Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Hadis Ahkam Ketatanegaraan Islam I

“Tata Cara Sholat”

Disusun Oleh: Kelompok 4

1. Syahnia Alia Bastuza 1320061


2. Syajad Al Furqan 1320083

Dosen Pengampu : Gonzales, S,Th.I., M,Ag

PROGRAM STUDI HUKUM KETATANEGARAAN


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BUKITTINGGI
TAHUN 1443 H/ 2021M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt, hanya dengan izin-nya juga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tata Cara Sholat”.salawat dan salam
tercurah buat junjungan alam, yakni nabi Muhammad SAW, dengan kehadiran beliau
telah terjadi perubahan dari pola jahilliah ke pola islamiah. Ucapan salawat juga pada
keluarga dan sahabat beliau serta seluruh pengikutnya yang setia dan ikhlas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran demi perbaikan masih sangat di perlukan untuk lebih menyempurnakan.
Semoga makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca
sebagaimana yang diharapkan.

Situjuah Banda Dalam,22 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................4
B. Identifikasi Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN
A. Tata Cara Sholat
Rasulullah……………………………………..…………...…..…….5
B. Teks Hadis Tentang Tata Cara Sholat………………………………9
C. Analisis Teks Hadis Tentang Tata Cara
Sholat…….........................................................................................10
BAB III: PENUTUP
A. kesimpulan..........................................................................................16
B. Saran…………………………………………………………….......16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tata cara shalat, sudah diatur oleh syariat Islam secara balik lagi sempurna. Misalnya,
tentang syarat rukun shalat, dan bagaimana pelaksanaan shalat itu sendiri. Shalat adalah
ibadah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang harus disertai
kekhusyu’an hati. Karena itu, tatacara pelaksanaan shalat yang sempurna harus dipelajari dan
dikuasai oleh setiap muslim, agar dapat meraih kesempurnaan pahala shalat.

Bagi seorang muslim, diwajibkan menerima dan melaksanakan ajran Rasulullah, tanpa
harus menawar dan memilih-milih. Bagi mereka yang taat, mendapatkan jaminan
memperoleh derajat taqwallah. Sedang jaminan terhadap kebenaran risalah Rasul, tidak dapat
diragukan lagi, keran Allah sendirilah yang memberikan jaminan. Karena itu hanya orang
munafik sajalah yang meragukan dan menolak hadits Rasul.

B. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana Tata Cara Shalat Rasulullah?

b. Bagaimana Teks Hadits yang Menjelaskan Tentang Tatacara Shalat?

c. Dan Bagaimana Analisa dari Hadits Itu?

C. Tujuan Penulisan

a.Untuk Mengetahui Bagaimana Tata Cara Shalat Rasulullah.

b.Untuk Mengetahui Bagaimana teks hadits yang menjelaskan tentang tatacara shalat.

c. Untuk Mengetahui bagaimana analisa dari hadits itu.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tata Cara Sholat Rasulullah

a. Pengertian shalat

Shalat menurut lughat (secara bahasa) berarti doa, sedangkan menurut istilah syara’ shalat
ialah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu,
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.1 Sebagaimana sabda Nabi SAW :

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu hendak melaksanakan shalat
maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke kiblat lalu bertakbirlah, kemudian
bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur'an, kemudian ruku’lah dengan tuma’ninah,
kemudian bangunlah hingga tegak berdiri, kemudian sujudlah dengan tuma’ninah kemudian
bangunlah lalu duduklah dengan tuma’ninah, kemudian sujudlah dengan tuma’ninah,
kemudian lakukan semua itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Imam Tujuh. Lafazh ini lafazh Al
Bukhari, sedangkan lafazh Ibnu Majah dengan sanad Muslim, “Bangunlah dengan
tuma’ninah).

