Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KETERAMPILAN AGAMA

“Praktik Shalat Wajib Dan Shalat Jamaah Serta Sujud Syahwi”

Dosen Pengampu:

MUHIBUDDIN, S.Ag.M.Pd

Disusun Oleh:

Rinjani : (1032022032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah -Nya kepada kita semua, sehingga kita tetap beriman dan islam, serta
tetap komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan. Shalawat dan salam tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman yang gelap gulita
menuju zaman yang terang benderang yakni dengan agama islam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak MUHIBUDDIN, S.Ag.M.Pd selaku


pembimbing mata kuliah Keterampilan Agama. Karya ini berjudul “Praktik Shalat Wajib Dan
Shalat Jamaah Serta Sujud Syahwi”. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keterampilan Agama.

Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan pada penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat menjadi
bahan evaluasi penulis kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang...............................................................................Error! Bookmark not defined.
B.Rumusan Masalah......................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
1. Pengertian dan dasar hukum shalat fardhu.................Error! Bookmark not defined.
2. Syarat dan rukun shalat fardhu .......................................................................................7
3. Macam-macam shalat fardhu...........................................................................................8
4. keutamaan shalat fardhu....................................................................................................9
5. Shalat Berjamaah ..................................................................................................................11
6. Sujud Sahwi ..........................................................................................................................12
KESIMPULAN..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat merupakan sarana
komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat
maupun rukun shalat yang telah ditentukan . Shalat terdiri dari shalat fardhu (wajib) dan shalat
sunnah. Shalat fardhu (wajib) sendiri terdiri atas 5 waktu antara lain subuh, dzuhur, ashar,
maghrib dan isya’. Shalat dapat membentuk kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang
melakukannya . Selain itu mempelajari shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena
shalat adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilaksanakan agar
didalam setiap kegiatannya selalu diberikan keberkahan, kebaikan, kemudahan, dan jalan keluar
dari kesulitan yang menimpa.

Adapun manfaat dari melaksanakan shalat menurut Imam Ja’far Al-Shadiq antara lain
yaitu mengajarkan bagaimana agar kita selalu mengawali suatu perbuatan dengan niat yang baik,
dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai shalat kita harus selalu mengawalinya dengan niat.
Selain itu manfaat shalat yang lainnya yaitu dapat memperkuat iman, membangun akhlak yang
baik dan moralitas yang tinggi, mengajarkan tentang kesabaran, serta dapat mencegah dari segala
perbuatan yang keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut/29:45).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan dasar hukum shalat fardhu ?


2. Apa syarat dan rukun shalat fardhu ?
3. Apa macam-macam shalat fardhu ?
4. Apa keutamaan shalat fardhu ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan dasar hukum shalat fardhu.


2. Mengetahui syarat dan rukun shalat fardhu.
3. Mengetahui macam-macam shalat fardhu.
4. Mengetahui keutamaan shalat fardhu.
4

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Shalat Fardhu

Pengertian shalat

Sudut Hukum’ Kata Shalat berasal dari bahasa arab, secara bahasa dapat diartikan sebagai “doa”.
Sedangkan pengertian shalat dari segi bahasa, kita lihat dulu pengertian yang telah diberikan oleh
para ulama. Dalam kitab fathul muin, shalat diartikan sebagai beberapa ucapan dan perbuatan
tertentu, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Pengertian seperti ini banyak
diberikan oleh ulama-ulama ahli fikih. Ibrahim al-bajuri, pengarang kitab Al-bajuri, juga
pengarang kitab matan dalm kitab al bajuri mendefinisikan shalat seperti itu.

