Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Shalat Sunnah Rawatib


Mata Kuliah: Fiqih dan Praktek Ibadah
Dosen Pengampu:
Drs. Muhammad Ismail, M.Ag

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
1. Nuriyah (504210114)
2. Zhianna Putri (504210102)
3. Yulistiani (504210101)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2022
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmnirrohim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
dengan rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah kami dari mata kuliah Fiqih dan Praktek Ibadah dengan tema “Shalat
Sunnah Rawatib” dengan baik, meskipun banyak kekurangan di dalamnya..
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik, sarandan usulan yang bersifat membangun demi memperbaiki makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Demikian makalah ini kami susun, kami sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi diri kami sendiri maupun bagi orang yang membacanya
guna menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fiqih dan Praktek
Ibadah

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Shalat Sunnah Rawatib ................................................. 3
1. Pengertian Sholat Sunnah Rawatib ........................................ 3
2. Keutamaan Shalat Sunnah Rawata......................................... 3
3. Macam-macam Shalat Sunnah Rawatib................................. 5
4. Hukum Shalat Sunnah Rawatib ............................................. 5
5.Waktu yang Tepat dan Afdal Untuk Pelaksanaan Shalat Sunnah
Rawatib ....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan sholat, karena
sholat itu tiang agama. Sholat itu merupakan penopang yang akan
menentukan berdiri atau tidaknya agama dalam diri masing – masing
ummat muslim.
Sholat itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yang pertama sholat
wajib yakni sholat yang diwajibkan bagi setiap muslim untuk
mendirikannya. Yang kedua sholat sunnah yakni sholat yang hukumnya
sunnah.sholat sunnah pun dibagi menjadi dua macam yakni sholat sunnah
mu’akat dan ghairu mu’akad. Mu’akad artinya dianjurkan, jadi sholat
sunnah itu ada yang dianjurkan untuk ummat muslim melaksanakannya,
ada juga sholat sunnah yang tidak dianjurkan melaksanakannya, tapi
sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala ditinggalkan
tidak apa-apa. Walau demikian kita sebagai ummat muslim tentu ingin
meningkat amalan ibadah dan ketakwaan kita.
Sholat sunnah terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis sholat
sunnah yang biasa di kerjakan sendirian : sholat rawatib, sholat dhuha,
sholat tahajjud, sholat istiharah, sholat tasbih, sholat hajat, sholat taubat,
sholat wudhu, sholata tahiyyatul masjid, sholat muthlak, dan sholat safar.
Sedangkan sholat sunnah yang dilakukan secara berjamaa: sholat tarawih,
sholat witir, sholat hari raya, sholat istisqa, dan sholat gerhana.
Sholat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiri sholat
wajib. Ada yang dinamakan sholat sunnah qobliyah (sebelum) dan
ba’diyah (sesudah).
Sholat sunnah rawatib disariatkan untuk menyempurnakan sholat
fardu. Karena sholat adalah amal ibadah penentu dari amal ibadah yang
lain dihadapan Allah SWT nanti Rasulullah SAW pernah bersabda:

1
2

“AWWALU MAA YUHAASABU `ALAIHIL `ABDU YAUMAL


QIYAAMATI ASH SHALAATU FA IN SHALUHAT SHALUHA
SAAIRU `AMALIHI WA IN FASADA SAA-IRU `AMALIHII”
Artinya :
“Awal mula amalan yang yang dihisap atas seorang hampa pada
hari kiamat nanti adalah sholat, maka apabila sholat itu baiklah seluruh
amalannya, dan apabila Sholat itu jelek, maka jelek pulalah seluruh
amalannya.” (Hadits riwayat Imam Thobronie)
Keutamaan sholat sunnah secara singkat adalah untuk
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada
sholat fardu, disamping itu juga untuk menambah tabungan amal nanti di
akhirat serta menambah kebaikan bagi diri si pelakunya. Karena dengan
senantiasa mengerjakan ibadah-ibadah yang sunnah maka dengan
sendirinya ibadah yang fardu pun akan terlaksana dengan baik

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis mengangkat beberapa
persoalan sebagai berikut :
1. Apa pengertian sholat sunnah rawatib?
2. Apa saja keutamaan sholat sunnah rawatib?
3. Apa macam-macam sholat sunnah rawatib?
4. Apa hukum sholat sunnah rawatib?
5. Kapan sajakah waktu dan tempat yang afdal untuk pelaksanaan sholat
sunnah rawatib?
6. Bagaimanakah pelaksanaan sholat sunnah rawatib pada umumnya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Shalat Sunnah Rawatib


