Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MAQOSID

SHOLAT JAMA’AH

DOSEN : Hidayatullah S.E

DI SUSUN OLEH :

Kelas: F/KM/III

KELOMPOK 8

1. Lili erika (14194871)


2. Tri pimayanti (141948)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKes SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah “”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Praktikum biomedis kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogjakarta , 26 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. TUJUAN MASALAH..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1. Pengertian Shalat Berjama'ah............................................................................................2
2.2. Hukum Shalat Berjama’ah................................................................................................2
2.3. Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal)................................................4
2.4. Hikmah Sholat Berjamaah................................................................................................7
2.5. Cara Shalat sambil Duduk di Atas Kendaraan................................................................15
2.6. Shalat sambil duduk........................................................................................................16
2.7. Bagaimana Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama’ah.................................16
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................18
3.2. Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alhamdulillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, rasul bersabda : ikhtilafu fi
ummati rahmatun, guna mengkaji dan memperdalam ilmu sehingga kita mengetahui sebab-
sebab iktilaful ulama wa adillatuhu sehingga tidak sepatunya antara satu sama lain saling
menyalahkan. Maka dari itu kita sebagai umatnya, dalam menyikapi perbedaan harus lah
saling menghargai pendapat satu dengan yang lainnnya.

Dalam shalat terdapat rukun yang harus dikerjakan salah satunya adalah bacaan al-
fatihah. Seperti yang sudah dikatakan oleh Muhammad ‘Awwamah dalam bukunya bahwa,
Allah telah mengutamakan surat al-fatihah yakni sesuai dengan sabda Rosul dalam hadist
qudsi, Allah berfirman Allah membagi surat al-fatihah menjadi dua bagian antara diriKu dan
hambaKu. Satu, bagian al-fatihah untukKu berisi pujian, sanjungan dan pengagungan.
Dua,untuk hambaKu yang berisi doa untuknya sedangan pengabulan dan pemberian doa
menjadi hakKu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud shalat berjamaah?
2. Bagaimana menurut empat imam madhab tentang shalat berjama’ah?
3. Bagaimana tata cara shalat berjamaah?
4. Bagaimana posisi imam dan ma’mum ketika shalat berjama’ah?

1.3. TUJUAN MASALAH


1. Mahasiswa bisa lebih mengerti tentang shalat berjama'ah\
2. Mendeskrifikasikan tentang hukum shalat berjama’ah menurut empat imam
madhab
3. Mahasiswa bisa mempraktekkan shalat berjamaah.
4. Mendeskrifikasikan posisi imam dan ma’mum ketika shalat berjamaah

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Shalat Berjama'ah
Shalat berjamaah ialah shalat yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang
atau lebih, salah seorang di antara mereka menjadi imam dan yang lain sebagai makmum,
dengan aturan serta kaifiat yang tertentu.

Shalat merupakan saah satu dari rukun-rukun agama yang paling penting. Dan
Allah ta’ala telah mewajibkan kepada para hamba-Nya untuk beribadah hanya kepada-
Nya semata, tidak menyekutukannay dengan selain-Nya dari makhluk-makhluk ciptaan-
Nya. Firman Allah ta’ala:

‫إن الصالة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا‬


“ Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” [Q.S. An- Nisa’: 103][1]
Dinamakan shalat berjama’ah adalah apabila dua orang shalat bersama-sama
dan salah satu dari mereka mengikuti yang lain. Yang diikuti (yang di hadapan)
dinamakan Imam dan yang mengikuti (yang di belakang) dinamakan Makmum. Firman
Allah ta’ala:
‫وإذا كنت فيهم فأقمت لهم الصالة فلتقم طاءفة منهم معك‬
“ Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu), lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (shalat) bersamamu.” [Q.S. An- Nisa’: 102][2]
Mengenai dalil sunnah , cukup banyak hadits yang menguraikan keutamaan
dan anjuran untuk melaksanakannya. Diantarnya adalah sabda nabi SAW:
‫صاله الجماعة أفضل من صالة الفد بسبع وعشرين درجة‬
“Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat.”

2.2. Hukum Shalat Berjama’ah.


Para ulama berbeda pendapat dalam hukum shalat berjema’ah bahwa shalat
berjema’ah itu adalah fardhu a’in, sebagian pendapat juga mengatakan salat berjema’ah
itu fardhu kifayah, dan sebagian lagi ada yang berpendapat sunat muakkad.[4]

2
a. Menurut Syafi’i:

Shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang tidak berhalangan
untuk melaksanakan kewajibannya dan yang menetap di rumah. Dalil yang mereka
gunakan adalah:

‫ما من ثالثة في قرية وال بد وال تقام فيهم الجماعة االاستوحوذ عليهم الشيطان‬
“ Dari Abi Darda’ radiyallahu’anhu bahwa rasulullah SAW bersabda:
tidaklah 3 orang yang tinggal di suatu kampung atau pelosok, tapi tidak melakukan shalat
jama’ah, kecuali syaithan telah menguasai mereka. Hendaklah kalian berjama’ah sebab
serigala itu memakan domba yang lepas dari kawannya. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).
b. Menurut hanafi dan maliki

Shalat berjama’ah hukumnya sunnah muakkadah yaitu sunnah yang ditekankan


bagi kaum laki-laki dewasa dan mampu melaksanakannya tanpa ada halangan dalam
shalat fardhu. Tidak wajib bagi wanita, anak-anak, orang tua renta, orang gila, hamba
sahaya, orang sakit, atau yang cacat pada kaki dan tangannya yang sangat
menghalanginya dan memberatkannya untuk shalat berjama’ah. Dalil yang mereka
gunakan adalah: dari Ibn Umar, Rasulullah SAW berkata:

‫صالة الجماعة أفضل من صالة الفرد بسبع وعشرين درجة‬


“ shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan duapuluh
tujuh derajat.” (muttafaq ‘alaih).
• Menurut Hanbali:
Shalat berjama’ah hukumnya fardu ‘ain (wajib). Hal ini didasarkan pada dalil firman
Allah ta’ala dalam Qur’an surat Al-baqarah ayat 43:
‫وأقيمو الصالة وأتوالزكاة والكعواوالركعين‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang
ruku’”.
Dan juga berdasar pada hadist dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
‫واللذي نفسي بيده لقد هممت أن امر بحطب فيحطب ثم امر بالصالة فيؤذن بها ثم امر رجال فيؤم الناس ثم‬
)‫أخالفه الى رجال فأحرق عليهم بيوتهم(متفق عليه‬

3
“ Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaaNya! Saya telah
bermaksud menyuruh orang-orang agar mengumpulkan kayu bakar, lalu menyuruh
seseorang supaya menyerukan adzan shalat, kemudian menyuruh seseorang pula menjadi
imam bagi orang banyak, dan sementara itu saya akan pergi mendatangi orang-orang
yang tidakkut shalat berjama’ah, lalu saya bakar rumah-rumah mereka.” (muttafaq
‘alaih).[8]
Dari dalil yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-sunnah diatas sangat jelaslah
bahwa perintah shalat berjama’ah itu wajib.

2.3. Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal)


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh imam dan makmum ketika shalat
berjamaah, sebagai berikut:

1. Apabila shalat telah di iqomatkan, maka datangilah dengan tenang.


Sesuaai dengan sabda nabi saw yang artinya: “dari Abu Hurairah ra, bahwa nabi
SAW bersabda: apabila kamu teah mendengar qomat, maka berjalan lah mendatangi
shalat dan hendaklah berjalan dengan tenang dan tentram dan jangan terburu-buru.
Maka apabila kamu dapat menyusul, shalat lah mengikuti imam, sedang yang sudah
tertinggal, maka sempurnakanlah”. (HR.Bukhari Muslim).
2. Hendaklah salah seorang diantara kamu menjadi imam
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Abu said, ia berkata bahwa
rasululla SAW bersabda: apabila ada tiga orang hendaklah salah seorang diantara
mereka menjadi imam, dan yang lebih berhak menjadi imam adalah yang lebih ahli
membaca alquran. (Ahmad, Muslim dan Nasa’i).
3. Orang buta boleh menjadi imam.
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Anas bahwa Nabi SAW
menguasakan kepad Ibnu Maktum atas madinah dua kali mengimani mereka, padahal
dia buta”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “dari Jabir bin Abdullah yang
berkata, bahwa pada suatu ketika nabi saw shalat magrib, maka sayang datang lalu
berdiri di sebelah kirinya, maka beliau mencegah akudan menjadikan aku disebelah

4
kanannya. Kemudian datang temanku, maka kami berbaris dibelakangnya”. (HR. Abu
Daud).

5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan.


Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari Anas bahwa nabi SAW
ersabda: ratakanlah shafmu, karena merapatkan shaft itu termasuk sebagian dari
kesempurnaan shalat”. (HR. Bukhori muslim).
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari annas,bahwa rasullah saw
brsabda : penuhilah dulu saf yang pertama kemudian saf berikutnya.hendaklah saf
yang tidak penuh itu saf yang di belangkang”(hr.ahmad,abu daut,nasai,dan ibnu
maja).
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria,
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari ibnu abas yang berkata : saya
sholat disamping nabi saw sedangkan aisa bersama kami dia sholat dibelakang dan
aku disisi nabi” .(hr.ahmad dan nasa’i).
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului, atau kita
harus mengikuti imam .
sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari abu hurairah,bahwa rasullah saw
sumgguh bahwa imam itu diangkat untuk diikuti.oleh karenanya apabila dia
betakbir,maka takbirlah kamu dan jangan lah kamu betakbir hingga ia bertakbir.dan
apabila dia dia telah ruku’,maka rukuklah kamu dan jangan kau ruku hingga ia ruku
“.dan apabila dia bersujut maka sujutlah kamu ,dan jangan kau bersujut hingga dia
bersujut”.(hr.ahmad dan abu daut)
9. Baca imam jangan panjang panjang.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “jika salah seorang diantara mu sholat
dengan orang banyak,maka hendalah diringgankannya,karena diantara mereka ,ada
yang lemah,sakit atau tua . adaun jika ia sholat sendirian bolehlah dipanjangkannya
sekendak hatinya”.(hr.jamaah).
10. Hendalah memperhatikan baca imam.

5
Makmum hendalah memperhatikan bacaan dan gerakkn imam . seandainya imam
salah atau lupa tentang bacaan dan gerakkan di saat sholat,makmum dapat meneggur
dengan bertasbih dengan laki laki dan bertepuk tanggan bgi perempuan.
Sebaimana sabda nabi saw yang artinya: “barang siapa yang tergangangung oleh
sesuatu dala sholatnya,hendaklah ia mengucapkan “subhanaullah”.bertepuktanggan
untuk kaum wanita,sedangkan tasbih untuk kaum lelaki”.(hr.ahmad,abu daut dan
nasa’i).
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari abu hurairah RA, bahwa rasallah
saw bersabda bahwa imam telah membaca “Ghairah Maghdlubi Alaihim walladha-
dhallin”, maka membaca “Amin”, sesungguh malaikat membaca “Amin” bersama-
sam dengan imam membaca “amin”. Barang siapa membaca bersama para malaikat,
nisca diampuni dosa-dosanya yang telah lampau “. (HR. Ahmad dan Nasa’i)
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Said Ibnu Haris, berkata : Abu
Said bersholat menjadi imam kita, maka membaca takbir dengan nyaring takala
menangkat kepalany bangun dari sujud, ketika akan sujud, ketika bangun, dan ketika
berdiri dari dua rakaat. Selanjutnya dikatakan demikianlah aku melihat rasallah saw.
(HR. Bukhoiri dan Ahmad).
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti pegerakan
imam dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Abu Khoirah, bahwa saw
bersabda : apabila kamu datang untuk sholat (jamaah) padahal kita sedang sujud,
maka sujudlah dan jangan kamu menghitungnya satu rakaat dan barang siapa yang
menjumpai rukuknya imam, berarti dia menjumpai sholat (rakaat sempurna)”. (HR.
Abu Daud, Hakim dan Ibnu Khuzaima).
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam.
15. imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Samura berkata : adalah nabi
saw, apabila telah mengerjakan sholat, beliau menghadapkan mukanya kepada kita.
(HR. Bukhoirah).