Bahkan pengarang-pengarang buku yang datang belakanganpun juga mendefinisikan shalat


seperti itu. Abdul Aziz Salim Basyarahil Misalnya, mendefinisikan SHALAT adalah suatu
ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam (taslim) Kalau kita perhatikan, hampir semua ulama memberikan definisi
yang sama tentang pengertian shalat. Inti pokok dari shalat kalau kita lihat dari pengertian-
pengertian itu adalah

1. Perbuatan tertentu

2. Perkataan tertentu

3. Yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Perbuatan dan perkataan tertentu yang dimaksud dalam pengertian itu tidak lain adalah ketentuan
yang harus dilakukan ketika shalat, seperti rukun-rukun dalam shalat dan sunah-sunahnya. Hal
ini akan kami uraikan dibawah.
Dasar hukum diwajibkan shalat

Dasar hukum dalam Al-quran tentang shalat sangat banyak, diantaranya:

‫َو َأِقيُم وا الَّصالَة َو آُتوا الَّز َكاَة َو اْر َك ُعوا َم َع الَّراِكِع يَن‬
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk.” (QS.al Baqarah(2) : 43)

‫َو اْسَتِع يُنوا ِبالَّصْبِر َو الَّصالِة َو ِإَّنَها َلَك ِبيَر ٌة ِإال َع َلى اْلَخاِشِع يَن‬
Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS.al
Baqarah(2):45)

‫َو ِإَذ ا ُكْنَت ِفيِهْم َفَأَقْم َت َلُهُم الَّصالَة َفْلَتُقْم َطاِئَفٌة ِم ْنُهْم َم َع َك َو ْلَيْأُخ ُذ وا َأْس ِلَح َتُهْم َفِإَذ ا َسَج ُد وا َفْلَيُك وُنوا‬
‫ِم ْن َو َر اِئُك ْم َو ْلَتْأِت َطاِئَفٌة ُأْخ َر ى َلْم ُيَص ُّلوا َفْلُيَص ُّلوا َم َع َك َو ْلَيْأُخ ُذ وا ِح ْذ َر ُهْم َو َأْس ِلَح َتُهْم‬
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(sholat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang sholat besertamu)
telah sujud (telah selesai sholat), maka hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
sholat, lalu sholatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang
senjata…”. (QS.an-Nisa’(4):102)

‫َفِإْن َتاُبوا َو َأَقاُم وا الَّصالَة َو آَتُو ا الَّز َكاَة َفِإْخ َو اُنُك ْم ِفي الِّديِن‬
Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu)
adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. at-Taubah(9): 11)

Selain ayat diatas, juga terdapat banyak hadits yang membahas tentang kemajiban shalat,
sehingga dalam kitabnya (Bidayatul Mujtahid) Ibn Rusyd tidak memperpanjang pembahasan
tentang masalah ini.
6

1. Syarat Dan Rukun Shalat Fardhu

Syarat Wajib Salat

Syarat wajib salat adalah syarat-syarat yang menyebabkan seseorang dikenai


keharusan menunaikan ibadah shalat fardhu.
berikut ini beberapa syarat wajib pelaksanaan ibadah tersebut:

1. Beragama
Islam Setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk
menjalankan ibadah salat fardu 5 waktu.

2. Balig
(sudah dewasa) Seorang muslim yang telah balig atau mencapai masa pubertas
dikenai keharusan menjalankan ibadah salat fardu 5 waktu sehari. Beberapa tanda insan
telah memasuki akil balig (cukup umur) sebagai berikut: Lazimnya berusia 15 tahun, baik
laki-laki maupun perempuan (kadang kala lebih rendah dari itu) Pernah mimpi basah
sehingga keluar sperma, bagi laki-laki yang telah berusia 9 tahun. Perempuan yang telah
haid setelah menginjak umur 9 tahun.

3. Berakal
sehat Orang mendapatkan kewajiban salat adalah yang berakal sehat. Orang yang
hilang akalnya seperti mabuk, pingsan, hingga gila, tidak mendapatkan keharusan
melaksanakan ibadah tersebut.

