/2012
dalam membentuk akhlak terpuji bagi siswa MTs Miftahus Sa‟adah Mijen
Semarang.78
Semarang?
Sa‟adah Mijen Semarang dan 2) apa faktor yang menjadi penghambat dan
78
Siti Saudah, Efektifitas kartu Sholat dalam meningkatkan Ibadah Sholat pada peserta didik di
MAN Godean Sleman Yogyakarta
68
memadai.
Ponorogo.
79
Binti Nur Eka Wati, Peranan kegiatan ekstrakurikuler bidang keagamaan bagi siswa-siswi
MTs Miftahul Ulum Ngraket Balong Ponorogo
69
konsep shalat bagi anak? (2) Bagaimanakah peran orang tua dalam
masalah.
diperlukan pola pengasuhan yang tepat dalam pendidikan shalat, anak usia
6-12 tahun berada dalam fase tamyis dan masa belajar dimana ia sudah
bisa mebedakan antara tangan kanan dan kiri sehingga di usia ini orang tua
pendidikan akan berjalan dengan baik efektif dan efisien. Disamping itu
80
Mahmud Ahmad Nur Yanto, Menanamkan Kegemaran shalat pada anak dalam lingkungan
keluarga, STAIN Tulungagung
71
menjadi dua strategi, yaitu internal dan eksternal sekolah, strategi internal
strategi eksternal dapat ditempuh melalui kerja sama dengan orang tua dan
81
Binti Maunah, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian Holistik
Siswa, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 1, April 2015.
72
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
Jenis dan
No Peneliti Judul Pendekatan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1 Djarmari Bimbingan Penelitian 1. Hasil penelitian ini didapatkan Latar Sama-sama Membahas
Bagi Lapangan dengan belakang kegiatan Shalat Dhuha bagi siswa- membahas kefektifan
Pengembangan pendekatan siswi di SMPN 2 Karangtanjung kedisiplinan shalat
Disiplin Siswa kualitatif, di Pandeglang adalah karena minimnya siswa berjamaah
Berbasis Nilai SMPN 2 pengetahuan agama Islam yang dimiliki berbasis dalam
Shalat Karangtanjung siswa khususnya tentang ibadah shalat, sholat, sama- meningkatkan
Pandeglang mengisi waktu luang siswa di madrasah sama kedisplinan
yang sebelumnya cenderung disia-siakan, menggunaka siswa
menurunnya penerapan ibadah para siswa, n pendekatan
dan sebagai bentuk alternatif usaha untuk kualitatif.
membuka hidâyah keilmuan dari Allah
SWT.
2. Faktor pendukung kegiatan Shalat dhuha
bagi siswa-siswi di SMPN 2 Karangtanjung
Pandeglang adalah pembinaan guru,
partisipasi siswi(putri) secara penuh, sarana
transportasi yang memadai, dan
koordinasiyang baik antara Bagian
Kesiswaan dengan para guru. Sedangkan
faktorpenghambatnya yaitu kurangnya
keterlibatan orang tua siswa, siswa(putra)
cenderung berpartisipasi sebagian, dan
73
2 Asriyah Upaya Penelitian Hasil penilaian praktek salat pada siklus I Sama-sama Membahas
Meningkatkan Lapangan dengan nilai rata-rata siswa sebesar 64,6 dan setelah membahas kefektifan
Prestasi pendekatan siklus II nilai rata-rata siswa menjadi materi shalat
Belajar kualitatif, metode 76,9.Hasil penilaian tertulis pada siklus I tentang berjamaah
Pendidikan survey di SD nilai rata-rata sebesar 64,6 dan setelah siklus sholat. dalam
Agama Islam Negeri pancar II dan setelah siklus II nilai rata-rata siswa meningkatkan
Materi solat Ngampeldento menjadi 77,2. Dari hasil penilaian tersebut, kedisplinan
dengan Salaman prestasi siswa mengalami peningkatan dan siswa
Metode rata-rata siswa yang mendapatka nilai lebih
Demonstrasi dari 65,0 lebih dari 70%, sehingga dapat
pada Siswa disimpulkan bahwa metode demonstrasi
Kelas IV dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri Pancar Ngampeldento
Salaman Tahun Pelajaran 2011/2012
3 Siti Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan shalat berjamaah ini Sama-sama Fokus pada
Saudah sholat Lapangan dengan dilaksanakan setiap masuk waktu dhuhur membahas peningkatan
berjamaah pendekatan dengan petugas shalat dan perangkat shalat sholat kedisiplinan
dalam kualitatif, di MTs di siapkan oleh siswa yang sudah di jadwal berjamaah
membentuk Miftahus Sa‟adah guru.
