Anda di halaman 1dari 20

KEDUDUKAN IBADAH SHALAT DALAM ISLAM

Oleh :

Muh. Fachran Fahiran Achmad

091 2020 0013

C1 Metode Dakwah

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


TEKNIK INDUSTRI
2022/2023

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat membuat ataupun menyelesaikan makalah ini dalam rangkan memenuhi
tugas yang di berikan oleh Bapak D r . H . Y u s r i l M u h a m m a d A r s y a d , L C . ,
M A . sebagai dosen kami sekaligus pembimbing kami.

Sholawat serta salam kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang mana beliau
begitu perkasa yang membawa kita sampai kepada zaman yang begitu banyak ilmu pengetahuan.
Kita sebagai hamba Allah dan pencinta rosul, maka lakukanlah yang di senangi-Nya dan ikutilah
jejak rosul, salah satunya dengan menuntut ilmu.

Makalah ini membahas tentang Kedudukan Ibadah Shalat Dalam Islam, yang mana
disana terdapat pembagiannya yaitu pengertian sholat, kedudukan shalat, hukum meninggalkan
shalat, fungsi shalat serta hikmah dari Ibadah shalat.

Sekiranya kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi adakala kesalahan yang
terdapat di makalah ini kami mohon maaf, dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
Bapak dosen yang sebagai pembimbing kami serta teman-teman.

Gowa, 21 Maret 2022

Muh. Fachran Fahiran A.

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang
yang beriman.” (An-Nisaa’ :103)
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.”
(QS. 2:43)
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang
paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap
apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai tentang arti
khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Shalat merupakan rukun Islam kedua
setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga
barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa
meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan dalam satu
hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang
harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit.
Allah Ta’ala berfirman :

‫صتلتة تك اتنؤت تعتل ى اؤلممؤؤكمكننيتن كتت ابب ا‬


‫صتلتة كإصن ال ص‬ ‫صتلتة تف اؤذمكمروا ا صت‬
‫ل كقتني ابم ا تومقمعاوبدا توتعتل ى مجمناوكبمكؤم تفكإتذا اؤطتمؤأتنؤنمتؤم تفتأكقنيمماوا ال ص‬ ‫تفكإتذا تقتضؤنيمتمم ال ص‬
‫تمؤاومقاوبت ا‬
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu . Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”
(QS. An Nisa : 103)
Selanjutnya sebagai Rukun Islam yang kedua, Shalat memiliki hikmah dan keutamaan,
begitu juga mengenai Hukum – hukum shalat tersebut. Pada makalah ini akan dibahas lebih
banyak mengenai Shalat Wajib dan Sebagian Kecil Mengenai Shalat Sunnah. Lebih lengkapnya
akan dibahas pada bab selanjutnya.

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian shalat?
2. Bagaimana kedudukan shalat dalam islam?
3. Bagaimana hukum orang yang meninggalkan shalat?
4. Apa fungsi shalat?
5. Apa hikmah dari shalat?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui arti dari shalat.
2. Mengetahui kedudukan shalat dalam islam.
3. Mengetahui hukum bagi orang orang yang meninggalkan shalat.
4. Mengetahui fungsi dari shalat.
5. Mengetahui hikmah dari shalat.

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Shalat
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus
dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua
setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga
barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa
meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat.
Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf
baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah. Untuk
membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang
shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari – hari.
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah
kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88)
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang
kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi,
59)
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan
salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari
Assayuthi, 30)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan
ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan
penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


2.2. Kedudukan Shalat

Kedudukan dan keutaman shalat memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh ibadah-
ibadah yang lain. Hal ini sangat jelas terlihat dalam ayat-ayat Al-Qur`an dan hadis-hadis Nabi
Muhammad saw. Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa lupa mengerjakan shalat atau tertidur sehingga tidak mengerjakannya, maka
kafaratnya adalah mengerjakannya ketika ia mengingatnya.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Shalat itu memiliki kedudukan yang mulia. Dalil-dalil yang diutarakan kali ini sudah
menunjukkan kedudukan dan muliannya ibadah shalat.
1. Shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan shalat.
Dalam hadits Mu’adz disebutkan,

