Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM I

FISIOLOGI TANAMAN

“Pengangkutan Air pada Tumbuhan (Difusi, Imbibisi dan Osmosis)”

OLEH:

NAMA : RISKA ANDINI


NIM : D1B121042
KELAS : AGT3-A
SHIFT : I (SATU)

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.

Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air

merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada

kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Air sangat berperan penting pada

kelangsungan hidup makhluk hidup salah satunya adalah tumbuhan. Agar supaya

tanaman tumbuh dan berproduksi dengan baik, maka media tumbuh tanaman harus

menyediakan kebutuhan tanaman tersebut. Kebutuhan tanaman antara lain cahaya,

air, dan unsur hara.

Tumbuhan merupakan organisme kompleks yang didalamnya tersusun dari

sel, sekelompok sel dengan bentuk dan fungsi yang sama (hampir sama)

membentuk jaringan, sekelompok jaringan akan membentuk organ, sekelompok

organ membentuk sistem organ dan akhirnya membentuk organisme (individu).

Proses fisiologi yang berlangsung pada tumbuhan banyak berkaitan dengan air atau

bahan-bahan (senyawa atau ion) yang terlarut di dalam air. Air merupakan

komponen penyusun dalam membentuk jaringan tumbuhan.

Difusi adalah proses pergerakan partikel, molekul, ion, gas atau cairan dari

konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah hingga tercapai suatu

kesetimbangan. Difusi terbantu adalah difusi yang memerlukan bantuan protein.

Sedangkan osmosis adalah proses bergeraknya molekul pelarut (air) dari larutan

dengan konsentrasi rendah (hipotonik) ke larutan dengan konsentrasi yang lebih

tinggi (hipertonik) melalui selaput selektif permeable.


Imbibisi yaitu proses penyerapan air ke dalam sel-sel imbiban (biji yang

akan berkecambah). Proses ini sangat penting karena masuknya airkedalam biji

memacu fitohormon aktif bekerja. Banyaknya air yang di hisap selama proses

imbibisi umumnya kecil, cepatdan tidak boleh dari 2-3 kali berat kering dari biji.

Kemudihan pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akardan sistem yang

cepat., lebih luas dan banyak menmpung sumber air yang di terima.

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari

bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus

dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan

gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,

tapi dapat dihambat secara buatan dalam air yang jernih dibandingkan

semuanya yang sangat pekat berfungsi diamatinya bersama diangkat ditanah

bertinggi.

Berdasarkan uraian di atas maka maka perlu dilakukan praktikum mengenai

Pengangkutan Air pada Tumbuhan yaitu Difusi dengan menggunakan CuSO4,

Imbibisi yang menggunakan benih kedelai dan Osmosis dengan menggunakan

kentang.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses molekul tertentu

dalam air sebagai pelarut dalam sel, untuk mengetahui proses imbibisi molekul

organik dan menghitung kecepatan imbibisinya serta mengetahui proses osmosis

akibat perbedaan konsentrasi larutan.


Tujuan praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui proses molekul

tertentu dalam air sebagai pelarut dalam sel, untuk mengetahui proses imbibisi

molekul organik dan menghitung kecepatan imbibisinya serta mengetahui proses

osmosis akibat perbedaan konsentrasi larutan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Difusi

Jumlah air yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman bervariasi,

tergantung pada jenis tanaman. Kehidupan tanaman air berperan sebagai pelarut

unsur-unsur hara yang terkadung dalam tanah, sehingga dapat diambil oleh tanaman

dengan mudah melalui akar dan diangkut ke bagian tanaman yang mebutuhkan, Air

juga sebagai pelarut hasil fotosintesis untuk didistribusikan keseluruh bagian

tanaman yang akan digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Kekurangan air

mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi,

biokimia, anatomi dan morfologi, secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil

dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal (Ressie et al., 2018).

Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses,

difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses

difusi yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan proses masuknya air pada

ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa

perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses

imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap

jenis biji tanaman (Suhendra et al., 2020).

Difusi merupakan gerakan unsur hara dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

rendah. Pada waktu unsur hara diserap tanaman, maka hara yang ada dalam larutan

tanah akan bergerak menuju daerah perakaran akibat hukum difusi (Tampil et al.,

2021). Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara

tanaman dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang
mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara

permukaan akar dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada

tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang

bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar

rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat. Unsur P

dan K diserap tanaman terutama melalui difusi (Yudha et al., 2018).

Difusi merupakan sebuah pergerakan partikel yang bukan disebabkan oleh

pergerakan air, namun akibat adanya perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar

akar tanaman, zat akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat

yang konsentrasinya rendah. Dalam hal ini, unsur hara bergerak masuk ke dalam

akar tanaman karena konsentrasi dalam tanaman lebih tinggi dari konsentrasi tanah

(Rahanra dan Samber, 2022). Difusi adalah gerakan spontan molekul air dari

salinitas rendah ke salinitas tinggi. Pergerakan fluida hanya terjadi dengan adanya

membran semipermeabel dan perbedaan konsentrasi. Selaput semi permeabel

adalah penghalang yang memungkinkan molekul tertentu melewatinya (Zhou et al.,

2016).

2.2. Imbibisi

Imbibisi merupakan peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat

bersifat hidrofilik yang menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah

menyerap air. Proses imbibisi yang terjadi pada biji kering dapat membantu

melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma.

Hal ini mengakibatkan pecah atau robeknya kulit biji. Akibatnya ketika kulit biji
pecah, oksigen dapat masuk ke dalam biji. Dinding sel mengalami imbibisi dan gas

masuk ke dalam sel secara difusi (Istiqhomah et al., 2019).

Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke suatu zat melalui pori-pori,

imbibisi disebut juga dengan imbibisi atau osmosis penyerapan air. Imbibisi

merupakan tahap yang sangat penting yang dapat menyebabkan peningkatan

kandungan air dari benih biji tersebut yang diperlukan untuk meningkatkan

perubahan kimiawi dalam benih biji sehingga benih berkecambah. Air yang masuk

dalam biji pada proses imbibisi mengaktifkan enzim-enzim yang telah ada didalam

biji tersebut dan dapat membantu proses pembentukan enzim yang disalurkan ke

bagian embrionik axis untuk membantu proses terjadinya perkecambahan biji

(Idrus dan Fuadiyah, 2021).

Kecepatan yang terjadi pada peristiwa imbibisi dipengaruhi oleh komposisi

kotiledon seperti protein, ketebalan kulit dan lemak. Kecepatan proses imbibisi oleh

benih biji ini terkait dengan kecepatan perkecambahan, semakin tebal kulit biji

tersebut maka semakin lambat proses dengan waktu yang diperlukan air untuk

mengisi rongga lapisan kulit pada biji kedelai, yang mana kondisi ini akan dapat

memperlambat perkecambahan benih biji tersebut. Proses yang terjadi pada

perendaman biji ini menyebabkan air yang masuk kedalam biji sehingga

menyebabkan biji menjadi membengkak. Jumlah air terikat dan air bebas

mempengaruhi kadar air pada bahan. Tinggi rendahnya kadar air suatu bahan sangat

ditentukan oleh air terikat dan air bebas yang terdapat dalam bahan (Ferdiawan et

al., 2019).
2.3. Osmosis

Osmosis adalah difusi air melintasi membran semi permeabel. Atau dapat

juga di definisikan perpindahan. Perpindahan air melintasi membran dari wilayah

yang berkonsentrasi zat terlarut lebih rendah ke wilayah yang berkonsentrasi zat

terlarut lebih tinggi sampai konsentrasi zat terlarut pada kedua sisi membran setara

(Kurniasih et al., 2020). Membran merupakan lapisan pembatas tipis yang bersifat

selektif permeabel yang artinya hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul tertentu.

Membran dapat dikarakterisasi menjadi tiga jenis, yaitu membran berpori,

membran tak berpori, serta membran penukar ion (Winata, 2016).

Osmosis merupakan suatu peristiwa berpindahnya zat yang terkandung

dalam pelarut dari bagian yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke bagian yang

konsentrasinya lebih tinggi (hipertonik) dan melalui membran semipermeabel.

Membran semipermeabel merupakan selaput pemisah yang hanya bisa dilewati air

dan molekulnya. Membran ini harus bisa ditembus oleh zat pelarut sehingga

menyebabkan tekanan sepanjang membran tersebut (Ulfa et al., 2020)

Membran dapat diartikan sebagai proses pemisahan beberapa komponen

dari aliran fluida, membran berfungsi sebagai barrier yang sangat selektif diantara

dua fasa dan dapat menahan komponen tertentu. Membran berdasarkan ukuran

partikel yang difiltrasi terbagi menjadi mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi dan

reverse osmosis (Kurniawan dan Mariadi, 2016). Dehidrasi osmosis dapat

dilakukan dengan cara merendam bahan pangan menggunakan larutan garam,

larutan gula, sorbitol, gliserol ataupun bahan lainnya. Dengan tekanan osmosis yang
lebih tinggi, maka air dalam bahan makanan akan keluar melalui membran

semipermeabel menuju materi terlarut (Spetriani, 2019).

Tekanan osmotik telah diketahui memberikan pengaruh besar pada

pertumbuhan sel dan metabolismenya. Ketika sel-sel ragi mengalami tekanan

osmotik tinggi pada tahap awal. Tekanan osmotik tinggi, aktivitas air rendah (Aw)

dan pembentukan produk sampingan merupakan faktor kunci yang bertanggung

jawab untuk menghambat pertumbuhan (Yang et al., 2014)

Tekanan turgor dalam sel tumbuhan terlibat dalam banyak proses penting.

Tekanan turgor yang stabil dan normal diperlukan untuk pertumbuhan tanaman

yang sehat, dan perubahan tekanan turgor menunjukkan perubahan yang terjadi di

dalam jaringan tanaman. Kemampuan untuk menghitung tekanan turgor sel

tumbuhan memberikan peluang untuk lebih memahami proses pengaturan tekanan

di dalam tanaman, terutama ketika stres tanaman dipertimbangkan, dan untuk

memahami peran tekanan turgor dalam pensinyalan seluler. Tekanan turgor, terkait

dengan perubahan sifat mekanik dinding sel, mungkin terlibat dalam pensinyalan

sel-ke-sel dan respons pertumbuhan, serta koordinasi antara arah pertumbuhan dan

besaran pertumbuhan (Forouzesh et al., 2013).

2.4. CuSo4, Benih Kedelai dan Kentang

Proses perkecambahan ini adalah proses penyerapan air oleh benih biji

tersebut. Air disni berfungsi untuk melunakkan kulit biji dan dapat meningkatkan

proses perkembangan embrio dan endosperm. Kecepatan yang terjadi pada

peristiwa imbibisi ini dipengaruhi oleh komposisi kotiledon seperti protein,

ketebalan kulit dan lemak. Kecepatan proses imbibisi oleh benih biji ini terkait
dengan kecepatan perkecambahan, semakin tebal kulit biji tersebut maka semakin

lambat proses dengan waktu yang diperlukan air untuk mengisi rongga lapisan kulit

pada biji kedelai Selain itu faktor yang mempengaruhi biji kacang kedelai

mampumenyerap air lebih cepat dibanding biji kacang hijau karena luas permukaan

yang lebihluas dan ruang antar molekulnya yang lebih renggang. Penyerapan air

terhadap biji initerjadi karena adanya perpindahan antar molekul-molekul yang

memiliki konsentrasirendah ke konsentrasi tinggi (Idrus & Fuadiyah, 2021).

Kentang (Solanum tuberosum L) adalah tumbuhan yang termasuk dalam

kelompok umbi-umbian, yaitu umbi batang. Bentuk dari kentang itu sendiri bulat

tidak teratur dan permukaannya kasar. Kentang ini memiliki nilai ekonimis yang

tinggi apabila digunakan untuk membuat suatu olahan, tetapi salah satu kendala

pada produk kentang adalah ketahanan penyimpanan yang tidak lama dan mudah

mengalami browning yang disebabkan oleh kadar air yang tinggi. Dehidrasi

osmotik merupakan metode yang tepat untuk mengatasi masalah pada kentang

tersebut untuk mengurangi kadar air di dalam kentang sampai pada tingkat yang

rendah tanpa mengubah tekstur dan kandungan protein pada kentang itu (Halim et

al., 2020).
III. METODE PENELTIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit

Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu oleo, pada hari kamis, 16 Maret

2023 pukul 13.00-15.00 WITA.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pengangkutan air pada

tumbuhan (difusi, imbibisi dan osmosis) yaitu aquades, CuSO4, iodine, 100g benih

kedelai dan kentang.

Alat yang digunakan pada praktikum pengangkutan air pada tumbuhan

(difusi, imbibisi dan osmosis) yaitu pisau, petridish, cawan petri dan timbangan

analitik.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Difusi molekul CuSO4 dalam air

1. Menuangkan air sebanyak 15 ml dalam cawan petri, lalu meletakkan di

tempat datar yang dialasi dengan kertas putih.

2. Memasukkan kristal kecil CuSO4 ke dalam air di dalam cawan tadi.

3. Mengukur jarak sebaran air selah selang waktu 1 menit, 2 menit hingga

sebaran mencapai tepi cawan petri.

3.3.2. Imbibisi air dalam benih kedelai

1. Menimbang 100 g benih kedelai dengan timbangan analitik


2. Menimbang enlemeyer ukuran 250 ml.

3. Memasukkan benih kedalai sebanyak 100 gram kedalam enlemeyer.

4. Memasukkan air kedalam enlemeyer hingga mencapai takar 250 ml.

5. Mengangkat dan menimbang kembali benih kedelai setiap selang waktu 5

menit selama 15 menit.

6. Membuat tabel hubungan waktu perendaman dengan banyakan air yang

diserap oleh benih kedelai. Jumlah air yang diserap sama dengan berat benih

kedelai (sesudah perendaman/sebelum perendaman).

3.3.3. Osmosis

1. Memotong kentang dalam bentuk kubus 1x1x1 cm

2. Menyiapkan 3 cawan petri berlabel A, B dan C.

3. Menuangkan larutan iodine 1%, 10%, 100% secara berurutan pada beaker

glass A, B dan C.

4. Memasukkan 3 buah kubus kentang dalam setiap cawan petri.

5. Setiap selang waktu 5 menit (selama 15 menit) keluarkan sebuah kubus dan

memotong menjadi 2 bagian.

6. Mengukur jarak iodine yang masuk kedalam kubus tersebut dengan

mengukur mulai dari tepi irisan menuju ke daerah tengah yang masih dapat

teramati adanya warna larutan iodine,

7. Menghitung jarak reratanya selama 15 menit.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
4.1.1. Tabel pengamatan difusi

Sampel Waktu Jarak Kecepatan Rata-Rata Gambar


(t) (s) (v) (v)

1 2 cm 2 cm/min

2 4,5 cm 2,25 cm/min

A 1,6 cm/min
3 5,2 cm 1,73 cm/min

1 2,5 cm 2,5 cm/min

2 4 cm 2 cm/min

B 0,8 cm/min
3 4,1 cm 1,36 cm/min

1 2,9 cm 2,9 cm/min

2 4,7 cm 2,35 cm/min

C 1 cm/min
3 4,9 cm 1,63 cm/min
4.1.2. Tabel pengamatan imbibisi

Waktu Berat Berat setelah Berat daya Gambar


perendaman awal perendaman serap (W₀-
(W₀) (W₁) W₁)

5 100 g 134,83 g 34,83 g

10 100 g 144,2 g 44,2 g

15 100 g 149,24 g 49,24 g


4.1.3. Hasil pengamatan osmosis

Sampel Waktu (t) Panjang Rata-Rata Gambar


serapan serapan

5 0,5 cm

1% 10 0,8 cm

15 1 cm 0,76 cm/min

5 0,4 cm

10 % 10 0,7 cm

0,66 cm/min
15 0,9 cm

5 0,2 cm

100% 10 0,9 cm

15 1 cm 0,7 cm/min

4.2. Pembahasan

Difusi adalah proses perembesan senyawa kimia tertentu secara spontan dari

daerah yang memiliki konsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah.

Proses difusi digerakkan oleh gaya dorong yang terjadi karena adanya beda

potensial dari tinggi ke rendah baik dalam hal temperatur konsentrasi dan lain-lain

(Koryati et al., 2021). Mekanisme difusi dipengaruhi oleh bebrapa fakor seperti
interkasi antar ion, tekstur zat, kelembaban, suhu dan lain-lain (Farassati et al.,

2021).

Berdasarkan tabel 4.1.1 Berdasarkan hasil di atas kita dapat mengetahui

perubahan yang terjadi pada pengujian difuni Pengamatan kecepatan rata-rata difusi

pada sampe A kecepatan penyebaran dengan rata-rata 1,6 min, pada sampel B

kecepatan penyebaran dengan rata-rata 0,8 mmin dan pada sampel C penyebaran

kecepatan dengan rata-rata 1 ms. Beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan

difusi, yaitu kuran partikel, ketebalan membran, las suatu area, jarak dan dapat

diketahui bahwa difusi molekul CuSO4 dengan berat 1 gram di air sebanyak 15 ml

akan semakin luas penyebarannya seiring dengan pertambahan waktu. Walaupun

semakin meluas, namun kecepatan rata-rata difusi akan semakin menurun karean

proses difusi juga akan semakin melambat. Menurut Rahmawati (2018), proses

difusi molekul tertentu pada benda cair lama-kelamaan akan berhenti dan terjadi

kesetimbangan. Kesetimbangan terjadi akibat zat yang telah bersifat homogen.

Imbibisi merupakan proses penyerapan air oleh benda-benda atau zat-zat

hidrolik seperti protein, pati, selulosa dan lain-lain yang menyebabkan zat atau

benda tersebut dapat mengambang setalah menyerap air. Imbibisi pada tumbuhan

dapat dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, jumlah pori-pori dan lain-lain (Farassati

et al., 2021).

Berdasarkan tabel 4.1.2 dapat diketahui bahwa terjadi proses imbibisi air ke

dalam benih kedelai dengan beberapa tingkatan waktu. Pada 5 menit perendaman,

didapatkan daya serap benih sebesar 34,83 gram. Kemudian setelah 10 menit

perendaman, berat daya serap benih meningkat menjadi 44,2 gram dan setelah 15
menit perendaman, daya serap benih telah menjadi 49,24 gram. Dapat dilihat

bahwa semakin lama perendaman maka berat daya serap benih akan semakin

meningkat. Benih kedelai yang awalnya memiliki berat 100 gram dan setelah

perendaman 15 menit berat benih akan naik menjadi 49,24 gram menunjukan

kekuatan daya serap air yang tinggi oleh benih kedelai. Sesuai dengan pendapat

Yuanasari et al., 2021, bahwa benih kedelai memiliki permukaan yang luas,

poripori yang luas dan banyak mengandung protein sehingga proses imbibisi dapat

berlangsung dengan cepat.

Osmosis merupakan pergerakan air dari potensial rendah ke potensial tinggi

melalui membrane semipermeabel. Berdasarkan tabel 4.1.3. dapat diketahui bahwa

semakin tinggi konsentrasi larutan iodin yang diberikan maka panjang serapan oleh

kentang akan semakin bertambah dan nampak. Kentang yang beri larutan iodin 1%

memiliki panjang serapan rata-rata hanya 0,76 cm sedangkan kentan dengan larutan

iodin 10% memiliki rata-rata Panjang serapan 0,66 cm dan iodin 100% memiliki

rata-rata panjang serapan 0,7 cm. Menurut Yahya (2015), umbi memiliki sifat

semipermeable karena dapat dilalui oleh air. ketika air masuk ke dalam umbi maka

konsentrasi air di dalam umbi akan meningkat. Hubungan antara jumlah larutan

dengan kecepatan osmosis dijelaskan oleh Wirawan dan Anasta (2013) yang

menjelaskan bahwa semakin tinggi larutan osmosis dan juga suhu, maka akan

semkin tinggi laju perpindahan larutan. Dengan bertambahnya waktu pula air yang

berpindah juga akan semakin banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Asmarahman C, Tsani MK, Prasetia H, Damayanti I, Surnayanti S dan Bintoro A.


2022. Perbanyakan Legume Cover Crop Desmodium Trifolium pada
Beberapa Media Tanam. Gorontalo Journal of Forestry Research, 5(1): 39-
50.
Ferdiawan N, Nurwantoro dan Dwiloka B. 2019. Pengaruh Lama Waktu Germinasi
terhadap Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tepung Kacang Tolo (Vigna
unguiculata L). Jurnal Teknologi Pangan. 2(3) : 349-354.
Forouzesh E, Goel A, Mackenzie SA dan Turner JA. 2013. In Vivo Extraction of
Arabidopsis Cell Turgor Pressure Using Nanoindentation in Conjunction
With Finite Element Modeling. The Plant Journal, 73(3): 509-520.
Halim LU, Rikha F dan Suwito S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang dan Wortel
Menggunakan Larutan NaCl. Jurnal Sainsmat. 9(2): 110-116.
Idrus HA dan Fuadiyah S. 2021. Uji Coba Imbibisi pada Kacang Kedelai (Glycine
max) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Prosiding SEMNAS BIO. 01 : 710-
716.
Idrus, H. A., & Fuadiyah, S. (2021, September). Uji Coba Imbibisi Pada Kacang
Kedelai (Glycine max) Dan Kacang Hijau (Vigna radiata). In Prosiding
Seminar Nasional Biologi. 1(1). 710-716.
Istiqhomah S, Mukaromah AS dan Rusmadi R. 2019. Pengaruh Kepadatan Medium
MS0 terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays L., Var.” Lokal”)
secara In Vitro. Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology, 2(2):
68-75.
Kurniasih W, Anggraeni S dan Supriatno B. 2020. Alternatif Lembar Kerja Peserta
Didik Materi Osmosis Berbasis ANCORB:(Alternative Student Worksheets
on ANCORB-Based Osmosis Materials). Biodik, 6(3): 266-280.
Kurniawan I dan Mariadi PD. 2016. Profil Hybrid Membrane dalam Proses Reduksi
Air Limbah. Jurnal Konversi, 5(1): 1-10.
Rahanr RM dan Samber L. 2022. Upaya Peningkatan Tanaman Buah Merah Papua
(Pandanus conoideus) dengan Berbagai Perlakuan Pupuk Organik Cair dan
Pupuk Kompos di Kampung Mariadei. BIO-EDU: Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(1): 9-24.
Ressie ML, Mullik ML dan Dato TD. 2018. Pengaruh Pemupukan dan Interval
Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah Odot
(Pennisetum purpereum cv Mott). Jurnal Sain Peternakan
Indonesia, 13(2): 182-188.
Spetriani. 2019. Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Larutan Gula pada Proses
Dehidrasi Osmotik Buah Naga (Hylocereus sp.). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan. 5(1) : 441.
Suhendra D, Efendi S dan Anwar A. Efek Perubahan Kondisi Fisik Benih Kopi
terhadap Konsentrasi Hormon Giberellin (GA3) dan Perendaman Suhu Air
yang Berbeda Effects of Changes in the Physical Condition of Coffee Seeds
with Concentration of Gibberellin Hormone (GA3) and Different Water
Temperatures. Jurnal Penelitian Agronomi, 22(2): 109-113.
Tampil NS, Kaunang D dan Titah T. 2021). Kandungan Hara Fosfor dan Kalium
di Sekitar Perakaran Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Cranz).
In COCOS, 7(7): 1-6
Ulfa HL, Falahiyah R, Singgih S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang dan Wortel
Menggunakan Larutan NaCl. Jurnal Sainsmat. 9(2). :110-116.
Winata NA. 2016. Teknologi Membran untuk Purifikasi Air. Jurnal Teknik Kimia
ITB, 1(1): 2-3.
Yang LB, Zhan XB, Zheng ZY, Wu JR, Gao MJ and Lin CC. 2014. A Novel
Osmotic Pressure Control Fed-Batch Fermentation Strategy for
Improvement of Erythritol Production By Yarrowia Lipolytica from
Glycerol. Bioresource Technology. 151: 120-127.
Yudha RGB, Parwati WDU dan Umami A. 2018. Pengaruh Konsentrasi dan
Frekuensi Penyiraman Urin Kambing terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit
Pre Nursery. Jurnal Agromast, 3(1).
Zhou Z, Abass H, Li X, Bearinger and Frank W. 2016. Mechanisms of Imbibition
During Hydraulic Fracturing in Shale Formations. Journal of Petroleum
Science and Engineering. 141: (125-132).

Anda mungkin juga menyukai