Anda di halaman 1dari 27

LISOSOM DAN PEROKSISOM

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Biologi Sel
yang dibimbing oleh Haslinda Yusti A.,S.Si.,M.Pd

oleh
Ula Uyun Fuaza

(172081530xx)

Ahmad Khoirofi Arozak

(17208153061)

Anisa Fajar Kumala Wardani

(17208153064)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September 2016

ii

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga,
sahabat, tabiin dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan
syafaatnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Lisosom dan Peroksisom. Sebelumnya kami mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Biologi Sel Ibu Haslinda Yusti yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, 24 September 2016

Tim penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Struktur lisosom.............................................................................3
Fungsi lisosom ..............................................................................7
Biosintesis yang terjadi dalam lisosom ........................................12
Autoimun.......................................................................................14
Struktur peroksisom.......................................................................16
Fungsi peroksisom.........................................................................17
Biosintesis yang terjadi dalam peroksisom....................................22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika mempelajari RE dan aparatus golgi, telah dikenal adanya vesikulivesikuli yang berfungsi untuk mengangkut senyawa-senyawa hasil biosintesis RE
untuk disekresikan maupun ditimbulkan. Beberapa vesikuli tersebut mengangkut
enzim-enzim yang antara lain berperan untuk proses metabolisme sel. Pada
tahun 1950 de Duve dan kawan-kawannya sedang intensif mempelajari enzimenzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat.
Salah satu enzimya adalah asam fosfatease. Diketahui bahwa didalam
sitoplasma terdapat zat yag mengadung enzim tersebut, sehingga dapat
diupayakan untuk dapat mengisolasi zarah tersebut dalamkeadaan utuh. Novikoff
pada tahun 1955 dengan menggunakan mikroskop electron menemukan adanya
zarah yang banyak mengandung asam fosfatase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa enzim dalam zara tersebut akan paling
aktif jika isolatnya dibuat dengan air suling disbanding isolatnya dibuat dari
isolatonis misalnya dengan sukrosa, Sehingga zarah tersebut mengandung enzim
hidrolik. Zarah yang mengandung enzim hidrolik ini kemudian ditentukan sebagai
organela baru dan diberi nama lisosom. Karena enzim yang banyak terdapat di
lisosom adalah asam fosfatase, maka enzim ini dijadikan sebagai enzim penanda
lisosom.
Dalam bab ini akan dipelajari tentang lisosom serta sejarah ditemukannya
lisosom, berbagai fungsinya, proses pembentukan lisosom dan macam-macamnya.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan para pembaca mengerti bagai
mana prosess pembentukan lisosom dan fungsi lisosom, mekaisme kerja lisosom,
dan mengerti mekanisme fogositosis yang dilakukan oleh lisosom.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur lisosom yang terdapat di dalam sel ?
2. Bagaimana fungsi lisosom terhadap sel ?
1

3.
4.
5.
6.
7.

Bagaimana biosintesis yang terjadi di dalam lisosom ?


Apakah yang dimaksud dengan autoimun ?
Bagaimana struktur peroksisom yang terdapat di dalam sel ?
Bagaimana fungsi peroksisom terhadap sel ?
Bagaimana biogenesis yang terjadi di dalam peroksisom ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan struktur lisosom yang terdapat di dalam sel.
2. Menjelaskan fungsi lisosom terhadap sel.
3. Menjelaskan biosintesis yang terjadi di dalam lisosom.
4. Menjelaskan definisi autoimun.
5. Menjelaskan struktur peroksisom yang terdapat di dalam sel.
6. Menjelaskan fungsi peroksisom terhadap sel.
7. Menjelaskan biogenesis yang terjadi di dalam peroksisom.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Lisosom
Lisosom ditemukan secara kebetulan oleh De Duve pada tahun 1949 sewaktu
mempelajari enzim fosfatase asam dari serpihan sel-sel hati. De Duve menemukan
kenyataan bahwa aktivitas anzim tersebut adalah isolate yang dibuat dengan air
suling, lebih tinggi daripada aktivitas enzim dalam isolate yang masih baru, dan
enzim tersebut tidak lagi berada dalam zarah yang mengendap. Penemuan enzim
hidrolitik lain juga menunjukkan sifat yang sama. Zarah yang mengandung enzim
hidrolitik tersebut dinamakan Lisosom. 1
Lisosom merupakan suatu organel berbentuk kantung bermembran yang
berisi enzim dan berfungsi untuk mengontrol pencernaan makromolekul
intraseluler. Selama masih terbungkus membrane, enzim hidrolitik bersifat stabil.
Sebagai organel, lisosom dilindungi oleh membran yang berstruktur seperti
membran plasma. Tebal membran lisosom adalah 9 nm. Sifat fisik utama
membrane ini adalah mempunyai kemampuan berfusi dengan struktur membrane
sel yang lain maupun membran semua jenis organel.2

Gambar 2.1 Anatomi Lisosom dalam


(http://www.biomagz.com/2015/08/fungsi-dan-struktur-lisosom-badangolgi.html)

Enzim-enzim dalam Lisosom


1

Anni Istanti, dkk, Biologi Sel, (Malang: JICA, 1999), hal.48

Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.85

Enzim

yang

terkandung

dalam

lisosom

berbagai

macam.

Kalau

dikelompokkan terdapat enzim yang masuk dalam kelompok fosfatase, nuclease,


hydrolase, protease, dan enzim pemecah lipid. Dari kesemua enzim tersebut,
fosfatase adalah yang terbanyak. Substratnya sebagian besar ester dan lisosomnya
sendiri berasal dari jaringan-jaringan hewan, tumbuhan maupun Protista. Enzim
fosfate yang lain adalah monofosfat dan fosfodiesterase asam yang substratnya
oligonukleotida dan diester fosfat. Sedangkan asal lisosomnya adalah sama
dengan fosfate asam yaitu jaringan hewan, tumbuhan maupun Protista.
Enzim yang tergolong dalam nuclease adalah RNA ase substratnya RNA, dan
DNA ase substratnya DNA. Asal lisosom keduanya sama yaitu berasal dari
jaringan hewan, tumbuhan dan Protista. Enzim hydrolase terdiri dari :
1. -galaktosidase substratnya galaktosida asal lisosomnya adalah jaringan
hewan, tumbahan dan Protista.
2. -galaktosidase substratnya glikogen
3. -manosidase substratnya manosida
4. -glukoronidase substranya polisakarida dan mukopolisakarida.
Ketiga enzim terakhir ini asal lisosomnya adalah jaringan hewan. Yang masih
termasuk dalam kelompok enzim hydrolase lisosom adalah lisosime substratnya
dinding bakteri dan mukopolisakarida asal lisosomnya ginjal. Kemudian
hialurinidase substratnya asam hialuronat dan kondroitin sulfat, lisosomnya dari
hati. Dan yang terakhir adalah arilsulfatase substratnya sulfat-sulfat organic. Asal
lisosomnya hati dan tumbuhan. Yang termasuk dalam kelompok protease adalah
enzim katepsin substratnya protein, asal lisosomnya adalah sel hewan. Berikutnya
adalah enzim kolagenase, substratnya kolagen, asal lisosomnya sel tulang. Enzim
terakhir dalam kelompok protease adalah peptidase, substratnya peptide, asal
lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan dan Protista
Kelompok enzim terakhir yang terdapat dalam lisosom adalah enzim-enzim
perombak lipid yang terdiri dari esterase dengan substratnya ester asam lemak,
asal lisosomnya jaringan hewan, tunbuhan dan Protista. Dan enzim fosfolipase
dengan substratnya fosfolipid, lisosomnya diduga berasal dari jaringan tumbuhan. 3

Sumadi Aditya Marianti, Biologi Sel, (Semarang: Graha Ilmu, 2007), hal. 141142

Enzim lisosom memiliki pH optimum yang bersifat asam, yaitu sekitar 5.


Supaya efesiensi atau fungsi aktivitas enzim lisosom dapat terjaga, pH di dalam
lisosom harus lebih rendah daripada pH sitosol. Hal ini memberikan perlindungan
terhadap sel. Jika sitosol memiliki pH 7,2 lisosom utuh tidak akan menghancurkan
sel, kecuali sitosol menjadi asam. HidrogenATP (pompa H+) terdapat dalam
membran lisosom untuk mengasamkan lingkungan sebelum proses lisis, yakni
dengan cara memompakan H+ ke dalam lisosom sehingga mempertahankan
lumennya pada pH yang dibutuhkan.4

Gambar 2.2 Asam Hidrolase pada Lisosom

Sekitar 40-50 jenis enzim hidrolitik berasosiasi dengan lisosom, termasuk


protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, sulfatase, dan lainlain. Namun, tidak ada satu pun jenis sel yang mempunyai lisosom dengan 50
jenis enzim. Dalam satu lisosom, umumnya mengandung dua sampai empat jenis
enzim. Sifat umum enzim lisosom adalah hidrolase asam yang memecah, melisis,
menghancurkan, mencerna, mendegradasi suatu jenis substrat, senyawa, materi
dengan cara menambahkan air dalam lingkungan asam. Senyawa yang
dihancurkan meliputi kelompok polinukleotida, protein, lipid, fosfolipid,
karbohidrat, sulfat, dan fosfat.

Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.85-86

Enzim lisosom bersifat laten dan dikenal dengan istilah model kelatenan
enzim lisosom. Apabila lisosom dalam keadaan utuh atau materi yang akan dilisis
belum berfusi dengan lisosom, enzim-enzimnya tidak menghancurkan (tidak
berfungsi).5
Jenis-jenis Lisosom
Lisosom adalah organel yang polimorfik, artinya mempunyai bentuk dan
ukuran yang bervariasi. Heterogenitas ini menunjukkan bahwa lisosom
merupakan organel yang sangat dinamis. Terdapat empat macam bentuk lisosom
yaitu satu macam lisosom primer dan tiga macam lisosom sekunder.
a) Lisosom yang pertama dibentuk oleh sel dan belum terlibat dalam aktivitas
pencernaan sel disebut lisosom primer. Lisosom primer memproduksi enzimenzim yang belum aktif. Fungsinya adalah sebagai vakuola makanan.
Lisosom primer pada umumnya adalah vesikuli yang berbalutkan protein
yang disebut klatrin. Klatrin akan lepas begitu vesikuli juga lepas.
b) Lisosom sekunder adalah lisosom yang terlibat dalam kegiatan mencerna. Ia
berfungsi sebagai autofagosom. Dengan demikian, lisosom sekunder telah
terlibat dalam aktivitas pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat
substrat dan enzim-enzim hidrolitik. Macam-macam lisosom sekunder :
Heterolisosom atau vakuola pencerna adalah fusi antara lisosom primer
dengan materi yang berasal dari luar sel, dapat berupa endosome atau
fagosom. Endosom adalah materi asing yang bukan makhluk hidup
(mikroorganisme), dikenali oleh reseptor membran sel dan kemudian
masuk ke dalam sel. Fagosom adalah materi asing berupa mikroorganisme
yang masuk ke dalam sel secara fagositosis.
Autolisosom atau vakuola autofagi adalah fusi antara lisosom primer
dengan materi yang berasal dari dalam sel (berupa organel sel) dan disebut
sitolisosom (autofagosom).
Setelah proses pencernaan atau lisis di dalam lisosom sekunder selesai,
masih ada materi sederhana atau monomer yang dihasilkan, misalnya
berupa nukleotida, asam amino, asam lemak, monosakarida, maupun
5

Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.86-87

mineral yang akan digunakan kembali oleh sel tersebut. Materi yang tidak
dapat digunakan oleh sel akan dikeluarkan secara eksositosis. Bagi lisosom
sekunder yang telah selesai malaksanakan tugasnya, ia kembali menjadi
lisosom primer apabila enzim-enzim yang dikandungnya masih baik atau
dapat difungsikan kembali.
Telolisosom atau postlisosom merupakan lisosom dengan kandungan
enzim yang sudah tidak berfungsi atau lisosom tua yang selanjutnya
menjadi badan residu di dalam sel. Proses defekasi seluler (proses
pengeluaran badan residu) dapat terjadi, tetapi sebagian badan residu tetap
tinggal di dalam sel. Apabila kandungan badan residu telah banyak, sel
tersebut akan mengalami kematian atau melisiskan dirinya atau terjadi
autolysis sel.6
B. Fungsi Lisosom
Semua enzim yang ditemukan dalam lisosom adalah enzim hydrolase yang
berfungsi untuk pencernaan intra sel. Pencernaan intra sel selalu terjadi di dalam
vakuola (lisosom sekunder), dengan demikian enzim tidak keluar ke sitosol.
Enzim-enzim tersebut bekerja secara optimal dalam suasana asam.
Pada umumnya pencernaan protein hanya sampai pada bentuk dipeptide
sudah dapat menembus membrane lisosom, selanjutnya dibongkar menjadi asamasam amino. Karbohidrat dicerna menjadi monosakarida. Disakarida dan
polisakarida seperti selubiose, insulin, dekstran, sukrose tidak dapat dicerna dan
tetap tinggal di dalam lisosom. Fungsi utama lisosom dalam pencernaan intra sel
antara lain endositosis, fagositosis, dan autofagi.
a) Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel
melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan
dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal.
Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali
(dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di
endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim
hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5)
6

Anni Istanti, dkk, Biologi Sel, (Malang: JICA, 1999), hal.48

pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk


lisosom.

Gambar 2.3 Endositosis

b) Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel


sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari
retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk
autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik
dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut).
Proses autofagi berperan dalam hal cell turnover, cellular remodeling, dan
metamorfosis.

Cell turnover merupakan proses daur ulang materi dan organel di dalam
sel secara terkendali. Setiap organel mempunyai waktu paruh (half lives)
yang khas. Contoh mitokondiria yakni sel hepatosit yang memiliki waktu
paruh sekitar 150 hari.
Celular remodeling merupakan proses perubahan pentingnya materi dan
organel yang terjadi sewaktu deferensiasi, materi dan organel yang
berlebih kemudian akan dilisis oleh lisosom. Ingat bahwa pengendali
diferensiasi adalah gen yang bekerja (gen yang ON) ketika diferensiasi
berlangsung.
Pada metamorfosis tubuh anura, ketika tungkai belakang dan depan sudah
dapat berfungsi, maka ekor akan mengalami regresi. Regresi ekor ini
merupakan peristiwa autofagi. Aktivitas enzim lisosom meningkat dalam
sel-sel makrofag dan dalam setiap sel yang membangun ekor, sehingga
sel-sel yang membangun ekor dilisis oleh makrofak maupun secara
autolisis. Oleh karena itu, secara morfologis, tampak bahwa ekor semakin
memendek dan akhirnya habis.7
c) Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran
akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk
fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari
trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).

Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.91

10

Gambar 2.4 Proses autofagi dan fagositosis

Selain untuk pencernaan intra sel, lisosom juga berperan dalam proses
perkembangan dan pemulihan organ. Beberapa contoh misalnya:
Hilangnya ekor berudu selama metamorphosis karena dicerna oleh enzim
katepsin yang terdapat dalam lisosom.
Penyusunan duktus Wolfian pada embrio betina dan duktus Mulleri pada
embrio jantan
Pemulihan ukuran uterus setelah proses kehamilan
Proses fertilisasi, akrosom pada spermatozoa mengandung enzim
hialuronidase dan asam fosfatase untuk mencerna zona pelusida (selubiung
ovum) sehingga inti spermatozoa dapat masuk ke dalam ovum.8
Fungsi Lisosom pada Kelenjar tiroid
Struktur kelenjar tiroid bertipe folikel, pada bagian tengah kelenjar mempunyai
lumen, dan sel-sel kelenjar merupakan derivate sel epitel. Hormon yang baru
dihasilkan sementara akan di simpan di dalam lumen, kemudian ditransfer ke
dalam kapiler darah.

Anni Istanti, dkk, Biologi Sel, (Malang: JICA, 1999), hal.49

11

Gambar
Gambar diatas menunjukkan peran lisosom dalam proses sekresi hormon.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin dan triyodotiroksin. Kedua
hormon ini pada saat dihasilkan berikatan secara kovalen dengan protein globulin
dan menjadi senyawa tiroglubulin dan triyodotiroglobulin. Hormon yang baru
dihasilkan untuk sementara disimpan dalam lumen kelenjar.
Fungsi kelenjar tiroid dipengaruhi oleh TSH (Tiroid Stimulating Hormon)
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Pengaruh TSH adalah menstimulasi
endositosis tiroglobulin dan triyodotiroglobulin dari lumen kembali ke sel epitel
kelenjar. Selanjutnya, di dalam sel terjadi proses lisis globulin dari hormon. dalam
tahap tersebutlah lisosom berfungsi. Lisosom primer berfusi dengan koloid
tiroglubulin dan triyodotiroglubulin. Hasil lisis oleh lisosom primer adalah berupa
hormone tiroksin dan triyodotiroksin yang ditransfer secara transfor aktif ke
dalam kapiler darah. Globulin akan digunakan kembali oleh lisosom dalam sel.
Lisosom Dalam Sel Tumbuhan
Tumbuhan mengandung beberapa macam enzim hydrolase, tetapi enzim
tersebut tidak berada dalam suatu kompartemen (sebagai suatu organel). Oleh
karena itu, sel tumbuhan dikatakan tidak mempunyai lisosom. Lisosom sebagai
organel memang tidak ada, tetapi terdapat kandungan enzim-enzim lisosom yang
terikat pada dinding sel.
Telah terdapat banyak bukti mengenai peran enzim-enzim hidrolitik dalam
proses germinasi biji Agiospermae. Perhatikan gambar di bawah yang
memberikan contoh germinasi biji gandum. Aktivitas enzim-enzim hydrolase
dikendalikan oleh hormone tumbuh yakni GA, atau asam giberelat.

12

Gambar (A) menunjukkan struktur ultra biji gandum sebelum germinasi. Pada
sayatan longitudinal tersebut, tampak lapisan aleuron yang melindungi endosperm
dan tampak pula sel-sel absorptif yang terletak antara endosperm dan embrio.
Gambar (B) germinasi diawali saat embrio mensekresikan asam giberelat dan
ditransfer kelapisan aleuron. Selanjutnya, aleuron melepaskan enzim-enzim
hidrolase ke endosperm dan menginduksi proses hidrolisis senyawa
makromolekul yang dikandung oleh endosperm. Hasil lisisnya adalah berupa
senyawa makromolekul yang ditransfer ke embrio, berguna sebagai sumber
nutrient untuk perkembangan embrio menjadi kecambah (tumbuhan muda).9
C. Biosintesis pada Lisosom
Enzim lisosom adalah suatu protein yang diproduksi oleh ribosom dan
kemudian masuk ke dalam RE. Dari RE enzim dimasukkan ke dalam membran
kemudian dikeluarkan ke sitoplasma menjadi lisosom. Selain ini ada juga enzim
yang dimasukkan terlebih dahulu ke dalam golgi. Oleh golgi, enzim itu dibungkus
membran kemudian dilepaskan di dalam sitoplasma. Jadi proses pembentukan
lisosom ada dua macam, pertama dibentuk langsung oleh RE dan kedua oleh
golgi.
Berbicara tentang biosintesis berarti juga berbicara tentang hydrolase dan
protein membrane. Kedua protein ini seperti halnya protei-protein yang lain
disintesis oleh RE untuk kemudian dipindahkan ke apparatus golgi oleh vesikula
pengangkut. Tentunya yang disintesis di RE bukan hanya enzim hydrolase ini,
tetapi banyak juga senyawa-senyawa lainnya. Enzim hydrolase ditandai dengan
manosa-6-fosfat (M-6-P). penambahan ini terjadi di daerah sis aparatus golgi.
Enzim ini selanjutnya akan diangkut ke daerah trans. Di daeraah transmembran
terdapat reseptor bagi M-6-4 yang letaknya bergerombol di membrane A. Golgi
yang berklatrin. Hal ini menyebabkan enzim hydrolase yang bertanda tersebut
akan selalu menuju ke daerah trans apparatus golgi dalam rangka untuk
terbentuknya kompleks M-6-P dengan reseptornya.
Reseptor M-6-P hanya akan mengikat M-6-P pada ph 7 dan enzim lisosom
akan dilepaskan pada ph kurang dari 6. Penurunan ph di dalam lisosom primer ini
9

Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.91-93

13

dapat terjadi karena adanya penambahan ion H+. Ion H+ ini diangkut oleh protein
pengangkut yang berasal dari membran lisosom primer. Akibat masuknya ion H+
maka cairan di dalam lumen akan menjadi asam sehingga enzim lisosom akan
dilepaskan. Untuk menghindari selfdigesti membrane lisosom oleh enzim
lisosomnya sendiri maka pada membrane lisosom dilengkapi dengan pelindung
yang terdiri dari rantai sakarida yang panjang, sehingga sisi protein dan fosfolipid
membran lisosom akan terlindungi dari proses selfdigesti.10

Gambar 2.7 Pembentukan Lisosom dan aktivitasnya

D. Autoimun
Pengertian Autoimun
Dari segi bahasa auto artinya diri sendiri, dan imun artinya sistem pertahanan
tubuh, jadi pengertian autoimun adalah sistem pertahanan tubuh mengalami
gangguan sehingga menyerang sel-sel tubuh itu sendiri. Sistem kekebalan
tubuh adalah kumpulan sel-sel khusus dan zat kimia yang berfungsi melawan
agen penyebab infeksi seperti bakteri dan virus serta membersihkan sel-sel
tubuh yang menyimpang (non-self) misalnya pada kanker.
10

Sumadi Aditya Marianti, Biologi Sel, (Semarang: Graha Ilmu, 2007), hal. 144145

14

Gangguan Autoimun
Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang keliru
menyerang jaringan tubuh sendiri. Gangguan autoimun dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu organ spesifik dan non-organ spesifik. Organspesifik berarti satu organ tertentu yang terkena, sedangkan non-organ
spesifik artinya sistem imun menyerang beberapa organ atau sistem tubuh
yang lebih luas. Ada sekitar 80 gangguan autoimun yang berbeda mulai dari
yang ringan sampai yang berat, tergantung pada sistem tubuh mana yang
diserang dan seberapa besar fungsinya bagi tubuh. Belum diketahui secara
pasti, kenapa perempuan lebih rentan daripada laki-laki, terutama selama usia
reproduktif. Diperkirakan bahwa hormon seks memiliki pengaruh yang kuat.
Beberapa gangguan autoimun meliputi:
Diabetes Melitus (Tipe I) mempengaruhi pankreas. Gejala termasuk
haus, sering buang air kecil, berat badan turun dan lebih rentan terhadap
infeksi.
Penyakit Graves mempengaruhi kelenjar tiroid. Gejala termasuk
penurunan berat badan, detak jantung meningkat, kecemasan dan diare.
Penyakit radang usus termasuk ulcerative colitis dan mungkin,
penyakit Crohn. Gejalanya meliputi diare dan sakit perut.
Multiple sclerosis mempengaruhi sistem saraf. Tergantung pada
bagian mana dari sistem saraf yang dipengaruhi, gejala dapat termasuk
mati rasa, kelumpuhan dan gangguan penglihatan.
Psoriasis mempengaruhi kulit. Fitur termasuk pengembangan, sisik
kulit memerah tebal.
Rheumatoid arthritis atau Rematik mempengaruhi sendi. Gejala
termasuk sendi bengkak dan sakit. Mata, paru-paru dan jantung juga
dapat terlibat.
Scleroderma mempengaruhi kulit dan struktur lainnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan parut. Fitur termasuk penebalan kulit, borok kulit
dan sendi kaku.
Sistemik

lupus

eritematosus

atau

SLE

(Penyakit

Lupus)

mempengaruhi jaringan ikat dan dapat menyerang sistem organ tubuh.

15

Gejala termasuk peradangan sendi, demam, penurunan berat badan dan


ruam wajah yang khas. contoh ruam pada lupus
Faktor risiko dan Penyebab Autoimun
Penyebab pasti gangguan autoimun tidak diketahui, namun ada sejumlah
faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena:
Genetika : kecenderungan penyakit autoimun terjadi dalam keluarga
atau faktor keturunan. Namun genetik saja tidak cukup karena ada
faktor lingkungan juga yang mempengaruhi.
Faktor-faktor lingkungan : termasuk gaya hidup yang tidak sehat. Jenis
kelamin perempuan lebih rentan dibandingkan laki-laki
Hormon seks : seperti estrogen dan progesteron terbukti gangguan
autoimun cenderung menyerang selama usia reproduktif.
Infeksi : beberapa penyakit autoimun tampaknya dipicu atau diperburuk
oleh infeksi tertentu.
Pengobatan Penyakit Autoimun
Gangguan autoimun pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi gejala
yang menimbulkan penderitaan sebagian besar dapat dikendalikan dengan
perawatan sebagai berikut:
Obat anti-inflamasi : untuk mengurangi peradangan dan nyeri
Kortikosteroid : untuk mengurangi peradangan dan menekan sistem
imun Obat imunosupresan : untuk menghambat aktivitas sistem
kekebalan tubuh
Terapi fisik : untuk mendorong mobilitas
Terapi sulih : misalnya, suntikan insulin dalam kasus diabetes melitus.
Operasi : misalnya, untuk mengobati penyumbatan usus pada kasus
penyakit Crohn11

E. Struktur Peroksisom

11

Mediskus, Penyakit Autoimun,(online)


(http://mediskus.com/penyakit/penyakit-autoimun-pengertian-gejalapengobatan) pada 3 Oktober 2016

16

Pada tahun 1965 De Duve dkk menemukan organel yang unik dari sel-sel
hati, yang mengandung beberapa enzim oksidase dan enzim katalase. Karena
enzim-enzim tersebut berperan dalam pembentukan dan pembongkaran hydrogen
peroksida (H2O2), maka organel tersebut dinamakan peroksisom. Peroksisom
ditemukan pada semua sel eukariot. Pada sel tanaman karena fungsinya berkaitan
dengan siklus glioksilat maka disebut glioksisom.

Gambar 2.8 Anatomi Peroksisom

Morfologi Peroksisom berbentuk bulat telur, diameter 0,5m - 0,7m,


hanya dibungkus dengan satu membran dengan tebal 6-8 nm. Matriksnya banyak
mengandung materi amorf yang berwarna kelabu dan tidak mempunyai DNA dan
ribosom seperti mitokondria dan kloroplas meskipun dapat bereplikasi sendiri
sebagaimana RE. Oleh karena itu, protein yang dibutuhkan diimpor dari sitosol.
Jumlah peroksisom pada setiap sel bervariasi antara 70-100. Bentuk peroksisom
seperti lisosom tapi tidak dibentuk oleh kompleks golgi. 12
Enzim-enzim peroksisom
Peroksisom banyak dijumpai pada sel hati dan ginjal hewan vertebrata, pada
daun dan biji tumbuhan srta pada mikroorganisme eukarion seperti ragi, protozoa
dan jamur. Enzim yang umum dijumpai pada peroksisom adalah katalase. Selain
itu hampir semua peroksisom juga mengandung enzim urat oksidase, asam amino
oksidase dan asam glikolat oksidase. Enzim-enzim yang dibentuk peroksisom
selengkapnya disajikan pada tabel.

12

Anni Istanti, dkk, Biologi Sel, (Malang: JICA, 1999), hal.52

17

Gambar 2.9 Aktivitas utama enzim pada peroksisom (Kleinsmith and Kish,
1988)

F. Fungsi Peroksisom
1) Oksidasi Substrat dalam Peroksisom Sel Mamalia
Enzim-enzim pada peroksisom selain katalase berfungsi mengoksidasi
substrat untuk menghasilkan hydrogen peroksida seperti pada persamaan
(1). Selanjutnya enzim katalase menguraikan hydrogen peroksida (H2O2)
menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) seperti persamaan (2)
Flavin Oksidase
RH2 + O2

R + H2O2
(1)
(R = subtrat organik)
Melalui reaksi peroksidatif, katalase mengoksidir bermacam macam
substrat seperti fenol, asam format, formaldehida dan alkohol dan
menghasilkan H2O
katalase
H2O2

H2O + O2

18

Gambar 2.10 Jenis Reaksi Pada Peroksisom

Peroksisom menghasilkan banyak H2O2 tetapi hanya sebagian kecil


yang berdifusi ke sitosol karena sebagian besar sudah dibongkar oleh
enzim katalase di dalam peroksisom sendiri. Sebagian besar H2O2 dalam
sitosol dihasilkan oleh mitokondria dan membran RE. Meskipun dalam
satu individu macam enzim peroksisom dalam sel-sel yang berbeda sangat
bervariasi dan dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan sel.
Misalnya ragi yang dikultur dalam larutan gula periksisomnya kecil-kecil,
tetapi bila dikultur dengan methanol peroksisomnya berkembang menjadi
besar dan banyak mengandung enzim untuk mengoksidir metanol. Bila
dikultur dalam asam lemak, peroksisomnya besar-besar dan banyak
mengandung enzim untuk memecah asam lemak menjadi asetil koenzim
A. Selain menyediakan kompartemen untuk reaksi oksidasi, perokisome
terlibat dalam biosintesis lipid, asam amino, dan lisin. Pada sel hewan,
kolesterol dan dolichol disintesis di peroksisom serta dalam RE di hati,
peroksisom juga terlibat dalam sintesis asam empedu, yang berasal dari
kolesterol. Selain itu, peroksisom mengandung enzim yang diperlukan
untuk sintesis plasmalogens-kelas dari fosfolipid di mana salah satu rantai
hidrokarbon bergabung ke dalam gliserol dengan ikatan eter. Plasmalogens
merupakan komponen membran penting dalam beberapa jaringan,
terutama jantung dan otak, meskipun mereka tidak ditemukan di tempat
lain. Peroksisom melaksanakan reaksi biokimia yang berbeda pada
jaringan yang berbeda. Namun, saat ini tidak diketahui apakah ada
subpopulasi dari peroksisom yang mengkhususkan diri dalam satu atau
sejumlah proses dalam sel.13

13

Geoffrey M. Cooper dan Robert E. Hausmen, The Cell: A Molecular Approach,


(USE: ASM Press, 2007) Hal.464

19

Gambar 2.11 Struktur Plasmogen

2) Oksidasi B-Asam Lemak pada Mamalia


Dalam suatu proses yang disebut B-oksidasi, rantai alkil dari asam lemak
dipendekkan secara berurutan dengan memblok dua atom karbon yang
kemudian diubah menjadi asetil KoA dan diekspor dari peroksisom ke
sitosol untuk digunakan kembali dalam reaksi biosintetik B-oksidasi pada
sel mamalia terjadi baik di mitokondria maupun peroksisom. Pada ragi dan
sel tumbuhan, reaksi ini hanya ditemukan pada peroksisom. Jalur BOksidasi ini mempunyai kesamaan dengan jalur Oksidasi yang terjadi di
dalam mitokondria dengan suatu kecualian. Oksidasi yang terjadi pada
mitokondria, enzim flavin dehydrogenase memberikan elektronnya ke
rantai respirasi dan tidak bereaksi dengan O 2. Sedangkan pada peroksisom
enzim

flavin

dehydrogenasebereaksi

langsung

dengan

O2

dan

menghasilakn H2O2.14
3) Jalur Gliokolat
Peroksisom sel tanaman terdapat pada sel-sel daun dan biji yang sedang
berkecambah. Peroksisom pada sel daun berperan dalam fotorespirasi atau
yang dikenal dengan Jalur Glikolat. Jalur glikolat merupakan serangkaian
reaksi kimia yang terjadi di peroksisom yang bergandengan dengan siklus
carbon di khloroplas. Jalur ini melibatkan khloroplas, peroksisom,
mitokondria, dan sitosol.

14

Sumadi Aditya Marianti, Biologi Sel, (Semarang: Graha Ilmu, 2007), hal. 85

20

Gambar 2.12 Jalur Glikolat

Langkah pertama adalah penambahan C02 ke lima karbon gula ribulosa1,5-bifosfat, menghasilkan dua molekul 3-fosfogliserat (tiga karbon
masing-masing).

Namun,

enzim

yang

terlibat

(ribulosa

bifosfat

karboksilase atau Rubisco) adakalanya mengkatalisis penambahan O2


bukannya CO2, menghasilkan satu molekul 3-fosfogliserat dan satu
molekul phosphoglycolate (dua karbon). Ini adalah reaksi samping, dan
phosphoglycolate adalah metabolit yang tidak berguna. itu adalah convert
pertama glycolat dan kemudian ditransfer ke peroksisom, di mana ia
teroksidasi dan diubah menjadi glisin. Glycine kemudian ditransfer ke
mitokondria, di mana dua molekul glisin dikonversi ke satu molekul serin,
dengan pelepasan CO2 dan NH3. Serin tersebut kemudian dikembalikan ke
peroksisom, di mana ia diubah ke glycerate. Akhirnya, glycerate ditransfer
kembali ke kloroplas, di mana ia masuk kembali siklus Calvin.15
4) Daur Glioksilat dalam Glioksisom Endospermae
Pada hewan, peroksisom banyak terdapat di dalam hati dan ginjal.
Peroksisom yang hanya terdapat pada tumbuhan disebut glioksisom.
Glioksisom berfungsi mengoksidasi asam lemak. Organel ini bnayk
ditemukan di dalam jaringan lemak pada biji yang sedang berkecambah.
Pada biji yang sedang berkecambah peroksisom berperan dalam
15