6
2.4. Hikmah Sholat Berjamaah
Beberapa hikmah dalam melaksanakan shalat berjamaah:
1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu.
Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat
lima waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali
dalam sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan
ibadah yang agung, dan terulang dua kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah
pelaksanaan ibadah puasa Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji.
Dan ada juga yang dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh
penjuru negeri, yaitu wukuf di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan
dan kasih sayang sesama umat Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus
dakwah ke jalan Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh
pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3. Menanamkan rasa saling mencintai. Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling
mengetahui keadaan sesamanya
Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya, dan
jika ada yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh
dalam diri umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.
4. Ta'aruf (saling mengenal).
Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf.
Darinya akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan tersambung kembali tali
silaturahim yang hampr putus dan terkuatkan kembali yang sebelumnya telah renggang.
Dari situ juga akan diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa
memberikan haknya.
5. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar.

7
Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak
mungkin diketahui adanya ibadah shalat di sana.
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin.
Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka
orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya.
Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan
hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa mendengarkan bacaan yang
bisa dia petik manfaat sekaligus dijadikan pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan
beberapa bacaan dzikir shalat sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang
belum mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah,
sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela
kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam
berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara
tepat.
Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang
pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya.
Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam bertakbir,
tidak mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh darinya serta tidak
melakukan gerakan bebarengan dengannya, maka dia akan terbiasa mengendalikan
dirinya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad.
sebagaimana yang Allah firmankan,

ٌ َ‫صفًّا َكأَنَّهُ ْم بُ ْني‬


ٌ‫ان َمرْ صُوص‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ الَّ ِذينَ يُقَاتِلُونَ فِي َسبِيلِ ِه‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)

8
12. Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan membiasakan diri
untuk berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan dalam dirinya kesetiaan
terhadap komandan dalam barisan jihad sehingga dia tidak mendahului dan tidak
menunda perintah-peritnahnya.
13. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang
menjadi sekat pembatas di antara mereka.
Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan
penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, rakyat jelata bisa
berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk berdampingan dengan orang besar.
Karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff
(barisan) shalat. Beliau bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan
perselisihan hati-hati kalian." (HR. Muslim)
14. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang
yang suka meremehkan shalat.
Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan
kesusahan, maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika ada yang
tidak terlihat di masjid, akan segera diketahui keadaannya, apakah sakit atau meremehkan
kewajiban shalat berjamaah. Orang yang sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit
dan kesusahannya, sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat
nasihat sehingga akan tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan
takwa.
15. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan para shabatnya.
Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang pernah dijalani
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para shabatnya. Sang imam seolah
menempati tempat Rasulullah yang para jamaah seolah menempati posisi sahabat.
16. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
17. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya
dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir
berjamaah bersamanya.

9
18. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang
disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27
derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)
19. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya
kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa
mengatur dan menjaga waktu.
A. Sholat diberbagai keadaan
1) Sholat Safar
Safar artinya berpergian. Jadi sholat safar ialah sholat yang dikerjakan
ketika dalam perjalanan jika menempuh jarak 3mil, maka menurut rasallah
saw : boleh mengerjakan sholat berjamaah kosor
2) Sholat jamak
Salat jamak adalah salat yang digabungkan, maksudnya menggabungkan
dua salat fardu yang dilaksanakan pada satu waktu. Misalnya menggabungkan
salat Duhur dan Asar dikerjakan pada waktu Duhur atau pada waktu Asar.
Atau menggabungkan salat magrib dan ‘Isya dikerjakan pada waktu magrib
atau pada waktu ‘Isya. Sedangkan salat Subuh tetap pada waktunya tidak
boleh digabungkan dengan salat lain.
Hukum mengerjakan salat Jamak adalah mubah (boleh) bagi orang-orang
yang memenuhi persyaratan.
“Rasulullah apabila ia bepergian sebelum matahari tergelincir, maka ia
mengakhirkan salat duhur sampai waktu asar, kemudian ia berhenti lalu
menjamak antara dua salat tersebut, tetapi apabila matahari telah tergelincir
(sudah masuk waktu duhur) sebelum ia pergi, maka ia melakukan salat duhur
(dahulu) kemudian beliau naik kendaraan (berangkat), (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak
salat karena ada suatu sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa
menggabungkan dua salat diperbolehkan dalam Islam namun harus ada sebab
tertentu.
Salat jamak boleh dilaksanakan karena beberapa alasan (halangan), yakni:

10
a. Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian besar
imam madzhab)
b. Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
c. Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya perang, sakit, hujan
lebat, angin topan dan bencana alam.
Salat fardu dalam sehari semalam yang boleh dijamak adalah pasangan salat duhur
dengan asar dan salat magrib dengan ‘isya. Sedangkan salat subuh tidak boleh dijamak.
Demikian pula orang tidak boleh menjamak salat asar dengan magrib.
Salat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1. Jamak Takdim (jamak yang didahulukan)
yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama.
Misalnya menjamak salat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu duhur ( 4
rakaat salat duhur dan 4 rakaat salat asar) atau menjamak salat magrib dengan
‘isya dilaksanakan pada waktu magrib (3 rakaat salat magrib dan 4 rakaat salat
‘isya).
Cara Melaksanakan Salat Jamak Takdim
Misalnya salat duhur dengan asar: salat duhur dahulu empat rakaat
kemudian salat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur.
Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:
ٍ ‫ض الظُه ِْر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬
‫ت َج ْمعًا تَ ْق ِد ْي ًما َم َع ال َعصْ ِر فَرْ ضًا هللِ تَ َعالى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬
Artinya: ” Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar
dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala”.
2) Takbiratul ihram
3) Salat duhur empat rakaat seperti biasa.
4) Salam.
5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai
berikut;
‫ت َج ْمعًا تَ ْق ِد ْي ًما َم َع الظُه ِْر فَرْ ضًا هللِ تَ َعالى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬
ٍ ‫ض ال َعصْ ِر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬
Artinya: “Saya niat salat asar empat rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan
jamak takdim karena Allah ta’ala.

11
6) Takbiratul Ihram
7) Salat asar empat rakaat seperti biasa.
8) Salam
Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak boleh
diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap dan lain-lain)
2. Jamak Ta’khir (jamak yang diakhirkan).
yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua.
Misalnya menjamak salat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu asar atau
menjamak salat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu ‘isya.
Misalnya salat magrib dengan ‘isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat
kemudian salat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya.
Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkanyaitu:
‫الع َشا ِء فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬
ِ ‫َأخ ْيرًا َم َع‬ ٍ ‫ث َر َك َعا‬
ِ ‫ت َج ْمعًا ت‬ ِ ‫ض ال َم ْغ ِر‬
َ َ‫ب ثَال‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِى فَر‬
Artinya: “Saya niat salat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat ‘isya
dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram
3) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
4) Salam.
5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai
berikut;
‫ب فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬
ِ ‫ت َج ْمعًا تَأ ِخ ْيرًا َم َع ال َم ْغ ِر‬ َ ْ‫صلّى فَر‬
ٍ ‫ض ال ِع َسا ِء اَرْ بَ َع َر َك َعا‬ َ ُ‫ا‬
Artinya: “Saya berniat salat ‘isya empat rakaat digabungkan dengan salat magrib
dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
6) Takbiratul Ihram
7) Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa.
8) Salam.
Catatan: Ketentuan setelah salam pada salat yang pertama sama seperti salat jamak
takdim. Untuk menghormati datangnya waktu salat, hendaknya ketika waktu salat
pertama sudah tiba, maka orang yang akan menjamak ta’khir, sudah berniat untuk
menjamak ta’khir salatnya, walaupun salatnya dilaksanakan pada waktu yang kedua

12
Dalam melaksanakan salat jamak takdim maka harus berniat menjamak salat kedua
pada waktu yang pertama, mendahulukan salat pertama dan dilaksanakan berurutan, tidak
diselingi perbuatan atau perkataan lain. Adapun saat melaksanakan jamak ta’khir maka
harus berniat menjamak dan berurutan. Tidak disyaratkan harus mendahulukan salat
pertama. Boleh mendahulukan salat pertama baru melakukan salat kedua atau sebaliknya.

3. Shalat Jamak Qashar


Artinya memendekkan (meringkas). Adapun shalat jamak qasar ialah
meringkas jumlah rakaat, shalat yang empaat menjadi dua rakaat. Sedangkan
shalat yang dapat di qashar ialah shalat zuhur, ashar dan isya. Sementara shalat
magrib dan subuh tidak diringkas(rakaatnya tetap), seperti:
a. Shalat Zuhur dua rakaat dan shalat ashar dua rakaat
b. Shalat magrib tiga rakaat dan isya dua rakaat
c. Shalat subuh tidak dijamak dan tidak di qashar
4. Syarat sah shalat jamak qashar
a. Mengadakan perjalanan bukan dalam kemaksiatan.
Sebagaimana firman Allah:
“dan apabila kamu bepergian dimuka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqashar shalatmu. Jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
(Annisa:101).
b. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya 80,640 Km(perjalanan sehaari semalam)
Sebagaimana sabda nabi SAW, yang artinya: “dari Syu’bah. Ia berkata: saya
bertanya kepada annas tentang mengqashar shalat. Jawabannya: Rasulullah
SAW, apabila menempuh jarak perjalanan tiga farsakh atau tiga mil (80,640
Km), beliau shalat dua rakaat.” (HR. Ahmad, muslim dan abu daud).
5. Tata cara shalat jamak qashar.
Secara umum tidak ada perbedaan cara mengerjakan shalat jamak qashar ini
dengan shalat jamak lain, tetapi yang bereda itu adalah :
a. Niat jamaak qashar takdim atau takhir

13
Sebagaimnana sabda nabi saw: “sesungguhnya pekerjaan itu tergantung
dengan niat.(HR bukhari-muslim).
b. Diantara dua shalat dikelangi dengan iqamat.
Sebagaimana sabda nabi saw: “bahwa kaum musryikin menganggu nabi dari
kelakuan empat shalat,ketika pertempuran khandak,hingga berlalu waktu
malam yang hanya allah saja yang tau berapa lamanya.cerita selanjutnya;maka
nabi pun menyuruh bilal menyerukan azan dan qamat,lalu ia shalat
dzuhur,kemdian disuruhnya qaat lagi dan ia pun shalat ashar,kemudian
disuruhnya lagi qamat dan ia pun shalat maghrib,dan setelah itu disurhnya
pula qamat lalu shalat isya.”(HR.abu daut)
6. Tata cara shalat dikendaraan
Safar merupakan sepotong siksaan dalam hidup. Demikian yang
disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ketika safar, seseorang
tidak bisa melakukan banyak aktivitasnya secara normal, termasuk
melaksanakan shalat. Di saat itulah kaum mukminin teruji. Siapa diantara
mereka yang sanggup bersabar sehingga tetap menjalankan kewajiban, ataukah
menjadi pecundang kemudian meremehkan kewajiban shalat.
Mengingat kita di atas kendaraan, bisa jadi tidak memungkinkan untuk
shalat dengan sempurna. Karena itu, ada beberapa catatan penting yang perlu kita
perhatikan:
a. shalat wajib harus dilakukan dengan cara sempurna, yaitu dengan berdiri, bisa
rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat. Jika di atas sebuah kendaraan
seseorang bisa shalat sambil berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap
kiblat maka dia boleh shalat wajib di atas kendaraan tersebut. Seperti orang
yang shalat di kapal.
b. jika di atas sebuah kendaraan seseorang tidak mungkin shalat sambil berdiri
dan menghadap kiblat, maka dia tidak boleh melaksanakan shalat wajib,
KECUALI dengan dua syarat:
1) Khawatir keluar waktu shalat sebelum sampai di tujuan.
2) Tidak memungkinkan baginya untuk menghentikan kendaraan sejenak
untuk shalat. Semacam orang yang naik pesawat, kereta api, dst

