Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PRAKTIKUM III
“IN PROCESS CONTROL (IPC) PEMBUATAN TABLET”

Disusun Oleh :
Nama : Astri Meliasari
Nim : 34190283
Kelompok : A1.3
Hari, Tanggal : Rabu, 31 Maret 2021
Instruktur : apt. Ari Wahyudi,S.Farm.,M.Pharm

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA 2021
I. Tujuan Praktikum
II. Dasar teori
Proses pembuatan tablet terutama yang metode granulasi memerlukan tahapan
yang cukup panjang. Tahapan yang dilakukan dalam proses tersebut harus dapat
dipastikan kebenarannya untuk menjamin kualitas tablet yang dihasilkan. Dalam
praktikum ini tahapan yang akan dievaluasi adalah pada saat pengeringan granul dan
pencampuran granul. Granul harus dipastikan cukup kering agar tidak ada
permasalahan dalam sifat alir dan kompaktibilitasnya. Sedangkan pencampuran akan
sangat berpengaruh pada homogenitas bahan aktif yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada keseragaman kandungan zat aktif dalam tablet.
1. Penentuan kandungan lembab granul (Moisture Content)
Proses pengeringan merupakan tahap penting dalam pembuatan sediaan
farmasi. Misalnya pada proses pembuatan tablet maka pengeringan terjadi pada
simplisia dan granul apabila menggunakan metode granulasi basah.
Pada proses pengeringan terjadi perpindahan panas maupun massa. Panas
harus dipindahkan dari lemari pengering kepada bahan yang akan dikeringkan untuk
memasok panas laten yang diperlukan untuk menguapkan air lembab. Perpindahan
massa dilibatkan dalam difusi air dari dalam massa ke permukaan bahan dan
selanjutnya dari permukaan bahan ke aliran udara yang lewat.
Laju pengeringan suatu serbuk atau granul dapat diketahui dengan meletakkan
bahan yang akan dikeringkan di atas nampan neraca dalam almari pengering.
Kemudian diamati perubahan berat serbuk atau granul yang terjadi selama proses
pengeringan berlangsung.
Gambar laju dapat diperoleh dengan membuat kurva kandungan lembab
(moisture content) sebagai fungsi waktu pengeringan. Gambar kurva laju pengeringan
dapat dilihat pada gambar 3.

2
Gambar 3. Kurva laju pengeringan

Kurva laju pengeringan menggambarkan proses peneringan yang berlangsung


dalam lima tahap:

1. Tahap awal
2. Periode laju konstan
3. Periode penurunan laju pertama
4. Periode penurunan laju kedua
5. Kandungan lembab setimbang
Kelembaban dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah dan berat
kering. Berdasarkan berat basah kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai
persen berat dari berat basah. Sedangkan berdasarkan berat kering air dinyatakan
sebagai persen dari bahan kering.
Susut pengeringan disebut LOD (Lost on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar
kelembaban berdasarkan berat basah, yang dihitung sebagai berikut:
berat air dalam sampel
%LOD= x 100 %
berat sampel basah
Pengukuran lain untuk kandungan lembab adalah suatu perhitungan
berdasarkan berat kering. Angka ini dianggap sebagai kandungan lembab (moisture
content) atau MC:
berat air dalam sampel
%MC = x 100 %
berat sampel kering