Geoffrey M. Cooper dan Robert E. Hausmen, The Cell: A Molecular Approach,


(USE: ASM Press, 2007) Hal.465

21

pengubahan asam lemak yang tersimpan dalam biji menjadi dua gula yang
diperlukan untuk perkecambahan. Pengubahan asam lemak menjadi gula
melibatkan siklus glioksilat. Oleh karena itu peroksisom sel tanaman juga
disebut glioksisom. Dari siklus glioksilat dihasilkan 2 molekul koenzim A
yang selanjutnya dirubah menjadi satu molekul asam suksinat yang akan
digunakan

sebagai

prazat

untuk

proses

gluconeogenesis

dalam

mitokondria. Dalam mitokondria, suksinat dirubah menjadi fosfenol


piruvat yang akan menjadi glukosa dan kemudian diubah kembali menjadi
sukrosa (monosakarida yang mudah diangkut). Siklus glioksilat tidak
dapat terjadi di dalam sel hewan, oleh karena itu sel hewan, tidak dapat
merubah asam lemak menjadi karbohidrat. 16

Suksinat

Malat

Oksaloasetat
Sukrosa

Fosfenol Piruvat
Glukosa

G. Biogenesis pada Peroksisom


Mekanisme biogenesis peroksisom rumit dan belum jelas benar. Enzim-enzim
dalam peroksisom tidak ditemukan dalam AG dan RE, hal ini menunjukkan
bahwa enzim-enzim tersebut tidak disintisis pada RE. Semula diduga membrane
peroksisom berasal dari membrane RE, tetapi ternyata pada kedua membrane
tersebut komponen proteinnya berbeda.
Peroksisom tidak mempunyai DNA dan ribosom, jadi semua proteinnya
disintesis pda ribosom sitoplasma yang dikendalikan oleh DNA inti. Protein untuk
membran dan enzim diangkut dari sitosol dengan cara pos translasi. Salah satu
enzim yang telah banyak dipelajari ialah katalase. Katalase merupakan rakitan
dari empat monomer yang disintesis pada ribosom sitoplasma yang selanjutnya
dibawa ke peroksisom untuk dirakit. Pada monomer terdapat peptidal sinyal,
terdiri dari 3 asam amino, yang mengarahkan monomer ke peroksisom. Pada
permukaan sitoplasmik membrane peroksisom terdapat reseptor yang dapat
16

Lucia Maria Santoso dan Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2015), hal.101

22

mengenali enzim yang dikirim dari sitosol, sehingga enzim tersebut dapat sampai
ke peroksisom.17
Meskipun sebagian besar peroxins disintesis pada ribosom bebas sitosol dan
kemudian diimpor ke peroksisom, percobaan terbaru menunjukkan bahwa
perakitan Peroksisom dimulai pada RE kasar, di mana dua peroxins, Pex3 dan
Pexl9, awalnya melokalisasi. Pex3 merupakan protein transmembran yang
terpisahkan sementara Pex19 adalah protein farnesylated yang ditemukan
sebagian besar dalam sitosol. Pex3 menarik Pex19 ke membran RE, di mana
interaksi mereka menyebabkan Pex3 dan Pex19 membentuk vesikel yang
kemudian lepas dari RE. Vesikel ini kemudian dapat berfusi baik dengan
peroksisom yang sudah ada atau dengan satu sama lain untuk membentuk
peroksisom baru. Peroksisom induk tumbuh karena penambahan protein dari
sitosol, kemudian membelah membentuk dua peroksisom anak. 18

17

18

Anni Istanti, dkk, Biologi Sel, (Malang: JICA, 1999), hal.54

Geoffrey M. Cooper dan Robert E. Hausmen, The Cell: A Molecular Approach,


(USE: ASM Press, 2007) Hal.466

23

Gambar 2.13 Pembentukan Peroksisom

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Geoffrey M. dan Hausmen, Robert E. 2007. The Cell: A Molecular
Approach. (USE: ASM Press, 2007)
Istanti, Anni, dkk., 1999. Biologi Sel. Malang: JICA
Marianti, Sumadi Aditya. 2007. Biologi Sel. Semarang: Graha Ilmu
Santoso, Lucia Maria. 2015. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika

24

Anda mungkin juga menyukai