Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

DIFUSI OSMOSIS

NAMA : RIZAL MUZAFFAR SUJASMIN


NIM : G011211320
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN D
KELOMPOK : DUA BELAS (12)
ASISTEN : 1. AZWAN ADHE PUTRA
2. FEBRY ZULQOIDAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Difusi dan osmosis merupakan contoh dari transpor pasif dalam mekanisme
transpor zat melalui membran sel. Mekanismenya yaitu perpindahan partikel zat
pelarut maupun terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah baik melalui
membran plasma ataupun tidak yang sering disebut gradien konsentrasi. Difusi
dan osmosis akan terus terjadi selama konsentrasi partikel dalam keadaan yang
tinggi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau konstan hingga
mencapai keseimbangan yang dinamis.
Difusi termasuk dalam bagian proses fisika yang menjelaskan tentang
terjadinya respon perubahan zat yang diakibatkan karena perbedaan konsentrasi
atau pertukaran partikel zat yang terjadi pada benda cair maupun gas, sedangkan
osmosis yakni perpindahan molekul air melalui membran semipermeabel dari
konsentrasi tinggi ke larutan yang konsentrasi rendah atau sering disebut difusi
air. Membran semipermeabel pada proses osmosis haruslah zat pelarut, bukan
untuk zat terlarut, karena fungsinya sebagai pengatur keseimbangan di dalam
tubuh sel, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran (Nadliroh,
2018).
Difusi dan osmosis dapat terjadi pada sel tumbuhan dan sel hewan atau
pada kehidupan sehari-hari. Pada tumbuhan proses difusi dan osmosis erat
kaitannya dengan fotosintesis yang memiliki tingkat proses kompleksitas tinggi,
mulai dari pengambilan air dan mineral tanah, penangkapan cahaya, penyerapan
gas-gas dan pendistribusian zat hasil fotosintesis keseluruh tubuh tumbuhan.
Pada kehidupan sehari-hari salah bukti terjadinya proses difusi dan osmosis
yaitu seperti berkeringat dimana panas dalam tubuh lebih tinggi dibanding panas
diluar tubuh sehingga terjadi perubahan konsentrasi gas yang menyebabkan
keluarnya panas dalam tubuh berupa gas panas dalam bentuk cair melalui pori-
pori kulit. Oleh sebab itu proses perpindahan panas tersebut menyebabkan suatu
proses yang biasa disebut dengan perestiwa difusi dan osmosis pada sel manusia.

2
Selain hal tersebut masih banyak hal yang dapat dijadikan sebagai referensi guna
mengetahui difusi dan osmosis (Rachma, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum difusi dan
osmosis agar kita dapat mengetahui dan melihat terjadinya proses difusi dan
osmosis pada suatu tumbuhan dan mengetahui hal hal yang menyebabkan dan
berhubungan dengan difusi dan osmosis pada tumbuhan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini yaitu;
1. Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi.
3. Mengetahui arah pergerakan air pada perestiwa difusi dan osmosis.
4. Menemukan dan membuktikan fakta mengenai gejala difusi dan osmosis.
Kegunaan praktikum ini diharapkan setiap peserta praktikan dapat
memahami mengenai pengertian hingga terjadinya peristiwa difusi osmosi pada
tumbuhan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difusi Osmosis
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah,
sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Sedangkan osmosis
merupakan perestiwa difusi air yang terjadi dari daerah yang memiliki potensial
air lebih tinggi ke daerah yang potensial airnya lebih rendah, melalui suatu
membran semi permeabel (Koryati, 2021).
Jika Partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik,
maka dalam jangka waktu tertentu akan tersebar merata pada ruang yang ada.
Partikel yang lebih banyak jumlahnya bergerak ke daerah yang partikelnya lebih
sedikit, demikian juga sebaliknya sampai terjadi penyebaran yang merata. Laju
pergerakan partikel pada suatu arah tertentu inilah yang menyebabkan terjadinya
perestiwa yang disebut difusi. Pada halnya osmosis yang memiliki potensial air
dengankonsentrasi tinggi menuju kekonsetrasi rendah yang menyebabkan
terjadinya perbandingan beda potensial air pada suatu tempat. Oleh karena selaput
semipermeabel hanya menghambat lalunya zat-zat atau partikel terlarut dan hanya
mengizinkan lalunya air sehingga terjadi perbedaan konsentrasi pada pada kedua
tempat. Laju pergerakan partikel air yang terjadi, berdifusi dan melalui membran
semipermeabel disebut perestiwa osmosis (Avinda, 2018).
Perbedaan konsentrasi yang terjadi pada proses difusi ada pada 2 larutan
disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
perpindahan air pada proses osmosis melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan
gradient tekanan sepanjang membran (Eroika, 2019).