‫لمة توكذؤرتومة تستن اكمكه اؤلكجته امد‬


‫لمم توتعمماومدمه الصص ت‬ ‫ترؤأ م‬
‫س اتلؤمكر اكلؤس ت‬
“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah
jihad” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Yang namanya tiang suatu
bangunan jika ambruk, maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula dengan
bangunan Islam.
2. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai baik
buruknya dinilai dari shalatnya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫” إكصن أتصوتل تم ا ميتح اتسمب كبكه التعؤبمد تيؤاوتم الكقتني اتمكة كمؤن تعتمكلكه تصتلمتمه تفكإؤن تصتلتحؤت تفتقؤد أتؤفتلتح توأتؤنتجتح توإكؤن تفتسققتدؤت تفتقققؤد‬
‫ اتنتظققمرؤوا تهققؤل كلتعؤبققكد ي كمققؤن تتطققواوعع ؟‬: ‫ص كمؤن تفكرؤيتضكتكه تشؤيءء تق اتل الصروب تتبقق اترتك توتتعقق اتل ى‬ ‫تخ اتب توتختستر تفكإكن اؤنتتق ت‬
‫ ” مثصم الصزتك امة كمؤثققمل تذكلققتك‬: ‫ توكفي كرتواتيعة‬. ” ‫ص كمتن التفكرؤيتضكة مثصم تيمكؤاومن تس اكئمر تعتمكلكه تعتل ى تذكلتك‬ ‫تفمنيؤكتممل كبته ا تم ا اؤنتتق ت‬
. ” ‫مثصم متؤؤتخمذ اتلؤعتم امل تحتستب تذكلتك‬
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan
keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang
kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan
menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian
amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425,
Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan
tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz
Dzahabi)
3. Perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat.
Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س كب اصلكت ى تكلنيته ا توأتصوملمهققصن تنؤقضققب ا اؤلمحؤكققمم‬
‫لكم معؤرتوبة معؤرتوبة تفمكصلتم ا اؤنتتقتضؤت معؤرتوءة تتشصبتث الصن ا م‬
‫تلمنيؤنتقتضصن معتر ى اكلؤس ت‬
‫لمة‬
‫توخآكخمرمهصن الصص ت‬
“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia
bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang
terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadits ini jayyid)
Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam diri
seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut Islam. Di sini
Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada
tali-tali yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.
Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س اتلتم اتنمة تو خآكخمر تم ا تيؤبتق ى كمؤن كدؤيكنكهؤم الصص ت‬
‫لمة‬ ‫أتصومل تم ا تيؤرتفمع كمتن الصن ا ك‬
“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang terakhir tersisa
adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi dan disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahih Al Jami’, 2: 353).
4. Shalat adalah akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat terakhir Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫لتة توتم ا تمتلتكؤت أتؤيتم امنمكؤم‬
‫لتة الصص ت‬
‫الصص ت‬
“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad 6: 290. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


5. Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
‫( توتكق اتن تيقؤأمممر أتؤهتلققمه كب الصصقتلكة‬54) ‫تواؤذمكؤر كفي اؤلكتت اكب إكؤستم اكعنيتل إكصنققمه تكقق اتن تصق اكدتق اؤلتاوؤعقكد توتكق اتن ترمسقاوبل تنكبينيق ا‬
(55) ‫توالصزتك اكة توتك اتن كعؤنتد ترببكه تمؤركضيني ا‬
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di
dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan
zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).
6. Allah mencela orang yang melalaikan dan malas-malasan dalam menunaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
‫تفتختلتف كمؤن تبؤعكدكهؤم تخؤلءف أتتض امعاوا الصصتلتة تواصتتبمعاوا الصشتهتاواكت تفتسؤاوتف تيؤلتقؤاوتن تغيني ا‬
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS.
Maryam: 59).
Dalam ayat lain disebutkan,
‫س توتل تيؤذمكمروتن‬ ‫إكصن اؤلممتن اكفكقنيتن ميتخ اكدمعاوتن ا صت‬
‫ل تومهتاو تخ اكدمعمهؤم توإكتذا تق امماوا إكتل ى الصصتلكة تق امماوا مكتس اتل ى ميترامءوتن الصن ا ت‬
‫ل إكصل تقكلنيبل‬ ‫ا صت‬
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’: 142).
7. Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah shalat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫لكة توكإيتقق اكء الصزتكقق اكة‬ ‫س تشته اتدكة أتؤن تل إكتلته إكصل ا صم‬
‫ل توأتصن ممتحصمبدا تعؤبمدمه توترمسققاوملمه توإكتققق اكم الصصقق ت‬ ‫لم تعتل ى تخؤم ع‬
‫مبكنت ى اكلؤس ت‬
‫توتحبج اؤلتبؤنيكت توتصؤاوكم ترتمتض اتن‬
“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya,
(2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang
mampu, -pen), (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


8. Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang langsung mendapatkan perintah shalat ketika
beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj.
9. Awalnya shalat diwajibkan sebanyak 50 shalat. Ini menunjukkan bahwa Allah amat
menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memperingan bagi hamba-Nya hingga
menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung
dalam timbangan sebanyak 50 shalat, walaupun dalam amalan hanyalah 5 waktu. Ini
sudah menunjukkan mulianya kedudukan shalat.
10. Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya pula dengan
shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekankannya amalan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
‫( تواصلققكذيتن‬3) ‫( تواصلكذيتن مهؤم تعكن الصلؤغققكاو ممؤعكرمضققاوتن‬2) ‫( اصلكذيتن مهؤم كفي تصتلكتكهؤم تخ اكشمعاوتن‬1) ‫تقؤد أتؤفتلتح اؤلممؤؤكممناوتن‬
‫( إكصل تعتل ى أتؤزتواكجكهققؤم أتؤو تمقق ا تمتلتكققؤت أتؤيتمقق امنمهؤم تفققكإصنمهؤم‬5) ‫( تواصلكذيتن مهؤم كلمفمروكجكهؤم تح اكفمظاوتن‬4) ‫مهؤم كللصزتك اكة تف اكعملاوتن‬
) ‫( تواصلكذيتن مهؤم كتلتم اتنق اكتكهؤم توتعؤهققكدكهؤم ترامعققاوتن‬7) ‫( تفتمكن اؤبتتغ ى توتراتء تذكلتك تفمأوتلكئتك مهمم اؤلتع امدوتن‬6) ‫تغؤنيمر تمملاوكمنيتن‬
(9) ‫( تواصلكذيتن مهؤم تعتل ى تصتلتاواكتكهؤم ميتح اكفمظاوتن‬8
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-
orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-9).
11. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
‫توؤأممؤر أتؤهتلتك كب الصصتلكة تواؤصتطكبؤر تعتلؤنيته ا تل تنؤستأملتك كرؤزبق ا تنؤحمن تنؤرمزمقتك تواؤلتع اكقتبمة كللصتؤقتاو ى‬
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi
rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.
Thaha: 132).

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


12. Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak shalat pada
waktu berumur 10 tahun. Perintah shalat ini tidak ditemukan pada amalan lainnya,
sekaligus hal ini menunjukkan mulianya ibadah shalat.
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫لكة تومهؤم أتؤبتن امء تسؤبكع كسكننيتن تواؤضكرمباومهؤم تعتلؤنيته ا تومهؤم أتؤبتن امء تعؤشكر كسكننيتن توتفبرمقققاوا تبؤنيتنمهققؤم كفقق ى‬
‫مممروا أتؤوتلتدمكؤم كب الصص ت‬
‫اؤلتمتض اكجكع‬
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7
tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun.
Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
13. Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia mengqodhonya. Ini sudah
menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu karena mesti diganti.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ تل تكصف اترتة تلته ا إكصل تذكلتك‬، ‫لبة تفؤلمنيتصبل إكتذا تذتكترته ا‬
‫تمؤن تنكست ى تص ت‬
“Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada
kewajiban baginya selain itu.” (HR. Bukhari no. 597 dan Muslim no. 684).
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
‫لبة أتؤو تن اتم تعؤنته ا تفتكصف اترمتته ا أتؤن ميتصبلتنيته ا إكتذا تذتكترته ا‬
‫تمؤن تنكست ى تص ت‬
“Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya adalah ia shalat
ketika ia ingat.” (HR. Muslim no. 684). Dimisalkan dengan orang yang tertidur adalah
orang yang pingsan selamat tiga hari atau kurang dari itu, maka ia mesti mengqodho
shalatnya. Namun jika sudah lebih dari tiga hari, maka tidak ada qodho karena sudah
semisal dengan orang gila.
2.3. Hukum Meninggalkan Shalat

Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat


bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar
dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri,
dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan
kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7)

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, “Tidak
ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar
waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal.
25)

Untuk melihat dosa yang diperoleh karena meninggalkan shalat lima waktu adalah seperti
ini:

• Meninggalkan shalat shubuh


Ketika seseorang meninggalkan shalat shubuh, maka diceritakan bahwa mereka nanti akan
masuk ke neraka selama 30 tahun, dimana 30 tahun itu setara dengan 60 ribu tahun di dunia kita.
Hukuman ini bisa berlipat mengingat penjeblosan ke neraka selama 30 tahun berlaku untuk satu
kali saja melewatkan shalat shubuh.

• Lalai mengerjakan shalat dzuhur


Ada yang berbicara bahwa meninggalkan shalat dzuhur dosanya sangat besar. Tentu saja besar,
karena setiap kali kita tidak menjalankan shalat dzuhur maka kita dianggap seperti sudah
membunuh 1000 jiwa umat muslim di dunia.

• Tidak menunaikan shalat ashar


Hal yang sama juga terjadi ketika kita tidak menunaikan shalat ashar, maka dosa yang akan kita
terima juga luar biasa besar. Dikatakan bahwa jika kita tidak melakukan shalat ashar satu kali
saja, maka dosa yang kita terima setara dengan jika kita menghancurkan atau menutup Ka’bah di
Mekkah.

• Melupakan shalat maghrib


Saat kita secara sengaja ataupun lupa meninggalkan shalat maghrib, maka dosa yang kita
tanggung bisa jadi cukup besar, karena setiap kali kita meninggalkannya kita akan diberikan dosa
yang setara dengan jika kita berzina dengan orang tua.

• Memilih tidak menjalankan shalat isya’

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


Yang menutup rincian hukum meninggalkan shalat 5 waktu adalah jika kita terlupa melakukan
shalat isya yang notabene waktu pengerjaannya sangat panjang. Jika hal ini terjadi, maka
dipastikan kita akan kehilangan ridho dari Allah SWT untuk tinggal di bumi, serta untuk
mengkonsumsi makanan dan minuman-Nya.
 Dalam Al-Qur’an

Allah Ta’ala berfirman,

‫صصلصة صوتالتصبععوتا تاللشصهصوتالت صفصسنوصف صينلصقنوصن صغييا إللل صمنن صتاصب صوآصصمصن صوصعلمصل ص‬
‫صالححا‬ ‫صفصخلصصف لمنن صبنعلدلهنم صخنلفف أص ص‬
‫ضاععوتا تال ل‬

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang
yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah
sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash
Sholah, hal. 31)

Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi
orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang
meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka
paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang
merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-
orang kafir.

Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,

‫إللل صمنن صتاصب صوآصصمصن صوصعلمصل ص‬


‫صالححا‬

”kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh”. Maka seandainya orang yang
menyiakan shalat adalah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


‫صفلإنن صتاعبوتا صوأصصقاعموتا تال ل‬
‫صصلصة صوآصصتعوتا تاللزصكاصة صفلإنخصوتاعنعكنم لف ي تالدديلن‬

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9] : 11). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala
mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti jika shalat tidak dikerjakan,
bukanlah saudara seiman. Konsekuensinya orang yang meninggalkan shalat bukanlah mukmin
karena orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

‫إللنصما تانلعمنؤلمعنوصن إلنخصوفة‬

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)

 Dalam Al-Hadist

Terdapat beberapa hadits yang membicarakan masalah ini.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صص‬
‫للة‬ ‫صبنيصن تاللرعجلل صوصبنيصن تالدشنرلك صوتانلعكنفلر صتنرعك تال ل‬

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan
shalat.” (HR. Muslim no. 257).

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صصلعة صفلإصذتا صتصرصكصها صفصقند أصنشصرصك‬ ‫صبنيصن تالصعنبلد صوصبنيصن تالعكنفلر صوتا ل‬
‫لنيصمالن تال ل‬

“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila
dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad
shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no.
566).

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


‫لعة‬
‫صص‬ ‫لنس ص‬
‫لعم صوصععموعدعه تال ل‬ ‫ص‬ ‫ن‬
‫صرأعس تالنملر تا ل‬

”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR.
Tirmidzi no. 2825.

Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi). Dalam
hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti penopang (tiang) yang
menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu
juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.

