Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak kekayaan sumber daya yang sangat bermanfaat untuk
digunakan bagi kebutuhan manusia, baik dari hasil pertanian, peternakan ataupun perikanan.
Tidak sedikit dari hasil alam tersebut yang dpat diolah menjadi bahan makanan dan proses
pengolahannya juga memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan kemampuan industri
dalam pengolahannya. Industri bukan hanya skala besar namun terdapat industri penyokong
berkembangnya ekonomi masyarakat yaitu industri rumah tangga.
Saat ini perpindahan massa banyak dijumpai dalam proses-proses di industri salah
satunyapada industri makanan. Secara harfiah, perpindahan massa merupakan perpindaha
massa dari satu medium, biasanya berupa aliran, fasa, fraksi atau komponen ke medium
lainnya. Transfer massa muncul pada banyak proses seperti absorpsi, evaporasi, adsorpsi,
pengeringan, presipitasi, filtrasi membran dan distilasi. Perpindahan massa banyak
digunakan oleh berbagai ilmu sains untuk proses dan mekanisme yang berbeda-beda.
Namun, frasa ini banyak digunakan pada ilmu teknik untuk proses yang melibatkan proses
difusi dalam suatu sistem proses kimia.
Pada proses industri kimia umumnya operasi perpindahan massa termasuk pemisahan
komponen kimia pada kolom distilasi, adsorber seperti scrubber, adsorber seperti actived
carbon bedm dan proses ekstraksi. Pada industri makanan sendiri contohnya pengeringan
buah-buahan. Pengeringan buah-buahan ini merupakan salah satu metoda yang digunakan
untuk pengawetan yang paling banyak digunakan, yaitu dengan cara menguapkan sebagian
besar air yang terkandung dalam bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Pada
pengeringan berlangsung buah-buahan mengandung air cukup tinggi sehingga diperkirakan
uap air dipermukaan buah masih dalam keadaan jenuh.
Berdasarkan dari pernyataan diatas praktikum perpindahan massa ini perlu dilakukan.
Perpindahan massa sangat lazim ditemukan di industri sehingga praktikum ini akan mampu
memberikan pengetahuan dan pengalaman yang dapat mendukung proses pembelajaran di
teknik kimia. Sehingga proses praktikum ini memberikan banyak manfaat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini, antara lain:
1. Membanding koefisien difusi secara teoritis dan percobaan
2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses perpindahann massa
3. Membandingkan konsentrasi larutan NaCl secara teoritis dan percobaan

1.3 Ruang Lingkup


Pada percobaan ini, dilakukan perpindahan massa secara difusi cair-cair berupa larutan
NaCl serta aquadest. Larutan NaCl ditempatkan dalam diffuser, sedangkan aquadest
ditempatkan dalam cell. Cell ditempatkan pada waterbath yang telah diisi air keran. Pada
waterbath dan cell diletakkan termometer alcohol 110oC. Variabel yang digunakan pada
percobaan yaitu suhu dalam cell yang telah ditentukan dengan volume cell yang telah
ditentukan. Kemudian dilakukan pengukuran konduktivitas setiap terjadinya perubahan
pada konduktometer. Sebelum melakukan percobaan dilakukan kalibrasi termometer,
kalibrasi viskometer, kalibrasi piknometer, dan kalibrasi konduktometer.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Perpindahan massa


Perpindahan massa adalah perpindahan suatu komponen dari konsentrasinya tinggi
menuju ke konsentrasi yang rendah. Transfer massa atau perpindahan massa juga dapat
disebut sebagai perpindahan suatu komponen dari satu lokasi ke lokasi lain dikarenakan
adanya ketidakseimbangan konsentrasi. Pada peristiwa difusi ada driving force yaitu adanya
perbedaan (gradien) konsentrasi. Contoh peristiwa transfer massa adalah larutnya kristal
gula dalam air, artinya komponen gula mendifusi ke fasa air, larutnya kopi ke dalam air,
terjerapnya zat beracun ke dalam arang, larutnya oksigen ke dalam darah, dan pada proses
fermentasi, nutrisi dan oksigen yang terlarut dalam larutan mendifusi ke mikroorganisme
dll.