4
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Difusi Osmosis dalam Sel Tanaman
Menurut Sufianto (2018), terdapat beberapa-beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi terjadinya difusi pada sel tanaman. Yang disebabkan oleh adanya
aktifitas aktifitas dalam sel tanaman itu sendiri, yaitu;
1. Suhu, makin tinggi suhu maka difusi makin cepat
2. Kelarutan dalam medium, makin besar kelarutan dalam suatu medium maka
difusi makin cepat
3. Perbedaan Konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian,
maka makin besar proses difusi yang terjadi.
4. Jarak tempat berlangsungnya difusi, makin dekat jarak tempat terjadinya difusi,
makin cepat proses difusi yang terjadi.
5. Area Tempat berlangsungnya difusi, makin luas area difusi, maka makin cepat
proses difusi.
Menurut Sufianto (2018), bahwa dalam perestiwa osmosis pada tumbuhan
terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi laju osmosis pada sel tanaman.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya membran semipermeable dalam sel tanaman,
yaitu;
1. Ukuran zat terlarut: semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya
osmosis akan semakin cepat. Karena zat terlarut memiliki tekanan osmotik
yang berfungsi untuk memecah zat pelarut bergerak melalui membran
semipermeable.
2. Tebal membran: semakin tebal suatu membran maka akan memperhambat
terjadinya osmosis. Karena dapat menyebabkan semakin sulitnya zat terlarut
menembus membran tersebut.
3. Luas permukaan
4. Jarak zat pelarut dan zat terlarut
5. Suhu
Kecepatan laju reaksi molekul yang terjadi dalam proses difusi dapat
menyebabkan kecepatan laju difusi tersebut menjadi tinggi ataupun menjadi
rendah hal tersebut juga bisa berlaku sebaliknya pada proses osmosis, dimana
dalam osmosis dipengaruhi oleh dengan adanya membran semipermeable.

5
Dimana terdapat empat macam faktor utama yang dapat mempengaruhi laju
kecepatan difusi dan osmosis pada suatu sel adalah konsentrasi, temperatur, luas
permukaan zat terlarut dan tekanan (Tanzyah, 2015).
2.3 Mekanisme Difusi Osmosis
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat
berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),
difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion
by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi sederhana
melalui membrane berlangsung karena molekul-molekul yang berpindah atau
bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat
menembus lipid bilayer pada membran secara langsung (Ulfa, 2020).
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu,
dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari
protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut
dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam
amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus
membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter
untuk dapat menembus membran (Baharuddin, 2016).
Dalam suatu sel yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan
dua larutan glukosa yang terdiri dari air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat
terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif
permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak
menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel
(Fitrianah, 2012).
Semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Gaya per unit luas
yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor (Fitrianah, 2012).

6
2.4 Jenis-Jenis Difusi Osmosis
Pada proses difusi molekul yang berukuran besar dapat melewati membran
sel dengan tanpa bantuan protein pembawa sedangkan pada proses difusi
terfasilitasi membutuhkan bantuan protein pembawa. Alasan yang benar yaitu
pada proses difusi molekul yang berukuran kecil dapat melewati membran sel
tanpa bantuan protein pembawa sedangkan pada proses difusi terfasilitasi
membutuhkan bantuan protein pembawa (Yahya, 2015).
Pada proses difusi sederhana tidak memerlukan adanya energi karena pada
proses ini pergerakan terjadi berdasarkan gradien konsentrasi, yaitu dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Sedangkan pada proses difusi
terfasilitasi menggunakan fasilitas protein membran khusus yang dapat
mentranspor materi melalui membran yang biasanya disebut protein membran
transpor (Sinaga, 2013).
Pada hakikatnya perbedaan antara difusi sederhana dan difusi terfasilitasi
ada pada prosesnya, dimana pada difusi terfasilitasi transpor berlangsung tanpa
memerlukan energi dan molekul bergerak sesuai dengangradient konsentrasi,
yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Pada transporaktif molekul
atau ion bergerak melawan gradien konsentrasi, jadi dari
kompartemenberkonsentrasi rendah ke kompartemen berkonsentrasi tinggi
(Sinaga, 2013).
2.5 Peranan Difusi Osmosis pada Tanaman
Difusi dan osmosis berperan penting dalam keberlangsungan hidup tanaman.
Peran difusi pada tanaman salah satunya terdapat pada pengangkutan oksigen dan
karbondioksida pada proses fotosintesis. Konsentrasi gas CO2 pada udara diangkut
oleh daun guna melakukan fotosintesis dan pelepasan O2 ke udara terjadi juga
pada daun hal ini yang menyebabkan terjadi proses difusi pada tanaman (Yahya,
2015).
Menurut Lesmana (2017), bahwa dalam proses osmosis terdapat beberapa
perestiwa yang memiliki peranan penting dalam keberlangsungan hidup tanaman,
yaitu;