Penjelasan Kalimat

"Jika kamu hendak melaksanakan shalat maka sempurnakanlah wudhumu (Yakni


mengerjakannya dengan lengkap) kemudian menghadaplah ke kiblat lalu bertakbirlah (yakni
takbiratul ihram) kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an (ungkapan ini
menjelaskan bahwa doa istiftah tidak wajib dibaca, jika wajib tentulah beliau perintahkan,
1
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum hukum fiqih islam cet.. ke 6, (Jakarta : Bulan Bintang), 1986 hal. 98

5
kemudian zhahir ungkapan ini mengisyaratkan bahwa yang dibaca tidak harus surat Al-
Fatihah, namun hal ini akan kami jelaskan pada saatnya nanti) kemudian ruku'lah dengan
tuma’ninah (hal ini menjelaskan bahwa ruku' dengan tuma‟ninah padanya adalah wajib)
kemudian bangunlah (dari ruku') hingga tegak berdiri kemudian sujudlah dengan tuma’ninah
(hal ini menjelaskan bahwa sujud dengan tuma‟ninah adalah wajib) kemudian bangunlah
(dari sujud) lalu duduklah dengan tuma’ninah (setelah sujud yang pertama) kemudian sujud
dengan tuma’ninah (ini adalah sujud kedua. Ini adalah sifat satu rakaat sempurna, yakni
berdiri, membaca sebagian dari AlQuran, ruku', i'tidal atau bangun dari ruku', sujud dengan
tuma'ninah, duduk antara dua sujud, kemudian sujud dengan tuma‟ninah pula dengan
demikian sempurnalah satu raka'at) kemudian lakukanlah semua itu dalam setiap shalatmu
(baik ucapan maupun perbuatan kecuali takbiratul ihram, karena ia khusus untuk raka'at
pertama saja sebagaimana yang telah dijelaskan oleh syariat).

Tafsir Hadits

Di dalam hadits Ibnu Majah dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dengan sanad yang
biasa dipakai Muslim disebutkan, "Bangunlah hingga berdiri dengan tuma’ninah." Sebagai
ganti apa yang disebutkan dalam hadits Al-Bukhari, "Kemudian bangunlah hingga tegak
berdiri." Hadits Ibnu Majah di atas menjelaskan bahwa tuma'ninah saat i'tidal setelah ruku'
adalah wajib.2

Shalat menurut istilah adalah beribadah hanya untuk allah ta‟ala, baik dengan
perkataan maupun perbuatan yang telah ditentukan, diawali dengan takbir dan ditutup dengan
salam, disertai niat, dan syarat – syarat tertentu.3

Shalat hukumnya wajib „ain, yakni wajib bagi setiap individu muslim yang sudah
baligh dan berakal, sehari semalam lima kali.

Firman Allah SWT :

2
Imam Ash Shan’ani, Subulus Salam Terjemahan jilid 1, hal. 42
3
Ibnu Amin Yasin, Abu Yasin, Fiqih Shalat Lengkap Menurut 17 Imam Besar terjemahan Cet I, Pustaka Azam,
Jakarta, 2010 hal. 1 - 2

6
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'(QS.
Al Baqarah : 43)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al Ankabut : 45)

Shalat adalah ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT, disampaikan
langsung olehnya kepada Rasulullah SAW. Di samping itu, shalat juga berupa amalan hamba
yang mula mula dihisab, berdasarkan hadits riwayat dari Abdullah bin Qurth ra. :

Amal yang pertama kali akan dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat.
Jika shalatnya baik maka dinilai baiklah seluruh amalnya yang lain dan jika shalatnya rusak
maka rusak pulalah seluruh amalnya yang lain (HR. Tabrani)4

Selain itu ketentuan shalat juga diatur dalam firman Allah SWT sebagai berikut :

4
Hasanuddin AF, Fiqih II cet I, Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen
Agama, 1996, hal. 80

7
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang
yang ingat.(QS. Al Huud 114)

(36) Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan
disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,

(37) Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An Nisa 103)5

5
5 Moch Anwar, Fiqih Islam, bandung PT. Alma’rif, 1991, hal. 40

8
B.Teks Hadits dan Terjemahan

Dituturkan dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, Apabila engkau hendak
shalat, sempurnakan wudhu, menghadap ke kiblat, lalu bertakbirlah. Kemudian bacalah
(ayat) Al-Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku‟lah hingga engkau tenang
(thuma‟ninah) dalam ruku‟, lalu bangunlah hingga engkau tegak berdiri, kemudian sujudlah
hingga engkau tenang dalam sujud. Lalu bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk,
kemudian sujudlah hingga engkau tenangdalm sujud. Lakukan hal itu dalam shalatmu
seluruhnya.6(HR Imam Tujuh, sedangkan redaksinya berdasarkan riwayat Al-
Bukhori).7 Menurut Ibn Majah dengan sanad dar Muslim (Hingga engkau tenang berdiri).

Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa dalam melaksanakan shalat, hal yang pertama
dilakukan adalah

1. Berwudhu
2. Menghadap kiblat
3. Takbir
4. Membaca ayat Al-Quran
5. Ruku’ beserta thuma‟ninah
6. I’tidal
7. Sujud beserta thuma‟ninah
8. Duduk tahiyyat beserta thuma‟ninah
9. Sujud beserta thuma‟ninah

6
HR Abu Daud Hadis (3566), Ahmad (4/222), Al-Nasa’i dalam Al-Kubra (3/409), dan Ibn Hibban (7/108-109).
Para perawinya terpercaya, tetapi dipertentangkan sanadnya. Ibn Abdul Hadi mengatakan dalam Al-Muharrar
(2/504) bahwa para perawi hadis ini terpercaya.
7
HR Abu Daud (3562), Al-Nasa’i dalam Al-Kubra (3/410), dan Ahmad (3/401 dan 6/365). Pada sanadnya ada
Umayyah ibn Shafwan yang tidak terkenal, dan Syarik Al-Qadhi yang lemah hafalannya.

9
C. Analisis Hadits
Rasulullah telah menjelaskan tentang tatacara pelaksanaan shalat, sebagaimana yang
sudah lazim dilakukan. Berikut hadits-hadits yang menejelaskan tentang tatacara gerakan
dalam shalat.

1. Berwudhu

Menurut riwayat Al-Nasa’i dan Abu Daud dari hadits Rif’ah inm Rafi’ RA

Sungguh tidak sempurna shalat seorang diantara kamu, kecuali dia menyempurnakan wudhu
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. Kemudian, ia bertakbir dan memuji Allah.8

Wudu’ merupakan salah satu dari syarat sahnya sholat, oleh sebab itu, merujuk pada
hadist di atas maka sholat yang tidak disertai wudu’ hukumnya tidak sah. Analogi logisnya
mengapa wudu’ itu diwajibkan yaitu Allah dzat yang suci, dan Allah menyukai sesuatu yang
suci. Oleh sebab itu Allah tidak menrima shalatnya seseorang yang tidak bersesuci, baik
bersesuci dari hadas atau najis.

2. Menghadap Kiblat

Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abdillah bin Dinar, dia telah berkata: Suatu
ketika ada sekelompok manusia berada di Quba‟9 untuk melaksanakan shalat subuh. Tiba-
tiba datang seorang laki-laki yang mengatakan: “Sesungguhnya Rasulullah SAW tadi malam
dituruni ayat Al-Qur‟an, dan beliau memerintahkan agar melaksanakan shalat dengan

8
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram (Beirut: Dar Al-Fikr, 1998) hal 118
9
Quba’ adalah nama sebuah kampung yang terletak disebelah selatan kota Madinah
9[5] Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Ahkam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal 156

10
menghadap Ka‟bah”. Merekapun segera menghadap ke arah Ka‟bah. Padahal sebelumnya
mereka melaksanakan shalat dengan menghadap ke Syam. Mereka kemudian memutar diri
menghadap ke arah Ka‟bah.10

Yang dimaksud dengan menghadap Syam adalah menghadap ke Baitul Maqdis, yang
merupakan kiblat mereka ketika itu, sebelum berpindah pada arah Ka’bah. Menghadap kiblat
(Ka’bah) merupakan salah satu syarat sahnya shalat.

3. Takbir

Dituturkan dari Ibn Umar RA bahwa Nabi SAW mengangkat kedua tangannya lurus dengan
kedua bahunya ketika beliau memulai shalat, bertakbir untuk ruku‟, dan mengangkat
kepalamya dari ruku‟. (HR Al-Bukhari dan Muslim)11

Telah menkhabarkan kepada kami Sa‟id bin Salim dari Sofyan Ats-Tsauri dari Abdillah bin
Uqail dari Muhammad bin Hanafiyah dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
Kunci pembuka shalat adalah wudhu‟, permulaan shalat adalah takbir dan penutup shalat
adalah salam.12

Rasulullah memulai shalatnya dengan mengangkat tangan (takbir) dan mengakhiri shalatnya
dengan salam. Dari hadist diatas bisa kita ambil konklusi bahwa takbir (mengangkat tangan)
dalam shalat ada tiga tempat yaitu ketika takbiratul ihram, ketika akan ruku’ dan ketika
bangkit dari ruku’. Hadits inilah yang dijadikan hukum oleh Imam Syafi’i dan diikuti oleh
pengikut madzhab Syafi’i. Dituturkan dari Wa’il ibn Hujr RA, ia berkata:

10
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Ahkam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal 156
11
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Ahkam, hal 175
12
Ibid., hal 169

11
Aku pernah shalat bersama Nabi SAW beliau meletakkan tangannya yang kanan diatas
tangannya yang kiri pada dadanya (HR Ibn Khuzaimah)13

4. Membaca Ayat Al-Quran

Dituturkan dari Ubadah ibn Al-Shamit RA bahwa Rasulullah SAW bersabda

Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Ummul Quran (HR Al-Bukhari dan
Muslim)14

Makna Ummul Qur‟an yang dimaksud dalam hadits diatas adalah Al-Fatihah. Namun
sebagian ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, yang akan dibahasa di sub selanjutnya.

Namun pada permulaan Islam, ketika Al-Quran belum banyak diturunkan, dan waktu
belum ada aturan bahwa didalam shalat harus membaca surat Al-Fatihah nabi menganjurkan
membaca hamdalah.15 Namun Rasulullah SAW juga mencontohkan setalah membaca Al-
Fatihah, beliau juga membaca ayat-ayat Al-Quran. Dalam pelaksanaan shalat empat rakaat,
ayat Al-Quran selain Al-Fatihah hanya dibaca pada rakaat pertama dan kedua saja, hal ini
sesuai dengan hadits yang dituturkan Abu Qatadah RA, ia berkata:

Rasulullah SAW shalat bersama kami, pada dua rakaaat pertama shalat Dzuhur dan Asar
beliau membaca Al-Fatihah dan dua surah. Ada kalanya beliau memperdegarkan kepada

13
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, hal 123
14
Ibid., hal 123
15
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Ahkam, hal 170

12
kami bacaan ayatnya. Beliau memperpanjang rakaat pertama dan hanya membaca Al-
Fatihah dalam dua rakaat terakhir. (HR Al-Bukhari dan Muslim).16

5. Ruku’ beserta thuma‟ninah

Dituturkan dari Abu Humaid Al-Sa’idi RA berkata:

Ketika takbir, aku melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dalam keadaan
lurus dengan kedua bahunya. Apabila ruku‟, beliau menekankan kedua tangannya pada
kedua lututnya kemudian meratakan punggungnya,...(HR Al-Bukhari)

Dari hadits ini bisa dipahami gerakan ruku’ Rasulullah mebentuk tubuh 90o dengan
meratakan punggung dan meletakkan telapak tangannya pada lutut dan merengangkan jari-
jarinya. Seperti yang dituturkan dari Wa’il ibn Hujr RA

Bahwa nabi ketika ruku‟, beliau merenggangkan jari-jarinya dan ketika sujud merapatkan
jari-jarinya (HR Al-Hakim)17

Saat thuma‟ninah, Rasullah membaca bacaan tasbih. Adapun batas minimal bacaan
ruku’ adalah membaca subhana rabbiyal „adzimi wa bi hamdihi tiga kali, berdasarkan hadits
dari Muhammad ibn Ismail

Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dianatar kamu melakukan ruku‟,
lalu membaca Subhana Rabbiyal „Adzim tiga kali, berarti dia telah melakukan ruku‟ yang
sempurna. Demikian itulah ukruran minimal pelaksanaan ruku‟. Dan apabila salah seorang

16
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, hal 126
17
Ibid., hal 131

13
diantara kamu melakukan sujud, lalu membaca Subhana Rabbiyal A‟la tiga kali, berarti dia
telah melakukan sujud secara sempurna. Demikian itulah ukuran minimal pelaksanaan
sujud.18

6. I’tidal

Dituturkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata

Rasulullah SAW dalam shalatnya, bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika ruku‟,
lalu membaca “sami‟allahu liman hamidah” ketika beliau mengangkat tulang pumggungnya
dari ruku‟. Saat berdiri, beliau membaca “rabbana wa laka al-hamd”....... (HR Al-Bukhari
dan Muslim).19

7. Sujud beserta thuma‟ninah

Dituturkan dari Ibn Abbas RA bahwa Rasulallah SAW bersaba,

Aku diperintahkan untuk bersujud diatas tujuh tulang: yaitu pada dahi (beliau kemudian
menunjuk dengan tanganya, hidung, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung-ujung jari kedua
kaki (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dituturkan dari Ibn Buhainah RA bahwa Rasulullah SAW apabila shalat (dan sujud), beliau
merenggangkan kedua tangannya sehingga tampak putih kedua ketiaknya (HR Al-Bukhari
dan Muslim)