Gambar 2.1 Proses Perpindahan Massa

(Dr. Herti Utami & Ir. Azhar)

Transfer massa jauh lebih kompleks dibandingkan dengan transfer panas atau
transfer momentum karena transfer massa terjadi di dalam suatu campuran. Hal inilah yang
menyebabkan pengaruh satu komonen terhadap komponen lainnya menjadi sangat besar dan
media tranfer juga turut bergerak (Pierre et al., 2014)

2.6 Difusi
Proses difusi terjadi karena adanya perpindahan massa suatu zat dimana massa dapat
berpindah dari kondisi dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan
massadapat terjadi dalam fasa gas maupun cair. Peristiwa difusi berakhir jika telah
mencapaikeadaan setimbang antara dua keadaan pada keadaan sebelumnya terdapat
perbedaankonsentrasi sehingga keadaan belum setimbang/. Proses difusi dapat terus-
menerus berlangsung jika perbedaan konsentrasi antara dua kondisi dipertahankan. (al ini
dapatdilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan tempat akan berdifusinya
suatumolekul secara terus menerus. Proses difusi akan berhenti jika kondisi dari dua fluida
sudah sama atau setimbang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi,
yaitu :
1. Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran, semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
3. Luas suatu area, semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5. Suhu , semkintinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih
cepat.
Difusi adalah perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke rendah. Ini berarti
perpindahan komponen/molekulnya terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi (Singh and
Heldman, 2001)

2.3 Prinsip perpindahan massa


Adapun macam – macam jenis perpindahan massa (difusi)
1. Difusi molekuler
Difusi molekuler adalah transfer massa yang disebabkan oleh gerakan molekuler
secara acak dan dominan pada fluida yang diam atau fluida yang mengalir laminar.
Difusi molekuler juga merupakan difusi yang berhubungan dengan gerakan molekul –
molekul melalui sesuatu zat yang berhubungan dengan gerakan molekul-molekul
melalui sesuatu zat yang disebabkan oleh tenaga panasnya. Kecepatan rata-rata molekul
tergantung pada suhunya. Molekul bergerak melalui lintasan yang sangat ziga-zag,
sehingga kecepatan difusinya, yaitu jarak bersih yang ditempuh dalam satu arah, hanya
merupakan bagian kecil dari panjang lintasan yang sesungguhnya, sehingga difusi
molekuler berjalan dengan sangat lambat (Utami & Azhar, 2017).
2. Difusi antar Fasa Dua Film
Dalam berbagai proses pemisahan, bahan - bahan harus mengalami difusi dari
satu fasa ke fasa lain dan laju difusi di dalam kedua fasa itu mempengaruhi laju
perpindahan massa menyeluruh. materi berdifusi dari satu fasa ke fasa lainnya dan
kesetimbangan dianggap terjadi pada permukaan batas (interface) antara fasa gas dan
cair. Sehingga tahanan perpindahan massa pada kedua fasa ditambahkan untuk
memperoleh tahanan keseluruhan. Perpindahan massa akan berlangsung selama ada
perbedaan konsentrasi dilapisan film. Jika konsentrasi di batas fasa sudah sama dengan
konsnentrasi di badan utama, maka keadaan jenuh atau keseimbangan telah tercapai
(Distantina, 2009).
3. Difusi antar Dua Fasa Satu Film
Dalam arus turbulen, zat yang dibawa dari satu lokasi ke lokasi lain oleh pusaran
- pusaran yang bergerak. Difusi pusaran itu bergantung pada sifat-sifat fluida, serta juga
pada kecepatan dan posisi di dalam arus aliran. Pada kebanyakan operasi perpindahan
massa, aliran turbulen diperlukan untuk meningkatkan laju perpindahan massa per
satuan luas (Marliani, 2016).
2.4 Hukum Fick tentang difusi
Hukum fick adalah suatu pernyataan yang mengkorelasikan fluks suatu massa
dengan gradien konsentrasi.Fluks merupakan banyaknya suatu komponen baik massa
maupun mol yang melintas satusatuan luas persatuan waktu. Fluks dapat didasarkan pada
suatu koordinat yang tetapdi dalam suatu ruangan atau didasarkan pada suatu koordinat yang
bergerak dengan kecepatan rata-rata massa atau kecepatan rata-rata molar Untuk peristwa
difusi, Adolph Fick, seorang ahli fisika Jerman, mengambil analogi dengan hukum Fourier
di atas, menyatakan bahwa : "Pada arah tertentu, massa dari suatu bahan terlarut yang
melewati suatu luasan tertentu tiap unit waktu adalah sebanding dengan gradien konsentrasi
bahan terlarut pada arah tersebut.”
Persamaan Hukum Ficks sebagai berikut :

𝑑𝐶𝐴
𝐽𝐴𝑍 = −𝐷𝐴𝐵 ……………………………….. (2.1)
𝑑𝑧
Keterangan :
JAZ = Flux molar komponen A pada arah sumbu z untuk arah molekuler (kgmol A/s.m2)
DAB = difusi molekular molekul A melalui B (m2/s)
Z = jarak difusi (m)
C = konsentrasi A dan B (kgmol/m3)
A = Fraksi mol dari A dari campuran A dan B

2.5 Difusivitas
Koefisien difusi (difusivitas) merupakan sifat spesifik sistem yang tergantung pada
suhu, tekanan dan komposisi. Difusivitas memiliki satuan cm^2/detik atau ft^2/jam.
Penjabaran dari dimensi difusivitas adalah sebagai berikut.
Dengan menggunakan metode percobaan, nilau difusivitas larutan dapat dihitung
berdasarkan nilai konduktivitas larutan tersebut. Persamaan yang berlaku untuk proses
perpindahan massa secara difusi yaitu :

𝑑𝐾 𝐷𝐴. 𝑁.𝜋.𝐷2 .𝑀.𝐶𝑚


= ………………………………… (2.2)
𝑑𝑡 4𝑉𝑥
Keterangan :
𝑑𝐾
= Kecepatan variasi konduktivitas terhadap waktu (siemen/s)
𝑑𝑡
M = Molaritas larutan (M)
N = Jumlah lubang kapiler
X = Jarak lubang kapiler ke permukaan (m)
D = Diameter kapiler (m)
Cm = Variasi konduktivitas (siemen/m)
𝑚2
𝐷𝐴 = Koefisien difusi ( )
𝑠
𝑉 = Volume cell (m3)
(Treybal, 1990)
2.6 Konduktivitas
Konduktivitas adalah kapasitas suatu larutan untuk menghantarkan listrik.
Konduktivitas yang juga didefinisikan sebagai konsentrasi ion total dari suatu larutan.
Konsentrasi larutan dapat dihitung secara tidak langsung dari data konduktivitas secara teori.
Perhitungan untuk mengetahui difusivitas dari zat terlarut pada larutan yaitu :

1 1
𝑅𝑇[(𝑧𝑖)+(𝑧 )]
𝐷 °𝐴𝐵 = 1 1 …………………………….. (2.3)
𝐹2 [( )+( ° )]
𝜆° + 𝜆 −
Keterangan :
𝐷°𝐴𝐵 = koefisien difusi (𝑚2 /𝑠)
T = temperatur (K)
𝐽
R = Konstanta gas (8,314 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙 )
𝐴 𝑉 𝑔−𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣
𝜆° +, 𝜆° − = batas konduktansi ionik (𝑐𝑚2 )(𝑐𝑚)( )
𝑐𝑚 3
zi, z = valensi dari kation dan anion
96500𝑐
F = Faraday ( 𝑐𝑔−𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Pendekatan Percobaan


a. Kalibrasi Termometer
Kalibrasi termometer dilakukan untuk mengoreksi suhu yang terbaca pada
thermometer melalui persamaan persamaan garis lurus dari grafik suhu literatur terhadap
suhu percobaan, yaitu :

Gambar 3.1 Grafik Suhu Literatur Terhadap Suhu Percobaan

b. Kalibrasi Piknometer
Kalibrasi piknometer dilakukan untuk mengetahui volume piknometer
sebenarnya dan untuk mengetahui densitas larutan NaCl.
𝑚
𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 ………………………………. (3.1)
𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝑚
𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ………………………………. (3.2)
𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

Keterangan :
𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = massa jenis aquadest (𝑔/𝑐𝑚3 )
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 = massa jenis NaCl (𝑔/𝑐𝑚3 )

c. Kalibrasi Viskometer
Kalibrasi viskometer dilakukan untuk mengetahui waktu alir aquadest dan untuk
mencari viskositas larutan NaCl dengan menggunakan persamaan berikut:

𝜌𝑁𝑎𝐶𝑙 . 𝑡𝑁𝑎𝐶𝑙
𝜇𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝜌 . 𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 …………………….. (3.3)
𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 . 𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Keterangan :
𝜇𝑁𝑎𝐶𝑙 = Viskositas larutan NaCl (Pa.s)
𝜌𝑁𝑎𝐶𝑙 = Massa jenis larutan NaCl (g/cm3)
𝑡𝑁𝑎𝐶𝑙 = Waktu alir larutan NaCl (s)
𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = Viskositas aquadest (Pa.s)
𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = Massa jenis aquadest (g/cm3)
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = Waktu alir aquadest (s)

d. Kalibrasi Konduktometer
Kalibrasi konduktometer dilakukan untuk mengetahui konduktivitas berbagai
konsentrasi larutan NaCl.

Gambar 3.2 Grafik Konduktivitas Terhadap Konsentrasi

e. Penentuan Koefisien Difusi


Koefisien difusi secara teoritis ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
1 1
𝑅𝑇[( )+( )]
𝐷°𝐴𝐵 = 1
𝑧𝑖 𝑧
1 ………………………………….. (3.4)
𝐹 2 [( ° )+( ° )]
𝜆 + 𝜆 −
Keterangan :
𝐷°𝐴𝐵 = koefisien difusi (𝑚2 /𝑠)
T = temperatur (K)
𝐽
R = Konstanta gas (8,314 )
𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
𝐴 𝑉 𝑔−𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣
𝜆° +, 𝜆° − = batas konduktansi ionik (𝑐𝑚2 )(𝑐𝑚)( )
𝑐𝑚 3
zi, z = valensi dari kation dan anion
96500𝑐
F = Faraday ( 𝑐𝑔−𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣)

f. Penentuan Koefisien Difusi pada Sel


Koefisien difusi pada sel secara percobaan dapat dihitung berdasarkan nilai
konduktivitas larutan NaCl melalui persamaan berikut:
𝑑𝐾 𝐷𝐴 ∙𝑁∙𝜋∙𝐷2 ∙𝑀∙𝐶𝑚
= ……………………………… (3.5)
𝑑𝑡 4𝑉𝑥
Keterangan :
𝑑𝐾
= kecepatan variasi konduktivitas terhadap waktu (siemen/s)
𝑑𝑡
M = molaritas larutan garam (M)
N = jumlah lubang kapiler
X = jarak lubang kapiler ke permukaan (m)
D = diameter kapiler (m)
Cm = variasi konduktivitas (siemen/m)
𝑚2
DA = koefisien difusi ( )
𝑠
V = volume sel (𝑚3 )

Gambar 3.3 Grafik Kalibrasi Konduktometer

𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 ∙ 4𝑉𝑥
𝐷𝐴 = 𝑁 ∙ 𝑥 ∙ 𝐷2 ∙ 𝑀 ∙ 𝐶𝑚………………………………… (3.6)
Keterangan :
𝑑𝐾
Slope = = perubahan konduktivitas terhadap waktu (siemen/s)
𝑑𝑡
M = molaritas larutan garam (M)
N = jumlah lubang kapiler
X = jarak lubang kapiler ke permukaan (m)
D = diameter kapiler (m)
Cm = variasi konduktivitas (siemen/m)
𝑚2
DA = koefisien difusi ( )
𝑠
V = volume sel (𝑚3 )

g. Penentuan Konsentrasi Akhir


Penentuan konsentrasi akhir larutan NaCl dalam cell secara teoritis dapat
dihitung dari persamaan berikut:

𝑀𝐷 ∙ 𝑉𝐷 = 𝑀𝐷+𝐶 (𝑉𝐷 + 𝑉𝐶 ) ……………………………. (3.7)


Keterangan :
VD = Volume larutan NaCl dalam diffuser (ml)
MD = Konsentrasi larutan NaCl dalam diffuser (M)
VC = Volume larutan NaCl dalam cell (ml)
MC = Konsentrasi larutan NaCl dalam cell (M)

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Tabel 3.1 Alat
No. Nama alat Jumlah
1 Viskometer ostwald 1 buah
2 Stopwatch 1 buah
3 Gelas ukur 1000 ml 1 buah
4 Gelas kimia 1000 ml 1 buah
5 Corong 1 buah
6 Neraca analitik 1 buah
7 Labu takar 200 ml 1 buah
8 Labu takar 100 ml 1 buah
9 Labu takar 250 ml 1 buah
10 Labu takar 500 ml 1 buah
11 Filler 1 buah
12 Waterbath 1 buah
13 Pipet seukuran 10 ml 1 buah
14 Termometer alkohol 110 oC 2 buah
15 Stirrer 1 buah
16 Konduktometer 1 buah
17 Batang pengaduk 1 buah
18 Botol semprot 1 buah
19 Cell 1 buah
20 Pipet tetes 1 buah
21 Piknometer 10 ml 1 buah
22 Heater 1 buah
Tabel 3.1 Alat (Lanjutan)
No. Nama Alat Jumlah
23 Kaca arloji 1 buah
24 Termo kontrol 1 buah
25 Diffuser 1 buah
26 Statif dan Klem 1 buah

3.2.2 Bahan
Tabel 3.2 Bahan
No. Nama bahan Jumlah
1 Aquadest -
2 NaCl -
3 Air kran -
4 Es batu -
3.3 Skema Alat

Gambar 3.4 Skema Alat Mass Transfer


Keterangan :
1. Pengukuran skala pengaduk dan skala heater
2. Cell
3. Waterbath
4. Stirrer
5. Termometer alkohol 110 oC
6. Diffuser
7. Konduktometer
8. Termometer alkohol 110 oC
9. Termokontrol
10. Penyangga diffuser
3.4 Prosedur kerja
3.4.1 Persiapan percobaan

Mencatat keadaan ruang awal percobaan

Mengukur diameter lubang kapiler, menghitung jumlah lubang kapiler dan mengukur
volume diffuser

3.4.2 Kalibrasi termometer

Memasukkan air es ke gelas kimia 1000 ml

Mencelupkan termometer 110oC kedalam gelas kimia yang berisi air es, lalu mencatat
suhu yang terbaca pada termometer

Mencelupkan termometer 110oC ke dalam gelas kimia 1000 ml yang telah berisi air
mendidih

Mencatat suhu yang terbaca pada termometer


3.4.3 Kalibrasi viskometer ostwald

Mengisi viscometer ostwald dengan aquadest hingga mencapai tanda batas

Menghisap aquadest dengan menggunakan filler hingga tanda batas atas

Mencatat waktu alir aquadest dari tanda batas atas ke tanda batas bawah dengan stopwatch

3.4.4 Kalibrasi piknometer

Menumbang piknometer kosong dan mencatat massanya

Mengisi piknometer dengan aquadest hingga penuh

Menimbang piknometer berisi aquadest lalu mencatat massanya


3.4.5 Kalibrasi konduktometer

Membuat larutan induk NaCl dengan konsetrasi 3 M

Mengencerkan larutan induk tersebut pada labu takar yang lainnya sebanyak 11 deret
larutan standar

Memasukkan sensor konduktometer untuk mengatur konduntivitas masing-masing larutan

Mencatat nilai konduktivitas yang tertera

3.4.6 Aplikasi Hukum Fick untuk Menghitung Konduktivitas

Membuat larutan NaCl dengan konsentrasi 3 M, lalu mengisi cell dengan aquadest sesuai
dengan variasi

Mengisi waterbath dengan air kran hingga permukaan air di waterbath dengan cell sama