7
1. Penting dalam pengabsorbsian air yang dilakukan oleh sel-sel tumbuhan.
Tumbuhan tingkat tinggi mengandung 70% air yang terdapat di dalam sel
tumbuhan dewasa (air vakuola) yang masuk dengan cara osmosis.
2. Peristiwa plasmolisis (kehilangan air, sehingga volume sel menyusut dan
akhirnya dapat terlepas dari dinding sel) sangat tergantung pada peristiwa
osmosis.
3. Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran terse
but telah mencapai keseimbangan
` Pada tumbuhan, peran utama osmosis adalah melakukan suatu proses atau
peristiwa penyerapan air dari dalam tanah yang disebabkan oleh akar. Konsentrasi
cairan yang telah berada di dalam jaringan akar lebih pekat (hipertonis)
dibandingkan dengan larutan mineral yang telah terdapat di dalam tanah yang
mengakibatkan kandungan air (pelarut) dalam suatu tanah berpindah dari suatu
kedalaman tanah menuju ke jaringan akar (Baharuddin, 2016).

8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Difusi Osmosis dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan
Nutrisi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Sabtu 3 September 2022, pukul
09.50 – 10.30 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Difusi Osmosis yaitu lap kasar, lab
halus, tissue, aluminium foil, cawan petri 1 buah, pipa kaca berskala 2 buah,
pelobang gabus sesuai ukuran diameter pipa, pipet tetes, jarum preparat atau spoit
1 buah, gabus, pisau/cutter, penggaris, label dan pinset.
Adapun bahan yang digunakan yaitu wortel dan kentang berukuran besar 3
buah, air aquades dan larutan sukrosa dengan konsentrasi 50%.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur pada praktikun Difusi Osmosis ini yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencuci bersih wortel yang akan digunakan, kemudian lap sampai kering
dengan menggunakan lap kasar, lap halus dan tissue.
3. Mencuci peralatan yang akan digunakan sampai bersih, kemudian lap sampai
kering menggunakan tissue
4. Memotong wortel dalam bentuk kubus dengan sisi masing-masing 3 cm,
sebanyak 1 potong dengan menggunakan pisau/cutter.
5. Membuat dua lubang di atas permukaan wortel dengan menggunakan
pisau/pelubang umbi .
6. Memasukkan larutan 50% dan aquades kedalam masing-masing pipa kaca.
7. Masukkan pipa kaca ke dalam lubang yang telah disiapkan.
8. Mengamati perubahan dan penambahan volume air pipa kaca setiap 4 jam,
kemudian lakukan pengamatan selama 6 kali.
9. Membuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan
penambahan volume pada pipa kaca.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1
pERUBAHAN VOLUME (mL)

0% 25% 75% 100%


0.9
1
0.8
0.9
0.7
Perubahan Volume (mL)

0.8
0.6 0M
0.7 0.25 M
0.5
0.6 0.50 M
0.5
0.4
0.3 0.75 M
0.4
1M
0.30.2
0.20.1
0.1 0
I II III IV V VI
0
I II III
Grafik Pengamatan Ke- 1I V V VI

Pengamatan Ke-

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2022


Gambar 1. Grafik Perubahan Volume Larutan Sukrosa pada Umbi Kentang
dengan Berbagai Konsentrasi
1 0% 25% 75% 100%
(mL) (ML)

