Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

Rosinda Tresa Situmorang


Kelompok 5
NIM. 4153220016

RINGKASAN

Difusi terjadi karena berpindahnya suatu larutan dari konsentrasi tinggi ke


konsentrasi yang lebih rendah. Osmosis terjadi karena berpindahnya suatu larutan dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi. Plasmolisis merupakan dampak dari
peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi
(hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel
tumbuhan lemah.Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih
banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu
titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara
dinding sel dan membran.Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat
terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika
sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.Cairan di
dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi.Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi
ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan
ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Kata Kunci: Osmosis dan difusi, Plasmolisis, Viskosistas Sel

DAFTAR ISI
Praktikum 1 – Osmosis dan Difusi ................................................................................. 2
Praktikum 2 – Plasmolisis .............................................................................................. 9
Praktikum 3 – Viskositas Sel yang Sedang Membentang .............................................. 17

1
Praktikum I

OSMOSIS DAN DIFUSI

A . Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap peristiwa osmosis pada sampel


percobaan.

2. Mengetahui perbedaan ukuran sampel sebelum diberi larutan berkonsentrasi dan


setelah diberi larutan berkonsentrasi.

3. Mengetahui perbedaan peristiwa osmosis dan difusi.

B. Landasan Teori

Proses Difusi

Proses difusi merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju


larutan berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran. Contoh sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lama kelamaan cairan akan terasa manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara, dimana pada masing-masing zat,
kecepatan difusi berbeda-beda. Difusi merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan
partikel zat seperti CO2, O2 dan H2O masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, meliputi (Pratiwi, D. 2007) :

1) Beda suhu .

Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin besar pada suhu
yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin cepat. Coba perhatikan saat kita
memanaskan air. Molekul air akan bergerak semakin cepat bikla akan semakin panas.
Adanya gerakan zat ini dapat menjadi salah satu pendorong masuknya zat ke dalam akar.

2) Beda konsentrasi.

Dengan kata lain, perbedaan konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak suatu zat.

3) Beda tekanan.

Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda tekanan antara dua daerah. Misalnya,
antara daerah di sekitar akar (rizhosfir) dengan keadaan di dalam sel / jaringan (Latunra.
2007).

2
4) Zat-zat adsorptif (permukaannya mudah mengikat zat).

Adanya daya ikat permukaan partikel zat menyebabkan gerak zat dihambat. Suatu zat
juga akan bergerak menyebar karena adanya perbedaan (gradien) tekanan atau suhu. Angin
merupakan udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah
bertekanan lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Suatu zat juga akan
bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar (lebih pekat) ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada dasarnya setiap zat akan bergerak bila terjadi
perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi.

Cara penyerapan zat :

1). Difusi sederhana, terjadi pada penyerapan gas-gas dan air

2). Difusi terfasilitasi, terjadi pada penyerapan molekul-molekul besar seperti glukosa,
sukrosa. Salah satu proses difusi yang dikenal yaitu difusi terbantu, dimana proses difusi
terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung pada suatu
mekanisme transport dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemukan pada kehidupan
sehari-hari, misalnya pada bakteri Escheria coli yang diletakkan pada media laktosa.
Membran bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh laktosa.
Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim dari dalam sel yang disebut
permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim permease inilah yang akan membuatkan
jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel (Yuwono, I. T.
2002).

3) Transpor aktif, pada penyerapan bermacam-macam ion. Walaupun ion berukuran kecil,
tetapi paling sulit melewati membran Permeabilitasnya membran terhadap ion-ion adalah
laing rendah. rendah). Karena itu untuk menyerapnya dibutuhkan tenaga (aktif)
(Mangunwiyoto, W. 2004).

Proses Osmosis

Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah
(hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui
membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
Osmosis adalah difusi air melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak

air ke larutan yang sedikit air. Definisi paling sederhananya adalah difusi air melalui
membran semipermeabel (permeabel hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). Osmosis
melepaskan energi, dan bias melakukan kerja, sebagaimana akar pohon yang

bias membelah batu. Pelarut (dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggai (hipertonik)
yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan. Efek ini dapat dilihat dari
bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga
tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga
kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti
3
koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut dan bukan
terhadap jenis zatnya (Lakitan, B. 2008).

Osmosis merupakan fenomena yang penting di dalam sistem biologis karena


kebanyakan membran biologis bersifat semipermeabel. Secara umum, membran-membran
tersebut tidak permeable terhadap bahan organik dengan molekul besar, seperti polisakarida,
akan tetapi permeabel terhadap air dan zat‐zat kecil dan tidak bermuatan. Permeabilitas juga
gayut terhadap properti kelarutan, muatan atau sifat kimiawi serta ukuran zat terlarut.
Molekul air, misalnya, dapat bergerak melewati dinding sel, tonoplast (vakuola) atau
protoplast dengan dua cara, yaitu dengan berdifusi melalui lapisan ganda fosfolipida secara
langsung, atau melalui aquaporin (protein transmembran kecil yang memfasilitasi difusi dan
membentuk kanal ion) (Pujiyanto, S. 2008).

Osmosis memberikan cara yang mudah bagi transpor air keluar atau masuk sel.
Tekanan turgor sel dijaga dengan osmosis pada membran sel, antara bagian dalam sel dan
lingkungannluarnya yang relative lebih hipotonik (Lakitan, B. 2008).

Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk
mencegah mengalirnya pelarut melalui membran selektif permeabel dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis juga merupakan suatu topik
yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menejelaskan mengapa air dapat
ditransportasi ke dalam dan ke luar sel (Kusnadi. 2007).

Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis
merupakan sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air)
akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran
apapun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari
“solvent” belanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah
konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah “solute” rendah
dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik.

Pelarut atau solvent (dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik)
yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan (Al Barry, D. Y. 2001). Efek ini
dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan
hipotonik. Sehingga tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk
menjaga kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan

4
properti koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut (solute)
dan bukan terhadap jenis zatnya (Jati, W. 2007 ).

Faktor penyerapan secara Osmosis

Terdapat 2 faktor penting sesuai dengan hukum Fick pertama yang menentukan laju
osmosis ke dalam jaringan (melewati membran), yaitu (Innerarity, S. 2002) :

1) Faktor perbedaan (gradien) potensial air antara cairan sel penyerapan dengan larutan tanah
di luarnya.

2) Permeabilitas membran terhadap zat-zat.

C. Alat dan Bahan

Alat Jumlah Bahan Jumlah

CUP 3 BUAH WORTEL ( Daucus 1 BUAH


carota)

PISAU 1 BUAH KENTANG(Solanum 3 BUAH


CUTTER tuberosum L )

CORK 1 BUAH LOBAK (Raphanus 1 BUAH


BORER sativus )

- - GARAM Secukupnya

- - AIR Secukupnya

D. Prosedur Kerja

5
E. Hasil dan Pembahasan

Hasil

A . KENTANG I DAN WORTEL I

Waktu Volume pada konsentrasi- (ml)

Hipertonis (larutan garam) Hipotonis( air murni )

WORTEL KENTANG WORTEL KENTA


NG

Hari I 5 ml 2 ml 10 ml 5 ml

Hari II 7 ml 4 ml 3 ml 3 ml

B . KENTANG II DAN WORTEL II

Waktu Volume pada konsentrasi- (ml)

Hipertonis (larutan garam) Hipotonis( air murni )

WORTEL KENTANG WORTEL KENTANG

Hari I 10 ml 5 ml 5 ml 2 ml

Hari II 8 ml 6 ml 2 ml 0 ml

C . LOBAK

Waktu Panjang sampel (cm)

Hipertonis ( larutan Kontrol ( air murni)


garam )

Hari I 1 cm 1 cm

Hari II 0,7 cm 1,1 cm

6
Pembahasan

Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal
ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama
namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi, perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis. (Bidwell,1979)

Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
(Bidwell,1979)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu perendaman berpengaruh terhadap laju


penyerapan konsentrasi larutan gula ke dalam kentang dan wortel. Semakin tinggi suhu
perendaman, maka semakin cepat penyerapan larutan gula ke dalam kentang dan wortel.
Selama perendaman dalam air hangat berkonsentrasi gula, dimensi sampel berubah mengecil
di semua arah yaitu panjang, tebal dan tinggi. Perubahan ini diduga karena adanya air yang
keluar dari dalam kentang dan wortel sehingga terjadi tarikan jaringan di dalam bahan.
(Arlita,2013)

Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya
pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative
hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi
tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma
melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan
naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai
daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan
seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak
cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola. (Dwijoseputro, 1985)

7
F. Kesimpulan

1 . Proses difusi dan osmosis merupakan proses yang sangat penting bagi tumbuhan untuk
pertukaran zat. Difusi merupakan perpindahan zat terlarut dari hipertonis (konsentrasi tinggi)
ke larutan hipotonis (konsentrasi rendah) tanpa melalui membran semipermeabel. Sedangkan
osmosis merupakan perpindahan zat pelarut dari larutan hipertonis ke larutan hipotonis
melalui membran semipermeabel.

2 . Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel, ketebalan
membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat
partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal membran
dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi, menyebabkan
semakin lambat kecepatan difusinya.
3 . Peristiwa difusi pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan.
Karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui proses
difusi.

Referensi

Al Barry, D. Y. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Arkola.

Innerarity, S. 2002. Fluid & electrolytes made incredibly easy. Springhouse Corporation

United States of America.

Jati, W. 2007 . Aktif Biologi. Ganeca. Jakarta.

Kusnadi. 2007. Biologi. Piranti . Jakarta.

Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II . Universitas Hasanuddin.

Makassar

Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada . Jakarta.

Mangunwiyoto, W. 2004. Pokok - Pokok Fisika. Erlangga. Jakarta.

Pujiyanto, S. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2. Tiga Serangkai Pustaka. Solo

Pratiwi, D. 2007. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Yuwono, I. T. 2002. Biologi Molekuler. Erlangga . Jakarta

8
Praktikum II

PLASMOLISIS

A. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui faktor – faktor penyebab terjadinya plasmolisis.

2. Mengetahui dampak plasmolisis terhadap fisiologis tumbuhan.

3. Mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada tumbuhan.

B. Landasan Teori

Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).Plasmolisis
menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat
/materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .Adanya sirkulasi ini bisa
menjelaskan bahwa sel tidak diam , tetapi dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan
materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan
agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka
arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam
sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih
rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan
membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.

Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat


permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-
biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air
murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui
benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-
benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
1995).

9
Keadaan protoplasma yang dapat menahan volume vakuola agar tetap menempel
pada dinding sel bila kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien
terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi
karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien
setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992)

Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat


permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-
biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air
murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui
benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-
benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
1995).

Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu
matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992)

Tjitrosomo (1987) menyatakan bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami
plasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat
potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke
dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.

Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari


proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel
yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara,
maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika
isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.
Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih
besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995). Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni
cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air
meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya
sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam
tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-
partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan
10
juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi
suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi
partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah
(Meyer and Anderson, 1952).

Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada tekanan atmosfer
dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu
larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.

C. Alat dan Bahan

Alat Jumlah Bahan Jumlah

Gelas ukur 2 BUAH Gula / sukrosa Secukupnya

Sendok pengaduk 1 BUAH Air / aquades Secukupnya

Cover glass 3 BUAH Daun Rhoe discolor Secukupnya

Object glass 2 BUAH Larutan KNO3 Secukupnya

Mikroskop 1 BUAH

Alat Tulis SECUKUPNYA

Kertas lebel SECUKUPNYA

Pipet tetes 3 BUAH

Pisau silet 2 BUAH

D. Prosedur Kerja

Bagan Prosedur Kerja Plasmolisis

11
E. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Tabel Hasil Pengamatan pada Larutan Sukrosa

Perlakuan Keadaan sel dalam satu bidang visual Keterangan

Terplasmolisis (%) Tidak terplasmolisis (%)