 Menurut Para Sahabat

Umar mengatakan,

‫صص‬
‫لصة‬ ‫لصم لصمنن صتصرصك تال ل‬
‫ل إلنس ص‬
‫ص‬

”Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.”

Dari jalan yang lain, Umar berkata,

‫صص‬
‫لصة‬ ‫للم لصمنن صتصرصك تال ل‬ ‫لصحلظ لف ي تا ل‬
‫لنس ص‬ ‫وص‬

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh
Malik. Begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman.
Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu ’Asakir. Hadits ini shohih,
sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 209). Saat Umar
mengatakan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun
yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk
ijma’ (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash
Sholah.

Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja
adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau
mengatakan,

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


‫صص‬
‫للة‬ ‫ل صيصرنوصن صشنيحئا لمصن تا ص‬
‫لنعصمالل صتنرعكعه عكنففر صغنيصر تال ل‬ ‫صكاصن أص ن‬
‫ ص‬-‫صلى تال عليه وسلم‬- ‫صصحاعب عمصحلم ٍدد‬

“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap
suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.” Perkataan ini
diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim
mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan
sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah
wal Kitab, hal. 52)

Dari pembahasan terakhir ini terlihat bahwasanya Al Qur’an, hadits dan perkataan sahabat
bahkan ini adalah ijma’’ (kesepakatan) mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan
shalat dengan sengaja adalah kafir (keluar dari Islam). Itulah pendapat yang terkuat dari
pendapat para ulama yang ada.

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahwa
orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab
(Al Qur’an), As Sunnah dan kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang
dapat memberi taufik).” (Ash Sholah, hal. 56)

2.4. Fungsi Shalat


Berikut adalah fungsi dari shalat :
1. Inilah fungsi shalat yang utama yakni sebagai saran dzikrullah (mengingat Allah SWT)
orang yang memfungsikan Shalatnya sebagai sarana untuk mengingat Allah, akan
mendapatan ketrentaman hati. Tidak mungkin orang bisa mendapatkan ketenanagan dan
khe-khusuyu-an shalat seseorang sangat bergantung pada sejauh mana orang tersebut
mengenal Allah SWT. Hal lain yang dapat membantu kekkhusyu’an yakni memahami
dan menghayati makna bacaan shalat.
2. Shalat sebagai cara mendidik seseorang menjadi tenang. Shalat yang dilakukan secara
insentif akan mendidik dan melatih seseorang menjadi tenang dalam menghadapi
kesusahan dan tidak bersifat kikir saat mendapat nikamt dari Allah SWT.

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


3. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.shalat yang dilakukan sesuai dengan fungsi
uatmanya yakni dzikkrullah (mengingat Allah SWT) mestinya memiliki kualitas dan
pengaruh yang sangat kuat dalam mencegah seseorang terhadap perbuatan keji dan
mungkar.
2.4. Hikmah Shalat
Berikut hikmah serta keberkahan shalat bila ditinjau dari berbagai aspek dalam kehidupan
seorang muslim serta masyarakat luas :
1. Mencegah dekadensi moral.
Nars (1983) menengarai bahwa manusia sangat butuh agama tanpa agama ia
belum menajdi manusia yang utuh. Dalam hal ini, Al Islam telah menunjukannya dalam
pendekatan religius mengenai syariat yang dibawa oleh Rosul-Nya. Inilah yang disebut
buah bagi pelaku shalat yaitu, dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, mencegah
dekadensi moral yang melanda umat.
2. Menumbuhkan propesionalisme diri
Waktu – waktu shalat tersebut sebenarnya adalah bagian dari manajemen yang
ditetapakan Allah SWT kepada hamba – Nya ketika akan berkhidmad menghadap – Nya.
Biasanya buah waktu shalat ini tercemin dalam kehidupan sehari – hari seperti masuk
kelas tepat waktu, bangun tidur tidak kesiangan, menjalankan tugas dengan baik, serta
propesional dalam kerja serta sifat positip lainya.
3. Mendewasakan diri bersosialisasi.
Shalat berjamaah sangat dianjurkan dalam ajaran islam. Selain mendapatkan
pahala yang berlipat ganda shalt berjamaah juga dapat menjalin sosialisasi dengan
masyarakat sekitar. Makin sering shalt berjamaah, bersama keluarga, tetangga, dan
masyarakat maka makin kenal akan sesamanya sehingga menyadari pentingnya hidup
bermasyarakat.
Menurut Imam Asy-Syahid Hassan Albanna pengaruh shalat tidak berhenti pada
batas pribadi, tetapi shalat itu sebagaiman disebutkan sifatnya oleh islam dengan berbagai
aktivitas yang dzahir dan hakikatnya yang bersifat bathin merupakan minhaj
(sistem/metode) yang kamil (sempurna) untuk mentarbiyahkan umat sempurna pula.
Kemudian shalat itu dengan disyaratkan dengan berjamaah, akan bisa mengumpulkan
umat sebanyak lima kali sekali dan sekali dalam sepekan dalam shalat jum’at, nilai – nilai