Syarat Sah Salat Fardu


Syarat sah salat adalah ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi muslim dalam
pelaksanaan salat, sehingga ibadah tersebut menjadi absah secara syariat. Berikut ini
beberapa syarat sah salat fardu dalam Islam:

1. Suci dari hadas kecil dan besar


Orang yang mendirikan salat harus suci dari hadas kecil maupun besar. hadas
adalah keadaan tidak suci dalam diri seseorang yang menyebabkan tidak boleh salat,
tawaf, dan sebagainya. Pertama, hadas kecil adalah yang disebabkan kentut, buang
air kecil, buang air besar, menyentuh wanita bukan mahram, dan sebagainya. Cara
menyucikan hadas kecil adalah dengan berwudu atau tayamum. Sementara itu, hadas
besar adalah hadas yang disebabkan karena haid, nifas, keluar sperma, hingga
bersenggama. Cara menyucikan hadas besar adalah dengan mandi wajib atau mandi
janabah.
7
2. Suci badan, pakaian, dan tempat salat dari najis
Seseorang yang mendirikan salat harus terhindar dari najis, baik badan, pakaian,
hingga tempat ibadahnya. Najis adalah hal kotor kasat mata yang menjadi sebab
terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa contoh najis
seperti air kencing, darah, hingga kotoran hewan/manusia. Cara membersihkan najis,
yakni dibasuh sampai hilang warna, bau, dan materinya.

3. Menutup aurat Seseorang yang mendirikan salat diharuskan menutup auratnya.


Batasan aurat yang digunakan mayoritas umat Islam Indonesia ialah pendapat
Mazhab Syafi’i. Dalam pendapat tersebut, batasan aurat untuk laki-laki, yakni menutup
bagian tubuh dari lutut hingga pusar. Sementara itu, untuk perempuan, auratnya adalah
seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak tangan.

4 Mengetahui masuknya waktu salat


Orang yang tidak mengetahui waktu masuknya salat atau salat berdasarkan
perkiraan waktu tidak sah ibadah salatnya.

5. Menghadap ke arah kiblat


Kiblat salat umat Islam adalah bangunan Ka'bah di Makkah.

2. macam-macam shalat fardhu

Shalat Isya’ yaitu shalat yang


dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah
hilang syafa’ yang merah s/d
menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah
(sebelum) dan ba’diyah (sesudah)
shalat isya
Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah
hilang syafa’ yang merah s/d
menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah
(sebelum) dan ba’diyah (sesudah)
shalat isya
Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah
hilang syafa’ yang merah s/d
menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah
(sebelum) dan ba’diyah (sesudah)
shalat isya
Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah
hilang syafa’ yang merah s/d
menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah
(sebelum) dan ba’diyah (sesudah)
shalat isya
Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah
hilang syafa’ yang merah s/d
menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah
(sebelum) dan ba’diyah (sesudah)
shalat isya
Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah
hilang syafa’ yang merah s/d
menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah
(sebelum) dan ba’diyah (sesudah)
shalat isya
a. Shalat Isya :

6. Shalat Isya’ yaitu shalat yang


dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
7. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
8. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
9. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
10. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
11. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
12. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
13. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
14. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
15. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
16. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
17. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
18. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
19. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
20. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
21. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
22. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
23. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
24. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
25. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
26. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
27. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
28. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
29. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
30. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
31. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
32. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
33. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
34. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
35. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
36. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
37. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
38. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
39. Shalat Isya’ yaitu shalat yang
dikerjakan 4 (empat) raka’at
dengan dua kali tasyahud dan .
Waktu
40. pelaksanaannya dilakukan
setelah hilang syafa’ yang
merah s/d menjelang fajar
tsani )yang diiringi
41. dengan shalat sunnah
qabliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah) shalat isya.
Isya atau salat Isya adalah salah satu salat dari salat lima waktu yang
dilakukan setelah awan merah di ufuk barat menghilang sampai menjelang
terbitnya matahari. Salat ini terdiri dari 4 rakaat. Yang di iringi dengan shalat
sunnah qabliyah (sebelum) dan Ba’diyah (sesudah) shalat isya.

b. Shalat Shubuh
Salat Subuh adalah salah satu salat wajib dari salat lima waktu yang
dilakukan pada saat fajar sampai menjelang matahari terbit. Salat Subuh didahului
oleh salat sunah fajar sebanyak 2 rakaat. Di iringi dengan shalat sunnah qabliyah.