Kontrol 30 detik

0 100

Konsentrasi 5 95 30 menit
rendah

Konsentrasi 55 45 30 menit
sedang

Konsentrasi tinggi 70 30 30 menit

Tabel Hasil Pengamatan pada Larutan KNO3

Perlakuan Keadaan sel dalam satu bidang visual Keterangan

Terplasmolisis (%) Tidak terplasmolisis (%)

Kontrol 100 30 detik

Konsentrasi rendah 25 75 30 menit

Konsentrasi 80 15 30 menit
sedang

Konsentrasi tinggi 95 5 30 menit

12
GAMBAR HASIL PENGAMATAN I

GAMBAR HASIL PENGAMATAN KETERANGAN

Gambar Preparat Ketika Belum Di Berikan


Larutan Berkonsentrasi

Preparat Ketika Telah Di Tetesi Masing-


Masing Konsentrasi Larutan

13
GAMBAR HASIL PENGAMATAN II

Nama Larutan No. Besar Gambar Setelah di Tetesi Larutan


Konsentrasi
Larutan

Larutan Sukrosa 1. RENDAH

2. SEDANG

3. TINGGI

Larutan KNO3 1. RENDAH

2. SEDANG

3. TINGGI

14
Pembahasan

Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan
mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi
dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel.

Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel menjadi membengkak karena air
masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya
sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang
melawan penyerapan air lebih lanjut. hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat
dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-menerus
akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. (Jane B. Reech, 2003).

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapata disimpulkan bahwa :


1. Plasmolisa merupakan peristiwa terlepasnya membran sel dengan dinding sel akibat isi sel
mengecil. Hal ini disebabkan oleh peristiwa osmose, dimana air dalam sel berdifusi keluar
sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada di luar sel itu sendiri. Ini mungkin
terjadi bila sel tersebut direndam suatu larutan gula atau garam. Sedangkan peristiwa
deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Hal ini dimungkinkan apabila sel
yang telah terplasmolisa direndam kembali ke dalam air

2. Plasmolisis yang terjadi pada daun Rhoeo discolor paling tinggi terjadi pada larutan KNO3
konsentrasi tinggi dengan bagian sel yang terplasmolisis sebesar 95%
3. Plasmolisis dapat terjadi apabila sel tumbuhan diletakkan dilingkungan hipertonik (larutan
garam) sehingga air akan keluar dari dalamvakuola karena tekanan osmosis, membuat
sitoplasmanya mengerut danmembran plasma lepas dari dinding sel. Kondisi ini bisa
dikembalikan kesemula dengan memberikan air yang berperan sebagai larutan hipotonik.

15
Referensi

Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc.,

New York.

Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New

York.

Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadswovth Publishing co,

California.

Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.

Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa, Jakarta.

Winduwati S., Yohan, Rifaid M. Nur. 2000. Karakteristik Osmosis Balik Membran Spiral

Wound. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radio Aktif.

16
Praktikum III

VISKOSITAS SEL YANG SEDANG MEMBENTANG

A . Tujuan Praktikum

1.Mengetahui pengertian dari visikositas plasma sel


2.Mengetahui faktor apa yang berperan dalam viskositas sel
3.Mengetahuialasan mengapa menggunakan sel bawang merah dalam percobaan ini

B. Landasan Teori

Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis (Dartius. 1991)

Setiap sel dalam jaringan tanaman akan mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang mengakibatkan dinding sel mengalami proses pembentangan. Regulasi
pembentangan dinding sel bertujuan untuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti
cahaya, temperatur, dan kadar air. Pembentangan sel ada dua macam yakni isotropik dan
anisotropik. Pembentangan secara isotropik terjadi ketika dinding sel mengalami
pembentangan mengikuti sumbu pertumbuhan yang menghasilkan pola pembentangan yang
seragam. Sementara pembentangan anisotropik didasarkan atas hipotesis Paul Green yang
man proses pembentangan disebabkan oleh adanya tekanan turgor dan viskositas
(viskoelastik) serta adanya pengaruh mikrofibril pada dinding sel (Guritno, B. 1995)

Dalam proses pembentangan, dinding sel mengalami reorientasi mikrofibril yang di mediasi
oleh protein seperti expansin. Pada sel yang sedang mengalami pertumbuhan, komponen
selulosa mikrofibril merupakan bagian dari matriks yang berupa komponen viskositas. Kita
sel mengalami pembentangan, maka mikrofibril akan mengalami penguraian sehingga proses
pembentangan menjadi lebih maksimal (Lakitan, 2012).

C. Alat dan Bahan

Alat Ukuran Bahan Jumlah

Mikroskop - Allium Secukupnya


cepa

Pipet tetes - Larutan Secukupnya


KNO3

17
D. Prosedur Kerja

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil

No. Jenis Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 4


larutan

1. Aquades

Sel besar, Sel lebih kecil, Sel kecil dan Sel kecil
rapat dan tidak tidak dan tidak
tidak ada beraturandan beraturan dan beraturan
ruang antar sedikit ruang terdapat dan
sel antar sel ruang antar terdapat
sel jelas
Dinding sel Dinding sel ruang
tipis lebih tebal Dinding sel antar sel
lebih tebal
lagi Dinding
sel paling
tebal

2. KNO3
1%
Sel berukuran Sel berukuran Sel berukuran
paling kecil kecil dan kecil dan
dan tidak ada terdapat terdapat
ruang antar sedikit ruang sedikit ruang
sel antar sel antar sel

Dinding sel Dinding sel Dinding sel tebal


tebal tebal

3. KNO3

18
3% Sel berukuran Sel berukuran
paling kecil kecil dan
dan tidak ada terdapat
ruang antar sedikit ruang
sel antar sel

Dinding sel Dinding sel


tebal tebal

4. KNO3
5%
Sel berukuran Sel berukuran
paling kecil kecil dan
dan tidak ada terdapat
ruang antar sedikit ruang
sel Dinding antar sel
sel tebal
Dinding sel
tebal

Pembahasan

Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis. Sel yang mengalami
dehidrasi atau disebut juga sel yang terplasmolisis. Dalam keadan tersebut, tingkat viskositas
plasma sel mengalami penurunan yang dapat menyebabkan membran plasma sel terpisah dari
dinding sel dan volume protoplasma mengalami penurunan.

Plasmolisis terjadi pada saat sel mengalami kontak dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah daripada di dalam sel(Munns, 2002). Selain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga terdapat faktor-faktor lain
seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis.

Larutan yang berkonsentrasi rendah (hipertonik) akan mengakibatkan larutan mengalami


plasmolisiss. Karena air yang berada di dalam sel (terutama vakuola) akan keluar dari dalam
sel. Pada konsi tersebut isi vakuola berkurang, turgor sel turun, isi protoplasma mengecil,
sedangkan ruang antara dinding sel dengan membran plasma terisi larutan dari luar. Dan hal
sebaliknya akan terjadi pada sel yang berada pada larutan hipertonis, viskositas akan
meningkat.

Pada praktikum kali ini digunakan Allium cepa sebagai objek karena sel bawang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiap-
tiap sel yang di berikan perlakuan yang berbeda. Seperti yang telah di bahas sebelumnya,
bahwa bagian sel yang berperan dalam hal ini ialah, dinding sel, membran plasma, vakuola
serta cairan protoplasma.
19
F. Kesimpulan

1.Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat pengaruh
viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel.
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga
terdapat faktor-faktor lain seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis. Tekanan osmosis
dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang berpengaruh terhadap proses
pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis dalam sel akibat juga dapat
mempengaruhi viskositas plasma dalam sel.
3.Allium cepadi gunakansebagai objek karena sel bawang memiliki pigmen warna sehingga
proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiap-tiap sel yang di berikan
perlakuan yang berbeda

Referensi

Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press.

Yogyakarta

Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar - dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: Rajawali press

20

Anda mungkin juga menyukai