Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FIQIH IBADAH “SHALAT FARDHU”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih
Dosen pengampu :

Disusun oleh :
Tedi Hasrul (2203004112)
Ari noorhadi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS 2022-2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Fiqih Ibadah tentang “Shalat
Fardhu” ini dapat terselesaikan dengan baik. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat
mengetahui bagaimana tat a cara salat yang baik dan benar. Terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu melalui sarana, serta dukungan dalam pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini kedepan mampu memberi manfaat kepada pembaca dalam mencari gambaran
mengenai tata cara salat yang baik dan benar. Pada akhirnya saya berharap kritik dan saran guna
perbaikan penulisan yang akan datang. Wassalamu’alaikum wr.wb

Ciamis, 03 April 2023

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BA 1 PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ......................................................................................................... 1
C. TUJUAN Penulisan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Sholat............................................................................................................2
B. Dasar Hukum Shalat.......................................................................................................2
C. Tata Cara shalat Rasulullah.............................................................................................2
D. BAB III PENUTUP .....................................................................................................3
E. Simpulan.........................................................................................................................3
F. Daftar Pustaka.................................................................................................................4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang
paling sempurna yaitu sholat,atau lerkadang tau lentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap
apa yang dilakukan.Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai tentang arti
khilafiyah,dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu mari kita kaji bersama
tentang arti shalat.dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur didalamnya.Dalam pembahasan
kali ini juga di paparkan sholat dan macamnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan
harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.Shalat merupakan rukun Islam
kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat,
sehingga barang siapa mendirikan shalat maka ia mendirikan agama (lslam), dan barang siapa
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari
satu malam sebanyak lima kali,berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus
dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat
wajib ada juga shalat-shalat sunah.Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini.
maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,maka penyusun merumuskan masalahsebagai berikut:
1. Apakah pengertian shalat?
2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?
3. Bagaimana Tata Cara Shalat Rasulullah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan makalah ini agar kami selaku penyusun mengetahui bagaimana segalah hal
tentang shalat baik pengertian,rukun,sunat dll.kemudian agar menambah wawasan para
pembaca serta menjadi referensi bagi penulis-penulis berikutnya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholat
Pengentian sholat menunut bahasa adalah berdoa (memohon), pujian.Sedangkan pengertian
menurut syara' sebagaimana pendapat imam Rafi'i yaitu ucapan-ucapan yang dimulai dengan
takbiratul dan ditutup dengan salam. Menurut para ulama' fuqaha' sholat ialah ibadah yang terdiri
dari perbuatan atau gerakan dan perkataan atau ucapan tertentu yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Sedangkan menurut ulama' tasawuf shalat ialah mengahadapkan kalbu kepada