Memasukkan stirrer dan mengatur skala pengadukan pada skala 4

Menempatkan konduktometer beserta termometer 110oC kedalam cell dan termometer


110oC lain ke dalam waterbath

B
B

Mengatur skala termometer sampai suhu di cell 26 oC

Memasukkan larutan NaCl ke dalam diffuser hingga seluruh pipa kapiler pada diffuser
terisi penuh dan tidak ada gelembung

Memasukkan difusser ke dalam cell dan mencatat konduktivitas di cell setiap perubahan
konduktivitas

Mencatat suhu di waterbath dan di cell setiap perubahan konduktivitas hingga memperoleh
data konstan

Mengukur viskositas dan densitas larutan NaCl. Melekakukan percobaan yang sama
dengan suhu 28 oC dan 1700 mL
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Keadaan Ruang


Tabel 4.1 Keadaan Ruang
Hari Ke-1 Hari Ke-2
Keadaan Ruang
Awal Akhir Awal Akhir
Temperatur (℃)
Tekanan (mbar)

4.2 Data Percobaan


4.2.1 Spesifikasi Difuser
Tabel 4.2 Spesifikasi Difuser
Volume Difuser ml
Diameter Kapiler ml
Jumlah Kapiler

4.2.2 Kalibrasi Termometer


Tabel 4.3 Kalibrasi Termometer
Jenis Termometer Titik Beku (℃) Titik Didih (℃)
Alkohol 110℃
Alkohol 110℃

4.2.3 Kalibrasi Piknometer


Tabel 4.4 Kalibrasi Piknometer
Pengukuran Massa (gram)
Piknometer kosong
Piknometer + aquadest

4.2.4 Kalibrasi Viskometer


Tabel 4.5 Kalibrasi Viskometer
Waktu Turun (s)
Bahan
1 2 3
Aquadest
4.2.5 Kalibrasi Konduktometer
Tabel 4.6 Kalibrasi Konduktometer
Konsentrasi NaCl (M) Konduktivitas

4.2.6 Data Proses Perpindahan Massa


Tabel 4.7 Data Proses Perpindahan Massa
Pengukuran Terukur
Volume aquadest dalam cell ml
Skala pengadukan
Suhu ℃
Massa piknometer kosong gram
Massa piknometer + larutan NaCl akhir gram
Konsentrasi larutan NaCl M
Jarak kapiler kepermukaan cm
Waktu alir larutan NaCl akhir s

Tabel 4.8 Data Proses Perpindahan Massa


Waktu (s) Konduktivitas T cell (℃) T waterbath (℃) T set (℃)
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, G. I., & Amelia, S. (2020). Buku Ajar Operasi Perpindahan Massa dan Panas.
Yogyakarta: UAD Press.
Dinda, A., & dkk. (2018). Laporan Satop Acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama
Pengeringan ITP'17 . Semarang: UNS.
Distantina, S. (n.d.). Pengantar Transfer Massa .
Hariyadi, T. (2018). PENENTUAN KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA DAN PANAS
PADA PENGERINGAN BUSA SARI BUAH TOMAT MENGGUNAKAN TRAY
DRYER. Jurnal UMJ.
Luknanto, D. (1992). Angkutan Limbah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Marliani, E. (2016). PERPINDAHAN MASSA
https://www.scribd.com/doc/308566612/Perpindahan-Massa-Antar-Fase. (Diakses
pada 20 Februari 2023 pukul 09.02 WIB)
Rahayoe, S., Ayuningtyas, R., Amanah, H. Z., & Rahardjo, B. (2010). Perpindahan Panas dan
Massa Pada Proses Preservatif Buah Mangga. PROSIDING Seminar Nasional Perteta
2010.
Rohmawati, I. (2013). Simulasi Model Perpindahan Panas Dan Massa Pada Proses
Pengeringan Butiran Kedelai. JEmber: Universitas Jember.
Saraswati,Dwi.(2018).Difusi Molekuler. https:/www.scribd.com/Difusi-Molekuler
Treyball, R. (1990). Mass Transfer Operation. New York: MG. Grow Hill
Utami, H., & Azhar. (2017). Transfer massa dan panas. Bandar Lampung: Tekkim
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai