Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN TANAMAN

NAMA : SANDY SAID


NIM : G011211295
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN B
KELOMPOK : 4
ASISTEN : 1. REYNALDI LAURENZE
2. A. NUR AFNI RAMADHANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pergerakan air dalam tumbuhan didasari atas adanya suatu hubungan energi
potensial air. Air mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk melakukan kerja,
yaitu akan bergerak dari daerah dengan energi potensial tinggi ke daerah dengan
energi potensial rendah. Karena air dalam tumbuhan dan tanah biasanya secara
kimia tidak murni, disebabkan oleh adanya bahan terlarut dan secara fisik dibatasi
oleh gaya tarik menarik yang berlawanan, gravitasi, dan tekanan, maka energi
potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni (Kim et al., 2014).
Air yang ada didalam jaringan tumbuhan sangat penting bagi kelangsungan
hidup sel, yakni sebagai penyusun protoplasma, pelarut, dan pereaksi dalam
berbagai proses, termasuk fotosintesa dann berbagai proses hidrolisa dan pengatur
turgiditas antara lain pada pembesaran sel dan pembukaan stomata. Akibat
kekurangan air bisa mengakibatkan peningkatan pemecahan RNA, DNA, protein,
penurunan fotosintesis, peningkatan respirasi, penurunan sintesis dan translokasi
zat pengatur tumbuh dan senyawa lainnya. Sehingga protoplasma dehidrasi dan
bisa berakibat pada kematian sel-sel dan jaringan tumbuhan. Kekurangan air juga
menurunkan serapan hara. Pada akhirnya kekeringan akan menyebabkan
terjadinya penurunan pertumbuhan, produksi, dan kualitas tumbuhan (Ford,
2015).
Kelangsungan hidup dalam sel tumbuhan bergantung pada kemampuan untuk
menyeimbangkan absorbsi dan pengeluaran air. Adsorbsi dan pengeluaran air oleh
sel dapat terjadi melalui osmosis, yaitu transpor pasif air melawati membran
semipermeabel. Potensial osmotik suatu larutan menyatakan status larutan dalam
satuan konsentrasi, satuan tekanan, dan satuan energi. Dalam proses osmosis
terdapat beberapa komponen penting yaitu potensial air (PA), potensial osmotik
(PO) dan potensial tekanan, untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel,
salah satunya dapat digunakan dengan metode menentukan pada konsentrasi
berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis (Kim et al., 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum ini untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari potensial osmotik dan potensial air jaringan
terhadap pergerakan air di dalam sel kentang.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan pada praktikum ini dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami fakta tentang potensial osmotik.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap perubahan potensial
osmotik sel kentang.
3. Mengetahui keadaan sel kentang dalam kondisi hipertonis, hipotonis dan
isotonis.
Kegunaan pada praktikum ini dapat diuraikan secara singkat, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan referensi, dan sarana pembelajaran bagi pihak yang
membutuhkan.
2. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai potensial osmotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kentang
Kentang merupakan salah satu komoditas yang sangat penting untuk
dikembangkan di Indonesia karena memiliki potensi untuk diekspor ke negara
lain. Tanaman ini termasuk tanaman pangan utama keempat dunia, setelah padi,
gandum dan jagung. Tanaman kentang termasuk golongan sayuran di Indonesia.
Kandungan gizi pada kentang sangat kaya diantaranya banyak mengandung
karbohidrat, mineral, dan vitamin sehingga dapat dijadikan sebagai sebagai
sumber karbohidrat dan berpotensi dalam diversifikasi pangan (Ismadi et al.,
2021).
Pada sel tanaman terdapat membran sel yang ada di bagian mengatur keluar
masuknya zat. Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai osmosis dengan
menggunakan kentang. Kentang berperan sebagai membran, sedangkan udara
ataupun larutan yang berada di luar akan meresap ke dalam kentang dan
sebaliknya larutan di luar akan masuk melalui membran semipermeabel dan
menyebabkan volume di dalam kentang bertambah banyak atau menyusut (Ulfa et
al., 2020).
Kandungan utama kentang mencakup air 80%, karbohidrat 8%, dan protein
sebanyak 12%. Umbi kentang adalah salah satu jenis tanaman yang dapat
mengalami peristiwa difusi dan osmosis. Metode pengukuran yang dapat
dilakukan adalah dehidrasi osmotik. Dehidrasi osmotik merupakan metode yang