Allah SWT hingga menimbulkan rasa takut kepada-Nya serta kesempurnaan kekuasaanya.atau
menghadap kepada Allah dengan kalbu, bersikap khusyuk (konsentrasi penuh) dihadapan-Nya,disertai
dengan penghayatan penuh takala berdzikir,berdo'a dan memujin-Nya.
B. Dasar hukumnya
Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan oleh setiap muslim
yang sudah akil baligh,baik laki-laki maupun perempuan,dalam keadaan sehat maupun sakit.
Dasar kewajiban shalat ini adalah AI-Quran dan hadist"Dan dirikanlah shalat tunaikanlah zakat
dan rukulah bersama orang-orangyang ruku" (Al-Baqarah:43)
Salah satu Hadist yang menjelaskan dasar hukum shalat yaitu:
"Dari Abu Abdirrahman Ahdullah bin U'mar bin Khatah, semoga Allah meridhai mereka
bedua ,ia berkata:Aku pernah mendengar Rasulluh saw.Bersahda:'Islam didirikan di atas 5
dasar,yuitu memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nahi Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat.menunaikan zakat, melaksanakan haji ke mekkah
C. Tata cara sholat Rasulullah SAW
1. Menghadap kiblat
Salat wajib menghadap kiblat, yaitu Masjdil Haram (QS: Al-Baqarah:
144). Jika dalam keadaan darurat, seperti perang (QS: Al-Baqarah: 238-239)
atau di atas kendaraan yang sedang berjalan, atau ketika tidak mengetahui arah
kiblat, di bolehkan tidak menghadap kiblat (QS: Al-Baqarah: 115)
2. Niat
Kewajiban niat didasarkan pada surat Al-Bayyinah ayat: 5 dan hadist
Umar tentang niat (HR. Al-Bukhari: 1, Muslim: 3530). Niat artinya sengaja (al-qasdu).
Niat adalah pekerjaan hati, bukan lisan sehingga tidak perlu diucapkan. Tidak ada satu
hadist pun, meskipun dla’if, apalagi yang sahih,yang menerangkan nabi
mengucapkan niat saat hendak salat. Siapapun yang dengan sengaja melakukan
sesuatu maka hakikatnya dia telah berniat didalam hatinya. Allah maha mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hamba di dalam lubuk hatinya (QS: Qaf: 16). Hanya orang yang
tidak sadar dan gila yang tidak berniat mengerjakan sesuatu.
3. Berdiri
Salat harus dilakukan dengan berdiri secara sempurna bagi yang mampu (QS:
Al-Baqarah: 238). Kalau tidak mampu harus dengan duduk, Kalau tidak mampu
duduk harus dengan berbaring. (HR. Al-Bukhari:1050). Pahala orang yang salat
dengan tidak berdiri karena uzur samadengan orang yang berdiri. Khusus salat
sunnah dibolehkan duduk walaupun tanpa uzur (HR. Muslim: 1201). Tetapi
harus diingat, nabi melakukan hal ini diakhir hayatnya saat beliau sudah tua (HR.
Muslim : 123)
4. Bertakbir dan Mengangkat tangan
Setelah berdiri sempurna melakukan tabir. Takbir ini adalah takbir pertama , yang
dalam terminology fiqih di sebut takbiratul ihram. Di sebutdemikian karna
mengharamkan selain gerakan dan selain aktifitas dalamsalat yang di perintahkan
hingga salam.
Tata cara bertakbir adalah dengan mengangkat kedua tangan sambil
meluruskan jari jemarinya, tidak merenggangkannya dan tidak menggenggamnya
dalam posisi sejajar dengan telinga dan dan bahu sekaligus, sambil membaca
Allahu Akbar, yang dibaca keras oleh imam saat salat jama’ah agar makmum
mendengarnya. Setelah imam membaca takbir, makmum kemudian mengikutinya
dengan membaca takbir juga.Boleh juga bertakbir dengan mengangkat tangan
sejajar dengan bahu. Mengangkat tangan lebih dahulu atau bertakbir lebih dahulu atau
bertakbir dengan mengangkat tangan secara bersamaan, hukumnya boleh.
5. Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri
Setelah bertakbir dan mengangkat kedua tangan, lalu meletakkan tangan kanan di
atas punggung pergelangan lengan kiri dan mengencangkannya atau di atas
punggung telapak tangan kiri dalam keadaan memegang tangan kiri. Diatas dada
atau diatas pusar. Tidak boleh dibawah pusar. Dilarang meletakkan tangan di atas
lambung.
6. Pandangan Ke Arah Tempat Sujud
Pandangan kearah sujud , tidak boleh menutup mata dan mengadah ke atas , tidak
boleh menoleh ke kanan kiri. Menyingkirkan gambar ditempat sujud yang dapat
menggagu ke-khusyu’an salat. Tidak boleh juga salat di depan makanan dan sedang ingin
buang hajat.
7. Membaca Do’a Iftitah

8. Membaca Surat Al-Fatihah


Membaca Al-Fatihah secara tartil (jelas dan pelan), dengan terlebih dahulu
membaca taawwudz lalu basmalah yang keduanya dibaca dengan lirih (sirr), tidak keras
(jahr), baik saat berjamaah atau tidak. Membaca Al-Fatihah ayat demi ayat. Setelah
membaca Al-Fatihah langsung mengucapkan amin (artinya kabulkanlah). Jika
berjamaah dibaca dengan keras dan panjang. Setelah itu membaca surat atau kelompok
ayat yangmudah dalam al-quran tanpa mengeraskan bacaan basmalah.
9. Ruku’
Apabila selesai membaca ayat, beliau berhenti sejenak untuk menghela
nafas. Setelah itu baru ruku’ dengan mengangkat kedua tangan seperti saat takbiratul
ihram. Posisi ruku’ adalah kedua tangan menggenggam kedua lutut dan punggung
dalam keadaan rata, kepala tidak di tundukkan dan tidak pula di angkat. Ruku’ harus
sempurna dan tenang, apabila tidak sempurna nabi menyebutnya sebagai orang yang
mencuri dalam salat. Nabi melarang membaca al-quran saat ruku’ dan sujud.
10. I’tidal
Berdiri tegak dengan sempurna dan tenang (thuma’ ninah) setelah bangkit dari
ruku’ , sambil mengangkat kedua tangan seperti saat takbiratul ihram. Lama
berdiri saat I’tidal seperti lamanya ruku’, posisi tangan adalah tegak lurus dan tidak
bersedekap. Karena tidak ada hadist yang maqbul yang menjelaskan adanya tuntunan
sedekap kecuali hanya penafsiran.
11. Sujud
Membaca takbir menuju posisi sujud tanpa mengangkat tangan dengan cara
meletakkan lutut terlebih dahulu lalu kedua tangan. Kemudian meletakkan wajah
ditempat sujud dengan menempelkan 7 tulang: dahi (dengan hidung), kedua
tangan, kedua lutut dan kaki (ujung kaki),kedua tangan, kedua lutut dan kaki (ujung
kaki). Dan posisi kedua telapak tangan sejajar dengan kedua telinga, wajah berada
ditengah antara kedua telapak tangan, kedua telapak kaki ditegakkan, jari jemari
dirapatkan dandihadapkam kiblat, kedua tumit dan telapak kaki direnggangkan
(tidak rapat dan tidak renggang). Mengangkat kedua siku dan merenggangkan keduaanya
dari ketiak dan lambung, merenggangkan kedua paha dan tidak menempelkan perut
pada kedua paha. Mengangkat pantat, tetapi tidak boleh berlebihan dengan
memanjakan sujud hingga perut mendekati lantai

12. Duduk Antara Dua Sujud


Setelah selesai berdoa, lalu bangkit dari sujud sambil bertakbir menuju
posisi duduk dimana posisi tangan kanan berada diatas paha-lutut kanan dan tangan kiri
di atas paha-lutut kiri. Sedangkan posisi duduk, yaitu duduk di atas bentangan kaki kiri
sementara telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari kaki kanan menghadap
kiblat (duduk iftirasy). Kemudian sujud lagi untuk kedua kalinya sambil bertakbir
dan berdoa seperti bacaan sebelumnya.
13. Duduk Istirahat
Ketika akan bangkit, sambil bertakbir, dari sujud kedua pada rakaat ganjil menuju
rakaat genap disunnahkan duduk istirahah (istirahat) dengan posisi sama dengan saat
duduk diantara dua sujud
14. Setelah duduk istirahat
kemudian berdiri dengan menekankan kedua telapak tangan (tanpa dikepalkan)
tanah lalu meletakkan pada kedua paha untuk berdiri dan langsung bersedekap, tanpa
mengangkat tangan.Selanjutnya pada rakaat kedua, melakukan dan membaca bacaan
sepertipada rakaat pertama, kecuali tidak membaca doa iftitah.
15. Duduk Iftirasy atau Tasyahud Awwal
Setelah sujud kedua pada rakaat kedua di perintahkan untuk duduk. Jika salat itu
lebih dari dua rakaat, di perintahkan untuk duduk iftirasy sambil membaca tasyahud
awwal. Duduk iftirasy adalah duduk di atas bentangan kaki kiri sementara telapak kaki
kanan ditegakkan dengan jari kaki kanan menghadap kiblat. Saat duduk tasyahud awwal,
posisi jari-jaritangan kiri terjulur di atas tempurung lutut, sedangkan jari-jari
tangan kanan dalam posisi mengepal, kecuali telunjuk yang menunjuk untuk
berdoa sejak awal tasyahud sampai akhir, tanpa menggerak-gerakannya.
16. Berdiri Menuju Rakaat Ketiga
Adapun saat bangkit menuju rakaat ketiga untuk berdiri dilakukan dengan takbir dan
mengangkat kedua tangan seperti takbiratul ihram, lalu bersedekap. Lalu membaca surat
al-Fatihah saja. Setelah itu ruku’ dan sujud seperti pada rakaat sebelumnya.
Setelah selesai sujud ketiga rakaat. Jika salat itu empat rakaat, disunnahkan untuk
duduk istirahat,sebelum menuju rakaat keempat. kedua langsung duduk seperti dalam
dalam penjelasan selanjutnya, jika salat itu tiga rakaat. Jika salat itu empat rakaat,
disunnahkan untuk duduk istirahat,sebelum menuju rakaat keempat