Dari kedua hadits diatas menjelaskan bagaimana tata cara Rasulullah sujud, dengan
bersujud diatas tujuh anggota sujud, yaitu muka (dahi) kedua telapak tangan, kedua lutut, dan

18
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Ahkam, hal 217
19
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, hal 129

14
kedua ujung telapak kaki. Bila salah satu anggota sujud tidak menempel ditempat sujud,
maka sujudnya tidak sah. Dan posisi bersujud dengan merenggangkan tangannya dan
merapatkan jari-jarinya. Dan membaca tasbih saat thuma‟ninah yaitu subhana rabbiyal a’la
tiga kali, seperti yang telah dijelaskan pada bab ruku’.

8. Duduk tahiyyat beserta thuma‟ninah

Duduk tashayud (tahiyyat) ada dua macam, yakni tasyahud awal yang dilakukan diantara dua
sujud. Dalam tasyahud awal dipersiapkan untuk bangkit berdiri dengan cepat guna
melakukan rakaat berikutnya. Sedang yang kedua adalah tasyahud akhir, duduk dalam
tasyahud akhir hanya dipersipkan untuk mengakhiri shalat. Dalam posisinya tasyahud awal
menghamparkan kaki kirinya dan duduk diatasnya dengan menegakkan telapak kaki
kanannya. Sedangkan posisi tasyahud akhir dengan memasukkan kaki kiri ke dalam (ke
bawah) kaki kanannya, dan duduk diatas tanah dengan menegakkan telapak kaki kanannya.
Seperti hadits dari Abi Humaid As-Sa’idi, dia berkata:

Rasulullah SAW apabila duduk diantara dua sujud, beliau menghamparkan kaki kirinya,
kemudian duduk diatsnya dan beliau menegakkan telapak kaki kanannya. Apabila beliau
duduk pada rakaat keempat (rakaat terakhir) beliau memasukkan kaki kirinya kedalam, (ke
bawah) kaki kanannya, kemudian beliau duduk diatas tanah dan menegakkan telapak kaki
kanannya.20

20
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Ahkam, hal 234

15
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dituturkan dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, Apabila engkau hendak
shalat, sempurnakan wudhu, menghadap ke kiblat, lalu bertakbirlah. Kemudian bacalah
(ayat) Al-Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku‟lah hingga engkau tenang
(thuma‟ninah) dalam ruku‟, lalu bangunlah hingga engkau tegak berdiri, kemudian sujudlah
hingga engkau tenang dalam sujud. Lalu bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk,
kemudian sujudlah hingga engkau tenangdalm sujud. Lakukan hal itu dalam shalatmu
seluruhnya. (HR Imam Tujuh, sedangkan redaksinya berdasarkan riwayat Al-Bukhori).
Menurut Ibn Majah dengan sanad dar Muslim (Hingga engkau tenang berdiri).
Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa dalam melaksanakan shalat, hal yang
pertama dilakukan adalah
1. Berwudhu
2. Menghadap kiblat
3. Takbir
4. Membaca ayat Al-Quran
5. Ruku’ beserta thuma‟ninah
6. I’tidal
7. Sujud beserta thuma‟ninah
8. Duduk tahiyyat beserta thuma‟ninah
9. Sujud beserta thuma‟ninah

B.Saran

Kepada para pembaca tulisan ini, diharapkan dapat mengambil ilmu dan pelajaran yang
ada padanya, dan tentu saja dalam penulisan makalah ini, masih banyak kesalahan dan
kesilapan yang berasal dari penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada
pembaca, dan dosen mata kuliah Hadis Akham Ketatanegaraan Islam I khususnya, untuk
memberikan krtitik dan saran atas kesalahan dalam penulisan malakah ini, agar dapat menjadi
perbaikan bagi penunlis untuk selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibn Hajar. 1998. Bulughul Maram. Beirut: Dar Al-Fikr

Mahalli, Ahmad Mudjab. 2003. Hadits-Hadits Ahkam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Shifatu Shalatun Nabi

Ash Shan‟ani, Imam, Subulus Salam Terjemahan

17

Anda mungkin juga menyukai