14
c. jika tidak bisa shalat sambil berdiri, cara shalat yang dibolehkan adalah duduk
semampunya.
d. jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib
shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak
memungkinkan menghadap kiblat, dia bisa shalat dengan menghadap sesuai
arah kendaraan
e. ketentuan di atas hanya berlaku untuk shalat wajib. Adapun shalat sunah,
boleh dilakukan dengan duduk dan tidak menghadap kiblat, meskipun dua hal
itu bisa dilakukan

2.5. Cara Shalat sambil Duduk di Atas Kendaraan

1. Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung disandarkan di jok
kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.
2. Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.
3. Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.
4. Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.
5. Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika rukuk.
6. Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika takbiratul
ihram.
7. Gerakan yang lainnya sama seperti di atas
8. Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk dan pandangan tertuju ke arah
telunjuk.
9. Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk

7. Tata cara shalat orang sakit


Bagaimana sabda nabi saw
“dari ali bin abi tolik,menceritakan dari nabi saw,beliau bersabda:shalat yang
sakit sambil berdiri jika mampu,kalau tidak mampu shalatlah sambil duduk.jika
dia tudak bersujud,isyaratkan saja dengan kepaalanya,tetai hendak lah sujudnya
lebih rendah daripada rukuknya.kalau dia tidk mampu shalat sabil duduk,shalat
lah sambil berbaring kesebelh kanan enghadap kilat.dan kalau tidak mampu

15
sambil berbaring kesebelah kanan,shalatlah sambil melentang,kedua kakinya arah
kiblat”.(HR.Daruquthni).

2.6. Shalat sambil duduk


1. Keadaan duduk adalah seperti duduk antara 2 sujud mengadap kiblat
2. Niat, takbir, sujud dan duduk tahiyat awal/akhir adalah sama seperti solat biasa
3. Rukuk dilakukan dgn menundukkan kepala sehingga kedudukannya
bertentangandengan tempat sujud
4. Iktidal pula dilakukan dgn mengangkat kepala tegak semula
5. Sujud spt biasa. Namun, jika tak mampu, bolehlah dgn menundukkan kepala
6. rendah sedikit drp tunduk ketika rukuk.
A. Shalat baring mengiring
1) mengiring di atas rusuk kanan
2) muka dan dada mengadap kiblat
3) Rukuk dan sujud dilakukan dgn cara menunjukkan isyarat kepala. Tundukkan
4) kepala semasa rukuk, sementara sujud dilakukan dengan menundukkan
kepala lebih rendah dari pada ketika rukuk.
5) Jika tidak mampu, bolehlah menggunakan isyarat kelopak mata bagi rukuk,
manakala sujud dengan isyarat menutup mata.
B. Shalat baring melentang
1) baring melentang dan kakinya diluruskan ke arah kiblat
2) tinggikan sedikit kepala dgn menggunakan bantal (atau seumpamanya) supaya
muka mengadap kiblat
3) Rukuk dan sujud dgn isyarat kelopak mata spt dalam suasana solat mengiring
di atas
4) Jika tidak terdaya, bolehlan rukuk dan sujud dgn cara lintasan (niat) di hati
dgn mengingati setiap perbuatan dlm solat
5) Tangan diangkat spt biasa ketika takbir. Jika tidak berdaya, memadai dgn
ucapan “Allahu Akbar” saja

16
2.7. Bagaimana Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama’ah.

A. Apabila seorang laki-laki atau anak kecil yang telah mumayyiz berada bersama
imam,
Maka orang itu disunnahkan berdiri disamping kanan imam dan agak kebelakang
sedikit dari imam. Dan makruh hukumnya bila ia sejajar dengan imam[11] dan juga
berdiri disamping kiri atau di belakang imam.
B. Bila makmumnya dua orang laki-laki dan ada anak kecilnya,
Maka makmum berdiri debelakang imam atau disamping kiri imam.
C. Bila makmum terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
Maka laki-laki itu berdiri disamping kanan imam dan perempuan berdiri dibelakang
laki-laki tersebut. Dalam hal ini laki-laki dan anak-anak sama nilainya.