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


sosial yang baik, seperti ketaatan, kedispilnan rasa cinta dan persudaraan serta persamaan
derajat di hadapan Allah SWT.
4. Mencegah stress.
Shalat adalah ibadah yang mengandung unsure meditasi. Yaitu pemusatan pikiran
dan hati pada suatu titik,yaitu Tuhan. Jika keadaan terjadi sedemikian rupa, maka
ketenangan dan kedamaian akan menyelimuti jiwa inilah energy yang sebenarnya
menjadi penawar kelelahan dan beban pikiran (stess).
Para ilmuan telah lama mengaitkan hal ini dengan kondisi jiwa seseorang. Oarng
yang mudah stres biasanya batinnya labil, jauh dari agama, sehingga tidak memiliki
pegangan dalam tindakannya. Fakta bahwa mereka yang tidak mengikuti nilai – nilai
ajaran agama akan mudah terjangkit stress juga dinyatakan dalam Al –Quran,”dan
barang siapa berpaling dari peringatan – Ku, maka sesungguhnya bagian penghidupan
yang sempit, dan kami akan menghimpunkanya pada hari kiamat dalam keadaaan buta”
(QS Thahaa: 124 ).

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


BAB III
PENUTUP

Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barang siapa yang selalu menjaganya,
berarti telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk
amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi.

Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,


“Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga
shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk
amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang
meninggalkan shalat.“

Imam Ahmad –rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang
yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian
dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang
dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima
waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah,
sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan
kadar shalat dalam hatimu.“ (Lihat Ash Sholah)

Oleh karena itu, seseorang bukanlah hanya meyakini (membenarkan) bahwa shalat lima
waktu itu wajib. Namun haruslah disertai dengan melaksanakannya (inqiyad). Karena iman
bukanlah hanya dengan tashdiq (membenarkan), namun harus pula disertai dengan inqiyad
(melaksanakannya dengan anggota badan).

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan
hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman
hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang
Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini
sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang
beriman (mu’min-mushoddiq).“

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


Al Hasan mengatakan, “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan).
Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.“
(Lihat Ash Sholah, 35-36)

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga kita dapat
mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima
waktu.

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam


DAFTAR PUSTAKA
https://rumaysho.com/544-dosa-meninggalkan-shalat-lima-waktu-lebih-besar-dari-dosa-
berzina.html

https://id-id.facebook.com/BatugaraIslam/posts/543884372311566

https://rumaysho.com/4953-13-kedudukan-shalat-dalam-islam.html

http://www.fimadani.com/pentingnya-kedudukan-shalat-dalam-islam/

http://www.islamnyamuslim.com/2013/01/kedudukan-dan-keutamaan-shalat.html

https://saepul1993.wordpress.com/2013/12/04/fungsi-dan-hikmah-shalat/

https://saepul1993.wordpress.com/2013/12/04/fungsi-dan-hikmah-shalat/

http://www.kumpulanmisteri.com/2015/05/inilah-rincian-hukum-meninggalkan.html

https://sujarwohart.wordpress.com/2010/01/31/ibadah-shalat-hikmah-dan-fungsinya-bagi-umat-
islam/

http://pengertian-shalat.blogspot.co.id/

http://yudielangkomando.blogspot.co.id/

http://azwaranas015.blogspot.co.id/2014/05/makalah-fikih-keutamaan-dan-kedudukan.html

http://ceritaislami.net/cerita-nabi-musa-dan-seorang-wanita-pezina/

Kedudukan Ibadah Shalat dalam Islam

Anda mungkin juga menyukai