1. Pengertian Sholat Sunnah Rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat
wajib. Ada yang dinamakan shalat sunnah qobliyah (sebelum) dan shalat
sunnah ba’diyah (sesudah).
Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya
adalah disyariatkannya At-tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan
pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-tathowwu’ dari jenis ibadah
yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan yang
terdapat pada ibadah wajib.
Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang
paling utama adalah sunnah rawatib.
Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam senantisa mengerjakan nya dan
tidak pernah sekalipun meninggalkan nya sekalipun itu dalam keadaan
mukim (berpergian)

2. Keutamaan Shalat Sunnah Rawata.


Dari Ummu Habibah r.a Istri Rasulullah Saw dia berkata:
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ُ َ ‫ضة إِلَ بَنَى‬


: ‫ّللا لَهُ بَيتا فِى‬ َ ‫ط ُّوعا غَي َر ف َِري‬ َ َ‫ع ش َرةَ َركعَة ت‬
َ ‫لِل كُ َل يَوم ثِنتَى‬ ِ َ ِ ‫صلِى‬
َ ُ‫عبد ُمسلِم ي‬
َ ‫َما مِن‬
َ ُ ‫قَالَت أ ُ ُّم َحبِيبَةَ فَ َما بَ ِرحتُ أ‬. ‫ِى لَهُ بَيت فِى ال َجنَ ِة‬
ُ‫صلِي ِهنَ بَعد‬ َ ‫“ال َجنَ ِة أَو إِلَ بُن‬

Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib,
karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan
membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian)
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar
hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” HSR
Muslim no. 728).

3
4

Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang


yang menjaga shalat-shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya
secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami dan dikerjakan oleh Ummu
Habibah r.a, perawi hadits di atas dan demikian yang diterangkan oleh
para ulama [Lihat misalnya kitab Faidhul Qadiir (6/166)].
Jika seseorang tidak bisa melakukan shalat sunnah rawatib pada
waktunya karena ada udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain)
maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di waktu lain. Ini
ditunjukkan dalam banyak hadits shahih. [Lihat kitab Bughyatul
Mutathawwi’ (hal. 29, 33-34)]
Dalam hadits ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan
amal ibadah kepada Alah Ta’ala semata-mata. Hadits ini juga
menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang
paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan
meskipun sedikit.” HSR al-Bukhari no. 6099 dan Muslim no. 783)
Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan
mengamalkan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih utama dalam agama
dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Yang lebih utama
dari shalat rawatib adalah shalat sunnah fajar (shalat sunnah qobliyah
shubuh). ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,‫َرك َعتَا الفَج ِر خَي ر مِن الدُّن َيا َو َما فِي َها‬
“Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan
seisinya.” (HR. Muslim no. 725)
Juga dalam hadits ‘Aisyah yang lainnya, beliau berkata,
َ ‫علَى شَيء مِن النَ َوافِ ِل أَ َشدَ مِ نهُ تَ َعاهُدا‬
‫علَى َرك َعتَي‬ َ ‫علَي ِه َو َس َل َم‬ ُ َ ‫صلَى‬
َ ‫ّللا‬ ُّ ‫لَم يَكُن النَ ِب‬
َ ‫ي‬
‫الفَج ِرأخرجه الشيخان‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat
sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat
(shalat rawatib) Shubuh.” (HR. Bukhari no. 1169 dan Muslim no. 724)
5

Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling


utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak
berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang
keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga
(sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya,
Allah haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud
no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no.
1160)

3. Macam-macam Shalat Sunnah Rawatib


1) Sunnah Muakkad
• 2 rakaat sebelum subuh
• 2 rakaat sebelum dzuhur
• 2 rakaat sesudah dzuhur
• 2 rakaat sesudah maghrib
• 2 rakaat sesudah isya
2) Sunnah Ghoiru Muakkad
• 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar
• 2 rakaat sebelum shalat Maghrib
• 2 rakaat sebelum shalat Isya

4. Hukum Shalat Sunnah Rawatib


Tidak semua shalat fardhu lima waktu boleh diikuti dengan shalat
sunnah rawatib (ba’diyah). Shalat Shubuh dan shalat Ashar merupakan
shalat fardhu yang tidak boleh diikuti dengan shalat sunnah rawatib
ba’diyah, sesuai dengan hadits berikut ini.
Dari Abi Said Al-Khudri ra. Berkata, “Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak ada sholat setelah sholat shubuh hingga matahari
6

terbit. Dan tidak ada sholat sesudah sholat Ashar hingga matahari
terbenam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian jelas, bahwa hukum shalat sunnah rawatib
ba’diyah pada shalat Shubuh dan shalat Ashar adalah Haram. Hukum
meninggalkan shalat sunnah rawatib bila sudah dikumandangkan iqamah
Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila sudah dikumandangkan iqamah, maka tidak ada lagi
shalat selain shalat wajib.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim,
hadits no. 710)
Juga berdasarkan hadits Abdullah bin Sarjis R.A. bahwa ada
laki_laki datang ke masjid Rasulullah SAW pada saat shalat shubuh, lalu
shalat 2 rakaat di samping masjid, kemudian bersama Rasulullah SAW ia
masuk ke dalam masjid untuk shalat berjama’ah. Selesai salam,
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Fulan, dengan shalat yang mana
engkau menganggap (yang wajib), dengan shalatmu sendirian tadi, atau
dengan shalatmu bersama kami?” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab Shalatul Musafirin, hadits no. 712)
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa seseorang muslim bila
mendengar iqamah, maka tidak lagi diperbolehkan untuk melakukan
shalat sunnah, baik itu shalat sunnah rawatib, seperti shalat sunnah
shubuh, zhuhur, ashar atau yang lainnya, di dalam atau di luar masjid,
baik ia dalam keadaan khawatir ketinggalan rakaat pertama atau tidak
khawatir.
Karena kalau ia sibuk menjalankan ibadah sunnah, maka ia akan
ketinggalan takbiratul ihram bersama imam dan sebagian hal yang dapat
menjadi pelengkap yang wajib. Ada juga hikmah lain, yaitu larangan
untuk menyelisihi para imam.”
Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa shalat sunnah itu
tidak perlu dihentikan bila sudah dikumandangkan iqamah, namun
diteruskan saja dengan ringkas, yang berdasarkan keumuman firman
7

Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Muhammad ayat 33 sebagai


berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS.
Muhammad (47): 33)

5. Waktu Yang Tepat dan Afdal Untuk Pelaksanaan Shalat Sunnah


Rawatib
a. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib
Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunnah rawatib qobliyah maka
waktunya dimulai dari masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat
fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai
dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat fardhu
tersebut“(Al-Mughni 2/544).
b. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib
Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah
kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah kalian bagai
kuburan”. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777).
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah
seyogyanya bagi seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di
rumahnya. Meskipun di Mekkah dan Madinah sekalipun maka lebih
utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram maupun masjid
An-Nabawi; karena saat nabi shallallahu a’alihi wasallam bersabda
sementara beliau berada di Madinah. Ironisnya manusia sekarang lebih
mengutamakan melakukan sholat sunnah rawatib di masjidil haram, dan
ini termasuk bagian dari kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295)
c. Pelaksanaan Sholat Sunnah Rawatib pada Umumnya
Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh.
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh membaca
surat Al Kaafirun (‫ )قل يا أيها الكافرون‬dan surat Al Ikhlas (‫)قل هو هللا أحد‬.”
(HR. Muslim no. 726)
8

Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas


mengkhabarkan kepadanya: “Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh dirakaat pertamanya
membaca: (‫( )قولوا آمنا باهلل وما أنزل إلينا‬QS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat
keduanya membaca: (‫( )آمنا باهلل واشهد بأنا مسلمون‬QS. Ali Imron: 52). (HR.
Muslim no. 727)
Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering
mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau
membaca surat pada sholat sunnah sesudah maghrib:” surat Al Kafirun
(‫ )قل يا أيها الكافرون‬dan surat Al Ikhlas (‫)قل هو هللا أحد‬. (HR. At-Tarmidzi no.
431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no.
1166
Mengganti (mengqodho’) Sholat Rawatib.
Dari Anas radiyallahu ‘anhu dari rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa yang lupa akan sholatnya maka
sholatlah ketika dia ingat, tidak ada tebusan kecuali hal itu”. (HR.
Bukhori no. 597, Muslim no. 680)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan hadits
ini meliputi sholat fardhu, sholat malam, witir, dan sunnah rawatib”.
(Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 23/90)
Mengqodho’ Sholat Rawatib Di Waktu yang Terlarang:
Ibnu Qoyyim berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengqodho’ sholat ba’diyah dzuhur setelah ashar, dan terkadang
melakukannya terus-menerus, karena apabila beliau melakukan amalan
selalu melanggengkannya. Hukum mengqodho’ diwaktu-waktu terlarang
bersifat umum bagi nabi dan umatnya, adapun dilakukan terus-menerus
pada waktu terlarang merupakan kekhususan nabi”. (Zaadul Ma’ad
1/308)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan
sebelum dan sesudah shalat wajib lima waktu.
2. Adapun keutamaan sholat sunnah rawatib secara umum adalah
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi
pada sholat fardu.
3. Mengerjakan sholat sunnah rawatib lebih dianjurkan di rumah
4. Menghentikan sholat sunnah rawatib jika sudah dikumandangkan
iqomah
5. Sholat sunnah rawatib bisa diqodho’ dan dijama

9
10

DAFTAR PUSTAKA

https://septyasputri29.blogspot.com/2020/12/makalah-shalat-sunnah-rawatib-
mk.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai