Anda di halaman 1dari 20

Makalah Fiqih Ibadah 1

Shalat Sunnah Rawatib


Dosen Pengampu: Nur Atin, S.Pd., M.A.

Disusun oleh:

1. Nur Hamidah (201420003)


2. Putri Sofiyani (201420015)
3. Syahrul Umami Ahmad (201420021)
4. Esa Julia Juanda (201420022)
5. Haezah Nur Shabrina (201420023)
6. Siti Putri Amanda (201420024)
7. Abdullah Faursam (201420038)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat tuhan Allah SWT atas segala rahmat-
NYa kepada kami, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat mempermudah
kami membuat makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua sumber-sumber dalam
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca atau ibu dosen agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat terhadap siapapun yang
membacanya.

Serang, 03 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................ii
BAB I ................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................3
A. Pengertian Shalat Rawatib ......................................................................................................... 3
B. Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib ......................................................................................... 4
C. Macam-macam Shalat Sunnah Rawatib................................................................................... 5
D. Hukum Shalat Sunnah Rawatib ................................................................................................ 7
E. Waktu Dan Tempat Yang Afdal Untuk Pelaksanaan Sholat Sunnah Rawatib .................... 9
1. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib ....................................................................................... 9
2. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib ...................................................................................... 9
F. Pelaksanaan Sholat Sunnah Rawatib pada Umumnya ........................................................... 9
1. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh ..................................................... 9
2. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib.................................................. 9
3. Mengganti (mengqodho’) Sholat Rawatib .............................................................................. 10
4. Menggabungkan Sholat Rawatib ............................................................................................ 11
5. Mengangkat Kedua Tangan Untuk Berdo’a Setelah Menunaikan Sholat Rawatib ........... 12
G. Tata cara melaksanakan shalat sunnah rawatib.................................................................... 13
BAB III ............................................................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................................................... 16
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita sebagai ummat muslim diwajibkan mendirikan sholat, karena sholat itu tiang agama.
Sholat itu merupakan penopang yang akan menentukan berdiri atau tidaknya agama dalam diri
masing – masing ummat muslim.

Sholat itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yang pertama sholat wajib yakni sholat
yang diwajibkan bagi setiap muslim untuk mendirikannya. Yang kedua sholat sunnah yakni
sholat yang hukumnya sunnah.sholat sunnah pun dibagi menjadi dua macam yakni sholat sunnah
mu’akat dan ghairu mu’akad. Mu’akad artinya dianjurkan, jadi sholat sunnah itu ada yang
dianjurkan untuk ummat muslim melaksanakannya, ada juga sholat sunnah yang tidak dianjurkan
melaksanakannya, tapi sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala ditinggalkan
tidak apa-apa. Walau demikian kita sebagai ummat muslim tentu ingin meningkat amalan ibadah
dan ketakwaan kita.

Sholat sunnah terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis sholat sunnah yang biasa di
kerjakan sendirian: sholat rawatib, sholat dhuha, sholat tahajjud, sholat istiharah, sholat tasbih,
sholat hajat, sholat taubat, sholat wudhu, sholata tahiyyatul masjid, sholat muthlak, dan sholat
safar. Sedangkan sholat sunnah yang dilakukan secara berjamaa: sholat tarawih, sholat witir,
sholat hari raya, sholat istisqa, dan sholat gerhana.

Sholat sunnah rawatib adalah adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib. Ada
yang dinamakan shalat sunnah qobliyah (sebelum) dan shalat sunnah ba'diyah (sesudah). Sholat
sunnah rawatib disariatkan untuk menyempurnakan sholat fardu. Karena sholat adalah amal
ibadah penentu dari amal ibadah yang lain dihadapan Allah SWT nanti Rasulullah SAW pernah
bersabda: “AWWALU MAA YUHAASABU `ALAIHIL `ABDU YAUMAL QIYAAMATI
ASH SHALAATU FA IN SHALUHAT SHALUHA SAAIRU `AMALIHI WA IN FASADA
SAA-IRU `AMALIHII” Artinya : “Awal mula amalan yang yang dihisap atas seorang hampa
pada hari kiamat nanti adalah sholat, maka apabila sholat itu baiklah seluruh amalannya, dan

