FISIOLOGI TUMBUHAN
RINGKASAN
DAFTAR ISI
Praktikum 1 – Osmosis dan Difusi ................................................................................. 2
Praktikum 2 – Plasmolisis .............................................................................................. 9
Praktikum 3 – Viskositas Sel yang Sedang Membentang .............................................. 17
1
Praktikum I
A . Tujuan Praktikum
B. Landasan Teori
Proses Difusi
1) Beda suhu .
Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin besar pada suhu
yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin cepat. Coba perhatikan saat kita
memanaskan air. Molekul air akan bergerak semakin cepat bikla akan semakin panas.
Adanya gerakan zat ini dapat menjadi salah satu pendorong masuknya zat ke dalam akar.
2) Beda konsentrasi.
Dengan kata lain, perbedaan konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak suatu zat.
3) Beda tekanan.
Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda tekanan antara dua daerah. Misalnya,
antara daerah di sekitar akar (rizhosfir) dengan keadaan di dalam sel / jaringan (Latunra.
2007).
2
4) Zat-zat adsorptif (permukaannya mudah mengikat zat).
Adanya daya ikat permukaan partikel zat menyebabkan gerak zat dihambat. Suatu zat
juga akan bergerak menyebar karena adanya perbedaan (gradien) tekanan atau suhu. Angin
merupakan udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah
bertekanan lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Suatu zat juga akan
bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar (lebih pekat) ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada dasarnya setiap zat akan bergerak bila terjadi
perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi.
2). Difusi terfasilitasi, terjadi pada penyerapan molekul-molekul besar seperti glukosa,
sukrosa. Salah satu proses difusi yang dikenal yaitu difusi terbantu, dimana proses difusi
terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung pada suatu
mekanisme transport dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemukan pada kehidupan
sehari-hari, misalnya pada bakteri Escheria coli yang diletakkan pada media laktosa.
Membran bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh laktosa.
Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim dari dalam sel yang disebut
permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim permease inilah yang akan membuatkan
jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel (Yuwono, I. T.
2002).
3) Transpor aktif, pada penyerapan bermacam-macam ion. Walaupun ion berukuran kecil,
tetapi paling sulit melewati membran Permeabilitasnya membran terhadap ion-ion adalah
laing rendah. rendah). Karena itu untuk menyerapnya dibutuhkan tenaga (aktif)
(Mangunwiyoto, W. 2004).
Proses Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah
(hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui
membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
Osmosis adalah difusi air melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak
air ke larutan yang sedikit air. Definisi paling sederhananya adalah difusi air melalui
membran semipermeabel (permeabel hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). Osmosis
melepaskan energi, dan bias melakukan kerja, sebagaimana akar pohon yang
bias membelah batu. Pelarut (dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggai (hipertonik)
yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan. Efek ini dapat dilihat dari
bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga
tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga
kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti
3
koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut dan bukan
terhadap jenis zatnya (Lakitan, B. 2008).
Osmosis memberikan cara yang mudah bagi transpor air keluar atau masuk sel.
Tekanan turgor sel dijaga dengan osmosis pada membran sel, antara bagian dalam sel dan
lingkungannluarnya yang relative lebih hipotonik (Lakitan, B. 2008).
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk
mencegah mengalirnya pelarut melalui membran selektif permeabel dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis juga merupakan suatu topik
yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menejelaskan mengapa air dapat
ditransportasi ke dalam dan ke luar sel (Kusnadi. 2007).
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis
merupakan sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air)
akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran
apapun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari
“solvent” belanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah
konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah “solute” rendah
dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik.
Pelarut atau solvent (dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik)
yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan (Al Barry, D. Y. 2001). Efek ini
dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan
hipotonik. Sehingga tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk
menjaga kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan
4
properti koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut (solute)
dan bukan terhadap jenis zatnya (Jati, W. 2007 ).
Terdapat 2 faktor penting sesuai dengan hukum Fick pertama yang menentukan laju
osmosis ke dalam jaringan (melewati membran), yaitu (Innerarity, S. 2002) :
1) Faktor perbedaan (gradien) potensial air antara cairan sel penyerapan dengan larutan tanah
di luarnya.
- - GARAM Secukupnya
- - AIR Secukupnya
D. Prosedur Kerja
5
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Hari I 5 ml 2 ml 10 ml 5 ml
Hari II 7 ml 4 ml 3 ml 3 ml
Hari I 10 ml 5 ml 5 ml 2 ml
Hari II 8 ml 6 ml 2 ml 0 ml
C . LOBAK
Hari I 1 cm 1 cm
6
Pembahasan
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal
ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama
namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi, perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis. (Bidwell,1979)
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
(Bidwell,1979)
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya
pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative
hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi
tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma
melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan
naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai
daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan
seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak
cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola. (Dwijoseputro, 1985)
7
F. Kesimpulan
1 . Proses difusi dan osmosis merupakan proses yang sangat penting bagi tumbuhan untuk
pertukaran zat. Difusi merupakan perpindahan zat terlarut dari hipertonis (konsentrasi tinggi)
ke larutan hipotonis (konsentrasi rendah) tanpa melalui membran semipermeabel. Sedangkan
osmosis merupakan perpindahan zat pelarut dari larutan hipertonis ke larutan hipotonis
melalui membran semipermeabel.
2 . Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel, ketebalan
membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat
partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal membran
dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi, menyebabkan
semakin lambat kecepatan difusinya.
3 . Peristiwa difusi pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan.
Karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui proses
difusi.
Referensi
Innerarity, S. 2002. Fluid & electrolytes made incredibly easy. Springhouse Corporation
Makassar
8
Praktikum II
PLASMOLISIS
A. Tujuan Praktikum
B. Landasan Teori
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).Plasmolisis
menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat
/materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .Adanya sirkulasi ini bisa
menjelaskan bahwa sel tidak diam , tetapi dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan
materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan
agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka
arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam
sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih
rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan
membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
9
Keadaan protoplasma yang dapat menahan volume vakuola agar tetap menempel
pada dinding sel bila kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien
terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi
karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien
setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992)
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu
matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992)
Tjitrosomo (1987) menyatakan bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami
plasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat
potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke
dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.
Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada tekanan atmosfer
dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu
larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.
Mikroskop 1 BUAH
D. Prosedur Kerja
11
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Kontrol 30 detik
0 100
Konsentrasi 5 95 30 menit
rendah
Konsentrasi 55 45 30 menit
sedang
Konsentrasi 80 15 30 menit
sedang
12
GAMBAR HASIL PENGAMATAN I
13
GAMBAR HASIL PENGAMATAN II
2. SEDANG
3. TINGGI
2. SEDANG
3. TINGGI
14
Pembahasan
Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan
mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi
dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel.
Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel menjadi membengkak karena air
masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya
sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang
melawan penyerapan air lebih lanjut. hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat
dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-menerus
akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. (Jane B. Reech, 2003).
F. Kesimpulan
2. Plasmolisis yang terjadi pada daun Rhoeo discolor paling tinggi terjadi pada larutan KNO3
konsentrasi tinggi dengan bagian sel yang terplasmolisis sebesar 95%
3. Plasmolisis dapat terjadi apabila sel tumbuhan diletakkan dilingkungan hipertonik (larutan
garam) sehingga air akan keluar dari dalamvakuola karena tekanan osmosis, membuat
sitoplasmanya mengerut danmembran plasma lepas dari dinding sel. Kondisi ini bisa
dikembalikan kesemula dengan memberikan air yang berperan sebagai larutan hipotonik.
15
Referensi
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc.,
New York.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New
York.
California.
Winduwati S., Yohan, Rifaid M. Nur. 2000. Karakteristik Osmosis Balik Membran Spiral
16
Praktikum III
A . Tujuan Praktikum
B. Landasan Teori
Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis (Dartius. 1991)
Setiap sel dalam jaringan tanaman akan mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang mengakibatkan dinding sel mengalami proses pembentangan. Regulasi
pembentangan dinding sel bertujuan untuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti
cahaya, temperatur, dan kadar air. Pembentangan sel ada dua macam yakni isotropik dan
anisotropik. Pembentangan secara isotropik terjadi ketika dinding sel mengalami
pembentangan mengikuti sumbu pertumbuhan yang menghasilkan pola pembentangan yang
seragam. Sementara pembentangan anisotropik didasarkan atas hipotesis Paul Green yang
man proses pembentangan disebabkan oleh adanya tekanan turgor dan viskositas
(viskoelastik) serta adanya pengaruh mikrofibril pada dinding sel (Guritno, B. 1995)
Dalam proses pembentangan, dinding sel mengalami reorientasi mikrofibril yang di mediasi
oleh protein seperti expansin. Pada sel yang sedang mengalami pertumbuhan, komponen
selulosa mikrofibril merupakan bagian dari matriks yang berupa komponen viskositas. Kita
sel mengalami pembentangan, maka mikrofibril akan mengalami penguraian sehingga proses
pembentangan menjadi lebih maksimal (Lakitan, 2012).
17
D. Prosedur Kerja
Hasil
1. Aquades
Sel besar, Sel lebih kecil, Sel kecil dan Sel kecil
rapat dan tidak tidak dan tidak
tidak ada beraturandan beraturan dan beraturan
ruang antar sedikit ruang terdapat dan
sel antar sel ruang antar terdapat
sel jelas
Dinding sel Dinding sel ruang
tipis lebih tebal Dinding sel antar sel
lebih tebal
lagi Dinding
sel paling
tebal
2. KNO3
1%
Sel berukuran Sel berukuran Sel berukuran
paling kecil kecil dan kecil dan
dan tidak ada terdapat terdapat
ruang antar sedikit ruang sedikit ruang
sel antar sel antar sel
3. KNO3
18
3% Sel berukuran Sel berukuran
paling kecil kecil dan
dan tidak ada terdapat
ruang antar sedikit ruang
sel antar sel
4. KNO3
5%
Sel berukuran Sel berukuran
paling kecil kecil dan
dan tidak ada terdapat
ruang antar sedikit ruang
sel Dinding antar sel
sel tebal
Dinding sel
tebal
Pembahasan
Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis. Sel yang mengalami
dehidrasi atau disebut juga sel yang terplasmolisis. Dalam keadan tersebut, tingkat viskositas
plasma sel mengalami penurunan yang dapat menyebabkan membran plasma sel terpisah dari
dinding sel dan volume protoplasma mengalami penurunan.
Plasmolisis terjadi pada saat sel mengalami kontak dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah daripada di dalam sel(Munns, 2002). Selain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga terdapat faktor-faktor lain
seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis.
Pada praktikum kali ini digunakan Allium cepa sebagai objek karena sel bawang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiap-
tiap sel yang di berikan perlakuan yang berbeda. Seperti yang telah di bahas sebelumnya,
bahwa bagian sel yang berperan dalam hal ini ialah, dinding sel, membran plasma, vakuola
serta cairan protoplasma.
19
F. Kesimpulan
1.Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat pengaruh
viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel.
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga
terdapat faktor-faktor lain seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis. Tekanan osmosis
dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang berpengaruh terhadap proses
pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis dalam sel akibat juga dapat
mempengaruhi viskositas plasma dalam sel.
3.Allium cepadi gunakansebagai objek karena sel bawang memiliki pigmen warna sehingga
proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiap-tiap sel yang di berikan
perlakuan yang berbeda
Referensi
Yogyakarta
20