3
2. Homogenitas campuran
Menurut Carter, pencampuran adalah suatu usaha dimana dua bahan atau
lebih diproses sedemikian rupa sehingga masing-masing partikel bahan yang satu
berdekatan dengan partikel yang lain atau partikel dari bahan satu terdistribusi secara
merata diantara partikel yang lain.
Tujuan pencampuran adalah untuk memperoleh campuran yang homogen dari
partikel-partikel penyusunannya. Pencampuran yang tidak homogen menyebabkan
kadar zat aktif dalam bentuk sediaan obat yang akan dibuat menjadi kurang seragam.
Menurut Parrot dan Carter, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
pencampuran serbuk adalah sebagai berikut:
a. Bentuk partikel. Bentuk partikel berpengaruh terhadap gerakan partikel pada
waktu pencampuran. Partikel yang ideal berbentuk bola karena menyebabkan
partikel lebih mudah bergerak, sedang partikel yang berbentuk jarum dan partikel
yang berbentuk tidak teratur lebih sukar bergerak sebab mereka saling berikatan
satu sama lain, sehingga membentuk aglomerasi. Sebelum dilakukan proses
pencampuran diusahakan agar bentuk ini diubah menjadi bentuk yang medekati
bola.
b. Ukuran dan distribusi partikel. Ukuran dan distribusi partikel berpengaruh pada
proses pencampuran. Pada proses pencampuran partikel yang besar cenderung
memisah dari partikel yang kecil, partikel yang besar cenderung ke bawah.
Sedangkan partikel yang keciil ke atas menjadi debu. Oleh karena itu sebaiknya
dalam mencampur hendaknya bahan obat mempunyai ukuran yang sama.
c. Kerapatan. Jika perbedaan kerapatan dari komponen yang satu dengan yang
lainnya besar maka komponen yang kerapatannya lebih besar akan turun ke
bawah, sedangkan yang kecil tetap di atas sehingga waktu pencampuran menjadi
lebih lama.
d. Kelengketan atau kelicinan. Bahan yang bersifat lengket pada proses
pencampuran, partikelnya akan bergerombol atau berdekatan satu sama lain, dan
melekat pada dinding mixer, sehingga proses pencampuran akan lebih sukar.
Sebaliknya bahan yang licin akan lebih mudah bergerak.

4
e. Muatan elektrostatik pada permukaan partikel. Dalam proses pencampuran terjadi
benturan-benturan yang menunjukkan terjadinya loncatan elektron dar partikel
satu ke partikel yang lain. Sehingga terjadi goncangan keseimbangan antara
muatan positif dan muatan negatif, dengan demikian muatan tersebut menjadi
bermuatan. Pengaruh muatan elektrostatik pada permukaan partikel ini
menimbulkan kecenderungan adhesi.
f. Kelembaban. Bahan yang mempunyai kelembaban tinggi cenderung untuk
menggumpal dan melekat pada dinding mikser. Sedangkan bahan yang memiliki
kelembaban rendah akan menghasilkan pencampuran yang lebih baik, maka
sebelum dicampur hendaknya dikeringkan dahulu. Kelembaban yang sangat
renda tidak baik karena kerapuhannya tinggi sehingga akan menghasilkan banyak
fine.
g. Perimbangan jumlah bahan. Jumlah partikel yang sama antara partikel komponen
yang satu dengan yang lainnya merupakan perimbangan yang ideal karena
perimbangan seperti ini akan menyebabkan partikel yang lebih mudah homogen.
h. Lama pencampuran. Pada proses pencampuran lamanya pencampuran
berpengaruh pada hasil pencampuran. Campuran yang sudah homogen bila proses
pencampurannya diteruskan pada suatu saat akan menjadi tidak homogen lagi.
Pencampuran merupakan salah satu tahap kritis dalam proses pembuatan bentuk sediaan
baik sediaan padat maupun semi solid. Apabila pencampuran tidak homogen dapat
menyebabkan ketidak homogenan bahan aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
apakah proses pencampuran sudah memberikan hasil yang homogen atau belum.
Di industri farmasi terdapat bagian jaminan mutu yang akan memastikan setiap tahap
proses pembuatan produk sudah berjalan sesuai yang ditetapkan atau belum agar didapatkan
hasil yang baik. Karena pencampuran merupakan salah satu tahap yang kritis maka
pencampuran harus selalu dikontrol. Oleh karena itu pencampuran merupakan salah satu
tahap yang masuk dalam In Process Control (IPC) di industri farmasi.

5
Pengamatan homogenitas campuran dapat dilakukan dengan menggunakan parameter:
1. Simpangan baku (SD)
2. Coefisien variasi (CV)

SD
CV = x 100 %
X

Keterangan: SD = Standar deviasi

X = rata-rata

Kelemahan dalam menggunakan SD sebagai parameter homogenitas adalah:

a. SD tergantung pada besarnya kuantitas cuplikan yang diambil.


b. SD tidak dapat untuk membandingkan homogenitas campuran yang berbeda
konsentrasinya.

Anda mungkin juga menyukai