c. Shalat Zuhur
salat Zuhur adalah salah satu salat dari salat lima waktu yang dilakukan
setelah matahari tergelincir sampai menjelang petang. Salat ini terdiri dari 4 rakaat.
Diiringi dengan shalat sunnah qabliyah dan shalat sunnah ba’diyah.

d. Shalat Ashar

salat Asar adalah salah satu salat wajib dari salat lima waktu yang
dilakukan setelah panjang bayangan suatu benda sama dengan tinggi benda tersebut
sampai menjelang matahari terbenam. Salat ini terdiri dari 4 rakaat. Diiringi dengan
Shalat sunnah qabliyah.

e. Shalat Magrib

salat Magrib adalah salah satu salat dari salat lima waktu yang dilakukan
pada saat matahari terbenam. Salat ini terdiri dari 3 rakaat. Salat Maghrib ialah salat
harian ke-4 dalam Islam, dilakukan ketika senja atau matahari terbenam. Diiringi
shalat sunnah ba’diyah sedang shalat sunnah qabliyah hanya dianjurkan saja bila
mungkin dilakukan (sunat ghairu muakad)

3. Keutamaan Shalat Fardhu


ada sembilan keutamaan sholat fadhu yang dilaksanakan tepat waktu. Berikut adalah
keutamaan tersebut:

 Disayangi oleh Allah SWT


 Badannya selalu diberikan kesehatan
 Pribadinya dijaga oleh malaikat
 Diberi keberkahan yang diturunkan ke rumahnya
 Mukanya terpancar aura orang yang shaleh
 Hatinya akan dilembutkan oleh Allah SWT
 Mampu melewati jembatan Shiratal Mustaqim kelak seperti kilat yang sangat cepat
 Pribadinya akan dipelihara dari sentuhan api neraka
 Ditempatkan oleh Allah SWT ke dalam golongan orang-orang yang tidak takut pula
bersedih

9
4. Shalat Berjamaah
Yang dimaksud dengan sholat berjamaah adalah sholat bersama yang sekurang-
kurangnya terdiri dari dua orang yaitu seorang imam dan makmum, dimana seorang
makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh mendahului setiap
gerakannya.

Keutamaan sholat fardhu di atas dapat diraih jika dilakukan secara tepat waktu
dan diperjuangkan pelaksanaannya karena Allah SWT semata. Selanjutnya, terdapat
keutamaan lain yang dapat menambah keutamaan di atas yaitu, sholat fardhu yang
dikerjakan secara berjamaah. Dikutip dari buku Keutamaan Shalat Berjama'ah karya
Atho'illah Umar dijelaskan bahwa sholat berjamaah merupakan sunnah Rasulullah SAW
yang diteruskan sebagai tradisi oleh para sahabat dan juga para ulama. Sholat berjamaah
memiliki berbagai keutamaan, beberapa di antaranya dijelaskan dalam buku ini adalah
sebagai berikut.

1. Dijaga dari Godaan Setan


Orang yang melakukan sholat berjamaah akan dijaga dari godaan setan oleh Allah SWT.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam sebuah hadits yang berbunyi,

"Tiada terdapat tiga orang di sebuah kota ataupun desa dimana sholat jamaah tidak
ditegakkan disana kecuali syaitan akan menguasai mereka, maka dari itu biasakanlah
sholat berjamaah sebab seekor serigala suka memangsa seekor kambing yang terpisah
dari gerombolannya." (HR Al Hakim)

2. Disenangi oleh Allah SWT


Sholat berjamaah yang banyak itu lebih disenangi Allah SWT daripada shalat berjamaah
yang sedikit. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits yang berbunyi sebagai berikut,

"... Sholat satu orang yang bersama satu orang lainnya adalah lebih besar pahalanya
dibandingkan sholat sendirian. Sholat satu orang dengan dua orang lainnya lebih afdal
daripada salatnya satu orang saja. Dan sholat berjamaah yang paling banyak makmumnya
adalah yang lebih disukai oleh Allah SWT." (HR Ahmad)

3. Memiliki Derajat Lebih Dibanding Sendirian


Dirangkum melalui buku yang sama bahwa dijelaskan terdapat banyak riwayat hadits
yang menjelaskan mengenai sholat jamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding
sholat sendirian sebanyak 25 hingga 27 derajat.