0.9
1
0.8
0.9
VOLUME

0.7
0.8
0.7
0.6 0M
Perubahan Volume

0.6
0.5 0.25 M
0.5
0.4
PERUBAHAN

0.4 0.50 M
0.3 0.75 M
0.3
0.2
0.2 1M
0.1
0.1
00
II II I I III I I IIV V
IV VI V VI

Pengamatan
grafik Pengamatan Ke- 2Ke-

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2022

10
Gambar 2. Grafik Perubahan Volume Larutan Aquades pada Umbi Kentang
dengan Berbagai Konsentrasi

1 0% 25% 75% 100%


(mL) (ML)

0.9
1
0.8
0.9
VOLUME

0.7
0.8
0.7
0.6 0M
Perubahan Volume

0.6
0.5 0.25 M
0.5
0.4
PERUBAHAN

0.4 0.50 M
0.3 0.75 M
0.3
0.2
0.2 1M
0.1
0.1
00
II II II III I I IIV V
IV VI V VI

Pengamatan
grafik Pengamatan Ke- 3Ke-

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2022


Gambar 3. Grafik Perubahan Volume Larutan Sukrosa pada Wortel dengan
Berbagai Konsentrasi
1 0% 25% 75% 100%
0.9
1
(mL) (ml)

0.8
0.9
Volume

0.8
0.7
0.7
0.6
Perubahan Volume

0.6
0M
0.5 0.25 M
PERUBAHAN

0.5
0.4 0.50 M
0.4
0.3 0.75 M
0.3
0.2
0.2 1M
0.1
0.1
00
II II II III I I IIV V
IV VI V VI

Grafik Pengamatan Ke- 4Ke-


Pengamatan

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2022


Gambar 4. Grafik Perubahan Volume Larutan Aquades pada Wortel dengan
Berbagai Konsentrasi
4.2 Pembahasan
Berdasaran praktium yang telah dilakukan terhadap kentang dan wortel
maka kita dapat mengetahui bahwa telah terjadi penurunan konsentrasi atau

11
bergeraknya molekul pelarut dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi
rendah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi larutan pada
bahan percobaan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Fitrianah (2012), bahwa
penurunan konsentrasi dari molekul pelarut terjadi akibat adanya membran
semipermiabel yang memisahkan antara zat terlarut dan zat pelarut yang
menyebabkan larutan dalam suatu sel menjadi seimbang.
Pada hasil pengamatan yang terdapat digambar 1 dan gambar 2 pada
perlakuan kentang dengan tambahan air dan glukosa disertai dengan berbagai
konsentrasi terjadi penurunan larutan dengan kecepatan yang berbeda-beda
dikarena terdapat berbagai konsentrasi, mulai dari perlakuan 0 Mol sampai dengan
perlakuan 1 Mol. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yahya (2015), bahwa
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan laju reaksi yaitu besar pori
membran sel dan ukuran partikel larutan.
Pada gambar 3 dan 4 pada perlakuan wortel dengan tambahan air dan
glukosa disertai dengan berbagai konsentrasi terjadi penurunan larutan dengan
kecepatan yang berbeda beda dan penurunan signifikat terjadi pada perlakuaan 0
Mol dimana air dalam perlakuaan mudah terlarut ke dalam wortel. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Ulfa (2020), bahwa pori pori pada membran sel wortel
lebih besar dibandingkan dengan membran sel kentang yang menandakan terjadi
proses air (terlarut) masuk melalui membran semipermiabel untuk
menyeimbangkan larutan.
Berdasarkan data yang didapatkan dapat diketahui bahwa pada perlakuan
wortel maupun kentang terjadi penurunan yang berbeda-beda. Karena disebabkan
oleh perbedaan sel dan kandungan yang terdapat pada masing masing bahan
perlakuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ulfa (2020), Bahwa dengan adanya
kandungan air yang tinggi atau larutan lain dengan konsentrasi tertentu dapat
berpengaruh pada proses transport yang dapat mengakibatkan terjadi difusi
osmosis pada suatu tanaman

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Difusi dan osmosis
dapat disimpulkan bahwa:
1. Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah,
sedangkan osmosis merupakan perestiwa difusi air yang terjadi dari daerah
yang memiliki potensial air lebih tinggi ke daerah yang potensial airnya lebih
rendah, melalui suatu membran semi permeabel.
2. Konsentrasi larutan mempengaruhi laju difusi.
3. Arah pergerakan air pada peristiwa difusi osmsosi yaitu bergerak dari daerah
yang berkonsentrasi tinggi menuju daerah yang berkonsentrasi rendah.
4. Difusi merupakan pergerakan partikel dari konsentrasi tinggi menuju
konsentrasi rendah. Osmosis merupakan pergerakan zat pelarut dari
konsentrasi yang lebih tinggi menuju ke konsentrasi yang lebih rendah melalui
selaput atau membran semipermeabel.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih menjaga kekompakkan agar semua anggota
kelompok terlihat aktif dan kegiatan praktikum berjalan dengan lancar dan dapat
dipahami oleh semua anggota. Diperlukan ketelitian dan kesabaran untuk menanti
terjadi proses difusi dan osmosis pada sukrosa dan air, serta teliti dalam
menghitung waktu untuk mencatat perkembangan wortel setelah 6 kali
pengamatan dengan waktu selisih 4 jam.

13
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, L. 2018. Dasar–dasar fisiologi tumbuhan. Padang: Deepublish.
Baharuddin, B. 2016. Pengaruh Perebusan dan Proses Osmosis Terhadap
Kelistrikan pada Kentang. Doctoral dissertation. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Eroika, V., Sumarmin, R., Helendra, H., & Yuniarti, E. 2019. The Needs Analysis
of The Develop of Biology Module Based On Scientific Approach for Senior
High School Grade XI Students. Atrium Pendidikan Biologi, 4(2): 72-81.
Fitrianah, L., Fatimah, S., & Hidayati, Y. 2012. Pengaruh komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan dan kandungan saponin pada dua varietas tanaman
Gendola (Basella sp). Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 5(1): 34-46.
Koryati, T., Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Herawati, J., Sagala, D., Purba, S.
R., & Aldya, R. F. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Lesmana, R., Goenawan, H., & Abdulah, R. 2017. Fisiologi dasar untuk
mahasiswa farmasi, keperawatan dan kebidanan. Padang: Deepublish.
Nadliroh, K., & Munawi, H. A. 2018. The Effect Of Sound Wave In Frequency
3000 Hz-4000hz To Leaves Of Rice Plant Logawa Variety. In Prosiding
SEMNAS INOTEK (Seminar Nasional Inovasi Teknologi) 2(1):107-112.
Rachma, N. A., Rachmadiarti, F., & Sunu, K. 2014. Kemampuan Adaptasi
Tumbuhan Tapak Dara Air (Jussiaea repens) terhadap Logam Berat
Kadmium (Cd). Lentera Bio, 3(1): 13-19.
Rachmadiarti. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Press.
Sinaga, E. 2013. Strategi Meningkatkan Penghantaran Obat Di Dalam Tubuh.
Jakarta. UNS Press.
Sufianto, S. 2018. Pola Interaksi Bakteri Endofitik+ GFP (Green Fluorescent
Protein) dalam Jaringan Tanaman Padi (oryza sativa l.). Jurnal Nasional
Teknologi Terapan (JNTT), 2(3): 255-265.
Tanzyah, Lia L. 2015. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Subtopik Difusi Kelas XI.
Jurnal Biology Education. 4(3): 1004-1006.
Ulfa, H. L., Falahiyah, R., & Singgih, S. 2020 Uji Osmosis pada Kentang dan
Wortel Menggunakan Larutan NaCl. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pengetahuan Alam, 9(2): 110-116.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum
Tuberosum Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education. 4(1): 160.

14
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses pembersihan wortel Gambar 2. Membuat potongan


wortel berbentuk kubus

Gambar 3. Membuat dua lubang pada Gambar 4. Memasukan larutan


sukrosa
salah satu bidang wortel dan aquades ke dalam pipa
kaca

Gambar 5. Memasukkan pipa kaca Gambar 6. Pengamatan pertama


Kedalam lubang wortel

15
Gambar 7. Pengamatan keenam Gambar 8. Membersihkan kentang

Gambar 9. Membuat potongan kentang Gambar 10. Memasukkan pipa kaca


Berbentuk kubus kedalam lubang kentang

Gambar 11. Pengamatan pertama Gambar 12. Pengamatan keenam

16
17

Anda mungkin juga menyukai