Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PENGARUH KADAR LARUTAN TERHADAP PROSES IMBIBISI DAN
PLASMOLISIS

Disusun Oleh:
Petalita Akhirullistya (20210122018)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN (INTAN) YOGYAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang
berjudul “Pengaruh Kadar Larutan Terhadap Proses Imbibisi”.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Arini Al Ifah S.Si.M. P selaku dosen pada mata kuliah Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Yogyakarta, 8 Maret 2023

Penulis

2
A. Latar Belakang
Fisiologi tumbuhan merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mengkaji
terkait proses yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan, salah satu proses yang terjadi
pada pada biji yaitu imbibisi, atau dapat disebut dengan penyerapan air oleh biji
yang sedang berkecambah. Imbibisi merupakan suatu proses pematahan masa
dormansi pada biji. Biji merupakan bagian dari tumbuhan atau tanaman yang dapat
menjadi bakal calon tanaman. Tumbuhnya suatau tanaman dimulai dari biji atau
benih.
Kadar air biji merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan biji. Penyerapan air oleh biji akan
mempengaruhi proses perkecambahan, mula-mula air masuk ke dalam biji secara
imbibisi dan osmosis, kemudian terjadi pelunakan kulit biji, pengembangan embrio
dan endosperm, dan pada akhirnya kulit biji pecah dan terjadi pengeluaran radikula
(Muliana, 2013).
Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke suatu zat melalui pori-pori,
imbibisi disebut juga dengan imbibisi atau osmosis penyerapan air (Idrus &
Sa’diyatul, 2021). Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang
terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar
tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh
biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada
proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau
terlebih dahulu direndam dengan air.
Proses yang terjadi pada perendaman biji ini menyebabkan air yang masuk
kedalam biji sehingga menyebabkan biji menjadi membengkak. Biji kacang yang
membengkak tersebut mengakibatkan struktur didalam biji menjadi lebih renggang,
sehingga ketika dikeringkan air yang terdapat didalam biji tersebut menjadi lebih
mudah keluar sehingga menyebabkan kadar air yang ada di kecambah menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan kacang yang tidak dikecambahkan. Jumlah air terikat
dan air bebas mempengaruhi kadar air pada bahan. Tinggi rendahnya kadar air suatu
bahan sangat ditentukan oleh air terikat dan air bebas yang terdapat dalam bahan
(Ferdiawan, et al.,2019).

3
Proses imbibisi biji sangat dipengaruhi oleh jenis biji dan senyawa-senyawa
yang ada dalam biji serta kondisi larutan yang ada disekitar biji. Jenis biji berkaitan
dengan struktur dan tekstur kulit biji (Rahayu dan Yuliani, 2013). Akan tatapi di
lain sisi imbibisi oleh biji akan mengalami tahap jenuh atau berhenti, dimana biji
sudah tidak lagi menyerab air karena kondisi air didalam biji sudah mencapai titik
jenuh. Adapun faktor yang mempengaruhi imbibisi pada biji baik itu faktor dari
biji itu sendiri ataupun faktor dari lingkungan sekitar biji.
Pada praktikum akan dilakukan pengamatan penyerapan air oleh biji kacang
merah. Kita akan melihat seberapa besar air yang dapat diserap oleh biji kacang
merah dengan mengetahui berat biji kacang merah sebelumnya direndam dan
setelah direndam. Pada praktikum ini menggunakan 5 perlakuan dengan
menggunakan NaCl akan tetapi konsentrasi masing-masing berbeda dan
menggunkan aquades. Hal demikianlah yang melatarbelakangi dilaksanakannya
praktikum “Pengaruh Kadar Larutan Terhadap Proses Imbibisi”.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kadar larutan terhadap proses imbibisi.

C. Tinjauan Pustaka
1. Transportasi Tumbuhan
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran
zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah
(misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya
dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi
(misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh
pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Tumbuhan memperoleh
bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O 2 2, CO2, air dan unsur hara.
Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme
proses penyerapan dapat berlangsung karena adanya proses imbibisi, difusi,
osmosis dan transpor aktif (Mahran, 2012).

4
2. Imbibisi
Menurut Tjitrosomo (1985) imbibisi adalah absorpsi air oleh bahan-
bahan koloid dan zat padat dalam bagian tumbuhan. Masuknya air sering
disertai dengan membengkaknya bahan koloid dan peningkatan berat
tumbuhan. Misalnya, bijiakan menjadi lebih besar jika diletakkan dalam
air atau tanah yang lembab, dan hal ini dikatakan sebagai proses imbibisi.
Pada imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti pada osmosis.
Imbibisi terjadi karena permukaan struktur–struktur mikroskopis dalam
sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati, protein, dan bahan lainnya
menarik dan memegang molekul air dengan gaya tarik antar molekul.
Imbibisi dapat menimbulkan kekuatan yang sangat besar (Loveles, 1991).
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel,
sehingga dinding selnya akan mengembang. Misalnya masuknya air pada
biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa
jam. Perbedaan antara osmosis dan imbibisi yaitu pada imbibisi terdapat
adsorban. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi
adalah adanya gradient potensial air antara permukaan adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi dan adanya afinitas antara komponen adsorban
dengan senyawa yang diimbibisi (Agus, 2010). Penyerapan air
dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan faktor
luar atau faktor lingkungan. Menurut Soedirokoesoemo (1993), faktor
dalam terdiri dari:
a. Kecepatan transpirasi yakni semakin cepat transpirasi makin cepat
penyerapan.
b. Sistem perakaran, dimana tumbuhan yang mempunyai system
perakaran berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan
lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak.
c. Kecepatan metabolisme hal ini disebabkan karena penyerapan
memerlukan energi, maka semakin cepat metabolisme (terutama
respirasi) akan mempercepat penyerapan

5
Sedangkan untuk faktor lingkungan terdiri dari:
a. Ketersediaan air tanah yakni tumbuhan dapat menyerap air bila air
tersedia antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air
melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada
dalam lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah merupakan air tanah bukan air murni, tetapi
larutan yang berisi berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan
tanah semakin sulit penyerapan.
c. Temperatur tanah dimana temperatur mempengaruhi kecepatan
metabolisme. Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu
saja ada temperatur optimum untuk penyerapan.
d. Aerasi tanah dimana yang dimaksud dengan aerasi adalah
pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO 2 dari
lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak
baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO 2 yang
selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap
permeabilitas membran sel.
3. Difusi dan Osmosis
Pada dasarnya imbibisi meliputi dua proses yang berjalan bersama
yaitu difusidan osmosis. Difusi merupakan perpindahan zat-zat atau
molekul-molekul dari daerah konsentrasi tinggi (hipertonik) ke
konsentrasi rendah (hipotonik). Difusi dapat berlangsung dalam sel-sel
hidup, termasuk pada sel tumbuhan. Telah diketahui bahwa isi sel hidup
adalah protoplasma yang merupakan satu larutan. Tubuh tumbuhan
dibangun oleh sel-sel tumbuhan yang setiap selnya memiliki dinding sel
dari selulosa. Dinding tersebut umumnya bersifat permeabel sehingga
dapat dilewati air dan zat-zat telarut di dalamnya. Difusi yang tergantung
pada suatu mekanisme transpor khusus dari membran seperti enzim
permease disebut difusi terbantu, misalnya difusi ADP ke dalam dan
difusi ATP ke luar dari mitokondria (Mahran, 2012).

6
Sedangkan, Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif,
dimana molekul air berdifusi melewati membran yang bersifat selektif
permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan
yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan
dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan
yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan
yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran
sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan
hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula
(terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa
melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih
banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut),
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab
itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik
ke hipertonik.
4. Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) tergolong tanaman
kelompok kacang polong (legume); satu keluarga dengan kacang hijau,
kacang kedelai, kacang tolo dan kacang uci. Kacang merah mudah
didapatkan karena sudah ditanam diseluruh propinsi di Indonesia. Biji
kacang merah merupakan bahan makanan yang mempunyai energy tinggi
dan sekaligus sumber protein nabati yang potensial. Kacang merah dapat
digunakan sebagai sayuran (sayur asam, sup), campuran salad, sambal
goreng, kacang goreng, bahan dodol, wajik, dan aneka kue lainnya
(Astawan, 2009).
Adapun taksonomi tanaman kacang merah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales

7
Famili : Leguminoseae
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris
D. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal Kamis, 2 Maret 2023 di Laboratorium
Institut Pertanian INTAN Yogyakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Cawan porselin
2. Gelas ukur
3. Timbangan
4. Erlenmeyer
b. Bahan
1. Biji kacang merah,
2. NaCl
3. Aquades
3. Cara Kerja

Timbang biji kacang merah akan di uji

Masukan 20 ml NaCl kedalam setiap cup plastic dan aquades


sebagai control

Masukan biji yang sudah di timbang pada larutan NaCl, tutup dan biarkan
selama ± 48 jam

Ambil biji dan bersihkan lalu timbang

Hitung presentase larutan yang masuk kedalam biji tiap larutan terhadap berat
kering
8
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Kadar larutan Berat mula-mula Berat setelah Kadar air yang
NaCl (g) (gr) direndam berimbibisi
(gr) (%)

a. 2 (0,3 M) 8,615 17,170 49,83%

b. 4,68 (0,8 M) 9,802 18,207 46,16%

c. 5,86 (1 M) 9,770 18,553 47,34%

d. 7,61 (1,3 M) 8,677 14,130 38,60%

e. 10 (1,6 M) 9,596 15,567 38,36%

2. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil data yang telah didapatkan semakin tinggi kandungan
NaCl yang diberikan maka proses imbibisi akan semakin kecil persentasenya. Laju
imbibisi akan berkurang karena NaCl pada medianya mengurangi air bebas atau
tersedia bagi benih. Ion-ion NaCl menghambat ion air untuk masuk kedalam benih.
Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah dapat menunjukkan potensial osmotik
larutan tanah sehingga mengurangi ketersediaan air bagi tanaman (Ghafoor et al,
2004). Namun, berdasarkan data diatas terdapat satu hasil data yang tidak sejalan
dengan teori yang ada pada percobaan (b) yang lebih besar nilainya dibandingkan
percobaan (c). Hal tersebut diduga terjadi dari beberapa kemungkinan seperti
kesalahan ketika penimbangan atau dapat juga terjadi akibat air yang digunakan
bukan aquades, sehingga air keran yang memiliki kemungkinan telah
terkontaminasi dengan faktor lainnya seperti, suhu air atau tekanan hidrostatik yang
bisa saja berbeda dengan perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kamil
(1987) bahwa faktor yang mempengaruhi penyerapan air pada benih adalah
permeabilitas membran benih, konsentrasi air, tekanan hidrostatik, luas permukaan
biji yang kontak dengan air, varietas, tingkat kemasakan, komposisi kimia, dan
umur.

9
F. Kesimpulan
1. Imbibisi dapat terjadi apabila ada beberapa faktor yaitu konsentrasi air,
tekanan hidrodstatik, daya inter molekuler, luas permukaan biji, suhu, kulit
biji, umur, tingkat kemasakan biji, komposisi kimia pada biji.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaCl maka akan semakin memperkecil proses
imbibisi dikarenakan ion ion air yang terhlang oleh ion NaCl, dan
perendaman dalam waktu yang relatif semakin besar juga berpotensi untuk
merusak sel pada biji.
3. Perbedaaan penurunan nilai dari hasil data yang tidak garis lurus dapat
disebabkan oleh faktor imbibisi atau terkontaminasinya air yang digunakan
dikarenakan tidak menggunakan aquades.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2010. Peristiwa Imbibisi Pada Biji. Web Online. Web Publication:
http://agushome.blogspot.com/2010/07/peristiwa-imbibisi-pada
biji.html. (Diakses pada hari Rabu, 01 Maret 2023 pukul 10:45 WIB).
Ferdiawan, N., Nurwantoro & Dwiloka, B., 2019. Pengaruh Lama Waktu
Germinasi terhadap Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tepung Kacang Tolo
(Vigna unguiculata L.). Jurnal Teknologi Pangan, 2(3), pp. 349-354.
Gafoor, A, Qadive & Nutaza, N 2004, Salt affected soils: Principle of Management
1ed. Allied Book Centre, Lahore.
Idrus H. A. & Sa’diyatul F. 2021. Uji Coba Imbibisi pada Kacang Kedelai (Glycine
max) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Prosiding SEMNAS BIO.
UNP. Vol, 01, Hal 710-716.
Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih. Padang: Angkasa Raya
Loveless, A. R. 1991. Prinsip–Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mahran. 2012. Sistem Transportasi pada Tumbuhan.
http://mahranzaim.blogspot.com/2012/11/sistem-transportasi-pada
tumbuhan.html. (Diakses pada hari Rabu, 01 Maret 2023 pukul 09:45
WIB).
Muliana. 2013. Penyerapan Air oleh Biji yang Berkecambah. Web Online. Web
Publication:http://natureloverSbiomuli.blogspot.com/2012/04/penyera
pan-air-oleh-biji-yang.html. (Diakses pada hari Selasa, 28 Februari
2023 pukul 09:20 WIB.
Rahayu, Yuni Sri dan Yuliani. 2013. Panduan Praktikum Ilmu Hara. Surabaya:
Unipress.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tjitrosomo, S. S. 1985. Botani Umum 2. Angkasa, Bandung.

11
Lampiran
1. Penimbangan benih kacang
merah

2. Penimbangan larutan NaCl

3. Memasukan biji ke labu


erlemeyer

4. Memasukan larutan NaCl ke


labu erlemeyer

5. Proses penutupan plastic labu


erlemeyer untuk pendiaman 48
jam

12
6. Penimbangan akhir setelah
pendiaman

13
PLASMOLISIS
A. Latar Belakang
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis plasmolisis terjadi jika
sel tumbuhan diletekan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik). Plasmolisis
merupakan respon dari sel-sel tumbuhan yang terpapar oleh adanya larutan
hypertonis. Proses plasmolitik didorong oleh adanya vakuola dan peritiwa ini
bersifat reversible (dapat kembali ke keadaan normal/deplasmolisis) dan bersifat
khas bagi sel tanaman hidup (Lang, et.al., 2014).
Tumbuhan merupakan mahkluk hidup multiseluler. Sel tumbuhan terdiriatas
dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu pada sel
tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membran plasmayang
merupakan membran yang mampu mengatur secara selektif aliran cairandari
lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu seltumbuhan
diletakkan di dalam suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggidaripada di
dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volum isi sel berkurang.
Karena dinding sel bersifat permeabel maka ruang antara membrandan dinding sel
akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampaikonsentrasi di dalam
dan di luar sel sama besar.
Tumbuhan memerlukan air dan garam mineral dari dalam tanah, air dan
garammineral diserap oleh bulu akar dan diangkut kedaun sehingga tanaman
menjadisegar. Tanaman segar terjadi karena isi sel menekan dinding sel
sehinggamenyebabkan tekanan turgor tinggi. Tetapi sebaliknya jika isi keluar
makatekanan isi terhadap dinding sel menjadi rendah, akibatnya tanaman
tampaklayu, keadaan demikian, disebut mengalami plasmolisis. Jika ditinjau
daritekanan plasmolisis yang memiliki osmosis tinggi.
Tekanan osmosis yaitu kemampuan sel menyerap air dari lingkungannya
tanaman layu dikatakan memiliki tekanan osmosis tinggi atau disebut pulamemiliki
tekanan turgor rendah. Larutan yang memiliki tekanan turgor rendah. Larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi disebut hipertonis sedangkan yangmemiliki konsentrasi
rendah disebut hipotonis. Jika sel tanaman ditempatkandalam larutan hipertonis

14
maka akan mengalami plasmolisis. Pada praktikumyang akan kami lakukan yaitu
mengamati peristiwa plasmolisis sel epidermis pada tanaman Rhoe discolor.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui besarnya
plasmolisis pada tanaman.
C. Tinjauan Pustaka
Sel tumbuhan bisa mengalami peristiwa yang dinamakan plasmolisis, yaitu
apabila ia berada pada larutan yang hipertonik, atau lebih pekat dibandingkan
dengan konsentrasi plasma selnya sehingga air yang berada dalam vakuola akan
merembes keluar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding
sel. Keadaan ini akan kembali seperti semula apabila lingkungan sel diganti dengan
larutan hipotonik. Kembalinya keadaan protoplasma setelah plasmolisis disebut
deplasmolisis.
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada
sel, sehingga unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuknya suatu zat.
Sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Plasmolisis
adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan
keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Plasmolisis
menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu
zat/materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya
sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan
lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi
itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan
sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air
yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup
besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Sel
daun Rhoeo discolor yang dimasukan kedalam larutan sukrosa mengalami

15
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya,
yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal
ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan. Sel
yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke
dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang nilainya tinggi (=
0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih rendah (negatif).
Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke dalam sel sampai
tercapai keadaan setimbang. Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi.
Secara sederhana dapatdikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput
yang permeabel secaradifferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat
berkonsentrasi rendah. Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar
air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
(Kimball, 1983).
D. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal Kamis, 5 Maret 2023 di Laboratorium
Institut Pertanian INTAN Yogyakarta.
2. Alat dan Bahan
1. Alat
1. Pipet tetes
2. Pisau
3. Mikroskop
4. gelas beker
5. Kaca preparat
2. Bahan
1. Rhoe discolor,
2. Sukrosa
3. Aquades

16
3. Cara Kerja

Sayat daun Rhoe discolor tipis

Amati dimikroskop, catat jumlah selnya

Tetesi dengan larutan sukrosa

Amati dimiskroskop, catat jumlah selnya

Ulangi dengan larutan lain dan catat dalam tabel

E. Hasil dan Pembahasan


Konsentrasi Jumlah sel % sel yang
Larutan Mula-mula Setelah terplasmolisis
perlakuan
0,1 M (30 Menit) 395 70 0,177
0,5 M (30 Menit) 364 294 0,807
0,8 M (30 Menit) 333 291 0,874
1 M (15 Menit) 281 352 1,253
2 M (15 Menit) 130 366 2,815

Berdasarkan data hasil yang didapatkan bahwa Rhoeo discolor pada setiap
perlakuannya mengalami plasmolisis yang relatif semakin besar sejalan dengan
konsentrasi larutan yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dari jumlah sel pada
perlakuan 0,1 M jauh lebih rendah tingkat plasmolisisnya dibandingkan 2M. Air
yang diteteskan membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun luar sel.
Hal ini hampi sama dengan prinsip osmosis yaitu perpindahan pelarut melalui

17
selaput semi permeabel dari konsentrasi pelarut, dimana konsentrasi tinggi menuju
konsentrasi rendah, sehingga air akan keluar dari vakuola menuju luar sel.
Akibatnya sel daun Rhoeo discolor kehilangan air dan sitoplasma berwarna ungu
mengkerut dan menjauhi dinding sel seolah-olah keluar dan pecah dai sel. Semakin
lama sitoplasma memudar menjadi bercak-bercak berwarna ungu. Sifat dari larutan
sukrosa adalah higroskopis yang kuat, sehingga pengikat air lebih kuat. Semakikin
tinggi kadar sukrosa pada suatu bahan maka kadar airnya akan semakin rendah
(Andragogi, 2018).

F. Kesimpulan
Pada praktikum uji coba reaksi plasmolisis tanaman Rhoeo discolor, yakni
mengalami pengerutan sioplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel
tumbuhan jika sel dimasukkan kedalaam larutan sukrosa. Semakin tinggi
konsentrasi larutan sukrosa maka semakin tinggi pula jumlah sel yang
terplasmolisis. Memudarnya warna ungu pada sitoplasma menjadi becak-bercak
karena sudah kehilangan air.
.

18
DAFTAR PUSTAKA
Andragogi, V., Bintoro, V. P., & Susanti, S. (2018). Pengaruh Berbagai Jenis Gula
Terhadap Sifat Sensori dan Nilai Gizi Roti Manis. Jurnal Teknologi
Pangan, 2(2), 163–167–167
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jakarta Erlangga
Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa

19
Sebelum ditetes sukrosa

(0,1 M)

Sesudah ditetes sukrosa

(0,1 M)

Sebelum ditetes sukrosa

(0,5 M)

20
Sesudah ditetes sukrosa

(0,5 M)

Sebelum ditetes sukrosa

(0,8 M)

Sesudah ditetes sukrosa

(0,8 M)

21
Sebelum ditetes sukrosa

(1 M)

Sesudah ditetes sukrosa

(1 M)

22
Sebelum ditetes sukrosa

(2 M)

Sesudah ditetes sukrosa

(0,5 M)

23

Anda mungkin juga menyukai