Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AGAMA ISLAM

SHALAT BERJAMAAH DAN SHALAT JAMA QASHAR

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. Anggita Dewi Saputri ( 201601067 )


2. Ferlinda Ayuanita ( 201601079 )
3. Kiki Silvita Sari ( 201601087 )
4. Nadia Puspa Prima Indriarini ( 201601096 )
5. Renita Indah Safitri ( 201601107 )

TINGKAT : 1 B ( SEMESTER I )

AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III


PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Shalat Berjamaah dan Shalat Jama Qashar dengan baik. Shalawat
serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini dirancang agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang shalat
berjamaah, bagaimana tata cara, pengaturan shaf, dan hukum shalat berjamaah,
serta shalat jama dan qashar berserta tata caranya, yang disajikan dari berbagai
sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang
sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan
datang menjadi lebih baik.
Terima kasih

Ponorogo, 15 November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ............................................................................................................. 1
Kata Pengantar ............................................................................................................ 2
Daftar Isi ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Shalat Berjamaah .............................................................................. 6
2.2 Hukum Shalat Berjamaah ................................................................................... 6
2.3 Syarat-syarat Shalat Berjamaah .......................................................................... 8
2.4 Syarat-syarat Menjadi Imam ................................................................................ 9
2.5 Barisan Shalat Berjamaah (Shaf) ........................................................................ 12
2.6 Pengertian Shalat Jama dan Qashar .................................................................... 16
2.7 Syarat-syarat Serta Tata Cara Shalat Jama dan Qashar ...................................... 17

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
3.2. Saran ..................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat secara etimologi (bahasa) bermakna doa. Sedangkan secara
terminologi (istilah), shalat adalah aktivitas ibadah seorang hamba yang
dimulai dari takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan salam.
Menurut sayyid sabiq shalat ialah Ibadat yang tersusun dari beberapa
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam,
dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa shalat merupakan bentuk
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan
salam dengan ketentuan atau syarat-syarat tertentu.
Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ia banyak
memberikan kemudahan dan keleluasaan (kelonggaran) kepada umatnya yang
sedang berada dalam kesulitan ataupun berada dalam kondisi dan posisi
tertentu yang membuatnya tidak leluasa. Salah satu contohnya adalah, Islam
membolehkan dilakukannya shalat dengan cara jama dan qashar bagi orang
yang sedang berada dalam perjalanan (musafir).
Shalat memiliki kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya,
bahkan kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya. Shalat merupakan
tiang agama, ketika seorang muslim mendirikan shalat berarti ia telah
mendirikan tiang agama. Tetapi ketika seorang muslim meninggalkan shalat
berarti ia telah menghancurkan agama.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan shalat berjamaah ?
1.2.2 Bagaimana hukumnya shalat berjamaah bagi laki-laki dan perempuan ?
1.2.3 Apa saja syarat-syarat dalam shalat berjamaah ?
1.2.4 Apa saja syarat-syarat menjadi imam ?
1.2.5 Bagaimana aturan pada barisan shalat berjamaah (shaf) yang benar ?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan shalat jama dan qashar ?

4
1.2.7 Apa saja syarat-syarat shalat jama dan qashar ?
1.2.8 Bagaimana tata cara pelaksanaan shalat jama dan qashar ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
1.3.2 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari shalat
berjamaah.
1.3.3 Agar mahasiswa memahami hukumnya shalat berjamaah bagi laki-laki
maupun perempuan.
1.3.4 Agar mahasiswa mengetahui syarat-syarat terjadinya shalat berjamaah.
1.3.5 Agar mahasiswa mengetahui syarat-syarat menjadi imam.
1.3.6 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami aturan barisan shalat
berjamaah (shaf) yang benar.
1.3.7 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari shalat jama
dan qashar.
1.3.8 Agar mahasiswa mengetahui apa saja syarat-syarat dilakukannya shalat
jama dan qashar.
1.3.9 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tata cara pelaksanaan shalat
jama dan qashar.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Shalat Berjamaah


Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin
secara bersama-sama, minimal jumlahnya adalah dua orang, yaitu satu imam
dan satu makmum. Imam sebagai pemimpin shalat berada di depan, dan
makmum sebagai orang yang dipimpin harus mengikuti gerakan shalat imam.
Seorang makmum tidak diperbolehkan mendahului gerakan imam.
Shalat berjamaah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang dan dapat
dilaksanakan di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya. Tempat yang
paling utama untuk mengerjakan shalat fardhu adalah di masjid, demikian juga
shalat berjamaah. Semakin banyak jumlah jamaahnya semakin utama
dibandingkan dengan shalat berjamaah yang sedikit pesertanya.
Dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid, seseorang akan
mendapatkan manfaat dan ganjaran yang lebih dibandingkan shalat sendiri
dirumah. Manfaat itu berupa terjalinnya silahturahim antara warga sekitar.
Karena seringnya bertemu dan berkomunikasi ketika berada dimasjid.
Sedangkan ganjaran yang dimaksud disini adalah mendapatkan 27 pahala
lebih baik serta dinaikkan derajatnya satu tingkat lebih tinggi ketika kaki
melangkah untuk menuju ke masjid.

2.2 Hukum Shalat Berjamaah


Hukum shalat berjamaah adalah sunnat muakad, yaitu sunnah yang sangat
ditekankan / dipentingkan dalam pelaksanaannnya. Bagi laki-laki shalat
berjamaah di masjid (shalat fardhu) lebih utama daripada di rumah, sedangkan
bagi wanita shalat dirumah lebih utama karena lebih aman bagi mereka. Shalat
berjamaah itu lebih baik daripada shalat sendiri dengan 27 derajat.

6
Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
Diriwayatkan Ibnu Umar, Rasulullah SAW. bersabda, Shalat berjamaah lebih
utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat . (H.R.
Bukhari dan Muslim)

Lalu, bagaimana hukumnya jika seorang perempuan shalat dengan laki-


laki yang bukan mahramnya? Islam menegaskan diharamkan bagi laki-laki
berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya, sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadis Nabi SAW.

Ibnu Abbas RA meriwayatkan, ia mendengar Nabi SAW bersabda,


Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan perempuan kecuali
disertai seorang mahram, dan janganlah seorang perempuan bepergian
kecuali bersama mahramnya. Lalu, ada seorang laki-laki berdiri dan berkata,
Wahai Rasulullah, saya termasuk yang terdaftar pada perang ini dan itu,
sedangkan istriku keluar untuk menunaikan ibadah haji. Maka, Beliau
bersabda, Pergilah berhaji bersama istrimu. (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain disebutkan, Nabi SAW bersabda, Janganlah seorang


laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan melainkan ketiganya
adalah setan. (HR Tirmizi dan Ahmad).

Oleh karena itu, jika shalatnya seorang perempuan sebagai makmum di


belakang seorang laki-laki yang bukan mahram menjadikan mereka berdua-
duaan (khalwat), hukumnya tidak boleh karena ini menjadi sebab kepada
sesuatu yang haram. Dan, dalam kaidah fikih dijelaskan sesuatu yang
menyebabkan kepada yang haram maka hukumnya adalah haram.

7
Dalam kitab, Al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab, Imam Nawawi
menyatakan, makruh hukumnya seorang laki-laki shalat dengan seorang
perempuan yang asing (bukan mahramnya) berdasarkan hadis Nabi saw,
Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan
melainkan ketiganya adalah setan.

Lalu, Imam Nawawi menegaskan yang dimaksud dengan makruh di sini


adalah makruh tahrim (yaitu perkara yang diharamkan dalam syariat yang
berakibat dosa bagi yang melakukannya, tapi berdasarkan dalil yang bersifat
zhanni), yaitu jika laki-laki itu menjadi berdua-duaan dengan wanita tersebut.
Imam Nawawi melanjutkan, Ulama mazhab Syafii mengatakan, jika
seorang laki-laki mengimami istri atau mahramnya dan berdua-duaan
dengannya, hukumnya boleh karena ia dibolehkan untuk berdua-duaan
dengannya di luar waktu shalat. Sedangkan, jika ia mengimami wanita asing
dan berdua-duaan dengannya maka itu diharamkan bagi laki-laki dan wanita
tersebut berdasarkan hadis-hadis Nabi SAW tersebut. Maka, jika shalat
berjamaah dengan laki-laki yang bukan mahram di mushala kantor itu
menjadikannya berdua-duaan dengannya, hukumnya adalah haram.
Tetapi, jika di mushala itu ada orang lain, meskipun ia tidak shalat maka
hukumnya menjadi boleh karena penyebab dilarangnya sudah tidak ada, yaitu
berdua-duaan. Wallahu alam bish shawwab.

2.3 Syarat-syarat Shalat Berjamaah


Shalat berjamaah sah apabila memenuh isyarat sebagai berikut :
1. Ada imam dan makmum
2. Makmum berniat untuk mengikuti imam
3. Shalat dikerjakan dalam satu majelis.
4. Shalat makmum sesuai dengan shalatnya imam.

Syarat menjadi Imam


1. Seorang laki laki bila makmum laki-laki /perempuan ( boleh imam
perempuan asal makmumnya perempuan semua )
2. Baligh / Berakal sehat

8
3. Fasih membaca Al Quran dan cukup hapalannya
4. Mempunyai ilmu agama yang memadai dan tahu tentang tatacara shalat
berjamaah
5. Lebih tua umurnya

Syarat Menjadi Makmum


1. Berniat mengikuti imam
2. Mengikuti gerakan imam
3. Tidak boleh mendahului imam
4. Jenis shalat harus sama
5. Dilaksanakan di satu majelis / Tempat / Mesjid

2.4 Syarat-syarat Menjadi Imam

Tidak semua orang boleh menjadi imam dalam


shalat. Seseorang baru boleh menjadi imam, jika ia memenuhi syarat-syarat
berikut ini :
a. Islam. Orang kafir tidak diperbolehkan menjadi imam.
b. Berakal. Orang gila tidak diperbolehkan menjadi imam.
c. Suci dari hadats besar dan hadast kecil maupun najis.
d. Orang yang ahli baca Al-Quran, jika makmumnya juga ahli baca.
Nabi Muhammad SAW bersabda : Jika ada 3 (tiga) orang, maka
hendaklah memilih salah seorang diantara mereka menjadi imam dan
yang paling berhak diantara mereka ialah yang paling bagus bacaannya.
(HR. Muslim)
e. Orang lelaki yang adil memahami. Seorang wanita tidak diperbolehkan
menjadi imam bagi kaum laki-laki dalam shalat. Tetapi jika ia menjadi

9
imam bagi sesama kaum wanita, maka hukumnya boleh. Sedangkan
seorang lelaki, maka ia boleh menjadi imam bagi sesama orang laki-laki
maupun kaum perempuan.
f. Imam tersebut bukan orang yang sedang shalat bermakmum kepada orang
lain.

Urut-urutan orang yang paling afdhal menjadi imam :


a. Orang yang paling banyak hafalannya terhadap kitab Allah (Al-Quran).
b. Orang yang paling memahami terhadap agama Allah (ajaran Islam).
c. Orang yang paling kuat dan tinggi ketakwaannya kepada Allah, atau
orang yang paling shaleh di antara para jamaah shalat.
d. Orang yang paling tua umurnya.

Syarat utama menjadi imam shalat seperti disebutkan dalam kitab Fiqh
Al-Islami Wa karya Syaikh Wahbah Al Zuhaili antara lain, Islam, berakal,
balighm laki-laki, suci dari hadats, bagus bacaan dan rukunnya, bukan
makmum, sehat dan belum tua serta lidahnya fasih dapat mengucapkan lafal
Arab dengan tepat dan jelas.

Ini semua berdasarkan pada beberapa hadits di bawah ini:


1) Hadits Abu Said al Khudri :
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Apabila mereka tiga
orang, maka hendaklah seorang dari mereka menjadi imam shalat mereka,
dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik bacaan al
Qur`annya [HR Muslim 672]
2) Hadits Abu Masud al Anshari, ia menyatakan :
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada kami:
Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling
hafal al Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka
sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dahulu
hijrahnya. Apabila mereka sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi
imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian menjadi imam atas
seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki
permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya

10
[HR Muslim dalam Shahih-nya, kitab al Masaajid wa Mawadhi Shalat,
Bab Man Ahaqqu bil Imamah, no. 1709]

Namun demikian, hal ini tidak termasuk syarat sahnya shalat berjamaah,
karena seseorang diperbolehkan menjadi imam bagi orang yang lebih berhak
menjadi imam darinya, sebagaimana kisah Nabi. Beliau Shallallahu alaihi wa
sallam pernah shalat di belakang Abu Bakar sebagaimana dijelaskan dalam
hadits Aisyah, ia berkata :
Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sakit di akhir hayatnya, lalu
datanglah waktu shalat dan Bilal telah beradzan, maka beliau berkata:
Perintahkan Abu Bakar agar mengimami shalat, lalu ada yang berkata kepada
beliau : Sungguh Abu Bakr seorang yang lembut hati. Apabila menggantikan
kedudukanmu, ia tidak dapat mengimami orang banyak. Beliau Shallallahu
alaihi wa sallam mengulangi lagi (perintahnya) dan merekapun mengulangi
(pernyataan tersebut), lalu beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengulanginya
yang ketiga dan berkata: Kalian ini seperti wanita-wanita dalam kisah Yusuf.
Perintahkan Abu Bakar agar mengimami orang shalat, lalu Abu Bakar
berangkat dan mengimami shalat. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
merasakan sakitnya agak ringan, lalu beliau Shallallahu alaihi wa sallam
keluar dengan bersandar pada dua orang, seakan-akan aku melihat kakinya
gontai (tidak mantap dalam melangkah) karena rasa sakit. Lalu Abu Bakar
ingin mundur, maka beliau memberikan isyarat untuk tetap di tempatnya,
kemudian mendatanginya dan duduk di sebelah Abu Bakar [HR al Bukhari,
kitab al Adzan, hadits 2641]

Hadits ini, secara jelas menunjukkan bolehnya seseorang mengimami


orang yang lebih berhak menjadi imam darinya. Wallahu alam.

11
2.5 Barisan Shalat Berjamaah (Shaf)

12
13
Ketika wanita berjamaah bersama lelaki, posisi shaf wanita yang paling
belakang lebih afdhal dibandingkan posisi shaf di depannya. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah


yang terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-
buruknya adalah yang pertama. (HR. Muslim no.440).

Oleh karena itu, dalam menyusun shaf wanita ketika berjamaah bersama
laki-laki dimulai dari belakang, bukan dari depan.

Di antara hal yang berkaitan dengan shalat yang harus diperhatikan


dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah permasalahan lurus dan
rapatnya shaf (barisan dalam shalat). Karena ancamannya pun tidak
sembarangan, yakni ancaman bagi yang tidak meluruskan shaf. An-Numan bin

14
Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda (artinya) :

Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka


sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan
wajah-wajah kalian berselisih).(HR. Al-Bukhari no.717 dan Muslim 436).

Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim disebutkan, Bahwasanya


Rasulullah biasa meluruskan shaf-shaf kami seakan-akan beliau sedang
meluruskan anak panah sehingga apabila beliau melihat bahwasanya kami telah
memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan shaf (maka beliaupun memulai
shalatnya, pent). Kemudian pada suatu hari beliau keluar, lalu berdiri sampai
hampir-hampir beliau bertakbir untuk shalat, tiba-tiba beliau melihat seseorang
yang menonjol sedikit dadanya, maka beliaupun bersabda,

Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian


atau (kalau tidak) maka Allah sungguh akan memalingkan antar wajah-
wajah kalian.

Di dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat


menekankan agar meluruskan shaf di dalam shalat dengan sabdanya, Benar-
benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah
akan palingkan antar wajah-wajah kalian.
Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda beliau, atau
sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian, yakni cara pandang
kalian, yang hal ini terjadi dengan berselisihnya hati. Bagaimanapun juga, di
dalam hadits ini terdapat dalil akan wajibnya meluruskan shaf, dan bahwasanya
wajib atas para makmum untuk meluruskan shaf-shaf mereka, dan kalau
mereka tidak meluruskan shafnya, maka sungguh mereka telah mempersiapkan
diri-diri mereka untuk mendapatkan siksaan dari Allah subhanahu wa taala,
waliyaadzu billaah.

15
2.6 Pengertian Shalat Jama dan Qashar
2.6.1 Shalat Jama
Shalat jama adalah mengumpulkan atau menyatukan dua shalat yang
dilakukan pada salah satu waktu dari kedua shalat yang dikerjakan
tersebut. Melaksanakan shalat dengan cara jama terbagi ke dalam dua
cara, yaitu :
a. Jama taqdim, yaitu mengumpulkan dua shalat yang dikerjakan pada
waktu shalat yang pertama. Misalnya mengumpulkan shalat Dzuhur
dengan Ashar yang dikerjakan pada waktu shalat Dzuhur, atau
mengumpulkan shalat Maghrib dengan Isya yang dikerjakan pada
waktu shalat Maghrib.
b. Jama tahkir, yaitu mengumpulkan dua shalat yang dikerjakan pada
waktu shalat yang kedua. Misalnya mengumpulkan shalat Dzuhur
dengan Ashar yang dikerjakan pada waktu shalat Ashar, atau
mengumpulkan shalat Maghrib dengan Isya yang dikerjakan pada
waktu shalat Isya.

Hal-hal yang menyebabkan diperbolehkannya shalat jama :


a. Bepergian jauh yang telah mencapai jarak diperbolehkannya
menqashar shalat, yang menurut para ulama, kurang lebih jaraknya
empat barid, yang setara dengan 48 mil (atau sekitar 80,64 kilometer).
b. Cuaca sedang buruk, misalnya hujan sangat lebat, cuaca sangat dingin,
atau angin sangat kencang.
c. Orang yang sakit, yang khawatir akan kesehatannya semakin
memburuk jika ia mengerjakan shalat Dzuhur dan Ashar, Maghrib
dan Isya dengan sendiri-sendiri karena akan memberatkan fisiknya
yang sedang sakit.
d. Dalam keadaan mendesak atau darurat, atau juga karena seseorang
khawatir akan dirinya, harta dan kehormatannya.

2.6.2 Shalat Qashar


Qashar secara bahasa berarti pendek atau ringkas. Shalat qashar dalam
istilah hukum Islam adalah meringkas shalat atau mengurangi jumlah

16
rakaat shalat dari empat rakaat menjadi dua rakaat. Shalat yang bisa di
qashar adalah shalat fardhu yang terdiri dari empat rakaat, yaitu Dzuhur,
Ashar, dan Isya.
Perintah tentang kebolehan mengqashar shalat adalah berdasar firman
Allah SWT. :

Artinya : Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah


mengapa kamu mengqashar sembahyang(mu). (Q.S. An-Nisa: 101)

Para ulama berpendapat bahwa hukum mengqashar shalat adalah


sunnah muakkadah, karena Rasulullah SAW. senantiasa mengerjakan
shalat secara qashar ketika beliau sedang dalam perjalanan (melakukan
perjalanan). Hal itu diikuti oleh para sahabat.

2.6.3 Shalat Jama Qashar


Seorang musafir yang telah memenuhi persyaratan untuk bisa
melakukan shalat secara jama ataupun shalat secara qashar, maka ia
boleh melakukan shalat secara jama dan qashar sekaligus, yakni
menghimpun dua shalat yang empat rakaat salam satu waktu, sekaligus
mengerjakannya hanya dua rakaat - dua rakaat saja.

2.7 Syarat-syarat Serta Tata Cara Shalat Jama dan Qashar


2.7.1 Shalat Jama
a. Syarat dan tata cara mengerjakan shalat jama
Syarat dan tata cara mengerjakan shalat dengan jama untuk orang
yang memilih melakukan dengan cara jama taqdim adalah :
1) Niat melakukan shalat dengan jama taqdim di awal shalat yang
pertama, yakni shalat Dzuhur atau Maghrib.
2) Tertib, memulai dengan shalat yang pertama (shalat Dzuhur atau
Maghrib), baru kemudian yang shalat kedua (Ashar atau Isya).
3) Melakukannya secara berturut-turut, tidak ada yang memisahkan
antara kedua shalat yang di jama.

17
4) Masih berada dalam perjalanan sampai Takbiratul Ihram shalat
yang kedua, walaupun perjalanannya tiba-tiba terhenti di tengah-
tengah sholatnya yang kedua.
5) Yakin bahwa waktu shalat yang pertama (Dzuhur atau Maghrib)
masih ada sampai terlaksananya shalat yang kedua (Ashar atau
Isya).
6) Tata cara pelaksanaan shalat yang di jama adalah sebagaimana
melaksanakan shalat biasa, karena hakikatnya hanya waktu
pelaksanaannya saja yang digabung (dijadikan satu sekaligus atau
secara bersamaan).
7) Menduga sahnya shalat yang pertama.

2.7.2 Shalat Jama


a. Syarat-syarat shalat qashar
1) Bepergian jauh yang telah mencapai jarak diperbolehkannya
mengqashar shalat, yang menurut para ulama, kurang lebih
jaraknya empat barid, yang setara dengan 48 mil (atau sekitar
80,64 kilometer).
2) Bepergian yang diperbolehkan, bukan bepergian yang bertujuan
untuk kemaksiatan.
3) Menyengaja pada tempat tertentu sejak awal perjalanan.
4) Melewati batas wilayahnya.
5) Tidak makmum kepada orang yang mengerjakan shalat secara
sempurna (tidak qashar).
6) Berniat mengqashar shalat ketika melakukan Takbiratul Ihram.
7) Mengetahui kebolehan shalat qashar.
8) Masih dalam keadaan musafir (melakukan perjalanan) saat
mengerjakan shalat qashar.

Shalat jama dan qashar memang diperuntukan bagi umat muslim yang
sedang melakukan perjalanan jauh atau karena halangan lain sehingga tidak
dapat mengerjakan shalat fardu tepat pada waktunya. Hal ini meliputi:

18
Melakukan perjalanan jauh minimal 81 kilometer (sesuai kesepakatan
para ulama).
Perjalanan tidak bertujuan untuk hal negatif atau berbuat dosa.
Sedang dalam keadaan bahaya; hujan lebat disertai angin kencang, perang
atau bencana lainnya.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa shalat berjamaah
adalah shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin secara bersama-sama,
minimal jumlahnya adalah dua orang, yaitu satu imam dan satu makmum. Bagi
laki-laki shalat berjamaah di masjid (shalat fardhu) lebih utama daripada di
rumah, sedangkan bagi wanita shalat dirumah lebih utama karena lebih aman
bagi mereka.
Syarat utama menjadi imam shalat seperti disebutkan dalam kitab Fiqh
Al-Islami Wa karya Syaikh Wahbah Al Zuhaili antara lain, Islam, berakal,
balighm laki-laki, suci dari hadats, bagus bacaan dan rukunnya, bukan
makmum, sehat dan belum tua serta lidahnya fasih dapat mengucapkan lafal
Arab dengan tepat dan jelas.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

El-sutha, Saiful Hadi. 2012. Buku Panduan Sholat Lengkap. Jakarta : WahyuMedia.

Sulaiman, Muhammad. 2013. Tata cara Shalat Lengkap Wajib & Sunnah.
Yogyakarta : Buku Pintar.

https://almanhaj.or.id/2612-memahami-posisi-imam-dan-mamum-dalam-shalat-
berjamaah.html

https://muslimah.or.id/7559-bagaimana-shaf-wanita-dalam-shalat.html

https://rohissmpn14depok.wordpress.com/kbm-pai/shalat-berjamaah-dan-munfarid/

http://rukun-islam.com/syarat-menjadi-imam-shalat/

http://cercahceria.com/tata-cara-shalat-jamak-qashar-jamak-qashar-lengkap/

https://cahayawahyu.wordpress.com/religion/hukum-shalat-berjamaah-di-masjid-
bagi-wanita-dari-berbagai-pendapat/

21

Anda mungkin juga menyukai