akhlak terpuji Mijen Semarang 2. Faktor pendukung dan penghambat
bagi siswa pelaksanaan sholat berjamaah ini adalah
MTs Miftahus pembinaan guru, partisipasi siswi (putri)
74
4 Binti Nur Peranan Penelitian 1. Latar belakang kegiatan Shalat Dhuha bagi Sama-sama Lebih fokus
eka Wati kegiatan Lapangan dengan siswa-siswi MTs Miftahul Ulum Ngraket membahas pada shalat
ekstrakurikuler pendekatan Balong Ponorogo adalah karena minimnya mengenai berjamaah
bidang kualitatif, di MTs pengetahuan agama Islam yang dimiliki kegiatan dalam
keagamaan Miftahul Ulum siswa khususnya tentang ibadah shalat, sholat. meningkatkan
bagi siswa- Ngraket Balong mengisi waktu luang siswa di madrasah kedisplinan
siswi MTs Ponorogo. yang sebelumnya cenderung disia-siakan, siswa
Miftahul Ulum menurunnya penerapan ibadah para siswa,
Ngraket dan sebagai bentuk alternatifusaha untuk
Balong membuka hidâyah keilmuan dari Allah
Ponorogo. SWT.
2. Faktor pendukung kegiatan Shalat dhuha
bagi siswa-siswi MTs. Miftahul Ulum
Ngraket Balong Ponorogo adalah
pembinaan guru, partisipasi siswi(putri)
secara penuh, sarana transportasi yang
memadai, dan koordinasi yang baik antara
Bagian Kesiswaan dengan para guru.
Sedangkan factor penghambatnya yaitu
75
5 Ahmad Menanamkan Penelitian Pelaksanan shalat bagi anak adalah sosok Sama-sama Membahas
Nuryanto kegemaran Lapangan dengan utama dalam pendidikan keagamaan anak membahas kefektifan
shalat pada pendekatan dan diperlukan pola pengasuhan yang tepat tentang shalat
anak dalam kualitatif dalam pendidikan shalat, anak usia 6-12 shalat berjamaah
lingkungan tahun berada dalam fase tamyis dan masa dalam
keluarga belajar dimana ia sudah bisa mebedakan meningkatkan
antara tangan kanan dan kiri sehingga di kedisplinan
usia ini orang tua wajib memerintahakan siswa
anak untuk menjalankan shalat sehingga
pendidikan akan berjalan dengan baik
76
F. Paradigma Penelitian
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.82
strategi
pembiasaan shalat
berjamaah
Pendekatan
metode
pembiasaan
pembiasaan shalat Meningkatkan
shalat berjamaah
berjamaah kedisiplinan siswa
dampakpembiasaa
n shalat
berjamaah
kegiatan yang berupa shalat berjamaah yang mencakup, strategi, metode dan
82
Sugiono, Metode Penelitian Adminitrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Bandung: Alfabeta,
2006), 43.
78
Hal tersebut di lakukan sebagai salah satu hal yang mesti dilakukan dalam
keberadaan dirinya, siapa dirinya, dari mana dia berasal, apa kelebihan dan
kekurangan dirinya, apa tujuan hidupnya sampai pada tingkat untuk apa Tuhan
penerus bangsa yang kokoh yang tidak tergoyahkan oleh derasnya arus
informasi yang melanda bangsa ini yang senantiasa disiplin dalam shalat