Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH PERENDAMAN BIJI DALAM AIR TERHADAP


PERKECAMBAHAN

Laila Alvi Nurin


14030244028
Biologi 2014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2016
A. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini
adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji?

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji.

C. HIPOTESIS
Ho : Perendaman biji dalam air tidak berpengaruh terhadap
perkecambahan biji.
Ha : Perendaman biji dalam air berpengaruh terhadap perkecambahan
biji.

D. KAJIAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan isi sel yang bersifat
irreversible (tidak dapat balik), diikuti oleh biosintesis penyusun
protoplasma baru. Proses ini meliputi proses tumbuh dan diferensiasi,
parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan
menghitung volume sel, jumlah sel, berat dan hal lain yang bersifat
kuantitatif (Rahayu, dkk, 2016). Proses pertumbuhan sebagian besar
terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel. Perkembangan ialah
suatu perubahan yang teratur yang menuju keadaan yang lebih tinggi,
lebih teratur dan lebih kompleks dalam hal ini pertumbuhan bersifat
kualitatif, perubahan kualitatifnya dapat terjadi pada sel atau penyusun
selnya. Perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju
keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu pembelahan sel
dan pembesaran atau pemanjangan sel. Pembelahan sel menghasilkan dua
sel anakan sehingga menambah jumlah sel penyusun tubuh. Pembelahan
sel dianggap selesai bila sel anakan telah sama dengan ukuran sel
induknya. Pembesaran atau pemanjangan sel menyebabkan ukuran sel
baru itu lebih besar dari ukuran sel induk. Pemanjangan sel terjadi apabila
sel yang membentang dindingnya pada sumbu tertentu sedangkan pada
pembesaran sel pembentang sel terjadi ke segala arah, agar dinding sel
membentang maka tekanan osmotik cairan sel harus dinaikkan sehingga
terjadi imbibisi (daya hisap air) pada isi sel dan air yang masuk ke dalam
sel serta tekanan turgor yang terjadi menyebabkan dinding sel yang telah
plastis (lunak) dapat mengembang (Soerodikoesoemo, 1993).
Biji akan menjadi dewasa dalam buah. Setelah buah matang dan
biji dikeluarkan, biasanya biji dalam keadaan dorman untuk waktu yang
lama atau pendek. Apabila dormansi ini dapat dihilangkan, maka terbentuk
giberelin dan sitokinin yang diperlukan untuk mengungguli efek kerja
penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan pun dapat dimulai.
Dalam keadaaan tersebut, jika diberi air maka biji pun akan berkecambah
(Rahayu dkk, 2015).
Perkecambahan merupakan awal dari pertumbuhan dan
perkembangan yang merupakan fase akhir dormansi. Permulaan fase
perkecambahan ditandai dengan penghisapan air (imbibisi) kemudian
terjadi pelunakan kulit biji sehingga terjadi hidratasi protoplasma. Setelah
fase dormansi berakhir, maka aktivitas metabolisme meningkat dengan
disertai meningkatnya aktivitas enzimatik dan respirasi. Dalam aktivitas
metabolisme, giberelin yang dihasilkan oleh embrio ditranslokasikan ke
lapisan aleuron sehingga menghasilkan enzim α amilase. Proses
selanjutnya yaitu enzim tersebut masuk ke dalam cadangan makanan dan
mengkatalis proses perubahan cadangan makanan yang berupa pati
menjadi gula sehingga dapat menghasilkan energi yang berguna untuk
aktivitas sel dan pertumbuhan (Aprilisa, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor, baik faktor internal ataupun faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang terdapat dalam tubuh antara lain sifat genetik
yang ada dalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar tubuh tumbuhan
(lingkungan) yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Potensi genetik hanya akan berkembang apabila ditunjang oleh lingkungan
yang sesuai (Aprilisa, 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:
1. Faktor internal
Suatu faktor yang melibatkan hereditas dan hormon yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, meliputi
tingkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi biji, dan penghambat
perkecambahan biji.
a. Tingkat kemasakan biji
Biji yang ditanam sebelum mencapai tingkat kemasakan
fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis
tanaman, biji yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini
diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan
pembentukan embrio belum sempurna (Aprilisa, 2011).
b. Ukuran biji, karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam
jaringan penyimpanan benih
Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan
energi bagi embrio saat perkecambahan. Ukuran biji mempunyai
korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada
benih.semakin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein
juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat biji
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena
berat biji menentukan besarnya kecambah pada pada saat
permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Aprilisa, 2011).
c. Dormansi
Biji dorman adalah biji yang sebenarnya hidup tetapi tidak
mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang
memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara
lain adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas
(sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter,
halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan
adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Biji dorman
dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti:
pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi),
goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam sulfat
(Aprilisa, 2011).
d. Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat
perkecambahan benih.Seperti herbisida, auksin, bahan-bahan yang
terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang
mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat
respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut
menghambat perkecambahan tetapi tak dapat menyebabkan
dormansi. Menurut Kuswanto (1996) dalam Irwanto (2011),
penghambat perkecambahan biji dapat berupa kehadiran inhibitor
baik dalam biji maupun di permukaan biji, adanya larutan dengan
nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan
metabolik atau menghambat laju respirasi.

2. Faktor lingkungan
Faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya
dengan proses perkembangan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah
pendeknya hari, suhu, nutrisi, cahaya, dan air.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan :
a. Air
Air berpengaruh terhadap pertumbuhan, berfungsi dalam
metabolisme, menentukan turgor sel sebelum membelah atau
membesar, menentukan kecepatan reksi biokimia dalam sel.
Berubahnya kadar air sel akan mempengaruhi kadar hormon dalam
tubuh. Saat air masuk ke dalam sel untuk mengisi ruang yang
kosong, maka air justru menyebabkan terjadinya pertumbuhan
dengan cara mendorong dinding dan membran untuk melar. Air
berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu
unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan
pertumbuhan tak normal. Kecepatan pergerakan air ke dalam sel
diatur oleh dua faktor yaitu gradien potensial air dan permeabilitas
membran terhadap air (Salisbury, 1995).
Penyerapan air oleh biji dipengaruhi oleh sifat biji itu
sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia
pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan
bervariasi tergantung kepada jenis bijinya, dan tingkat
pengambilan air juga dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan biji
tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih
hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air
benih sekitar 30 sampai 55 persen. Biji mempunyai kemampuan
kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang
terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau
bakteri. Sekitar 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari
air dan fungsi air antara lain:
1) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau
robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan berbagai fungsinya.
4) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau
kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma
baru.
(Salisbury, 1995)
b. Cahaya
Cahaya berpengaruh dari intensitas, kualitas, dan
penyinarannya.Pigmen yang bertanggung jawab terhadap reaksi
cahaya adalah fitokrom. Fitokrom mempengaruhi berbagai proses
metabolisme, sehingga mempengaruhi pertumbuhan. Contohnya
peran cahaya pada pertumbuhan dengan mekanisme fitokrom
adalah etiolasi kecambah (Soerodikoesoemo, 1993).
c. Suhu.
Pertumbuhan sangat peka terhadap perubahan suhu. Suhu
mempengaruhi kerja gen dengan menghambat pada suhu rendah.
Perubahan suhu juga berpengaruh terhadap pertumbuhan yang
disebut dengan termoperioditas (Soerodikoesoemo, 1993).
d. Nutrisi
Peran nutrisi ialah sebagai bahan penyusun sel, serta ada
yang menjadi kofaktor enzim tertentu.Enzim bekerja pada reaksi
biokimia biasa tetapi ada yang diperlukan untuk mensintesis
hormon, sehingga efeknya sangat luas.Kurangnya nutrisi
menyebabkan defisiensi pada tumbuhan (Soerodikoesoemo, 1993).

E. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel manipulasi : lama perendaman biji
2. Variabel kontrol : jenis biji (biji kacang hijau), media
(kapas), volume air untuk perendaman.
3. Variabel respon : kecepatan perkecambahan biji

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


1. Lama perendaman biji yang dilakukan dibagi menjadi 5 perlakuan,
yaitu perendaman biji selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam dan tanpa
direndam.
2. Kecepatan perkecambahan biji diperoleh dari menghitung nilai IKP
(Indeks Kecepatan Perkecambahan), yaitu dengan menggunakan
rumus:
X1 X 2 X 3 Xn
Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) =    ... 
1 2 3 n
Keterangan: Xn = Banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke-n.
G. ALAT DAN BAHAN
1. Biji kacang hijau
2. Air suling
3. Nampan
4. Kapas
5. Gelas kimia/beaker glass

H. RANCANGAN PERCOBAAN

250 biji kacang


hijau

4 jam 3 jam 2 jam

1 jam Tidak
direndam

direndam selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam


dan tidak direndam masing-masing 50 biji
4 jam 3 jam 2 jam

1 jam Tidak direndam

Biji ditanam dalam waktu bersamaan pada wadah yang sudah dialasi kapas, diletakkan
di tempat gelap dan diamati setiap hari jumlah kecambah yang tumbuh selama 10 hari
(jika kering dibasahi lagi dengan air)

)
Gambar 1. Rancangan percobaan
I. LANGKAH KERJA

50 Biji 50 Biji 50 Biji 50 Biji 50 Biji


kacang hijau kacang hijau kacang hijau kacang hijau kacang hijau

- direndam 4 - direndam 3 - direndam 2 - direndam 1 - tidak


jam jam jam jam direndam

- ditanam dalam waktu bersamaan pada nampan


yang sudah dialasi kapas
- jika kering dibasahi lagi dengan air
- diletakkan di tempat gelap
- diamati setiap hari jumlah kecambah yang
tumbuh selama 10 hari

Hasil

Berupa tabel persentase


perkecambahan dan indeks
kecepatan perkecambahan

Gambar 2. Diagram alir prosedur praktikum


J. RANCANGAN TABEL PENGAMATAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan, diperoleh data yaitu
sebagai berikut:

Tabel 1. Pengaruh perendaman biji terhadap perkecambahan


Jumlah biji yang
Perlakuan Hari ke- Persentase IKP
berkecambah
1 0 0%
2 40 80%
3 5 90%
4 1 92%
5 1 94%
0 jam 22,42
6 1 96%
7 1 98%
8 - -
9 - -
10 - -
1 0 0%
2 46 92%
3 1 94%
4 1 96%
5 1 98%
1 jam 23,78
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 - -
1 0 0%
2 46 92%
2 jam 23,78
3 1 94%
4 1 96%
5 1 98%
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 - -
1 0 0%
2 47 94%
3 1 96%
4 1 98%
5 - -
3 jam 24,08
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 - -
1 0 0%
2 48 96%
3 1 98%
4 - -
5 - -
4 jam 24,33
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 - -

Dari hasil tabel diatas, untuk lebih mengetahui perbedaan indeks


kecepatan perkecambahan pada masing-masing lama perendaman dapat dibuat
grafik seperti dibawah ini:
24.5 24.33
24.08

Indeks Kecepatan Perkecambahan


24 23.78 23.78

23.5

23
22.42
22.5

22

21.5

21
0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
Lama perendaman

Grafik 1. Pengaruh perendaman biji terhadap perkecambahan

K. RENCANA ANALISIS DATA


Berdasarkan tabel hasil pengamatan dan grafik diatas, maka dapat
diketahui bahwa lama perendaman biji berpengaruh terhadap indeks
kecepatan perkecambahan (IKP). Biji kacang hijau yang tidak direndam
memiliki nilai IKP sebesar 22,42; biji kacang hijau yang direndam selama
1 jam memiliki nilai IKP sebesar 23,78; biji kacang hijau yang direndam
selama 2 jam memiliki nilai IKP sebesar 23,78; biji kacang hijau yang
direndam selama 3 jam memiliki nilai IKP sebesar 24,08; serta biji kacang
hijau yang direndam selama 1 jam memiliki nilai IKP paling tinggi yakni
sebesar 24,33.

L. HASIL ANALISIS DATA


Berdasarkan rencana analisis data diatas maka dapat diketahui
bahwa lama perendaman selama 4 jam memiliki persentase
perkecambahan yang paling tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa
dengan perendaman selama 4 jam biji akan lebih banyak menyerap air dari
pada biji yang hanya direndam selama 3, 2, 1 jam apalagi jika tidak
direndam, sehingga proses imbibisi terjadi lebih optimal. Air yang masuk
kedalam biji diperlukan dalam proses metabolisme untuk melakukan
perkecambahan.
Biji yang direndam dalam air akan menyebabkan kulit biji menjadi
lunak sehingga perkembangan embrio dan endosperma dapat terjadi.
Sebaliknya jika biji tidak direndam, maka kulit biji yang keras sulit
ditembus air, sehingga proses perkecambahan akan menjadi lambat
(Irwanto, 2011). Hal itulah yang menyebabkan pada perlakuan biji tidak
direndam memiliki IKP yang paling rendah.
Pada biji yang direndam dengan air, dinding sel biji dan embrio
akan menyerap air, sehingga imbibisi dapat terjadi dan gas akan masuk
kedalam sel secara difusi. Apabila dinding sel, kulit biji, dan embrio
menyerap air, maka suplai oksigen akan meningkat sehingga
memungkinkan terjadi proses respirasi. Sedangkan untuk biji yang tidak
direndam, dinding sel tidak permeable terhadap gas, sehingga gas masuk
kedalam sel dengan lambat (Irwanto, 2011).

M. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengaruh perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan diperoleh kesimpulan bahwa lama perendaman biji
mempengaruhi kecepatan perkecambahan, yaitu semakin lama waktu
perendaman maka nilai Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) akan
semakin tinggi.

N. DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Yuni Sri. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya: Unesa Press.
Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Aprilisa. 2011. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kacang Hijau
(Phaseolus vulgaris) dalam Air Kelapa terhadap Kecepatan
Perkecambahan. http://aprilisa’sblog.wordpress.com. Diakses
tanggal 7 Mei 2016.
Irwanto. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih.
www.irwantoshut.co.cc/seed_viability_factor.html. Diakses tanggal
7 Mei 2016.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB
Press.

Anda mungkin juga menyukai