17. Berdiri menuju rakaat keempat


Adapun saat bangkit menuju rakaat keempat untuk berdiri dilakukan dengan
bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan, lalu bersedekap. Lalu membaca surat
al-Fatihah saja. Setelah itu ruku’ dan sujud seperti pada rakaat sebelumnya.
Setelah selesai sujud kedua langsung duduk tawarruk.
18. Duduk Tawarruk Atau Tasyahud Akhir
Duduk saat tasyahud akhir di sebut duduk tawarruk, yaitu duduk dengan posisi
pangkal paha atas (pantat) yang kiri duduk bertumpu pada lantai, sedangkan posisi kaki
kanan sama dengan saat membaca tasyahud awal. Posisi duduk tawarruk saat tasyahud
akhir berlaku pada semua salat,baik salat sunnah atau wajib; pada salat satu rakaat, dua
rakaat, tiga rakaat,atau empat rakaat dan seterusnya.
19. Salam
Setelah selesai membaca doa setelah tasyahud akhir, kemudian membaca
salam ke kanan dan ke kiri sampai di perkirakan pipi dapat terlihat oleh orang yang
di belakang.
20. Sujud Sahwi
Secara etimologis , sahwi berarti lupa atau lalai dari sesuatu dan berpaling darinya
kepada yang lain. Sedangkan secara terminologis, sujud sahwi adalah sujud yang
dilakukan karena lupa atau ragu dalam salat sehingga meninggalkan perkara yang
di perintahkan atau juga melakukan sesuatu yang di larang tanpa sengaja.
Adapun tata cara sujud sahwi :
a) Jika lupa dengan kelenihan rakaat, maka setelah salam dituntunkan agar sujud
dua kali dalam keadaan duduk dengan bertakbir setiap kali sujud kemudian salam
lagi
b) Jika lupa, dalam keadaan stelah salam, dan diketahui belum sempurna jumlah
rakaatnya, maka wajib menyempurnakan rakaatnya, lalu setelah salam
dituntunkan agar sujud dua kali kemudian salam lagi.
c) Jika lupa dengan meninggalkan kewajiban salat, seperti tahiyyat awal,maka
dituntunkan sujud dua kali sebelum salam.
d) Jika ragu, apakah posisinya pada rakaat misalnya ketiga, atau keempat,maka
dituntunkan agar memilih rakaat yang minimal, lalu sujud duakali sebelum salam.
e) Jika awalnya ragu, lalu kemudian yakin pada rakaat yang lebih banyak,maka setelah
salam dituntunkan agar sujud dua kali, kemudian salam.
f) Tidak ada bacaan apapun saat sujud sahwi yang bersumber dari hadist yang
maqbul. Oleh sebab itu bacaannya dikembalikan pada bacaan sujud dalam salat
biasa.
21. Sujud Tilawah Sujud tilawah
adalah sujud yang dilakukan di dalam atau di luar salat karena mendengar ayat
sajdah.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa salat adalah kewajiban bagi setiap muslim
yang ada didunia dan tata cara salat yang sudah jelas dan mudah untuk diikuti adalah tata
cara salat Nabi SAW yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist, serta haram hukumnya
membuat buat ibadah sendiri yang hanya berdasarkan pada pemikiran-pemikiran suatu aliran tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Falahuddin, H dan Najamudin. 2017. Kuliah Fiqih Ibadah. Mataram: LP2I


Universitas Muhammadiyah Mataram.
http://sandiblue.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tata-cara-sholat-dan-bacaan.html
diakses pada tanggal 14 Mei 2018 pukul 22.00 wita.
http://penapenakita.blogspot.co.id/2012/05/dzikir-bada-shalat.html diakses pada
tanggal 14 Mei 2018 pukul 20.00 wita

Anda mungkin juga menyukai