Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM I

PERKECAMBAHAN

OLEH :

NAMA : SULHADANA

STAMBUK : F1D1 14 025

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : WA ODE LENI MARLINA

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan ukuran atau volume

serta jumlah sel secara irreversibel, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula

sedangkan perkembangan merupakan peristiwa perubahan biologis menuju

kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan

bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan,

karena prosesnya yang berjalan bersamaan. Tumbuhan yang masih kecil,

belum lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan makanan yang

terdapat di dalam biji, disebut kecambah (plantula).

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-

komponen biji khususnya pada biji kacang hijau yang memiliki kemampuan

untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Awal

perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi. Masa dormansi

adalah berhentinya pertumbuhan pada tumbuhan dikarenakan kondisi

lingkungan yang tidak sesuai. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan

masuknya air ke dalam biji suatu tumbuhan, yang disebut dengan

proses imbibisi.

Imbibisi terjadi karena penyerapan air akibat potensial air yang rendah

pada biji yang kering. Air yang masuk akan memacu embrio dalam biji untuk

melepaskan hormon giberelin. Giberelin bekerja secara sinergis dengan auksin


saat terjadi perkecambahan. Giberelin diproduksi di semua bagian tumbuhan.

Giberelin ini mendorong pelepasan enzim yang berfungsi menghidrolisis

makanan cadangan sehingga terbentuklah energi. Energi ini digunakan untuk

proses awal pertumbuhan dan perkembangan embrio dalam biji. Struktur yang

pertama muncul dan menyobek selaput biji adalah radikula. Radikula

merupakan calon akar primer. Radikula adalah bagian dari hipokotil.

Selanjutnya, pada bagian ujung sebelah atas tumbuh epikotil (calon batang).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dilakukan praktikum

perkecambahan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum perkecambahan adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh hormon pertumbuhan terhadap perkecambahan ?

2. Bagaimana membandingkan perkecambahan diberbagai tempat ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum perkecambahan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh hormon pertumbuhan terhadap

perkecambahan.

2. Untuk mengetahui cara membandingkan perkecambahan diberbagai

tempat.
D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh dari praktikum perkecambahan adalah sebagai

berikut :

1. Dapat mengetahui pengaruh hormon pertumbuhan terhadap

perkecambahan.

2. Dapat mengetahui cara membandingkan perkecambahan diberbagai

tempat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biji Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris)

Tanaman kacang hijau (Phaseolus vulgaris) termasuk suku polong-

polongan (fabaceae) memiliki manfaat sebagai sumber bahan pangan

berprotein nabati tinggi. Bagian kulit kacang hijau mengandung mineral

antara lain Posfor (P), Kalsium (Ca), dan besi (Fe). Biji kacang hijau terdiri

atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%), dan lembaga

(2%). Kulit biji kacang hijau tiap 100 gramnya mengandung antara lain zat

besi (0,67 mg), Posfor (32 mg), Kalsium (12,5), air (1 gr). Posfor yang

terkandung dalam kulit kacang hijau berperan dalam memacu pertumbuhan

akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman

muda. Selain itu Posfor sebagai sumber energi untuk pertumbuhan tanaman

(Ardian, 2011).

B. Perkecambahan

Perkecambahan merupakan suatu rangkaian komplek perubahan

morfologi, fisiologi dan biokimia benih tanaman. Tahap pertama, suatu

perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,

melunaknya kulit benih dan hidrasi protoplasma. Tahap kedua, dimulai

dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi

benih. Tahap ketiga, merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-

bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk terlarut

dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat, adalah asimilasi


dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk

menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan sel-sel

baru.Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses

pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo,

2002).

Proses perkecambahan merupakan tahap awal dari proses terbentuknya

individu baru pada tumbuhan berbiji. Untuk tetap menjamin kelangsungan

jenisnya, kelompok tumbuhan berbiji menghasilkan biji yang merupakan

propagul untuk tumbuh menjadi individu baru. Di dalam biji tersebut

terdapat berbagai komposisi kimia yang berperan sebagai embrio yang dapat

aktif tumbuh menjadi individu baru apabila berada pada kondisi lingkungan

yang sesuai. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan biji ini

mencakup kesesuaian akan air, udara, cahaya dan panas (Mudiana, 2007).

C. Tipe Perkecambahan

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-

komponen benih yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal

menjadi tanaman baru. Tipe perkecambahan ada dua jenis dan yang

membedakannya adalah letak posisi keping benih (kotiledon) pada

permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan

kedua adalah tipe hipogeal (hypogeal germination). Apabila keping benih

terangkat di atas permukaan tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila

keping benih tersebut tetap tinggal di dalam tanah disebut hipogeal. Biji

durian memiliki tipe perkecambahan epigeal (Ashari, 2006).


D. Hormon Pertumbuhan Terhadap Perkecambahan

Auksin digunakan untuk zat kimia yang meningkatkan perpanjangan

koleoptil, walaupun demikian, auksin pada kenyataannya mempunyai fungsi

ganda pada Monocotyledoneae maupun pada Dicotyledoneae. Auksin alami

yang diberada di dalam tumbuhan, adalah asam indol asetat, akan tetapi,

beberapa senyawa lainnya, termasuk beberapa sintesisnya, mempunyai

aktivitas seperti auksin. Auksin merupakan salah satu hormon tumbuh yang

tidak terlepas dariproses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.

Fungsi auksin pada tumbuhan yaitu, auksin akan menaikkan kuantitas panen,

auksin akan memicu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan

lebih baik dan auksin akan merangsang dan mempertinggi presentase

timbulnya badan tubuh (Dewi, 2008).

Giberellin merupakan hormon tumbuh pada tanaman, sangat

berpengaruh terhadap sifat genetik, pembungaan, penyinaran, patohenocarpy,

mobilisasi, karbohidrat selama perkecambahan (Germination) dan aspek

fisiologi lainnya. Giberellin mempunyai peranan dalam mendukung

perpanjangan sel, aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru

serta sintesa protein (Prahastuti, dkk., 2001).

Sitokinin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang mempunyai

peranan dalam proses pembelahan sel. Sitokinin dibutuhkan untuk

pembelahan sel juga mengatur dan juga berhubungan dengan aktifitas-aktifitas

kisaran dalam morfogenesis. Sitokin alami dihasilkan pada jaringan yang

tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi
di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.

Pengaruh sitokinin dipengaruhi oleh konsentrasi auksin. Adanya meristem

apikal, maka auksin menekan pertumbuhan tunas aksilar. Meristem apikal

dibuang, konsentrasi sitokinin meningkat, merangsang pertumbuhan tunas

aksilar. Sitokinin menghambat pembentukan akar lateral melalui pengaruhnya

pada sel periskel dan memblok program pengembangan pembentukan akar

lateral (Santoso, 2013).

E. Kandungan Dan Manfaat Pemberian Air Kelapa Terhadap Kecambah

Air kelapa mengadung zat/bahan seperti unsur hara, vitamin, asam

amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam giberelat yang

berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan, mamperlancar metabolisme

dan respirasi. Air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya terkandung

hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l, dan giberellin sedikit

sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan

pertumbuhan. Pertumbuhan yang baik akibat pemberian air kelapa diduga

karena kandungan auksin sangat berperan terhadap pertumbuhan. Auksin

diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif yaitu tunas, daun muda dan

buah. Kelapa muda merupakan salah satu jaringan meristem, sehingga hormon

perangsang tumbuhan yang diproduksi didalamnya sangat besar sekali

(Yusnida, 2006).

Air kelapa selain mengandung hormon tumbuh auksin dan sitokinin,

juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Volume air kelapa

250 mL memberikan dampak ketersediaan nutrisi yang lebih baik jika


dibandingkan dengan jumlah pemberian air kelapa dalam volume yang lebih

sedikit. Ketersediaan nutrisi bagi tanaman sangat penting untuk proses

pertumbuhan. Adanya unsur kalium (K) yang tinggi, maka air kelapa dapat

merangsang pertumbuhan dengan cepat (Tiwery, 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 07 Oktober 2016 pukul

02.00-selesai WITA, bertempat di Laboratorium Botani dan dilanjutkan di

Green House, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Kacang hijau (Phaseolus gr Sebagai objek pengamatan
vulgaris)
2. Tanah - Sebagai media tumbuh
3. Polybag - Sebagai tempat menyimpan tanah
4. Air biasa, air asam, air mL Sebagai bahan untuk menyiram
beras, air kelapa tanaman
5. Kertas label - Untuk memberi tanda

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Jumlah Kegunaan
1 2 3 4
1. Alat tulis - Untuk menulis hasil pengamatan
2. Kamera Mgp Untuk mengambil gambar
3. Gelas aqua - Untuk wadah merendam biji
C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan media pertumbuhan (tanah) dalam polybag kemudian dibagi

menjadi 6 bagian (3 tempat ternanugi dan 3 tempat terang).

2. Menyiapkan biji kacang hijau (Phaseolus vulgaris) kemudian direndam di

dalam gelas aqua selama 15 menit.

3. Menyebarkan biji dalam polybag, setiap polybag ditanami 3 biji kacang

hijau (Phaseolus vulgaris).

4. Perlakuan yang diberikan :

a. Kelompok 1 : menyiram dengan air asam setiap hari dan menempatkan

3 polybag pada tempat terang dan 3 polybag lain pada

tempat ternaung.

b. Kelompok 2 : menyiram dengan air kelapa setiap hari dan menempatkan

3 polybag pada tempat terang dan 3 polybag lain pada

tempat ternaung.

c. Kelompok 3 : menyiram dengan air biasa setiap hari dan menempatkan

3 polybag pada tempat terang dan 3 polybag lain pada

tempat ternaung.

d. Kelompok 4 : menyiram dengan air cucian beras setiap hari dan

menempatkan 3 polybag pada tempat terang dan 3

polybag lain pada tempat ternaung.

5. Mengamati tiap 2 hari sekali hingga 14 hari, mencatat dan menganalisis

data (menghitung rata-rata).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Penyiraman Tempat Terang


Hari
Hari Air asam Air kelapa Air beras Air pam
(cm) (cm) (cm) (cm)
2 - - - -
4 - 0,63 0,83 -
6 - 0,67 1,13 -
8 - 0,97 1,5 -
10 - 1,07 3,9 1.33
12 - 1,37 2,1 1.66
14 - 1,73 - 1.66 cm

Tabel 4. Hasil Pengamatan Penyiraman Tempat Ternaungi


Perlakuan
Hari Air asam Air kelapa Air beras Air pam
(cm) (cm) (cm) (cm)
2 - - - 1,83
4 - 0,4 0,5 6,16
6 - 0,93 0,83 15
8 1 1,17 0,96 9,4
10 4 2 - 10,23
12 10 2,43 - 11,66
14 13 2,67 - 13,36
B. Pembahasan

Perkecambahan adalah munculnya plumula (tanaman kecil dari dalam

biji). Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dibedakan menjadi 2,

yaitu epigeal dan hypogeal. Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi

pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga

mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya

kacang hijau. Sedangkan perkecambahan hypogeal adalah apabila terjadi

pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut

tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap dalam tanah, misalnya pada biji

kacang kapri.

Perkecambahan ditandai dengan munculnya plantula (tanaman kecil) yang

terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula

(calon batang). Terdapat 4 bagian penting pada biji yang berkecambah yaitu

batang lembaga (kaulikulus), akar embrionik (akar lembaga) dan pucuk

lembaga. Selain itu kecambah memiliki kotiledon yang mendukung perkecamb

ahan yang merupakan cadangan makanan pada saat kecambah karena pada saat

kecambah karena pada saat perkecambahan tumbuhan belum melakukan

fotosintesis. Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis

dan pertumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saatperkembangan berlangsu

ng akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh

lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna

pucat. Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan

tumbuhan tumbuh lebih


lambat dengan kondisi relatif pendek, daun berkembang, tampak lebih segar

dan batang kecambah lebih kokoh.

Pertumbuhan kecambah yang terkena cahaya oleh sinar matahari maka

pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi

tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat

cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan

ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang

disebut dengan fototropisme. Sedangkan tanaman yang diletakkan ditempat

yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari

batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan,

disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.

Membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita

harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita

lebih mudah untuk mengetahuinya.

Praktikum yang dilakukan dengan mengamati perkecambahan kacang

hijau (Phaseolus vulgaris) dengan melakukan penyiraman dengan perlakuan

penyiraman yang berbeda-beda. Penyiraman tersebut menggunakan air asam,

air kelapa, air beras dan air pam selama 2 minggu depan tempat yang berbeda

yaitu tempat terang dan ternaungi. Pengamatan yang dilakukan dengan

penyiraman menggunakan air asam pada tempat terang tidak mengalami

pertumbuhan, sedangkan pengamatan pada tempat ternaungi pertumbuhan

yang dimulai dari hari ke delapan sampai hari keempat belas yaitu 1 cm, 4 cm,

10 cm, 4 cm dan 13 cm mengalami pertumbuhan. Air asam mengandung asam


absisat (ABA) yang merupakan zat penghambat (inhibitor) perkecambahan.

Sedangkan penyiraman yang dilakukan ditempat terang dan tempat ternaungi

dengan menggunakan air kelapa, air beras dan air pam terus mengalami

pertumbuhan walaupun ada beberapa tanaman yang mati pada hari-hari

berikutnya karena mungkin saja faktor lingkungan atau faktor lain-lain. Akan

tetapi pertumbuhan yang paling cepat di tempat terang adalah penyiraman

dengan menggunakan air beras, karena air beras mengandung sumber energi,

protein dan karbohidrat yang hinggi. Karbohidrat yang terdapat dalam air

beras dapat digunakan sebagai perantara terbentuknya hormon auksin dan

giberelin. Sedangkan pertumbuhan paling cepat pada tempat ternaungi adalah

menyiram menggunakan air PAM karena dalam air PAM tidak mengandung

zat penghambat atau memungkinkan air berimbibisi dengan baik.

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan

bahwa perkemcambahan banyak dipengaruhi oleh faktor cahaya, hormon dan

sedikit faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor cahaya membuktikan bahwa

kacang hijau (Phaseolus vulgaris) yang ditempatkan di daerah yang gelap,

akan menghasilkan pertumbuhan kacang hijau yang lebih cepat dibandingkan

dengan kacang hijau (Phaseolus vulgaris) yang diletakkan di tempat yang

terang. Hormon auksin yang dipengaruhi tanpa cahaya matahari akan

merangsang perpanjangan sel-sel pada titik tumbuh primer. Tetapi, kondisi

tumbuhan yang baik akan dialami oleh kacang hijau dengan pengaruh cahaya

lebih banyak yaitu tumbuh lebih kokoh, daunnya berkembang sempurna dan

berwarna hijau. Akan tetapi, batangnya lebih pendek dari pertumbuhan kacang
hijau di tempat gelap. Sedangkan kondisi tumbuhan yang kurang baik dialami

oleh kacang hijau yang tumbuh tanpa pengaruh cahaya matahari yaitu

batangnya lebih cepat tinggi, daunnya tidak mengandung klorofil dan berwarna

kuning. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cahaya memperlambat atau

menghambat pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus vulgaris) dan hal tersebut

terjadi karena cahaya dapat menguraikan auksin.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum perkecambahan adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh hormon pertumbuhan terhadap perkecambahan adalah hormon

auksin, karena auksin yang dipengaruhi tanpa cahaya matahari akan

merangsang perpanjangan sel-sel pada titik tumbuh primer. Tetapi, kondisi

tumbuhan yang baik akan dialami oleh kacang hijau dengan pengaruh

cahaya lebih banyak yaitu tumbuh lebih kokoh, daunnya berkembang

sempurna dan berwarna hijau.

2. Perkecambahan kacang hijau (Phaseolus vulgaris) yang ditempatkan di

daerah yang ternaungi, akan menghasilkan pertumbuhan kacang hijau yang

lebih cepat dibandingkan dengan kacang hijau (Phaseolus vulgaris) yang

diletakkan di tempat yang terang.

B. Saran

Saran yang ingin saya ajukan pada praktikum perkecambahan adalah

semoga praktikum kedepannya lebih baik lagi dan lebih disiplin lagi asisten

dan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ardian, Rahmadhani, H., dan Nurbaiti, 2011, Pertumbuhan Dan Hasil Kacang
Hijau (Vigna Radiata L.) Varietas No. 129 Pada Beberapa Dosis Batuan
Fosfat Di Medium Gambut, Universitas Riau, Riau.

Ashari, S., 2006, Hortikultura Aspek Budidaya, UI press, Jakarta.

Dewi, 2008, Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman,


Universitas Padjajaran, Bandung.

Mudiana, D., 2006, Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels, Biodiversitas,


8 (1) : 39-42

Prahastuti, S., Tambunan, K., Lasmiati dan Cahyatmo, 2001, Jamur Kandungan
Kimia dan Khasiat, Pusat Dokumentasi dan Informasi, Jakarta.

Santoso, B,B., 2013, Zat Pengatur Tumbuh Dan Perkembangan Tanaman,


Universitas Sam Ratulangi.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. 5th Ed. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tiwery, R.R., 2014, Pengaruh Penggunaan Air Kelapa (Cocos Nucifera) Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.), Biopendix, 1 (1) : 83-
84

Yusnida, 2006, Pengantar Untuk Mengenal Dan Menanam Jamur, ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai