Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Kelas : Biologi DIK B 2017


Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

PAPER: STUDI LITERATUR

PENETAPAN POTENSIAL OSMOTIK CAIRAN


EVA ENJELITA PURBA/4173141022
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan,
Jln.Wiliem Iskandar Psr V 20221 Medan
Email : eenjelitapurba@gmail.com

Pendahuluan
Sebagai makhluk hidup, tumbuhan menunjukkan aktivitas-aktivitas kehidupan, seluruh
aktivitas tersebut dikaji di materi fisiologi tumbuhan. ada banyak pembahasan dalam fisiologi
tumbuhan, salah satu diantaranya adalah potensial air jaringan tumbuhan. air merupakan salah
zatyang sangat penting bagi reaksi biosfer yang terjadi di atmosfer, termasuk reaksi internal dalam
jaringan tumbuhan. air pada jaringan tumbuhan memiliki potensial.
Proses difusi dan osmosis sangat erat kaitannya dengan pengukuran potensial air jaringan
tumbuhan. Difusi merupakan perpindahan zat terlarut, deri konsentrasi yang lebih tinggi menuju
konsentrasi yang lebih rendah. Osmosis merupaan difusi air melalui membran semipermeabel.
Mekanisme difusi osmosis berguna dalam transfor zat dan osmoregulasi, dalam hal ini
kesetimbangan zat-zat (konsentrasi) di dalam dan di luar sel . komponen-komponen potensial air
sel tumbuhan terutama terdiri dari potensial osmotik dan potensial tekanan (turgor). oleh karena
potensial osmotik cairan sel, air murni cenderung memasuki sel, sedangkan potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan kecenderungan berlawanan, yaitu air meninggalkan sel.
Seiring berjalannya waktu tumbuhan akan terus berkembang secara normal dan tumbuh
subur apbila sel-selnya dipenuhi dengan air, berhubungan air berfungsi sebagai medium berbagai
reaksi kimiawi sel. suatu ketika apabila waktu perkembangannya, tumbuhan kekurangan suplai air,
maka kandungan air dalam umbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh
laju semua fungsi-fungsi yang juga menurun. Jika keaaan kekeringan ini berlangsung lama maka
dapat mematikan tumbuhan.
Pada peristiwa yang telah diceritakan tersebut erat kaitanya dengan difusi dan osmosis
yang merupakan pokok bahasan yang mendasatr dan sangat penting dalam fisiologi tumbuhan,
selain itu difusi dan osmosis juga berkaitan dengan topik praktikum mengenai potensial osmotik
cairan yang juga merupakan salah satu topik yang sangat penting dalam mata kuliah fisiologi
tumbuhan.
Adapun tujuan dilakukannya studi literatur ini yaitu untuk mengetahui apa pengaruh
konsentrasi larutan sukrosa terhadap persentase sel yang terplasmolisis; untuk dapat mengetahui
nilai potensial osmotik cairan sel; untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya
plasmolisis, untuk mengetahui apa itu plasmolisis independen.
Dasar Teori
Air memegang peranan yang sangat penting di dalam sel dan jaringan tumbuhan karena air
diperlukan dalam menunjang berbagai proses fisiologi di dalam sel dan jaringan tumbuhan.

1
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Kelas : Biologi DIK B 2017
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

Tumbuhan menyerap air dalam jumlah besar melalui akar. Namun sebagian besar air tersebut
(lebih kurang 97%) akan dilepaskan kembali dalam bentuk uap air melalui transpirasi. Hanya lebih
kurang 2% saja yang digunakan dalam proses pertumbuhan serta 1% saja yang terlibat dalam
proses metabolism, seperti fotosintesis, respirasi, dan lainnya. Meskipun demikian, lepasnya air ke
udara melalui transpirasi tersebut turut berperan serta menggerakkan berbagai proses yang
dibutuhkan tumbuhan. Bagian dalam dari membran plasma akan didapati sitoplasma yang berupa
cairan semikental yang di dalamnya terdapat banyak organel, seperti mitokondria, kloroplas,
peroksisom, mikrotubul, dan sebagainya. Bagian paling tengah akan di jumpai vakuola berupa
membran yang membungkus cairan berisi senyawa terlarut, seperti cadangan makanan atau zat
warna tertentu. Dengan demikian, praktis komponen terbesar dari sel adalah terdiri dari cairan.
Itulah sebabnya maka sebagai fungsi pertama dari air adalah sebagai senyawa utama penyusun
protoplasma. Protoplasma merupakan cairan utama penyusun sel, baik yang terdapat di dalam
sitoplasma maupun vakuola sel. Dalam kultur jaringan juga dikenal istilah kultur protoplas, yaitu
apabila sel yang telah dihilangkan dinding selnya (tinggal membran plasma dan seluruh komponen
di dalamnya meliputi sitoplasma beserta semua organel, inti sel, dan vakuola) ditumbuhkan di
dalam media kultur jaringan. Adapun perbedaan kadar air dari masing-masing jaringan dan organ
tumbuhan, seperti tersebut di bagian sebelumnya adalah karena perbedaan dari sel-sel
penyusunnya. Selsel penyusun buah yang memiliki vakuola besar yang berisi cadangan makanan
akan banyak mengandung air, sementara sel-sel biji yang kering memiliki karakteristik yang
berbeda, sel-selnya kecil dan telah mengalami dehidrasi sehingga kadar airnya rendah. (Kramer,P.J.
and Boyer, J.S.1995.)
Komponen dinding sel yang terdiri dari karbohidrat dan protein, yang dapat berikatan
dengan air, demikian juga protein pada membran. Adanya senyawa-senyawa tersebut
menyebabkan adanya potensial matriks yang dapat menarik air. Potensial matriks nilainya adalah
negatif. Walaupun demikian, umumnya sel-sel dan jaringan tumbuhan hidup dengan vakuola yang
besar, memiliki nilai potensial matriks yang dapat diabaikan. Namun, pada beberapa tumbuhan
xerofit (tumbuhan yang biasa hidup di daerah gurun) dan biji-biji yang kering memiliki nilai
potensial matriks yang sangat rendah. (Nelson, D.L. and Cox, M.M. 2004)
Keseimbangan air dalam tumbuh tumbuhan dikendalikan oleh 3 jenis potensial yang secara
alamiah bekerja dan saling berinteraksi dalam sel jaringan tumbuhan yaitu potensial air total ,
potensjal osmotik (dan potensial turgor . Ketiga potensial ini saling berinteraksi sepanjang hidup
sel/jaringan dan mengendalikan berbagai mekanisme dalam tubuh tumbijhan seperti transportasi
air, transportasi hara dan pembelahan sel (Naiola dan Hoesen, 2003).
Sel-sel tumbuhan yang mengalami stres air, potensial air akan bergerak ke arah lebih
negative (lebih rendah), karena potensial air adalah fungsi kandungan air. Beberapa spesies
tumbuhan mampu mengembangkan mekanisme internal untuk mengantisipasi perubahan
potensial air ini; yaitu dengan cara mengatur nilai potensial osmotiknya ke arah lebih negative/
lebih rendah (lower osmotic potential), mengikuti arah potensial air, yang dikenal dengan istilah
regulasi osmotik (osmotic adjustment; osmoregulation). Regulasi osmotik dicapai dengan cara
mensintesa dan mengakumulasikan beberapa solut dengan berat molekul kecil dalam selnya -
dalam semua kompartemen sel seperti vakuol, sitoplasma dan organela Semakin banyak solut
diakumulasi dalam cairan sel tumbuhan, nilai potensial osmotik semakin besar (lebih rendah -

2
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Kelas : Biologi DIK B 2017
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

lebih negatif). Dalam tubuh tumbuhan, solut terdapat dalam semua larutan, baik dalam sel, ruang-
ruang antarsel ataupun kanal-kanal penghubung lainnya. Keterdapatan solute dalam cairan
tumbuhan (sel), menyebabkan air murni (pure water) belum pernah ditemukan dalam cairan
tumbuhan (sel). Pengukuran yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa titik beku cairan dalam
tubuh tumbuhan tidak pernah mencapai0°C yaitu titik beku untuk air murni -pure water, karena
adanya solut yang terlarut (Sutcliffe, 1979).
Tumbuhan memiliki sejumlah mekanisme untuk mengatasi stres lingkungan (air) ini. Salah
satu mekanisme, adalah sintesa dan akumulasi solut untuk meregulasi nilai osmotik sel (osmotic
adjustment, osmoregulation), mengikuti turunnya nilai potensial air, yang adalah fungsi dari
kandungan air dalam tumbuh tumbuhan. Peran utama solut yang diakumulasi (dari hasil sintesa
baru, retransport atau impor dan pemecahan komponen kompleks menjadi lebih sederhana),
adalah untuk mempertahankan nilai osmotik sel agar mampu mengikuti gerakan jatuhnya
potensial air, sebagai akibat kehilangan air. Hasil regulasi osmotik, adalah turgor yang tetap
dipertahankan di atas nol untuk melanjutkan pertumbuhan (pembelahan sel), atau setidak-
tidaknya menghindari kelayuan yang dapat membahayakan kehidupan sel dan kompartemennya.
(B Paul Naiola)
Nilai turgor positip (positive turgor pressure) menyebabkan keseimbangan air dalam sel
terjaga, sehingga air tidak keluar meninggalkan sel. Oleh karena potensial turgor yang bekerja
mengarah ke dinding sel tetap positif, keseimbangan sel akan tetap terjaga sehingga proses
metabolisme dalam sel tetap dipertahankan - oleh karena itu pembelahan sel, walaupun dalam
kondisi potensial air sangat rendah (low water potential). Namun jika jumlah solut dalam sel
mencapai tingkat maksimum, sedangkan kondisi luar sel masih tetap menyebabkan
ketidakseimbangan osmotik, air akan terus menerus meninggalkan sel, potensial air menjadi lebih
negatif, dan pada suatu kondisi, potensial air menjadi setara dengan potensial osmotik, turgor
mencapai titiknol, tekananke dinding sel nol, metabolisme terhenti, pertumbuhan terhenti pula
(Tyree dan Jarvis, 1982).
Konsep tentang potensial air ini telah secara luas diterima oleh para ahli fisiologi karena
dapat menghindari kesulitan terkait dengan pengukuran potensial kimia. Dengan cara ini maka
para peneliti dapat memprediksi perilaku air dengan dasar pengukuran kuantitatif yang mudah,
yaitu melalui pengukuran tekanan hidrostatik (P) dan potensial osmotik . Cara ini juga
memungkinkan untuk mewujudkan potensial air dalam unit tekanan (pascal) yang relatif lebih
relevan dalam penetapan hubungan tanah-tumbuhanatmosfir daripada dengan menggunakan unit
energi (Joule). Secara praktis, sistem pengukuran ini juga jauh lebih mudah karena dilakukan
dengan mengukur perubahan tekanan tanpa harus mengukur energi yang dibutuhkan dalam
menggerakkan air secara langsung.( Maurel. C. 1997.)
Potensial osmotik mempunyai pengertian yaitu zat cair dalam vakuola dan bagian-bagian
sel lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di dalamnya, artinya zat cair tersebut adalah suatu
larutan dan potensial airnya (seandainya dikeluarkan dari sel adalah potensial larutan atau
potensial osmosis yang nilainya lebih rendah daripada potensial air murni (Istanti dkk, 1999).
Status larutan potensial osmotik dinyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau
satuan energi. Potensial osmosis air murni memiliki nilai = 0, sehingga jika digunakan satuan
tekanan maka nilainya menjadi 0 atm atau 0 bar. Potensial osmosis cairan sel dapat diukur dengan

3
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Kelas : Biologi DIK B 2017
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

mudah bila nilai potensial tekanan cairan sel sama dengan nol, yaitu pada saat sel mengalami
plasmolisis. Jika potensial osmosis di luar sel lebih besar daripada potensial osmosis di dalam sel,
maka air berdifusi masuk ke dalam sel (mengalami turgid), sehingga larutan menjadi hipotonis.
Namun jika potensial osmosis di luar sel lebih kecil daripada di dalam sel maka, air berdifusi ke luar
dan sel akan mengalami plasmolisis (sel menjadi mati), kondisi ini larutan menjadi hipertonis. Dan
jika potensial osmosis diluar sel sama besarnya dengan potensial osmosis di dalam sel maka tidak
aka nada gerakan air (konsentrasi seimbang), maka lautan ini mengalami isotonis (Goldworthy, R&
N.M. Fisher. 1992).
komponen-komponen potensial air sel tumbuhan terutama terdiri dari potensial osmotik
(PO)dan potensial turgor (tekanan, PT). Oleh karena potensial osmotik cairan sel, air murni
cenderung memasuki sel, yaitu air meninggalkan sel. Untuk mengatur PO saja, maka PT harus nol.
Potensial turgor sama dengan nol protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari
vakuola. Keadaan dimana volume vakuola tepat cukup untuk menahan menempelnya protoplasma
pada dinding sel, disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien dapat dikenali apabila dalam
suatu larutan eksternal (misal sukrosa) dijumpai sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis dan
50% lagi tidak berplasmolisis. Keadaan rata-rata ini disebut sebagai plasmolisis insipien.
Digunakan nilai rata-rata karena PO sel-sel tersebut tidak sama (bervariasi). Pada keadaan
plasmolisis insipien, sel berada dalam keadaan tanpa tekanan, po larutan eksternal memiliki nilai
sama dengan PO cairan sel, maka disebut isotonik terhadap cairan sel. Dengan menghitung nilai Po
dari larutan sukrosa yang isotonik dengan cairan sel, maka nilai Po cairan sel dapat diketahui. Nilai
pontensial cairan sel dari sel-sel tumbuhan biasanya berkisar antara -10 bar - -20 bar. (Tim Dosen,
2018)

Pembahasan

HASIL PENGAMATAN
Tekanan osmosis cairan sel daun Rhoe discolor

Jumlah sel yang tidak


Jumlah sel sebelum Selisih
mengalami plasmolisis
Konsentrasi dimasukkan ke persentase
setelah dimasukkan ke
sukrosa dalam larutan perubahan
dalam larutan sukrosa
sukrosa jumlah
(30 menit)
0,14 mol 237 sel 216 sel 8,86%
0,16 mol 24 sel 7 sel 70,83%
0,18 mol 171 sel 96 sel 43,86%
0,20 m0l 75 sel 49 sel 34,67%
0,26 mol 71 sel 31 sel 56,34%

jumlah akhir− jumlah awal


Jumlah selisih (%)=  x 100%
jumlah awal

4
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Kelas : Biologi DIK B 2017
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

Selisih persentase perubahan jumlah


80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0,14 mol 0,16 mol 0,18 mol 0,22 mol 0,26 mol

Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan laporan berdasarkan literatur, aquades, memiliki
perubahan berat 6,64 %. Nilai positif ini diperoleh dari berat akhir kentang yang lebih besar dari
berat awal kentang, akibat terjadinya penambahan berat jaringan oleh air dari larutan sukrosa.
Pergerakan air dari larutan sukrosa menuju sel kentang menunjukkan bahwa konsentrasi air dalam
larutan sukrosa lebih tinggi daripada dalam sel kentang. Dengan demikian larutan sukrosa 0,1 ;
0,3 ; 0,4 ; dan 0,6 molar disebut larutan hipotonis (larutan dengan kandungan solute yang lebih
rendah dari larutan lain). Pada larutan sukrosa seharusnya irisan kentang yang direndam
didalamnya memiliki berat awal yang lebih besar dibandingkan dengan berat akhir. Dan semakin
tinggi konsentrasi sukrosa yang digunakan, maka seharusnya berat irisan kentang semakin banyak
berkurang. Ini dikarenakan larutan sukrosa memiliki potensial air yang rendah dikarenakan
banyaknya zat terlarut didalamnya. Sehingga air dari irisan kentang yang memiliki potensial jauh
lebih tinggi akan keluar menuju larutan sukrosa yang potensial airnya rendah. Inilah yang
menyebabkan berat irisan kentang mengalami pengurangan saat ditimbang kembali setelah
direndam di larutan sukrosa. Hal ini dapat terjadi kemungkinan dikarenakan kurangnya ketelitian
praktikan saat melakukan tahapan kerja yang harus dilaksanakan.
Berdasarkan hasil data sel tumbuhan Rhoe discolor yang dimasukan kedalam larutan sukrosa
dengan konsentrasi yang berbeda mengalami penurunan jumlah sel ( table pengamatan 1 ), hal
tersebut terjadi karena sel mengalami  plasmolisis atau sel mengkerut dan menjauh dari
dindingnya. Peristiwa plasmolisis terjadi karena larutan eksternal sel memiliki potensial air yang
lebih kecil ( lebih negative ), sehingga air didalam sel, meninggalkan sel dengan cara osmosis.
( Campbell, 2003 ) .
Menurut (Tjitrosomo, 1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air
ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah
maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup
besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan
terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan

5
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Kelas : Biologi DIK B 2017
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis, begitu juga sebaliknya. Namun pada hasil
pengamatan yang diperoleh, selisih tertinggi terjadi pada sukrosa dengan konsentrasi 0,16M yang
seharusnya terjadi pada sukrosa dengan konsentrasi 0,26M hal ini dapat terjadi dari berbagai
faktor, salah satunya kemungkinan terjadi kesalahan pada praktikan saat menghitung jumlah sel
sebelum maupun sesudah proses perendaman atau kurangnya ketelitian praktikan dalam
menentukan jumlah konsentrasi pada larutan sukrosa.
Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50%
tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam
keadaan tanpa tekanan. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai
potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Berdasarkan hasil praktikum,
plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,26 M. Menurut (Salisbury, 1995) potensial air murni
pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka
potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.
Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan
potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel.
Saat pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial
turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya
protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola.
Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan
larutan sukrosa yang memiliki konsentrasi yang berbeda-beda adalah untuk mengetahui
perbedaan arah gerak air pada setiap konsentrasi. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari
literatur sel tumbuhan Rhoe discolor yang dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi
yang berbeda mengalami penurunan jumlah sel, hal tersebut terjadi karena sel mengalami 
plasmolisis atau sel mengkerut dan menjauh dari dindingnya. Adapun faktor penyebab plasmolisis
antara lain sel berada di lingkungan hipertonik, yaitu pada konsentrasi zat terlarut terlalu tinggi
(larutan sukrosa atau garam), perbedaan potensial air di dalam dan di luar sel, konsentrasi zat
terlarut. sehingga potensial osmosis juga semakin tinggi dan menyababkan osmosis. komponen-
komponen potensial air sel tumbuhan terutama terdiri dari potensial osmotik (PO)dan potensial
turgor (tekanan, PT). Oleh karena potensial osmotik cairan sel, air murni cenderung memasuki sel,
yaitu air meninggalkan sel. Untuk mengatur potensial osmotik , maka potensial turgor harus nol.
Potensial turgor sama dengan nol protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari
vakuola. Keadaan dimana volume vakuola tepat cukup untuk menahan menempelnya protoplasma
pada dinding sel, disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien dapat dikenali apabila dalam
suatu larutan eksternal (misal sukrosa) dijumpai sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis dan
50% lagi tidak berplasmolisis. Keadaan rata-rata ini disebut sebagai plasmolisis insipien.
Daftar putaka
Kramer, P.J. and Boyer, J.S.1995. Water Relations of Plants and Soils. London: Academic Press.
Nelson, D.L. and Cox, M.M. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry 4th Edition. W. H.
Freeman & Company.
B Paul Naiola. 2005. Kumulasisolut Dan Regulasiosmotikdalam Sel Tumbuhan Pada Kondisistres
Air . Berita Biologi.(7).6

6
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Kelas : Biologi DIK B 2017
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5 jilid II. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Goldworthy, R& N.M. Fisher. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada Press.
Istanti, Annie;Prasetyo, Triastono I.&Dwi Listyorini. (1999). Bilogi Sel. Malang: FPMIPA UM.
Maurel. C. 1997. Aquaporins and Water Permeability of Plant Membranes. Annu. Rev. Plant
Physiol. Plant Mol. Biol. 48: 399-429.
Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB Press
Sutcliffe JF. 1979. Plants and Water. Edward Arnold. London
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Tim Dosen Fisiologi Tumbuhan. (2018). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. FPMIPA.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tyree MT and Jarvis PG. 1982. Water in Tissues and Cells. In: Physiological Plant Ecology II.
Encylopedia of Plant Physiology 12B, 35-77. Springer- Verlag. Berlin.

Anda mungkin juga menyukai