tepat untuk mengatasi masalah pada kentang tersebut untuk mengurangi kadar air
di dalam kentang sampai pada tingkat yang rendah tanpa mengubah tekstur dan
kandungan protein pada kentang itu (Yahya, 2015).
2.2 Potensial Osmotik
Potensial merupakan ekspresi dari status bebas air, sebuah ukuran kekuatan
penggerak yang menyebabkan air berpindah ke suatu sistem, seperti jaringan
tanaman, tanah atau atmosfer, atau dari suatu bagian ke bagian lainnnya. Potensial
air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam
hubungannya dengan sistem tanah, tanaman, atau atmosfer. Salah satu bagian dari
potensial air ialah potensial osmotik. Potensial osmotik merupakan potensial yang
disebabkan oleh zat-zat terlarut, tandanya selalu negatif (Lewar et al., 2016).
Secara umum potensial osmotik adalah kemampuan larutan dalam
berosmosis dan besar potensial osmotik dipengaruhi oleh konsenrasi larutan,
seperti hipertonis, isotonis, dan hipotonis. Definisi potensial osmotik dapat
dijelaskan sebagai pengurangan kemampuan air untuk melakukan kerja ketika zat
terlarut ditambahkan ke dalam larutan karena terikat pada zat terlarut. Potensial
kimia zat yang terlarut dalam suatu sistem atau bagian sistem dinyatakan dalam
satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan
atmosfer, suhu, dan ketinggian yang sama (Ford, 2015).
Potensial osmotik dalam tumbuhan mempunyai pengertian yaitu zat cair
dalam vakuola dan bagian-bagian sel lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di
dalamnya. Zat cair tersebut adalah suatu larutan dan potensial airnya. Artinya
apabila dikeluarkan dari sel, potensial larutan atau potensial osmosis nilainya
lebih rendah daripada potensial air murni) (Hamim, 2020).
2.3 Potensial Air Jaringan
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara sel dan
lingkungannya. Hilangnya air dari tanah melalui tanaman mengakibatkan
kandungan air dalam tanah akan berkurang. Proses transpirasi akan mengurangi
kandungan air dalam tanaman. Potensial air tanaman merupakan suatu
karakteristik yang menjelaskan hubungan air tanaman. Potensial air tanaman
berguna untuk menduga respon tanaman terhadap lingkungan tumbuhnya,
misalnya cekaman air akibat hujan yang berlebih dan mencegah terhadap faktor-
faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Martinez‐
Vilalta, 2017).
Konsep potensi air memiliki dua kegunaan utama, yaitu mengatur
transportasi melintasi membran sel dan sering digunakan sebagai ukuran status air
suatu tanaman. Akibat transpirasi, tanaman kehilangan air ke atmosfer, tanaman
jarang terhidrasi sepenuhnya dan tanaman kekurangan air menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman dan fotosintesis. Proses yang paling
terpengaruh oleh defisit air adalah sel pertumbuhan. Stres air menghambat
pembelahan sel, protein, penutupan stomata. Potensial air jaringan adalah salah
satu ukuran bagaimana hidrasi tanaman, Dengan demikian indeks relatif tekanan
air yang ada di dalam tanaman dapat diketahui (Taiz et al., 2015).
Potensial air tanaman merupakan suatu karakteristik yang menjelaskan
hubungan air tanaman. Potensi air tanaman dapat berguna untuk menduga atau
memprediksi respon terhadap lingkungan tumbuhnya, misalnya, akibat hujan yang
berlebihan dan mencegah faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman (Ulfa et al., 2020).
2.4 Faktor yang mempengaruhi Potensial Osmotik dan Potensial Air
Jaringan
Menurut Harijati (2018), beberapa faktor yang mempengaruhi potensial
osmotik yaitu:
1. Konsentrasi
Peningkatan konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial
osmotiknya. Air bergerak menuju potensi air yang lebih negatif, yaitu air
bergerak ke arah yang menurun dan mengikat air hidrasi, sehingga potensial
osmotik larutan tersebut akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
2. Ionisasi Molekul Zat Terlarut
Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zatnya,
melainkan ditentukan oleh jumlah zat partikel (ion, molekul, dan partikel
koloid) yang terdapat di dalam larutan tersebut.
3. Hidrasi Molekul Zat Terlarut
Air yang berionisasi dengan partikel zat terlarut biasanya disebut air hidrasi.
Air hidrasi dapat berionisasi dengan ion, molekul, atau partikel koloida.
Dampak dari air hidrasi ialah larutan menjadi pekat.
4. Suhu
Kenaikan suhu akan mempengaruhi nilai potensial osmotik suatu larutan,
jika suhu naik, maka potensial osmotik akan menurun.
Larutan yang bersifat hipertonik seperti larutan garam mempengaruhi
potensial osmotik. Apabila terjadi peningkatan konsentrasi larutan ini dalam tanah
akan mengakibatkan tekanan osmotik meningkat, kemudian kemampuan tanaman
untuk menyerap air akan menurun, sehingga dampak yang dapat terjadi pada
tanaman adalah gangguan metabolisme (Kuntari et al., 2019).
Suhu mempengaruhi potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman.
Kadar air dalam jaringan ditentukan oleh besaran suhu. Hal ini juga dapat
dikaitkan dengan proses yang bernama osmoconditioning, yaitu pengaturan
masuknya air ke dalam benih untuk pemulihan diri dengan cara mengatur jumlah
serapan air menggunakan larutan osmotik, dimana proses osmoconditioning ini
sangat bergantung pada suhu dan potensial air (Lewar et al., 2016).
2.5 Peranan Potensial Osmotik untuk Tanaman
Pergerakan air dan hara didalam tubuh dan akar tanaman berlangsung
karena adanya difusi osmosis. Membran sel yang fungsinya untuk mengatur
keluar masuknya suatu zat supaya mendapat pH yang sesuai menandai pentingnya
potensial osmosis bagi keberlangsungan hidup tanaman. Jika konsentrasi zat
terkendali, sel bisa mendapat masukan zat-zat dari ion yang dibutuhkan dan
membuang zat yang sudah tidak diperlukan (Ulfa et al., 2020).
Potensial osmotik berperan penting dalam proses osmosis. Potensial
osmotik merupakan potensial kimia yang disebabkan oleh adanya zat terlarut
yaitu kontribusi dari potensial air pada zat terlarut disebut dengan potensial
osmotik, yang selalu bernilai negatif. Potensial osmotik dari suatu larutan lebih
menyatakan status larutan dan status larutan dapat dinyatakan dalam satuan
konsentrasi, tekanan atau energi . Hal ini menyebabkan air bergerak ke dalam
suatu sistem atau sebaliknya, seperti jaringan tumbuhan (Lewar et al., 2016).
Tekanan dalam sel tanaman akan dipengaruhi oleh potensial air. Apabila
tekanan luar dan dalam sel tidak seimbang makan sel akan mengalami
penambahan berat akibat air masuk ke dalam jaringan atau mengalami penurunan
berat karena air dari jaringan diserap oleh larutan pekat yang ada di sekitarnya
mengalami penambahan berat akibat air masuk ke dalam jaringan. Sehingga
potensial osmotik sangat penting dalam menjaga keseimbangan tekanan (Kuntari
et al., 2019).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi
Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar pada Sabtu,10 September 2022 pukul 09.50-10.30 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah lap halus, 2 wadah, pipa kaca berskala, cutter,
spoit kecil, penggaris, pelubang umbi berdiameter 1 cm, pinset, dan kotak lab.
Bahan yang digunakan adalah kentang sebesar kepalan tangan sebanyak dua
buah buah, air aquades, larutan sukrosa, aluminium foil, wadah aqua gelas dan
tissue kering.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja pada praktikum kali ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mencuci bersih kentang yang akan digunakan, kemudian lap sampai kering
dengan menggunakan lap halus dan tissue.
2. Menimbang dan menghitung sukrosa yang diperlukan untuk membuat
larutan sukrosa konsentrasi tertinggi (1M) dengan menggunakan rumus
molaritas sebagai berikut:
g 1000
M= :
Mr V
Ket: M = Molaritas (M)
g = Massa zat terlarut (gram)
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut (M)
V = Volume larutan (mL)
3. Melakukan dan menghitung pengenceran larutan sukrosa untuk membuat
seri larutan sukrosa 0,25 M, 0,50 M, 0,75 M dengan menggunakan rumus
pengenceran sebagai berikut:
M1 . V1 = M2 . V2
Ket: M1 = Molaritas awal (M)
V1 = Volume awal dalam liter (mL)
M2 = Molaritas akhir (M)
V2 = Volume akhir dalam liter (mL)
4. Membuat silinder umbi kentang dengan menggunakan pipet stainless,
kemudian potong silinder umbi tersebut dengan ukuran 40 mm (4 cm)
sebanyak 15 buah.
5. Memasukkan 3 potong silinder umbi kentang ke dalam masing-masing seri
larutan sukrosa di dalam wadah.
6. Menutup rapat wadah dengan menggunakan aluminium foil dan biarkan
selama 30 menit.
7. Mengambil menggunakan pinset dan mengukur panjang potongan-potongan
kentang tadi.
8. Menghitung rata-rata panjang silinder umbi dari tiap kelompok perlakuan
sukrosa.
9. Membuat grafik hubungan antara ukuran panjang umbi dengan konsentrasi
larutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil yang
dapat ditampilkan sebagai berikut:
4.2
Ukuran Panjang Akhir Umbi (cm)

4.1

4.0

3.9

3.8

3.7

3.6
0M 0,25 M, 0,50 M 0,75 M 1M
Konsentrasi Sukrosa

Gambar 10. Hubungan antara ukuran panjang umbi dengan konsentrasi larutan
sukrosa
Sumber: Data primer setelah diolah, 2022.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, grafik menunjukkan adanya
penyusutan pada kentang seiring bertambahnya konsentrasi. Melalui grafik
hubungan antara ukuran panjang umbi dengan konsentrasi larutan sukrosa, maka
diketahui bahwa pada konsentrasi sukrosa 0,0 M, dan 0,25 M terjadi pertambahan
ukuran panjang umbi kentang. Hal ini disebabkan karena kentang bersifat
hipertonis terhadap aquades yang artinya aquades bergerak menuju ke dalam
jaringan kentang menyebabkan kentang bertambah panjang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yahya (2015) bahwa umbi kentang bersifat semipermeabel karena hanya
air yang dapat melaluinya. Air yang berada di luar umbi kentang meresap ke
dalam melewati membran semipermeabel, sehingga air di dalam umbi kentang
meningkat dan terjadi pertambahan panjang.
Data yang diperoleh pada perlakuan silinder kentang dengan konsentrasi
larutan sukrosa 0,5M, 0,75 M dan 1 M terjadi penyusutan umbi kentang. Hal ini
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan sukrosa yang hipertonis menyebabkan
perbedaan konsentrasi antara sukrosa dan jaringan kentang sehingga air dalam
kentang bergerak ke luar sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Arlita (2013), bahwa
konsentrasi di lingkungan yang lebih pekat, air di dalam kentang keluar menuju
ke larutan gula yang memiliki konsentrasi yang menyebabkan perubahan dimensi
kemudian menjadi menyusut.
Setelah pemaparan pembahasan sebelumnya, fenomena yang terjadi sangat
terkait dengan faktor yang mempengaruhi potensial osmotik. Salah satunya ialah
konsentrasi, dimana pada konsentrasi 0 M dan 0,25 M mengalami pertambahan
panjang pada umbi kentang sedangkan pada konsentrasi 0,50 M, 0,75 M dan 1 M
mengalami penyusutan ukuran umbi kentang. Dengan demikian semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan maka nilai potensial osmotiknya akan menurun. Hal ini
sesuai dengan Lewar (2016), bahwa air akan bergerak menuju potensi air yang
lebih negatif yaitu, air bergerak ke arah yang menurun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas maka dapat diperoleh
kesimpulan melalui percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadi perubahan panjang umbi kentang yang disebabkan oleh gradien
potensial osmotik pada kentang yang direndam di dalam larutan sukrosa dan
aquades.
2. Perbedaan konsentrasi mempengaruhi potensial osmotik ukuran panjang
kentang.
3. Sel kentang pada kondisi kondisi larutan hipertonis mengalami plasmolisis.
Sedangkan pada kondisi larutan hipotonis mengalami kekauan.
5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih teliti dalam melakukan proses pengukuran untuk
menghindari kesalahan yang dapat terjadi. Diharapkan pula mahasiswa dapat
mengetahui teori potensial osmotik dan potensial air pada jaringan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Arlita, Malyan A., Waluyo, Sri., dan Waji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi
Terhadap Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung, 2(1): 85-94
Ford R. 2015. Demonstrating Osmotic Potential: One Factor in the Plant Water
Potential Equation. Proceedings of the Association for Biology Laboratory
Education, 36(29): 1-5.
Hamim, I. 2020. Peranan dan Fungsi Air sebagai Penyusun Tubuh Tumbuhan.
Jakarta: Pustaka UT.
Hidayat, Yudi S. 2014. Karakterisasi Morfologi Beberapa Genotipe Kentang
(Solanum Tuberosum) yang Dibudidayakan di Indonesia. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Ismadi, I., Annisa, K., Nazirah, L., Nilahayati, N., dan Maisura, M. 2021.
Karakterisasi Morfologi Dan Hasil Tanaman Kentang Varietas Granola
dan Kentang Merah yang Dibudidayakan di Bener Meriah Provinsi
Aceh. Jurnal Agrium, 18(1): 63-71.
Kim, H. K., Park, J., dan Hwang, I. 2014. Investigating Water Transport Through
the Xylem Network in Vascular Plants. Journal of Experimental
Botany, 65(7): 1895-1904.
Kuntari, F. R., Pranowo, S., dan Sutresno, A. 2019. Studi Proses Difusi melalui
Membran dengan Pendekatan Kompartemen. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, 15(2): 62-65.
Lewar, Y., Heo, Y. D., dan Bunga, S. J. 2016. Kajian Potensial Osmotik dan
durasi Osmoconditioning Terhadap Daya Hantar Listrik dan Kandungan
Kimia Benih Kacang Merah yang Telah Mengalami
Deteriorasi. Partner, 21(2): 293-303.
Martinez, L. J., dan Garcia, F., N. 2017. Water Potential Regulation, Stomatal
Behaviour and Hydraulic Transport Under Drought: Deconstructing the
Iso/Anisohydric Concept. Plant, cell & environment, 40(6): 962-976.
Taiz, L., Zeiger, E., Møller, I. M., dan Murphy, A. 2015. Plant Physiology and
Development Ed. 6. USA: Sinauer Associates Incorporated.
Ulfa, H. L., Falahiyah, R., dan Singgih, S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang dan
Wortel Menggunakan Larutan NaCl. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pengetahuan Alam, 9(2): 110-116.
Yahya, 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum
dan Doucus Carota. Jurnal Biologi Education, 4(1): 196-206.
LAMPIRAN
a. Lampiran Tabel
Tabel 5. Panjang silinder umbi kentang setelah direndam dalam berbagai seri
larutan sukrosa selama 40 menit
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
No
0M 0,25 M 0,50 M 0,75 M 1M
1 4.1 4.1 3.9 3.9 3.8
2 4.2 4.2 3.9 3.9 3.8
3 4 4.1 3.9 3.9 3.8
Rerata 4.1 4.1 3.9 3.9 3.8
b. Lampiran Perhitungan
Perhitungan Larutan Sukrosa dengan Konsentrasi 1 M
g 1000
M= :
Mr V
g 1000
1 M= :
342 100
1000
g=1 x 342 :
100
g=34,2 gram
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,25 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,25 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,25 M . 50 mL
V1 = 12,5 mL
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,50 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,50 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1M . V1 = 0,50 M . 50 mL
V1 = 25 mL
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,75 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,75 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,75 M . 50 mL
V1 = 37,5 mL
c. Lampiran Gambar

Gambar 11. Pencucian Gambar 12. Pencucian


Bahan Kentang. Pelubang Umbi.
yang yang

Gambar 13. Pembuatan Gambar 14. Pembuatan


Larutan Sukrosa 0 M Seri Larutan Sukrosa

Gambar 15. Pembuatan Gambar 16. Pemotongan


Silinder Kentang. Silinder Kentang dengan
Ukuran 4 cm.

Gambar 17. Perendaman Gambar 18. Pengukuran


Silinder Kentang Selama Silinder Kentang setelah
30 Menit. Perendaman.
d. Lampiran Buku

Anda mungkin juga menyukai