MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Biologi Sel
yang dibimbing oleh Haslinda Yusti A.,S.Si.,M.Pd
oleh
Ula Uyun Fuaza
(172081530xx)
(17208153061)
(17208153064)
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga,
sahabat, tabiin dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan
syafaatnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Lisosom dan Peroksisom. Sebelumnya kami mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Biologi Sel Ibu Haslinda Yusti yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Struktur lisosom.............................................................................3
Fungsi lisosom ..............................................................................7
Biosintesis yang terjadi dalam lisosom ........................................12
Autoimun.......................................................................................14
Struktur peroksisom.......................................................................16
Fungsi peroksisom.........................................................................17
Biosintesis yang terjadi dalam peroksisom....................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika mempelajari RE dan aparatus golgi, telah dikenal adanya vesikulivesikuli yang berfungsi untuk mengangkut senyawa-senyawa hasil biosintesis RE
untuk disekresikan maupun ditimbulkan. Beberapa vesikuli tersebut mengangkut
enzim-enzim yang antara lain berperan untuk proses metabolisme sel. Pada
tahun 1950 de Duve dan kawan-kawannya sedang intensif mempelajari enzimenzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat.
Salah satu enzimya adalah asam fosfatease. Diketahui bahwa didalam
sitoplasma terdapat zat yag mengadung enzim tersebut, sehingga dapat
diupayakan untuk dapat mengisolasi zarah tersebut dalamkeadaan utuh. Novikoff
pada tahun 1955 dengan menggunakan mikroskop electron menemukan adanya
zarah yang banyak mengandung asam fosfatase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa enzim dalam zara tersebut akan paling
aktif jika isolatnya dibuat dengan air suling disbanding isolatnya dibuat dari
isolatonis misalnya dengan sukrosa, Sehingga zarah tersebut mengandung enzim
hidrolik. Zarah yang mengandung enzim hidrolik ini kemudian ditentukan sebagai
organela baru dan diberi nama lisosom. Karena enzim yang banyak terdapat di
lisosom adalah asam fosfatase, maka enzim ini dijadikan sebagai enzim penanda
lisosom.
Dalam bab ini akan dipelajari tentang lisosom serta sejarah ditemukannya
lisosom, berbagai fungsinya, proses pembentukan lisosom dan macam-macamnya.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan para pembaca mengerti bagai
mana prosess pembentukan lisosom dan fungsi lisosom, mekaisme kerja lisosom,
dan mengerti mekanisme fogositosis yang dilakukan oleh lisosom.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur lisosom yang terdapat di dalam sel ?
2. Bagaimana fungsi lisosom terhadap sel ?
1
3.
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan
1. Menjelaskan struktur lisosom yang terdapat di dalam sel.
2. Menjelaskan fungsi lisosom terhadap sel.
3. Menjelaskan biosintesis yang terjadi di dalam lisosom.
4. Menjelaskan definisi autoimun.
5. Menjelaskan struktur peroksisom yang terdapat di dalam sel.
6. Menjelaskan fungsi peroksisom terhadap sel.
7. Menjelaskan biogenesis yang terjadi di dalam peroksisom.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Lisosom
Lisosom ditemukan secara kebetulan oleh De Duve pada tahun 1949 sewaktu
mempelajari enzim fosfatase asam dari serpihan sel-sel hati. De Duve menemukan
kenyataan bahwa aktivitas anzim tersebut adalah isolate yang dibuat dengan air
suling, lebih tinggi daripada aktivitas enzim dalam isolate yang masih baru, dan
enzim tersebut tidak lagi berada dalam zarah yang mengendap. Penemuan enzim
hidrolitik lain juga menunjukkan sifat yang sama. Zarah yang mengandung enzim
hidrolitik tersebut dinamakan Lisosom. 1
Lisosom merupakan suatu organel berbentuk kantung bermembran yang
berisi enzim dan berfungsi untuk mengontrol pencernaan makromolekul
intraseluler. Selama masih terbungkus membrane, enzim hidrolitik bersifat stabil.
Sebagai organel, lisosom dilindungi oleh membran yang berstruktur seperti
membran plasma. Tebal membran lisosom adalah 9 nm. Sifat fisik utama
membrane ini adalah mempunyai kemampuan berfusi dengan struktur membrane
sel yang lain maupun membran semua jenis organel.2
Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.85
Enzim
yang
terkandung
dalam
lisosom
berbagai
macam.
Kalau
Sumadi Aditya Marianti, Biologi Sel, (Semarang: Graha Ilmu, 2007), hal. 141142
Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.85-86
Enzim lisosom bersifat laten dan dikenal dengan istilah model kelatenan
enzim lisosom. Apabila lisosom dalam keadaan utuh atau materi yang akan dilisis
belum berfusi dengan lisosom, enzim-enzimnya tidak menghancurkan (tidak
berfungsi).5
Jenis-jenis Lisosom
Lisosom adalah organel yang polimorfik, artinya mempunyai bentuk dan
ukuran yang bervariasi. Heterogenitas ini menunjukkan bahwa lisosom
merupakan organel yang sangat dinamis. Terdapat empat macam bentuk lisosom
yaitu satu macam lisosom primer dan tiga macam lisosom sekunder.
a) Lisosom yang pertama dibentuk oleh sel dan belum terlibat dalam aktivitas
pencernaan sel disebut lisosom primer. Lisosom primer memproduksi enzimenzim yang belum aktif. Fungsinya adalah sebagai vakuola makanan.
Lisosom primer pada umumnya adalah vesikuli yang berbalutkan protein
yang disebut klatrin. Klatrin akan lepas begitu vesikuli juga lepas.
b) Lisosom sekunder adalah lisosom yang terlibat dalam kegiatan mencerna. Ia
berfungsi sebagai autofagosom. Dengan demikian, lisosom sekunder telah
terlibat dalam aktivitas pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat
substrat dan enzim-enzim hidrolitik. Macam-macam lisosom sekunder :
Heterolisosom atau vakuola pencerna adalah fusi antara lisosom primer
dengan materi yang berasal dari luar sel, dapat berupa endosome atau
fagosom. Endosom adalah materi asing yang bukan makhluk hidup
(mikroorganisme), dikenali oleh reseptor membran sel dan kemudian
masuk ke dalam sel. Fagosom adalah materi asing berupa mikroorganisme
yang masuk ke dalam sel secara fagositosis.
Autolisosom atau vakuola autofagi adalah fusi antara lisosom primer
dengan materi yang berasal dari dalam sel (berupa organel sel) dan disebut
sitolisosom (autofagosom).
Setelah proses pencernaan atau lisis di dalam lisosom sekunder selesai,
masih ada materi sederhana atau monomer yang dihasilkan, misalnya
berupa nukleotida, asam amino, asam lemak, monosakarida, maupun
5
Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.86-87
mineral yang akan digunakan kembali oleh sel tersebut. Materi yang tidak
dapat digunakan oleh sel akan dikeluarkan secara eksositosis. Bagi lisosom
sekunder yang telah selesai malaksanakan tugasnya, ia kembali menjadi
lisosom primer apabila enzim-enzim yang dikandungnya masih baik atau
dapat difungsikan kembali.
Telolisosom atau postlisosom merupakan lisosom dengan kandungan
enzim yang sudah tidak berfungsi atau lisosom tua yang selanjutnya
menjadi badan residu di dalam sel. Proses defekasi seluler (proses
pengeluaran badan residu) dapat terjadi, tetapi sebagian badan residu tetap
tinggal di dalam sel. Apabila kandungan badan residu telah banyak, sel
tersebut akan mengalami kematian atau melisiskan dirinya atau terjadi
autolysis sel.6
B. Fungsi Lisosom
Semua enzim yang ditemukan dalam lisosom adalah enzim hydrolase yang
berfungsi untuk pencernaan intra sel. Pencernaan intra sel selalu terjadi di dalam
vakuola (lisosom sekunder), dengan demikian enzim tidak keluar ke sitosol.
Enzim-enzim tersebut bekerja secara optimal dalam suasana asam.
Pada umumnya pencernaan protein hanya sampai pada bentuk dipeptide
sudah dapat menembus membrane lisosom, selanjutnya dibongkar menjadi asamasam amino. Karbohidrat dicerna menjadi monosakarida. Disakarida dan
polisakarida seperti selubiose, insulin, dekstran, sukrose tidak dapat dicerna dan
tetap tinggal di dalam lisosom. Fungsi utama lisosom dalam pencernaan intra sel
antara lain endositosis, fagositosis, dan autofagi.
a) Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel
melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan
dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal.
Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali
(dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di
endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim
hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5)
6
Cell turnover merupakan proses daur ulang materi dan organel di dalam
sel secara terkendali. Setiap organel mempunyai waktu paruh (half lives)
yang khas. Contoh mitokondiria yakni sel hepatosit yang memiliki waktu
paruh sekitar 150 hari.
Celular remodeling merupakan proses perubahan pentingnya materi dan
organel yang terjadi sewaktu deferensiasi, materi dan organel yang
berlebih kemudian akan dilisis oleh lisosom. Ingat bahwa pengendali
diferensiasi adalah gen yang bekerja (gen yang ON) ketika diferensiasi
berlangsung.
Pada metamorfosis tubuh anura, ketika tungkai belakang dan depan sudah
dapat berfungsi, maka ekor akan mengalami regresi. Regresi ekor ini
merupakan peristiwa autofagi. Aktivitas enzim lisosom meningkat dalam
sel-sel makrofag dan dalam setiap sel yang membangun ekor, sehingga
sel-sel yang membangun ekor dilisis oleh makrofak maupun secara
autolisis. Oleh karena itu, secara morfologis, tampak bahwa ekor semakin
memendek dan akhirnya habis.7
c) Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran
akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk
fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari
trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.91
10
Selain untuk pencernaan intra sel, lisosom juga berperan dalam proses
perkembangan dan pemulihan organ. Beberapa contoh misalnya:
Hilangnya ekor berudu selama metamorphosis karena dicerna oleh enzim
katepsin yang terdapat dalam lisosom.
Penyusunan duktus Wolfian pada embrio betina dan duktus Mulleri pada
embrio jantan
Pemulihan ukuran uterus setelah proses kehamilan
Proses fertilisasi, akrosom pada spermatozoa mengandung enzim
hialuronidase dan asam fosfatase untuk mencerna zona pelusida (selubiung
ovum) sehingga inti spermatozoa dapat masuk ke dalam ovum.8
Fungsi Lisosom pada Kelenjar tiroid
Struktur kelenjar tiroid bertipe folikel, pada bagian tengah kelenjar mempunyai
lumen, dan sel-sel kelenjar merupakan derivate sel epitel. Hormon yang baru
dihasilkan sementara akan di simpan di dalam lumen, kemudian ditransfer ke
dalam kapiler darah.
11
Gambar
Gambar diatas menunjukkan peran lisosom dalam proses sekresi hormon.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin dan triyodotiroksin. Kedua
hormon ini pada saat dihasilkan berikatan secara kovalen dengan protein globulin
dan menjadi senyawa tiroglubulin dan triyodotiroglobulin. Hormon yang baru
dihasilkan untuk sementara disimpan dalam lumen kelenjar.
Fungsi kelenjar tiroid dipengaruhi oleh TSH (Tiroid Stimulating Hormon)
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Pengaruh TSH adalah menstimulasi
endositosis tiroglobulin dan triyodotiroglobulin dari lumen kembali ke sel epitel
kelenjar. Selanjutnya, di dalam sel terjadi proses lisis globulin dari hormon. dalam
tahap tersebutlah lisosom berfungsi. Lisosom primer berfusi dengan koloid
tiroglubulin dan triyodotiroglubulin. Hasil lisis oleh lisosom primer adalah berupa
hormone tiroksin dan triyodotiroksin yang ditransfer secara transfor aktif ke
dalam kapiler darah. Globulin akan digunakan kembali oleh lisosom dalam sel.
Lisosom Dalam Sel Tumbuhan
Tumbuhan mengandung beberapa macam enzim hydrolase, tetapi enzim
tersebut tidak berada dalam suatu kompartemen (sebagai suatu organel). Oleh
karena itu, sel tumbuhan dikatakan tidak mempunyai lisosom. Lisosom sebagai
organel memang tidak ada, tetapi terdapat kandungan enzim-enzim lisosom yang
terikat pada dinding sel.
Telah terdapat banyak bukti mengenai peran enzim-enzim hidrolitik dalam
proses germinasi biji Agiospermae. Perhatikan gambar di bawah yang
memberikan contoh germinasi biji gandum. Aktivitas enzim-enzim hydrolase
dikendalikan oleh hormone tumbuh yakni GA, atau asam giberelat.
12
Gambar (A) menunjukkan struktur ultra biji gandum sebelum germinasi. Pada
sayatan longitudinal tersebut, tampak lapisan aleuron yang melindungi endosperm
dan tampak pula sel-sel absorptif yang terletak antara endosperm dan embrio.
Gambar (B) germinasi diawali saat embrio mensekresikan asam giberelat dan
ditransfer kelapisan aleuron. Selanjutnya, aleuron melepaskan enzim-enzim
hidrolase ke endosperm dan menginduksi proses hidrolisis senyawa
makromolekul yang dikandung oleh endosperm. Hasil lisisnya adalah berupa
senyawa makromolekul yang ditransfer ke embrio, berguna sebagai sumber
nutrient untuk perkembangan embrio menjadi kecambah (tumbuhan muda).9
C. Biosintesis pada Lisosom
Enzim lisosom adalah suatu protein yang diproduksi oleh ribosom dan
kemudian masuk ke dalam RE. Dari RE enzim dimasukkan ke dalam membran
kemudian dikeluarkan ke sitoplasma menjadi lisosom. Selain ini ada juga enzim
yang dimasukkan terlebih dahulu ke dalam golgi. Oleh golgi, enzim itu dibungkus
membran kemudian dilepaskan di dalam sitoplasma. Jadi proses pembentukan
lisosom ada dua macam, pertama dibentuk langsung oleh RE dan kedua oleh
golgi.
Berbicara tentang biosintesis berarti juga berbicara tentang hydrolase dan
protein membrane. Kedua protein ini seperti halnya protei-protein yang lain
disintesis oleh RE untuk kemudian dipindahkan ke apparatus golgi oleh vesikula
pengangkut. Tentunya yang disintesis di RE bukan hanya enzim hydrolase ini,
tetapi banyak juga senyawa-senyawa lainnya. Enzim hydrolase ditandai dengan
manosa-6-fosfat (M-6-P). penambahan ini terjadi di daerah sis aparatus golgi.
Enzim ini selanjutnya akan diangkut ke daerah trans. Di daeraah transmembran
terdapat reseptor bagi M-6-4 yang letaknya bergerombol di membrane A. Golgi
yang berklatrin. Hal ini menyebabkan enzim hydrolase yang bertanda tersebut
akan selalu menuju ke daerah trans apparatus golgi dalam rangka untuk
terbentuknya kompleks M-6-P dengan reseptornya.
Reseptor M-6-P hanya akan mengikat M-6-P pada ph 7 dan enzim lisosom
akan dilepaskan pada ph kurang dari 6. Penurunan ph di dalam lisosom primer ini
9
Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.91-93
13
dapat terjadi karena adanya penambahan ion H+. Ion H+ ini diangkut oleh protein
pengangkut yang berasal dari membran lisosom primer. Akibat masuknya ion H+
maka cairan di dalam lumen akan menjadi asam sehingga enzim lisosom akan
dilepaskan. Untuk menghindari selfdigesti membrane lisosom oleh enzim
lisosomnya sendiri maka pada membrane lisosom dilengkapi dengan pelindung
yang terdiri dari rantai sakarida yang panjang, sehingga sisi protein dan fosfolipid
membran lisosom akan terlindungi dari proses selfdigesti.10
D. Autoimun
Pengertian Autoimun
Dari segi bahasa auto artinya diri sendiri, dan imun artinya sistem pertahanan
tubuh, jadi pengertian autoimun adalah sistem pertahanan tubuh mengalami
gangguan sehingga menyerang sel-sel tubuh itu sendiri. Sistem kekebalan
tubuh adalah kumpulan sel-sel khusus dan zat kimia yang berfungsi melawan
agen penyebab infeksi seperti bakteri dan virus serta membersihkan sel-sel
tubuh yang menyimpang (non-self) misalnya pada kanker.
10
Sumadi Aditya Marianti, Biologi Sel, (Semarang: Graha Ilmu, 2007), hal. 144145
14
Gangguan Autoimun
Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang keliru
menyerang jaringan tubuh sendiri. Gangguan autoimun dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu organ spesifik dan non-organ spesifik. Organspesifik berarti satu organ tertentu yang terkena, sedangkan non-organ
spesifik artinya sistem imun menyerang beberapa organ atau sistem tubuh
yang lebih luas. Ada sekitar 80 gangguan autoimun yang berbeda mulai dari
yang ringan sampai yang berat, tergantung pada sistem tubuh mana yang
diserang dan seberapa besar fungsinya bagi tubuh. Belum diketahui secara
pasti, kenapa perempuan lebih rentan daripada laki-laki, terutama selama usia
reproduktif. Diperkirakan bahwa hormon seks memiliki pengaruh yang kuat.
Beberapa gangguan autoimun meliputi:
Diabetes Melitus (Tipe I) mempengaruhi pankreas. Gejala termasuk
haus, sering buang air kecil, berat badan turun dan lebih rentan terhadap
infeksi.
Penyakit Graves mempengaruhi kelenjar tiroid. Gejala termasuk
penurunan berat badan, detak jantung meningkat, kecemasan dan diare.
Penyakit radang usus termasuk ulcerative colitis dan mungkin,
penyakit Crohn. Gejalanya meliputi diare dan sakit perut.
Multiple sclerosis mempengaruhi sistem saraf. Tergantung pada
bagian mana dari sistem saraf yang dipengaruhi, gejala dapat termasuk
mati rasa, kelumpuhan dan gangguan penglihatan.
Psoriasis mempengaruhi kulit. Fitur termasuk pengembangan, sisik
kulit memerah tebal.
Rheumatoid arthritis atau Rematik mempengaruhi sendi. Gejala
termasuk sendi bengkak dan sakit. Mata, paru-paru dan jantung juga
dapat terlibat.
Scleroderma mempengaruhi kulit dan struktur lainnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan parut. Fitur termasuk penebalan kulit, borok kulit
dan sendi kaku.
Sistemik
lupus
eritematosus
atau
SLE
(Penyakit
Lupus)
15
E. Struktur Peroksisom
11
16
Pada tahun 1965 De Duve dkk menemukan organel yang unik dari sel-sel
hati, yang mengandung beberapa enzim oksidase dan enzim katalase. Karena
enzim-enzim tersebut berperan dalam pembentukan dan pembongkaran hydrogen
peroksida (H2O2), maka organel tersebut dinamakan peroksisom. Peroksisom
ditemukan pada semua sel eukariot. Pada sel tanaman karena fungsinya berkaitan
dengan siklus glioksilat maka disebut glioksisom.
12
17
Gambar 2.9 Aktivitas utama enzim pada peroksisom (Kleinsmith and Kish,
1988)
F. Fungsi Peroksisom
1) Oksidasi Substrat dalam Peroksisom Sel Mamalia
Enzim-enzim pada peroksisom selain katalase berfungsi mengoksidasi
substrat untuk menghasilkan hydrogen peroksida seperti pada persamaan
(1). Selanjutnya enzim katalase menguraikan hydrogen peroksida (H2O2)
menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) seperti persamaan (2)
Flavin Oksidase
RH2 + O2
R + H2O2
(1)
(R = subtrat organik)
Melalui reaksi peroksidatif, katalase mengoksidir bermacam macam
substrat seperti fenol, asam format, formaldehida dan alkohol dan
menghasilkan H2O
katalase
H2O2
H2O + O2
18
13
19
flavin
dehydrogenasebereaksi
langsung
dengan
O2
dan
menghasilakn H2O2.14
3) Jalur Gliokolat
Peroksisom sel tanaman terdapat pada sel-sel daun dan biji yang sedang
berkecambah. Peroksisom pada sel daun berperan dalam fotorespirasi atau
yang dikenal dengan Jalur Glikolat. Jalur glikolat merupakan serangkaian
reaksi kimia yang terjadi di peroksisom yang bergandengan dengan siklus
carbon di khloroplas. Jalur ini melibatkan khloroplas, peroksisom,
mitokondria, dan sitosol.
14
Sumadi Aditya Marianti, Biologi Sel, (Semarang: Graha Ilmu, 2007), hal. 85
20
Langkah pertama adalah penambahan C02 ke lima karbon gula ribulosa1,5-bifosfat, menghasilkan dua molekul 3-fosfogliserat (tiga karbon
masing-masing).
Namun,
enzim
yang
terlibat
(ribulosa
bifosfat
21
pengubahan asam lemak yang tersimpan dalam biji menjadi dua gula yang
diperlukan untuk perkecambahan. Pengubahan asam lemak menjadi gula
melibatkan siklus glioksilat. Oleh karena itu peroksisom sel tanaman juga
disebut glioksisom. Dari siklus glioksilat dihasilkan 2 molekul koenzim A
yang selanjutnya dirubah menjadi satu molekul asam suksinat yang akan
digunakan
sebagai
prazat
untuk
proses
gluconeogenesis
dalam
Suksinat
Malat
Oksaloasetat
Sukrosa
Fosfenol Piruvat
Glukosa
Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.101
22
mengenali enzim yang dikirim dari sitosol, sehingga enzim tersebut dapat sampai
ke peroksisom.17
Meskipun sebagian besar peroxins disintesis pada ribosom bebas sitosol dan
kemudian diimpor ke peroksisom, percobaan terbaru menunjukkan bahwa
perakitan Peroksisom dimulai pada RE kasar, di mana dua peroxins, Pex3 dan
Pexl9, awalnya melokalisasi. Pex3 merupakan protein transmembran yang
terpisahkan sementara Pex19 adalah protein farnesylated yang ditemukan
sebagian besar dalam sitosol. Pex3 menarik Pex19 ke membran RE, di mana
interaksi mereka menyebabkan Pex3 dan Pex19 membentuk vesikel yang
kemudian lepas dari RE. Vesikel ini kemudian dapat berfusi baik dengan
peroksisom yang sudah ada atau dengan satu sama lain untuk membentuk
peroksisom baru. Peroksisom induk tumbuh karena penambahan protein dari
sitosol, kemudian membelah membentuk dua peroksisom anak. 18
17
18
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Geoffrey M. dan Hausmen, Robert E. 2007. The Cell: A Molecular
Approach. (USE: ASM Press, 2007)
Istanti, Anni, dkk., 1999. Biologi Sel. Malang: JICA
Marianti, Sumadi Aditya. 2007. Biologi Sel. Semarang: Graha Ilmu
Santoso, Lucia Maria. 2015. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika
24