11
Hadits yang menerangkan hal ini adalah sebagai berikut, "Sholat berjamaah derajatnya
adalah 25 lebih utama dibandingkan dengan sholat yang dikerjakan sendirian" (HR
Bukhari)

Atau dalam riwayat lain disebutkan, "Sholat berjamaah memiliki 27 derajat lebih utama
dibandingkan dengan sholat sendirian." (HR Ahmad)

5 Terbebas dari Api Neraka


Perihal keutamaan ini dijelaskan dengan syarat bahwa sholat berjamaah harus
dilakukan selama 40 hari dan dilaksanakan dari awal waktu serta tidak pernah
masbuk. Keterangan mengenai hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi,

"Dari Anas bin Malik yang menyampaikan: Rasulullah SAW pernah bersabda,
'Barangsiapa yang melakukan sholat dengan ikhlas hanya kepada Allah semata
dengan berjamaah selama 40 hari dan tidak tertinggal takbiratul ihram, maka dirinya
akan dijamin oleh Allah SWT terbebas dari api neraka serta sifat yang munafik.'" (HR
Ahmad).

5. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sebuah sunnah yang dilakukan sebanyak dua kali sebelum
salam dalam salat. Kata sahwi memiliki arti lupa. Amalan ini disebut dengan sujud sahwi
karena sujud ini dilakukan ketika lupa dalam salat. Dengan kata lain, sujud sahwi
dilakukan untuk menutup kekurangan saat salat yang disebabkan karena lupa.

a. Memahami Bacaan Doa Sujud Sahwi serta Tata Cara dan Ketentuannya

Bacaan doa sujud sahwi ada yang dianjurkan ada yang bersifat wajib. Pada dasarnya,
bacaan doa sujud sahwi sama seperti bacaan sujud pada umumnya. Berikut lafal doa
tersebut.
1. Doa Sujud Sahwi Wajib
‫ُسْبَح اَن َر ِّبَى اَألْع َلى‬
Subhaana rabbiyal a’laa Artinya, "Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi".

12
‫ الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى‬، ‫ُسْبَح اَنَك الَّلُهَّم َر َّبَنا َو ِبَح ْمِد َك‬
Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummaghfirli. Artinya, “Maha
Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah
dosa-dosaku”.

2. Doa Sujud Sahwi yang Dianjurkan


Adapun doa yang dianjurkan saat pelaksanaan sujud sahwi dan tidak wajib. Berikut
lafal dan terjemahan lafal tersebut:
‫ُسْب َح اَن َم ْن اَل َي َن اُم َو اَل َي ْس ُهو‬
Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw
Artinya, “Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa”.

Tata Cara dan Ketentuan Sujud Sahwi

Pada dasarnya, tata cara sujud sahwi sama seperti sujud pada sholat dan perbuatan
wajib maupun sunnahnya. Tata cara tersebut yakni meletakan dahi ke tempat sujud,
sujud dengan thuma’ninah atau bersikap tenang, menundukkan kepala, kemudian
duduk iftirosy saat duduk diantara dua sujud, dan duduk tawarruk. Ada pula ketentuan
tata cara sujud sahwi yang perlu dipahami untuk melaksanakannya dengan benar.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Sujud Sahwi sebelum Salam Melansir dari muslim.or.id, ada sujud sahwi yang
dilaksanakan sebelum salam berdasarkan hadist berikut:
‫َفَلَّم ا َأَتَّم َص اَل َتُه َسَج َد َس ْج َد َتْيِن َفَك َّبَر ِفي ُك ِّل َس ْج َد ٍة َو ُهَو َج اِلٌس َقْبَل َأْن‬
‫ُيَس ِّلَم‬
Artinya, “Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika
itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan
sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570).

13
2. Sujud Sahwi Setelah Salam Tidak hanya itu, ada pula sujud sahwi yang
dilaksanakan setelah salam.

‫َفَص َّلى َر ْك َع َتْيِن َو َس َّلَم ُثَّم َك َّبَر ُثَّم َسَج َد ُثَّم َك َّبَر َفَر َفَع ُثَّم َك َّبَر َو َسَج َد ُثَّم َك َّبَر‬
‫َو َر َفَع‬
Artinya, “Lalu beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudian beliau
salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu
beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya.
Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim
no. 573).

Setelah melaksanakan sujud sahwi pasca salam, tutup kembali dengan salam.
Berikut hadist yang mendasari pernyataan tersebut.

‫َفَص َّلى َر ْك َع ًة ُثَّم َس َّلَم ُثَّم َسَج َد َس ْج َد َتْيِن ُثَّم َس َّلَم‬.


Artinya, “Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah raka’at yang kurang
tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua
kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)

3. Niat Sujud Sahwi Doa sujud sahwi yang berupa niat perlu dilafalkan baik dalam
hati maupun pikiran. Berikut lafal niat sujud sahwi tersebut:
‫ُسْبَح اَن َم ْن اَل َيَناُم َو اَل َيْس ُهْو ا‬
Subhana man laa yanaamu walaa yashu.
Artinya, “Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”

4. Tidak Ada Takbiratul Ihram setelah Sujud Sahwi dan Salam Pasca melakukan
sujud sahwi yang dilakukan setelah salam, seorang muslim tidak perlu melakukan
takbiratul ihram. Namun cukup membaca takbir untuk sujud. Ibnu Hajar Al
Asqollani menyampaikan hal tersebut yakni: “Para ulama berselisih pendapat
mengenai sujud sahwi sesudah salam apakah disyaratkan takbiratul ihram ataukah
cukup dengan takbir untuk sujud? Mayoritas ulama mengatakan cukup dengan
takbir untuk sujud. Inilah pendapat yang nampak kuat dari berbagai dalil.

14
5. ” Sujud Sahwi Tanpa Tasyahud Ketentuan berikutnya yakni setelah sujud sahwi,
umat muslim tidak perlu melakukan tasyahud akhir. Ketentuan ini disampaikan
oleh Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah yakni: “Tidak ada dalil sama
sekali yang mendukung pendapat ulama yang memerintahkan untuk tasyahud
setelah sujud kedua dari sujud sahwi. Tidak ada satu pun hadits shahih yang
membicarakan hal ini. Jika memang hal ini disyariatkan, maka tentu saja hal ini
akan dihafal dan dikuasai oleh para sahabat yang membicarakan tentang sujud
sahwi. Karena kadar lamanya tasyahud itu hampir sama lamanya dua sujud
bahkan bisa lebih. Jika memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
tasyahud ketika itu, maka tentu para sahabat akan lebih mengetahuinya daripada
mengetahui perkara salam, takbir ketika akan sujud dan ketika akan bangkit dalam
sujud sahwi. Semua-semua ini perkara ringan dibanding tasyahud.”

15
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti
Do'adan menurut istilah (terminology) adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan
dan perbuatan. Dan perintah dalam Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 3
menjelakan perintah bagi kaum muslimin untuk melaksanakan sholat , dan dalam suatu hadits di
jelaskan bahwa kaum muslim yang tidak melaksanakan perintah Allah yaitu Shalat maka ia
termasukkafir
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapameninggalkannya
maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. )
Ada 2 macam sholat yaitu fardhu dan tatawwu’.

B. Saran
Dari penjelasan di atas seharusnya kita dapat membenahi diri dalam melakukan perintahAllah
terutama shalat, memperbaiki shalat , waktu shalat, dan bacaan shalat
17

DAFTAR PUSTAKA

https://www.man2okuselatan.sch.id/blog/keutamaan-dan-manfaat-shalat-fardhu/

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-kalimantan-muhammad-arsyad-al-
banjari-banjarmasin/agama/macam-macam-shalat-wajib-dan-sunnah/47253249

https://tirto.id/rangkuman-materi-ketentuan-shalat-fardhu-dalam-islam-gtqR

https://suduthukum.com/2014/03/pengertian-dan-dasar-hukum-shalat.html

Anda mungkin juga menyukai