1
apabila Sholat itu jelek, maka jelek pulalah seluruh amalannya.” (Hadits riwayat Imam
Thobronie)

Keutamaan sholat sunnah secara singkat adalah untuk menyempurnakan kekurangan-


kekurangan yang mungkin terjadi pada sholat fardu, disamping itu juga untuk menambah
tabungan amal nanti di akhirat serta menambah kebaikan bagi diri si pelakunya. Karena dengan
senantiasa mengerjakan ibadah-ibadah yang sunnah maka dengan sendirinya ibadah yang fardu
pun akan terlaksana dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Berdsarkan uraian tersebut diatas maka penulis mengangkat beberapa persoalan sebagai berikut :

1. Apa pengertian sholat sunnah rawatib?


2. Apa saja keutamaan sholat sunnah rawatib?
3. Apa macam-macam sholat sunnah rawatib?
4. Apa hukum sholat sunnah rawatib?
5. Kapan sajakah waktu dan tempat yang afdal untuk pelaksanaan sholat sunnah rawatib?
6. Bagaimanakah pelaksanaan sholat sunnah rawatib pada umumnya?
7. Bagaimana Tata cara melaksanakan shalat sunnah rawatib?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian shalat sunnah rawatib
2. Untuk mengetahui keutamaan shalat sunnah rawatib
3. Untuk mengetahui macam-macam sholat sunnah rawatib?
4. Untuk mengetahui hukum sholat sunnah rawatib?
5. Untuk mengetahui Kapan sajakah waktu dan tempat yang afdal untuk pelaksanaan sholat
sunnah rawatib?
6. Untuk mengetahui pelaksanaan sholat sunnah rawatib pada umumnya?
7. Untuk mengetahui Tata cara melaksanakan shalat sunnah rawatib?

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Rawatib
Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu (shalat fardlu).
Shalat rawatib adalah shalat sunnah dua rakaat atau empat rakaat, tetapi pelaksanaannya tetap
dua rakaat satu salam, yang dilaksanakan sebelum atau sesudah shalat wajib lima waktu,
dilaksanakan secara munfarid (sendiri-sendiri) tidak berjama’ah dan cara pelaksanaannya seperti
melaksanakan shalat biasa yang dua rakaat.

Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang shalat dua belas rakaat pada siang dan
malam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” Ummu Habibah berkata: ”Saya tidak
pernah meninggalkan shalat rawatib semenjak mendengar hadits tersebut.” „Anbasah berkata,
”Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu
Habibah.”„Amru bin Aus berkata, “Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar
hadits tersebut dari Anbasah.” An-Nu’am bin Salim berkata, “Saya tidak pernah
meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Amru bin Aus.” (H.R. Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat rawatib yaitu shalat sunnah
yang pelaksanaannya mengiringi shalat lima waktu, baik itu shalat sunnah qabliyah (sebelum
shalat wajib) maupun ba’diyah (sesudah shalat wajib) yang dilakukan secara munfarid.

Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya
At-tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-
tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan
yang terdapat pada ibadah wajib.

Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah
sunnah rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah
sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).

3
B. Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِى لَهُ بَيْتٌ فِى‬ َ ‫ّللاُ لَهُ بَ ْيتًا فِى ْال َجنه ِة أ َ ْو إِاله بُن‬
‫ض ٍة إِاله بَنَى ه‬
َ ‫غي َْر فَ ِري‬ َ َ ‫ع ْش َرة َ َر ْكعَةً ت‬
َ ‫ط ُّوعًا‬ َ ‫صلِى ِ هّلِلِ ُك هل يَ ْو ٍم ثِ ْنت َ ْى‬ َ ‫َما مِ ْن‬
َ ُ‫ع ْب ٍد ُم ْسل ٍِم ي‬
‫ال َجنه ِة‬. َ ُ ‫ت أ ُ ُّم َحبِيبَةَ فَ َما بَ ِرحْ تُ أ‬
ْ ُ‫صلِي ِه هن بَ ْعد‬ ْ َ‫قَال‬

“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah,
(sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah
rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku
mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” HSR Muslim no.
728)

Dalam riwayat lain hadits ini dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang disebutkan
dalam hadits di atas, yaitu: empat rakaat sebelum shalat Zhuhur (Dikerjakan dua raka’at – salam
dan dua raka’at – salam) dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat
sesudah Isya’ dan dua rakaat sebelum Subuh (HR an-Nasa-i 3/261, at-Tirmidzi 2/273 dan Ibnu
Majah 1/361, dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahih sunan Ibnu Majah no. 935).

Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga shalat-
shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami
dan dikerjakan oleh Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas dan demikian
yang diterangkan oleh para ulama. [Lihat misalnya kitab Faidhul Qadiir (6/166)].

Jika seseorang tidak bisa melakukan shalat sunnah rawatib pada waktunya karena ada
udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di
waktu lain. Ini ditunjukkan dalam banyak hadits shahih. [Lihat kitab Bughyatul
Mutathawwi’ (hal. 29, 33-34)] . Dalam hadits ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan
amal ibadah kepada Alah Ta’ala semata-mata.

Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah
Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.” HSR al-Bukhari no.
6099 dan Muslim no. 783)

4
Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan petunjuk
dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih
utama dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.

Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat
sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik
ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.

Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib


dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya,
Allah haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no.
428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)

C. Macam-macam Shalat Sunnah Rawatib


Shalat sunnah Rawatib dibagi menjadi sunnah muakad dan ghairu muakad.

1) Shalat sunnah rawatib muakkad


➢ Empat rakaat sebelum dan sesudah Dzuhur
➢ Dua rakaat sesudah Maghrib
➢ Dua rakaat sesudah Isya
➢ Dua rakaat sebelum Subuh
➢ Dua rakaat sesudah Jumat
2) Shalat sunnah rawatib ghairu muakkad
➢ Empat rakaat sebelum Ashar
➢ Dua rakaat sebelum Maghrib
➢ Dua rakaat sesudah Isya

Berikut penjelasan rincinya:

➢ Empat rakaat sebelum dan sesudah shalat dzuhur.


Hal itu didasarkan pada hadits Ummu Habibah yang bercerita bahwa dia pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang senantiasa memelihara empat rakaat
sebelum dan sesudah Zhuhur, Allah pasti mengharamkan neraka darinya.

5
➢ Empat rakaat sebelum shalat Asar.
Ini didasarkan pada hadits lbnu Umar yang bercerita bahwa RasuluLlah bersabda,
''Semoga Allah mengasihi orang yang mengerjakan shalat empat rakaat sebelum Asar. ''
➢ Dua rakaat sebelum dan sesudah shalat Maghrib.
Ini didasarkan pada hadits Anas yang di dalamnya disebutkan, "Kami pernah mengerjakan
shalat dua rakaat pada masa Rasulullah whife setelah matahari terbenam, sebelum shalat
Maghrib.” Hadits tersebut menunjukkan bahwa shalat dua rakaat sebelum Maghrib
merupakan sunah qau/i (berdasarkan ucapan), /I.'lf (perbuatan), dan taqrfrf (pengakuan) atau
sunah ghairu muakad.
Sementara itu, dua rakaat setelah shalat Maghrib merupakan sunah muakad, sebagaimana
yang terkandung di dalam hadits Aisyah, Ummu Habibah, dan Abdullah bin Umar
➢ Dua rakaat sebelum dan sesudah shalat lsya..
Hal tersebut di dasarkan pada hadits Abdullah bin Mughaffal yang bercerita bahwa
Rasulullah bersabda, "Di antara setjap dua adzan /adzan dari Iqamah itu terdapat satu
shalat. Di antara setiap dua adzan itu terdapat satu shalat" Pada yang ketiga kalinya, beliau
bersabda, "Bagi yang menghendaki.'' Sementara itu, dua rakaat sesudah lsya adalah sunah
rawatib muakad, sebagaimana yang disebutkan di dalam haditsAbdullah bin Umar, Aisyah,
dan Ummu Habibah
➢ Dua rakaat sebelum Subuh.
Dua rakaat ini termasuk shalat sunah rawatib yang paling ditekankan karena beberapa hal
berikut. :
a) Keseriusan Nabi untuk mengerjakannya menunjukkan keagungan shaLat tersebut. Hal itu
didasarkan pada hadits Aisyah yang bercerita, "Shalat sunah yang paling serius dijaga
Nabi adalah dua rakaat Sebelum Subuh . "
b) Nabi telah menjelaskan keutamaan shalat ini. Aisyah meriwayatkan bahwa Rasullah
bersabda, "Dua rakaat sebelum Subuh itu lebih balk daripada dunia seisinya.”
c) Waktunya antara adzan dan iqamah
d) Menggantinya pada waktu lain. Orang yang tidak sempat menunaikan shalat sunah
sebelum Subuh, dia boleh mengerjakannya setelah shalat Subuh atau setelah matahari
naik.
➢ Empat rakaat setelah shalat Jum'at

6
Sebelum shalat Jum'at, seorang muslim hendaknya mengerjakan shalat mutlak. Sebab,
tidak ada shalat sunah rawatib yang ditentukan sebelum shalat Jum'at. Hendaknya dia
menyibukkan diri dengan amalan sunah mutlak dan dzikir hingga imam menuju mimbar.
Adapun shalat sunah rawatib Jum'at itu hanya di.kerjakan setelahnya. Hal itu sesuai
dengan hadits lbnu Umar bahwa dia senantiasa menjaga shalat sunah rawatib dari Rasulullah
yang di antaranya disebutkan, "...dan dua rakaat setelah shalat Jum'at di rumah.''

D. Hukum Shalat Sunnah Rawatib


Tidak semua shalat fardhu lima waktu boleh diikuti dengan shalat sunnah rawatib
(ba’diyah). Shalat Shubuh dan shalat Ashar merupakan shalat fardhu yang tidak boleh diikuti
dengan shalat sunnah rawatib ba’diyah, sesuai dengan hadits berikut ini.

Dari Abi Said Al-Khudri ra. Berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada
sholat setelah sholat shubuh hingga matahari terbit. Dan tidak ada sholat sesudah sholat Ashar
hingga matahari terbenam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian jelas, bahwa hukum shalat sunnah rawatib ba’diyah pada shalat Shubuh dan
shalat Ashar adalah Haram.

Hukum Meninggalkan Shalat Sunnah Rawatib Bila Sudah Dikumandangkan


Iqamah

Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila sudah dikumandangkan iqamah, maka tidak ada lagi shalat selain shalat
wajib.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadits no. 710)

Juga berdasarkan hadits Abdullah bin Sarjis R.A. bahwa ada laki_laki datang ke masjid
Rasulullah SAW pada saat shalat shubuh, lalu shalat 2 rakaat di samping masjid, kemudian
bersama Rasulullah SAW ia masuk ke dalam masjid untuk shalat berjama’ah. Selesai salam,
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Fulan, dengan shalat yang mana engkau menganggap (yang
wajib), dengan shalatmu sendirian tadi, atau dengan shalatmu bersama kami?” (Hadits shahih,
diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul Musafirin, hadits no. 712)

7
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa seseorang muslim bila mendengar iqamah,
maka tidak lagi diperbolehkan untuk melakukan shalat sunnah, baik itu shalat sunnah rawatib,
seperti shalat sunnah shubuh, zhuhur, ashar atau yang lainnya, di dalam atau di luar masjid, baik
ia dalam keadaan khawatir ketinggalan rakaat pertama atau tidak khawatir.

Karena kalau ia sibuk menjalankan ibadah sunnah, maka ia akan ketinggalan takbiratul
ihram bersama imam dan sebagian hal yang dapat menjadi pelengkap yang wajib. Ada juga
hikmah lain, yaitu larangan untuk menyelisihi para imam.”

Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa shalat sunnah itu tidak perlu dihentikan
bila sudah dikumandangkan iqamah, namun diteruskan saja dengan ringkas, yang berdasarkan
keumuman firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Muhammad ayat 33 sebagai berikut :

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu
merusakkan (pahala) amal-amalmu." (QS. Muhammad (47): 33)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al_Asqalani mengatakan bahwa hadits_hadits tersebut berlaku


bagi orang yang memulai shalat sesudah iqamah dikumandangkan. Ada yang berpendapat bahwa
apabila khawatir akan ketinggalan shalat fardhu berjamaah, maka hendaklah ia membatalkannya,
namun bila tidak, hendaklah ia meneruskannya. (Lihat Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul
Bari, hal. II/151; lihat juga Ibnu Qudamah, Al-Mughni, hal. II/120)

Sedangkan hadits-hadits itu secara khusus, sehingga yang khusus dapat menjadi penentu
arti bagi yang umum, dan tidak akan bertentangan dengannya, sebagaimana yang dapat
dimaklumi dari ilmu ushul fiqih dan ilmu mushtalahul hadits. Akan tetapi apabila
dikumandangkan iqamah, sementara ia sudah ruku’ di rakaat kedua, atau bahkan sudah sujud,
atau sudah sampai pada tahiyat akhir, sesungguhnya tidak ada salahnya bila ia meneruskannya,
kecuali apabila shalat wajibnya sudah hampir habis, dan hanya tersisa kurang dari 1 rakaat saja.
Dengan demikian, meneruskan shalat ketika shalat wajib tinggal kurang dari 1 rakaat, berarti
bertentangan dengan hadits-hadits tersebut.”

8
E. Waktu Dan Tempat Yang Afdal Untuk Pelaksanaan Sholat
Sunnah Rawatib
1. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib
Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari
masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib ba’diyah
maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat fardhu
tersebut “. (Al-Mughni 2/544)

2. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib


Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah
kalian bagai kuburan”. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanya bagi


seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di rumahnya…. meskipun di Mekkah dan Madinah
sekalipun maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram maupun masjid
An-Nabawi; karena saat nabi shallallahu a’alihi wasallam bersabda sementara beliau berada di
Madinah….. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan melakukan sholat sunnah rawatib
di masjidil haram, dan ini termasuk bagian dari kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295).

F. Pelaksanaan Sholat Sunnah Rawatib pada Umumnya


1. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al Kaafirun (‫ )قل يا أيها الكافرون‬dan
surat Al Ikhlas (‫)قل هو هللا أحد‬.” (HR. Muslim no. 726)

Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya:
“Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh
dirakaat pertamanya membaca: (‫( )قولوا آمنا باهلل وما أنزل إلينا‬QS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat
keduanya membaca: (‫( )آمنا باهلل واشهد بأنا مسلمون‬QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim no. 727)

2. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib


Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah
shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada sholat sunnah sesudah maghrib:”

9
surat Al Kafirun (‫ )قل يا أيها الكافرون‬dan surat Al Ikhlas (‫)قل هو هللا أحد‬. (HR. At-Tarmidzi no. 431,
berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166

3. Mengganti (mengqodho’) Sholat Rawatib


Dari Anas radiyallahu ‘anhu dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang lupa akan sholatnya maka sholatlah ketika dia ingat, tidak ada tebusan
kecuali hal itu”. (HR. Bukhori no. 597, Muslim no. 680)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan hadits ini meliputi sholat fardhu,
sholat malam, witir, dan sunnah rawatib”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 23/90)

1) Mengqodho’ Sholat Rawatib Di Waktu yang Terlarang:

Ibnu Qoyyim berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengqodho’ sholat ba’diyah
dzuhur setelah ashar, dan terkadang melakukannya terus-menerus, karena apabila beliau
melakukan amalan selalu melanggengkannya. Hukum mengqodho’ diwaktu-waktu terlarang
bersifat umum bagi nabi dan umatnya, adapun dilakukan terus-menerus pada waktu terlarang
merupakan kekhususan nabi”. (Zaadul Ma’ad 1/308)

2) Waktu Mengqodho’ Sholat Rawatib Sebelum Subuh:

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum sholat subuh, maka
sholatlah setelah matahari terbit”. (At-Tirmdzi 423, dan dishahihkan oleh Al-albani).

Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari kakeknya Qois, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam keluar rumah mendatangi sholat kemudian qomat ditegakkan dan sholat subuh
dikerjakan hingga selesai, kemudian nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling menghadap
ma’mum, maka beliau mendapati saya sedang mengerjakan sholat, lalu bersabda: “Sebentar
wahai Qois apakah ada sholat subuh dua kali?”. Maka saya berkata: Wahai rasulullah sungguh
saya belum mengerjakan sholat sebelum subuh, rasulullah bersabda: “Maka tidak mengapa”.
(HR. At-Tirmidzi). Adapun pada Abu Dawud dengan lafadz: “Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam diam (terhadap yang dilakukan Qois)”. (HR. At-tirmidzi no. 422, Abu Dawud no.
1267, dan Al-Albani menshahihkannya).

10
As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang masuk masjid
mendapatkan jama’ah sedang sholat subuh, maka sholatlah bersama mereka. Baginya dapat
mengerjakan sholat dua rakaat sebelum subuh setelah selesai sholat subuh, tetapi yang lebih
utama adalah mengakhirkan sampai matahari naik setinggi tombak” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh
Muammad bin Ibrahim 2/259 dan 260).

3) Pengurutan Ketika Mengqodho’:

As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila didalam sholat itu terdapat rawatib
qobliyah dan ba’diyah, dan sholat rawatib qobliyahnya terlewatkan, maka yang dikerjakan lebih
dahulu adalah ba’diyah kemudian qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang belum
mengerjakan sholat rawatib qobliyah mendapati imam sedang mengerjakan sholat dzuhur, maka
apabila sholat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah sholat rawatib ba’diyah
dua rakaat, kemudian empat rakaat qobliyah”. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/283)

4) Mengqodho’ Sholat Rawatib yang Banyak Terlewatkan:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Diperbolehkan mengqodho’ sholat


rawatib dan selainnya, karena merupakan sholat sunnah yang sangat dianjurkan (muakkadah)…
kemudian jika sholat yang terlewatkan sangat banyakmaka yang utama adalah mencukupkan diri
mengerjakan yang wajib (fardhu), karena mendahulukan untuk menghilangkan dosa adalah
perkara yang utama, sebagaimana “Ketika rasulullah mengerjakan empat sholat fardhu yang
tertinggal pada perang Khondaq, beliau mengqodho’nya secara berturut-turut”. Dan tidak ada
riwayat bahwasannya rasulullah mengerjakan sholat rawatib diantara sholat-sholat fardhu
tersebut.…. Dan jika hanya satu atau dua sholat yang terlewatkan, maka yang utama adalah
mengerjakan semuanya sebagaimana perbuatan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat sholat
subuh terlewatkan, maka beliau mengqodho’nya bersama sholat rawatib”. (Syarh Al-’Umdah,
hal. 238).

4. Menggabungkan Sholat Rawatib


1) Menggabungkan Sholat-sholat Rawatib, Tahiyatul Masjid, dan Sunnah Wudhu’:

As-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata: “Apabila seseorang masuk masjid


diwaktu sholat rawatib, maka ia bisa mengerjakan sholat dua rakaat dengan niat sholat rawatib
dan tahiyatul masjid, dengan demikian tertunailah dengan mendapatkan keutamaan keduanya.

11
Dan demikian juga sholat sunnah wudhu’ bisa digabungkan dengan keduanya (sholat rawatib
dan tahiyatul masjid), atau digabungkan dengan salah satu dari keduanya”. (Al-Qawaid Wal-
Ushul Al-Jami’ah, hal. 75)

2) Menggabungkan Sholat Sebelum Subuh dan Sholat Duha Pada Waktu Duha:

As-Syaikh Muhammad Bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Seseorang yang sholat qobliyah
subuhnya terlewatkan sampai matahari terbit, dan waktu sholat dhuha tiba. Maka pada keadaan
ini, sholat rawatib subuh tidak terhitung sebagai sholat dhuha, dan sholat dhuha juga tidak
terhitung sebagai sholat rawatib subuh, dan tidak boleh juga menggabungkan keduanya dalam
satu niat. Karena sholat dhuha itu tersendiri dan sholat rawatib subuh pun juga demikian,
sehingga tidaklah salah satu dari keduanya terhitung (dianggap) sebagai yang lainnya. (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 20/13)

3) Menggabungkan Sholat Rawatib dengan Sholat Istikhorah:

Dari Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengajarkan kami sholat istikhorah ketika menghadapi permasalahan sebagaimana
mengajarkan kami surat-surat dari Al-Qur’an”, kemudian beliau bersabda: “Apabila seseorang
dari kalian mendapatkan permasalahan, maka sholatlah dua rakaat dari selain sholat fardhu…”
(HR. Bukhori no. 1166)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Jika seseorang berniat sholat rawatib tertentu
digabungkan dengan sholat istikhorah maka terhitung sebagai pahala (boleh), tetapi berbeda jika
tidak diniatkan”. (Fathul Bari 11/189)

5. Mengangkat Kedua Tangan Untuk Berdo’a Setelah Menunaikan Sholat Rawatib


As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Sholat Rawatib: Saya tidak
mengetahui adanya larangan dari mengangkat kedua tangan setelah mengerjakannya untuk
berdo’a, dikarenakan beramal dengan keumuman dalil (akan disyari’atkan mengangkat tangan
ketika berdo’a). Akan tetapi lebih utama untuk tidak melakukannya terus-menerus dalam hal itu
(mengangkat tangan), karena tidaklah ada riwayat yang menyebutkan bahwa nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengerjakan demikian, seandainya beliau melakukannya setiap selesai sholat
rawatib pasti akan ada riwayat yang dinisbahkan kepada beliau. Padahal para sahabat
meriwayatkan seluruh perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan rasulullah baik ketika safar

12
maupun tidak. Bahkan seluruh kehidupan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat radiyallahu ‘anhum tersampaikan”. (Arkanul Islam, hal. 171).

G. Tata cara melaksanakan shalat sunnah rawatib


Dalam menjalani shalat sunnah rawatib tidak berbeda dengan shalat fardhu lainnya, yakni
dengan niat, bacaan ayat al-Qur’an serta doa-doa tertentu. Hanya saja untuk bacaan niatnya yang
berbeda.

Berikut adalah Tata Cara Sholat Sunnah Rawatib:

1) Niat

Mirip seperti pada sholat-sholat lainnya niat sholat rawatib juga dilakukan dalam posisi
berdiri. Niat boleh dibaca lafadz arabnya dengan pembacaan yang jelas dan tegas, namun yang
terpenting adalah niat yang diartikan dan disebut di dalam hati, harus dengan tegas, jelas, yakin
dan pasti. Jika niat yang dibacakan di dalam hati ini masih belum jelas dan yakin sebaiknya
diulangi. Sesuai dengan penjelasan di awal bahwa shalat rawatib merupakan shalat sunah yang
dilakukan untuk mengiringi Shalat wajib, sehingga sholat rawatib ini dijalankan pada banyak
waktu ataupun shalat wajib maka niatnya pun berbeda-beda, yakni:

▪ Niat Shalat Sunnah Qabliyah atau Sebelum Sholat Dzuhur:

Usholli. Sunnatad -dzuhri rak’ataini “qabliyyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum dzuhur dua raka’at, karena allah ta’ala.

▪ Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat dzuhur:

Usholli Sunnatad -zhuhri rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sesudah dzuhur dua raka’at, karena allah ta’ala.

▪ Niat shalat sunnah qabliyah (sebelum) sholat ashar :

Usholli Sunnatal ashri rak’ataini “qabliyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum ashar dua raka’at , karena allah ta’ala.

▪ Niat shalat sunnah qabliyah (sebelum) sholat maghrib


:

13
▪ Usholli Sunnatal maghribi rak’ataini “qabliyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum maghrib dua raka’at, karena allah ta’ala.

▪ Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat maghrib :

Usholli Sunnatal maghribi rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..

Artinya : saya niat shalat sunnah sesudah maghrib dua raka’at, karena allah ta’ala.

▪ Niat sholat sunnah qabliyyah (sebelum) sholat isya’ :

Usholli Sunnatal isya’i rak’ataini “qabliyyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum isya’ dua raka’at, karena allah ta’ala.

▪ Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat isya’ :

Usholli Sunnatal isyaa’i rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sesudah isya’ dua raka’at, karena allah ta’ala.

▪ Niat sholat sunnah qobliyah sebelum sholat subuh :

Usholli Sunnatas – shubhi rak’ataini “qabliyyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya: saya niat sholat sunnah sebelum subuh dua raka’at, karena allah ta’ala.

2) Mengucapkan bacaan Takbir

Takbir merupakan sebuah langkah awal pembuka dari ibadah shalat yang kita semua jalani,
dengan menuturkan kata “Allahu Akbar” yang berada di kata terakhir takbir pada saat mulut kita
menyebutkan “Akbar” diwajibkan sambil menyebutkan artian niat sholat di dalam hati.

3) Membaca doa iftitah

Setelah menjalani niat serta juga takbir, maka hal selanjutnya adalah membaca doa iftitah,

4) Membaca surat al-Fatihah


5) Ruku’, Tuma’ninah dan sujud

Jika sudah membaca niat, takbir serta membaca doa iftitah lengkap dengan surat al-fatihah,
maka langkah selanjutnya yaitu sama seperti sholat-sholat lain pada umumnya seperti dengan

14
pembacaan Surat pendek al-Qur’an, ruku’ dengan tuma’ninah hingga sujud yang terakhir yang
memiliki bacaan yang juga sama, kemudian dilakukan sebanyak dua atau empat rakaat
bergantung pada sholat rawatib apa yang akan kita lakukan.

Tak kalah penting yang perlu dilakukan dalam shalat rawatib adalah memperbanyak Dzikir
serta Doa kepada Allah Subhanahu ta’ala yang dibacakan ketika saat setelah selesai sholat
sunnah rawatib tersebut.

15
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu (shalat fardlu).
Shalat rawatib adalah shalat sunnah dua rakaat atau empat rakaat, tetapi pelaksanaannya tetap
dua rakaat satu salam, yang dilaksanakan sebelum atau sesudah shalat wajib lima waktu,
dilaksanakan secara munfarid (sendiri-sendiri) tidak berjama’ah dan cara pelaksanaannya seperti
melaksanakan shalat biasa yang dua rakaat.

Keutamaan bagi orang yang menjaga shalat-shalat sunnah rawatib dengan


melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami dan dikerjakan oleh Ummu
Habibah radhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas dan demikian yang diterangkan oleh para
ulama. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah
Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.” HSR al-Bukhari no.
6099 dan Muslim no. 783).

Tidak semua shalat fardhu lima waktu boleh diikuti dengan shalat sunnah rawatib
(ba’diyah). Shalat Shubuh dan shalat Ashar merupakan shalat fardhu yang tidak boleh diikuti
dengan shalat sunnah rawatib ba’diyah, hukum shalat sunnah rawatib ba’diyah pada shalat
Shubuh dan shalat Ashar adalah Haram.

16
DAFTAR PUSTAKA
Mukhammad Maskub, Tuntunan Shalat Wajib dan Sunah Ala Aswaja; Disertai Dalil Al Qur’an/Hadits
(Kebumen: Mediatera, 2016).
Ibnu Watiniyah, Tuntunan Lengkap Salat, Doa, dan Zikir (Jakarta: Kaysa Media, 2016),
Sa’id, “Panduan Shalat Sunnah Dan Shalat Khusus” ( Penerbit Almahira )
Meilana Dharma Putra, 2021, https://muslim.or.id/4602-tuntunan-shalat-sunnah-rawatib.html, Diakses
pada 03 Oktober 2021, Pukul 08.56
Ibid.
Rafi Wijaya, https://www.gramedia.com/literasi/shalat-sunnah-rawatib/amp/, Diakses pada 03 Oktober 2021,
Pukul 09.32

17

Anda mungkin juga menyukai