17
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian teoritik yang berada pada bab pembahasan maka dapat disebagai
sebagai berikut:

1. Shalat berjama'ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama dan salah satu diantara mereka diikuti oleh orang lain. Orang yang
mengikuti dinamakan imam. Orang yang, mengikuti dinamakan makmum.
2. Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat mengenai hukum shalat berjamaah.
Beberapa dari mereka ada yang mengatakan bahwa hukum shalat berjamaah adalah
sunnah mu'akkad, sedang yang lain ada yang berpendapat fardhu kifayah bahkan ada
yang menyebutkan hukumnya fardhu 'ain.
3. Adapun hikma dari shalat berjamaah antara lain adalah:

Sebuah.

a. Persatuan umat.
b. Mensyiarkan syiar Islam.
c. Merealisasikan penghambaan kepada Allah Tuhan semesta alam.
d. Kemarahan kemarahan musuh-musuh Islam.
e. Bersegera minta dan melipatgandakan pahalanya.
f. Menghilangkan perbedaan status sosial.
g. Memantau keadaan umat Islam dan merealisasikan ukhuwah Islamiyah.
h. Belajar masalah-masalah agama yang tidak di ketahui.

18
3.2. Saran

Shalat jama’ adalah mengumpulkan shalat Dzuhur dan shalat Ashar atau shalat
Maghrib dan shalat Isya’ di waktu shalat yang pertama yang disebut jama’ taqdim
atau di waktu shalat kedua yang disebut jama’ ta’khir. Sedangkan shalat Qashar
adalah melaksanakan shalat Dzuhur, Ashar atau Isya’ dengan dua rakaat oleh seorang
musafir

Ada beberapa dasar hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, yaitu:

ٰۡ ۚ ۡ ۡ
ْ ُ‫ان‬°°‫رينَ َك‬°
‫وا‬ ِ °ِ‫ر ُٓو ْا إِ َّن ٱل َكف‬°َ‫لَ ٰو ِة إِ ۡن ِخفتُمۡ أَن يَفتِنَ ُك ُم ٱلَّ ِذينَ َكف‬° ‫ٱلص‬
َّ َ‫ُوا ِمن‬ ُ ‫س َعلَ ۡي ُكمۡ ُجنَا ٌح أَن ت َۡق‬
ْ ‫ر‬° ‫ص‬ ‫أۡل‬
ِ ‫ض َر ۡبتُمۡ فِي ٱ َ ۡر‬
َ ‫ض فَلَ ۡي‬ َ ‫َوإِ َذا‬
١٠١ ‫لَ ُكمۡ َع ُد ٗ ّوا ُّمبِ ٗينا‬

Artinya:“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya
orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. An-Nisa’ : 101)

Dan sabda Rasulullah Saw:Telah bercerita Ya’la bin Umaiyah, “Saya telah berkata
kepada Umar, Allah berfirman jika kamu takut, sedangkan sekarang telah aman (tidak
takut lagi). Umar menjawab, “Saya heran juga sebagaimana engkau, maka saya tanyakan
kepada Rasulullah Saw., dan beliau menjawab: “Shalat qasar itu sedekah yang diberikan
Allah kepada kamu, maka terimalah olehmu sedekah-Nya (pemberian-Nya) itu”. (HR.
Muslim)

Syarat sahnya adalah perjalanan Jauh bukan untuk Kemaksiatan, Jarak perjalanan
mencapai 16 farsakh, Shalat yang diqashar adalah empat rakaat, Berniat meng-qashar
shalat ketika takbiratul ihram, dan Tidak bermakmum pada orang yang mukmin
(penduduk setempat).

19
Sedangkan, hal-hal yang memperbolehkan shalat jama’: bermukim di Arafah dan
Muzdalifah, Safar (Bepergian), Hujan, Sakit, Takut, dan Keperluan (kepentingan)
Mendesak

DAFTAR PUSTAKA

https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-solat-berjamaah.html?m=1

https://www.orangddi.com/2017/03/shalat-berjamaah.html?m=1

http://riskasuriyanti.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-shalat-berjamaah.html?m=1

https://www.academia.edu/23016311/Keutamaan_sholat_jamaah

http://pustakamadzhab.blogspot.com/2017/03/makalah-shalat-jama-dan-shalat-qashar.html?m=1

20
21

Anda mungkin juga menyukai