Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN

NAMA : RIZAL MUZAFFAR SUJASMIN


NIM : G011211320
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN D
KELOMPOK : 12 (DUA BELAS)
ASISTEN : 1. AZWAN ADHE PUTRA
2. FEBRY ZULQOIDAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman sering kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Pada tumbuhan pun tak
terlepas dari peristiwa tersebut. Hal tersebut terutama terjadi pada saat
pengangkutan zat hara dan air dari akar ke daun maupun pada saat pengangkutan
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan yang memerlukan energi
untuk melakukan transport. Adapun peristiwa tersebut dapat terjadi ditentukan
oleh adanya perbedaan potensial air.
Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan
penyusun utama dari protoplasma sel. Pengangkutan air pada suatu jaringan
tanaman membutuhkan energi dan kapasitas air tertentu untuk memenuhi
kebutuhan air pada suatu tanaman. Proses perhitungan pengangkutan dan
penyaluran air pada tanaman disebut juga sebagai potensial osmotik dan potensial
air jaringan tanaman (Lakitan, 2004).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan
secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah
potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan
tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi
potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada
sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah.
Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air, PA (ψ,
psi) penting untuk diketahui agar dapat dimengerti pergerakan air di dalam sistem
tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar,
atm, seperti satuan tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih
rendah. Jadi difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam
energi bebas dari partikel-partikel yang berdifusi. Potensial air jaringan ditentukan
dengan cara merendam potongan jaringan dalam suatu seri larutan sukrosa atau
manmitol (non-elektrolit) yang diketahui konsentrasinya (Dwiejoseputro, 1984).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum potensial
osmotik dan potensial air jaringan tanaman agar kita dapat mengetahui fakta
mengenai potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman pada suatu
tumbuhan serta mengetahui hal hal yang menyebabkan dan berhubungan dengan
potensial osmotik dan potensial air jaringan pada tumbuhan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya praktikum potensial osmotik dan potensial air jaringan
ini agar mahasiswa setelah melakukan kegiatan diharapkan dapat :
1. Mengetahui dan memehami fakta tentang potensial osmotik.
2. Mampu mendeskripsikan potensial osmotik.
3. Mampu mengetahui nilai potensial air jaringan tanaman.
Kegunaan dari praktikum ini ialah dapat memberikan pengetahuan dasar
kepada praktikan mengenai deskripsi potensial osmotik serta mengetahui nilai
potensial air jaringan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kentang
Kentang adalah tumbuhan yang biasanya bagian akar dimakan sebagai
bahan makanan. Kentang juga digunakan sebagai pengobatan. Masyarakat
menggunakan jus kentang mentah untuk sakit perut dan bengkak. Pemanfaatan
kentang di kalangan petani sangat banyak digunakan karena memiliki banyak
kegunaan salah satunya sebagai bahan pokok sehari hari atau sebagai mata
pencaharian untuk menambah pendapatan petani (Maryanto, 2018).
Menurut Lehar (2012). Bahwa dalam dunia tumbuhan, kentang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum tuberosum L
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semak dan bersifat
menjalar. Batangnya memiliki bentuk segi empat, panjangnya biasa mencapai 50-
120 cm, tidak berkayu dan tidak keras. Batang dan daun berwarna hijau
kemerahan atau keungu-unguan. Buahnya berbentuk bulat hingga oval, dimana
kulit/dindingnya berdaging dan mempunyai dua ruang. Di dalam buah berisi
banyak calon biji yang jumlah bisa mencapai 500 biji. Akar Tanaman kentang
tumbuh menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akarnya
memiliki warna keputih-putihan (Lehar, 2012).
2.2 Potensial Osmotik
Potensial osmotik mempunyai pengertian yaitu zat cair yang terdapat dalam
vakuola dan bagian-bagian sel lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di
dalamnya, artinya zat cair tersebut adalah suatu larutan dan potensial airnya
seandainya dikeluarkan dari sel adalah potensial larutan atau potensial osmosis
yang nilainya lebih rendah daripada potensial air murni. Status larutan potensial
osmotik dinyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi.
Potensial osmosis air murni memiliki nilai = 0, sehingga jika digunakan satuan
tekanan maka nilainya menjadi 0 atm atau 0 bar. Potensial osmosis cairan sel
dapat diukur dengan mudah bila nilai potensial tekanan cairan sel sama dengan
nol, yaitu pada saat sel mengalami plasmolisis (Firdausya, 2016).
Potensial osmotik merupakan suatu potensial yang disebabkan oleh zat-zat
terlarut. Tandanya selalu dengan negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang
disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya ditandai
dengan bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan
(terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif.
Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan
permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya
pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan (Lakitan, 2004).
Jika potensial osmosis di luar sel lebih besar dibandingkan dengan potensial
osmosis di dalam sel, maka terjadi proses dimana air berdifusi masuk ke dalam sel
(mengalami turgid), sehingga larutan menjadi hipotonis. Namun jika potensial
osmosis di luar sel lebih kecil daripada di dalam sel maka, air berdifusi ke luar
dan sel akan mengalami plasmolisis (sel menjadi mati), kondisi ini larutan
menjadi hipertonis. Dan jika potensial osmosis diluar sel sama besarnya dengan
potensial osmosis di dalam sel maka tidak akan ada gerakan air (konsentrasi
seimbang), maka lautan tersebut akan mengalami isotonis (Yuanasari, 2015).
2.3 Potensial Air Jaringan
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan
secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah
potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan. Maka semakin besar kemampuan
tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi
potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada
sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah (Supriyanto, 2022).
Penurunan potensial air pada jaringan dapat menyebabkan air dari tanah
atau medium dihambat untuk masuk ke dalam jaringan tumbuhan melalui akar
atau dengan kata lain mengalami kekurangan air. Tidak tersedianya air merupakan
salah satu bentuk cekaman abiotik yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman. Air juga merupakan reagent yang penting dalam
fotosintesis dan reaksi-reaksi hidrolisis (Banyo, 2013).
Adanya potensial air jaringan tanaman murni cenderung untuk memasuki
sel, sedangkan potensial turgor yang berada di sel mengakibatkan air untuk
cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial air maka potensial turgor
harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0, maka haruslah terjadi
peristiwa yang disebut plasmolisis (Sukma, 2015).
Sel-sel tumbuhan yang mengalami stres air, potensial air (0) akan bergerak
menuju ke arah lebih negative (lebih rendah), karena potensial air adalah fungsi
kandungan air. Beberapa spesies tumbuhan mampu mengembangkan mekanisme
internal untuk mengantisipasi perubahan potensial air ini; yaitu dengan cara
mengatur nilai potensial osmotiknya ke arah lebih negatif/ lebih rendah (lower
osmotic potential), mengikuti arah potensial air, yang dikenal dengan istilah
regulasi osmotik (osmotic adjustment; osmoregulation). Regulasi osmotik dicapai
dengan cara mensintesa dan mengakumulasikan beberapa solut dengan berat
molekul kecil dalam selnya dalam semua kompartemen sel seperti vakuola,
sitoplasma dan organela (Nio, 2013).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Potensial Osmotik dan Potensial Air
Jaringan
Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain; tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin
besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya
maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi
partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin
rendah. Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan
larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada
tekanan atmosfer bernilai negatif (Susanti, 2014).
Menurut Setiawan (2013), bahwa besarnya potensial air dari suatu sel dan
jaringan tumbuhan (w) secara umum ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu
(1) zat-zat terlarut atau konsentrasi, (2) tekanan dinding sel, (3) gravitasi, dan (4)
matriks:
1. Zat-zat Terlarut
Adanya zat-zat terlarut di dalam air menyebabkan terjadinya penurunan
energi bebas dan potensial kimia air. Besarnya potensial kimia air yang
diakibatkan oleh adanya zat-zat terlarut ini disebut sebagai potensial solut atau
potensial osmotik yang disingkat dengan s. Nilai potensial osmotik bersifat
negatif. Semakin banyak kandungan zat terlarut akan semakin rendah nilai
potensial osmotik dari larutan atau sel.
2. Tekanan dari Dinding Sel
Salah satu ciri sel tumbuhan adalah adanya dinding sel yang kaku walaupun
sedikit agak elastis. Apabila air masuk ke dalam sel maka akan menyebabkan
volume sel meningkat. Karena adanya dinding sel meningkatkan pembesaran
volume sel tidak bisa berjalan terus, tetapi akan berhenti setelah mencapai ukuran
tertentu sehingga air yang masuk ke dalam sel pun terhenti.
3. Gaya Gravitasi Bumi
Gravitasi bumi juga menyebabkan terjadinya tekanan yang disebut dengan
potensial gravitasi g. Besarnya potensial gravitasi tergantung pada tinggi kolom
air, densitas air , dan akselerasi yang disebabkan grafitasi.
4. Ikatan Air dengan Komponen Dinding Sel dan Membran Sel
Komponen dinding sel yang terdiri dari karbohidrat dan protein, yang dapat
berikatan dengan air, demikian juga protein pada membran. Adanya senyawa-
senyawa tersebut yang menyebabkan adanya potensial matriks yang dapat
menarik air.
2.5 Peranan Potensial Osmotik untuk Tanaman
Peranan air yang penting ini menimbulkan suatu konsekuensi yaitu jika
tanaman kekurangan air maka akan mempengaruhi semua proses metabolisme
tanaman baik secara langsung atau tidak langsung. Ketika kekurangan air terjadi
hal tersebut akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga
mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan
menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya
tanaman akan mati (Lumbantoruan, 2021).
Peranan penting potensial osmotik pada sel jaringan tanaman berhubungan
dengan proses pengangkutan air dan zat hara. Dimana terjadi proses difusi dan
osmosis yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan yang terdapat pada sel
sel yang berperan penting dalam pengangkutan air dan zat hara. Potensial osmotik
mendefinisikan terjadinya perbedaan-perbedaan tekanan yang terjadi didalam
suatu sel jaringan tanaman (Sutrisno, 2022).
Potensial osmotik berperan penting dalam mempengaruhi energi potensial
air jaringan tanaman. Hal tersebut disebabkan oleh adanya konsentrasi dari bahan
zat terlarut yang mempengaruhi indeks potensial air pada suatu jaringan tanaman.
Pengaruhi potensial osmotik dapat disebabkan oleh konsentrasi, suhu, ionisasi
molekul zat, dan hidnasi molekul air terlarut (Sutrisno, 2022).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan dilaksanakan di
Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi Tanaman, Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari
Sabtu, 10 September 2022 pukul 13.20 – 15.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lap halus, lap kasar, cutter,
penggaris, sedotan stainless, 5 gelas aqua, pipet tetes, pinset, tissu, aluminium foil,
dan karet.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 5 buah kentang berukuran
besar, air aquades dan sukrosa.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur pada praktikun potensial osmotik dan potensial air jaringan yaitu:
1. Mencuci bersih kentang yang akan digunakan, kemudian di lap sampai
kering dengan menggunakan berturut-turut lap kasar, lap halus, dan tissu.
2. Mencuci bersih peralatan yang akan digunakan sampai bersih, kemudian
dikeringkan dengan lap kasar dan lap halus.
3. Membuat larutan sukrosa 1,0 M menggunakan rumus molaritas dan
membuat larutan sukrosa 0,75 M melalui proses pengenceran. Catatan:
untuk membuat larutan sukrosa sesuai dengan molaritas larutan yang akan
digunakan dengan menghitung gram sukrosa yang diperlukan menggunakan
rumus:
g 1000
M= x
Mr V

Ket:
M = Molaritas (M)
g = Massa zat terlarut (gram)
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut (M)
V = Volume larutan (mL)
Menghitung pengenceran larutan sukrosa menggunakan rumus:
M1 . V1 = M2 . V2
Ket:
M1 = Molaritas awal (M)
V1 = Volume awal dalam liter (mL)
M2 = Molaritas akhir (M)
V2 = Volume akhir dalam liter (mL)
4. Membuat silinder umbi kentang dengan menggunakan pelubang gabus,
kemudian memotong silinder umbi tersebut dengan panjang 3 cm sebanyak
6 buah.
5. Memasukkan 3 potong silinder kentang kedalam masing - masing seri
larutan sukrosa 50 ml : 0,0 : 0,25 ; 0,5 ; 0,75 dan 1,0 M.
6. Mengerjakan secara cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan dari
permukaan silinder kentang.
7. Menutup rapat botol tersebut dengan menggunakan aluminium foil dan
biarkan selama 30 menit.
8. Mengambil dan mengukur panjang silinder kentang tadi.
9. Menghitung rata - rata pajang silinder umbi dari tiap kelompok perlakuan
sukrosa.
10. Membuat grafk hubungan antara ukuran panjang umbi (sumbu Y) dengan
konsentrasi larutan sukrosa (sumbu X).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil
sebagai berikut.

4.2 Pembahasan

Sumber: Data primer setelah diolah, 2022.


Gambar 5. Hubungan antara ukuran panjang umbi dengan konsentrasi larutan
sukrosa
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada grafik hubungan antara ukuran
panjang umbi dengan konsentrasi larutan sukrosa, terlihat bahwa panjang kentang
pada konsentrasi 1 M mengalami penurunan panjang yang paling tinggi dari
panjang mula-mula 4 cm menjadi 3,7 cm. Dikarenakan sel jaringan kentang yang
mengalami proses hipertonik yang menyebabkan berkerutnya sel tanaman
sehingga mempengaruhi panjang umbi kentang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dwidjoseputro (1984), bahwa masuknya larutan sukrosa ke dalam sel
menyebabkan perubahan konsentrasi air yang terdapat dalam sel mulai berangsur
angsur keluar akibat larutan sukrosa yang masuk ke sel sehingga menyebab sel
jaringan mengerut.
Pada grafik terlihat bahwa terdapat umbi kentang yang mengalami
pertambahan panjang yaitu pada konsentrasi 0 M dan 0,25 M. Namun pada
konsentrasi 0,25 M kentang mengalami perubahan panjang yang paling tinggi
dibandingkan dengan kentang pada konsentrasi lainnya yang berubah dari panjang
4 cm menjadi 4,3 cm. Pertambahan panjang ini diduga disebabkan karena air di
luar lingkungan masuk ke didalam larutan dalam kentang yang menyebabkan sel
jaringan pada umbi kentang mengalami proses hipotonis yaitu masuknya air yang
terdapat pada sekeliling sel kedalam inti sel yang menyebabkan inti sel
mengembang sesuai dengan membran dinding sel. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sutcliffe (1979), bahwa perestiwa hipotonis hanya bisa terjadi pada suatu sel
jaringan tanaman yang memiliki konsentrasi air yang tinggi yang disebabkan oleh
sel yang menarik air pada sekeliling sel dan menambah konsentrasi air pada sel.
Melalui hasil yang diperoleh juga diketahui bahwa perbedaan nilai
potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman berpengaruh terhadap proses
pergerakan air di dalam sel. Dikarenakan setiap tanaman memiliki kemampuan
yang berbeda beda dalam mengelolah air pada sel jaringan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutcliffe (1979), bahwa keseimbangan air dalam tumbuh
tumbuhan dikendalikan oleh tiga jenis potensial yang secara alamiah bekerja dan
saling berinteraksi dalam sel karingan tumbuhan yaitu potensial air total (0),
potensial osmotik, dan pembelahan sel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Potensial osmotik
dan potensial air jaringan tanaman dapat disimpulkan bahwa:
1. Potensial osmotik merupakan suatu potensial yang disebabkan oleh zat-zat
terlarut. Tandanya selalu dengan negatif. Potensial tekanan adalah potensial
yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel.
2. pengdeskripsiaan potensial osmotik dapat dilihat dari nilainya ditandai
dengan bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan
(terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih
positif. Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid
protoplasma dan permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda
negatif, tetapi pada umumnya pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat
diabaikan
3. Dalam penentuan potensial air jaringan tanaman Semakin rendah potensial
dari suatu sel atau jaringan tumbuhan. Maka semakin besar kemampuan
tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi
potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air
kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih menjaga kekompakkan agar semua anggota
kelompok terlihat aktif dan kegiatan praktikum berjalan dengan lancar dan dapat
dipahami oleh semua anggota. Diharapkan setiap asisten dapat memberikan
pengarahan pengarahan yang lebih baik lagi untuk praktikan saat melakukan
praktikum di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Banyo, Y. E., Nio, A. S., Siahaan, P., & Tangapo, A. M. 2013. Konsentrasi
klorofil daun padi pada saat kekurangan air yang diinduksi dengan polietilen
glikol. Jurnal Ilmiah Sains, 13(1), 1-8.
Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta.
Firdausya, A. F., Khumaida, N., & Ardie, S. W. 2016. Toleransi Beberapa
Genotipe Gandum (Triticum aestivum L.) Terhadap Kekeringan pada Stadia
Perkecambahan. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy), 44(2), 154-161.
Lakitan, Benjamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Lehar, L. 2012. Pengujian pupuk organik agen hayati (Trichoderma sp) terhadap
pertumbuhan kentang (Solanum tuberosum L). Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 12(2).
Lumbantoruan, S. M., & Sahar, A. 2021. Uji Potensi Pemberian Bahan Organik
dan Pupuk Hayati terhadap Osmoregulasi Karet di Tanah Cekaman
Kekeringan. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 24(1), 17-21.
Maryanto, M. A., Sukiyono, K., & Priyono, B. S. 2018. Analisis efisiensi teknis
dan faktor penentunya pada usahatani kentang (Solanum tuberosum L.) di
Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan. AGRARIS: Journal of
Agribusiness and Rural Development Research, 4(1), 1-8.
Nio, S. A., & Torey, P. 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator
kekurangan air pada tanaman (Root morphological characters as water-
deficit indicators in plants). Jurnal Bios Logos, 3(1).
Sukma, K. P. W. 2015. Mekanisme tumbuhan menghadapi kekeringan. Wacana
Didaktika, 3(2), 186-194.
Supriyanto, E. A., & Yulianto, W. 2022. Pengaruh Konsentrasi ZPT Auksin dan
Panjang Entres Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Alpukat (Persea
americana L.). Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian, 24(1).
Susanti, E. 2014. Pengaruh osmoconditioning dengan PEG (Polyethylene glycol)
6000 terhadap viabilitas benih kenaf (Hibiscus cannabinus L.) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Sutcliffe, JF. 1979. Plants and Water. Edward Arnold. London.
Sutrisno, D. K., Hartatik, S., & Dewanti, P. 2022. Peranan Trichoderma terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) pada Kondisi
Cekaman Kekeringan. Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan
Agribisnis, 6(1), 76-86.
Yuanasari, B. S., Kendarini, N., & Saptadi, D. 2015. Peningkatan viabilitas benih
kedelai hitam (Glycine max L) melalui invigorasi
osmoconditioning (Doctoral dissertation, Brawijaya University).
LAMPIRAN
a. Lampiran Tabel
Tabel 1. Panjang silinder umbi kentang setelah direndam dalam berbagai seri
larutan sukrosa selama 40 menit
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
No
0M 0,25 M 0,50 M 0,75 M 1M
1 4.1 4.1 3.9 3.9 3.8
2 4.2 4.2 3.9 3.9 3.8
3 4 4.1 3.9 3.9 3.8
Rerata 4.1 4.1 3.9 3.9 3.8

b. Lampiran Perhitungan
Perhitungan Larutan Sukrosa dengan Konsentrasi 1 M
g 1000
M= x
Mr V
g 1000
1 M= x
342 600
1 1000
gr= x
342 600
gr=205,2 gr
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,25 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,25 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,25 M . 50 mL
V1 = 12,5 Ml
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,50 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,50 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1M . V1 = 0,50 M . 50 mL
V1 = 25 mL
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,75 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,75 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,75 M . 50 mL
V1 = 37,5 mL
c. Lampiran Gambar

Gambar 13. Alat dan bahan Gambar 14. Menimbang sukrosa

Gambar 15. Membuat silinder Gambar 16. Mengukur Silinder


Kentang Kentang 4cm

Gambar 17. Memasukkan silinder Gambar 18. Membiarkan selama


Kentang kedalam wadah 30 menit.

Gambar 19. Mengukur kembali


Silinder Kentang

Anda mungkin juga menyukai