Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Pengaruh Perendaman Biji Dalam Air Terhadap


Kecepatan Perkecambahan Biji Sawi (Brassica rapa)

Oleh :
WIWIN ISWANTINI
Pendidikan Biologi A 2013
13030204018

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri-ciri makhluk
hidup. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, namun keduanya memiliki pengertian yang
berbeda satu sama lain. Pertumbuhan merupakan pertambahan
ukuran dan isi sel yang bersifat irreversible (tidak dapat balik),
diikuti oleh biosintesis penyusun protoplasma baru. Sedangkan
perkembangan merupakan suatu perubahan yang teratur yang
menuju keadaan yang lebih tinggi, lebih teratur dan lebih
kompleks, dalam hal ini perkembangan lebih mengarah pada
diferensiasi jaringan tubuh tanaman.
Sebelum proses pertumbuhan maupun
berlangsung maka proses awal yang

perkembangan

biji

terjadi adalah proses

perkecambahan. Perkecambahan merupakan suatu proses dimana


radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji
(Salisbury, 1995).
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan
sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi Dengan masuknya air, biji mengembang dan kulit biji akan
pecah. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan
hormon giberelin (GA). Hormon ini mendorong aleuron (lapisan tipis
bagian luar endosperma) untuk mensintesis dan mengeluarkan
enzim. Enzim bekerja dengan menghidrolisis cadangan makanan
yang terdapat dalam kotiledon dan endosperma. Proses ini
menghasilkan molekul kecil yang larut dalam ai, misalnya enzim
amilase menghidrolisis pati dalam endosperma menjadi gula.
Selanjutnya, gula dan zat-zat lainnya diserap dari endosperma oleh
kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman
(Purves et al. 2004).
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan
cahaya.

Oksigen

dipakai

untuk

proses

oksidasi

sel

untuk

menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang

tepat

untuk

aktivasi

enzim.

Perkecambahan

tidak

dapat

berlangsung dalam suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi


dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik
dalam keadaan gelap. Perkecambahan membutuhkan hormon
auksin

dan

hormon

ini

mudah

mengalami

kerusakan

pada

intensitas cahaya yang tinggi.


Berdasarkan uraian diatas, untuk mendeskripsikan kecepatan
perkecambahan biji maka dilakukan percobaan mengenai pengaruh
lama perendaman biji sawi (Brassica rapa) dalam air terhadap
perkecambahan biji.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah yaitu
bagaimana pengaruh lama perendaman biji sawi (Brassica rapa)
dalam air terhadap kecepatan perkecambahan biji?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mendeskripsikan

pengaruh lama

perendaman biji sawi (Brassica rapa) dalam air terhadap kecepatan


perkecambahan biji.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Biji Sawi

Biji

sawi

(Sumber: Zolkifli, 2015 )


(Brassica rapa) adalah anggota

dari

keluarga

Brassicaceae. Namanya diadaptasi dari bahasa Latin untuk turnip,


rapum atau rapa, dan dikenal di Inggris pada akhir abad ke-14. Biji
sawi ditanam untuk diproduksi sebagai makanan hewan, minyak
tumbuhan untuk konsumsi manusia dan untuk bio diesel.
Tumbuhan sawi ini termasuk herba sederhana besar boleh
mencecah setinggi 50 cm. Batang tidak berkayu, berwarna hijau.
Daun tunggal, sederhana besar, berbentuk bulat melonjong seakan
sudu dengan tangkai daun berwarna hijau yang panjang. Tepi daun
bergerigi halus, daun bergelombang kasar, urat daun di tengah dan
urat selerat jelas kelihatan, pucuk berwarna hijau muda, warna hijau
tua

setelah

matang.

Bunga

majemuk,

kecil,

kuning

terang,

mempunyai kelopak, terdapat dalam jambak bunga yang keluar dari


hujung pucuk. Buah kecil, silinder memanjang, berwarna hijau ketika
muda dan bertukar menjadi perang apabila telah tua. Mengandung
banyak biji berwarna hitam setelah tua. Perkecambahan termasuk
tipe epigeal. (Wikipedia, 2015)
B. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan isi sel yang
bersifat irreversible (tidak dapat balik), diikuti oleh biosintesis
penyusun protoplasma baru. Proses ini meliputi proses tumbuh dan
diferensiasi,

parameter

yang

digunakan

untuk

mengukur

pertumbuhan adalah dengan menghitung volume sel, jumlah sel,


berat dan hal lain yang bersifat kuantitatif .
Proses pertumbuhan sebagian besar

terjadi

dalam

fase

pembelahan dan pendewasaan sel. Perkembangan ialah suatu


perubahan yang teratur yang menuju keadaan yang lebih tinggi,
lebih teratur dan lebih kompleks. Dalam hal ini pertumbuhan bersifat
kualitatif, perubahan kualitatifnya dapat terjadi pada sel atau
penyusun selnya. Pertumbuhan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu
pembelahan

sel

dan

pembesaran

atau

pemanjangan

sel.

Pembelahan sel menghasilkan dua sel anakan sehingga menambah


jumlah sel penyusun tubuh. Pembelahan sel dianggap selesai bila sel
anakan telah sama dengan ukuran sel induknya. Pembesaran atau
pemanjangan sel menyebabkan ukuran sel baru itu lebih besar dari
ukuran sel induk. Pemanjangan sel terjadi apabila sel yang
membentang dindingnya pada sumbu tertentu sedangkan pada
pembesaran sel pembentang sel terjadi ke segala arah, agar dinding
sel membentang maka tekanan osmotik cairan sel harus dinaikkan
sehingga terjadi daya hisap air pada isi sel dan air yang masuk ke
dalam sel serta tekanan turgor yang terjadi menyebabkan dinding
sel

yang

telah

plastis

(lunak)

dapat

mengembang

(Soerodikoesoemo, 1993).
Biji akan menjadi dewasa dalam buah. Setelah buah matang dan
biji dikeluarkan, biasanya biji dalam keadaan dorman untuk waktu
yang lama atau pendek saja. Apabila dormansi ini dapat dihilangkan,
maka terbentuk giberelin dan sitokinin yang diperlukan untuk
mengungguli

efek

kerja

penghambat

pertumbuhan,

sehingga

pertumbuhan pun dapat dimulai. Dalam keadaaan tersebut, jika


diberi air maka biji pun akan berkecambah.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi
antara berbagai factor, baik faktor internal ataupun factor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam tubuh antara lain
sifat genetik yang ada dalam gen dan hormon yang merangsang
pertumbuhan sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar
tubuh tumbuhan (lingkungan) yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan. Potensi genetik hanya akan berkembang
apabila ditunjang oleh lingkungan yang sesuai.

C. Perkecambahan
Periode pertumbuhan tiap jenis tumbuhan berbeda, namun
semua diawali dari proses yang sama, yaitu perkecambahan.
Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar
embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala
morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses
fisiologi-biokemis

yang

kompleks,

dikenal

sebagai

proses

perkecambahan fisiologis (Salisbury, 1995). Embrio yang terdapat di


dalam biji mempunyai beberapa bagian, antara lain embrio akar
(radikula), embrio daun (plumula), embrio pucuk (epikotil) dan
embrio batang (hipokotil).
D. Tipe Perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan
dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal.
1. Perkecambahan epigeal
Hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke
permukaan tanah dan kotiledon melakukan fotosintesis selama
daun

belum

terbentuk.

Contoh: perkecambahan kacang hijau.


2. Perkecambahan hipogeal
Epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit
biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tertinggal dalam tanah. Contoh: perkecambahan Jagung (Zea
mays)
E. Proses Perkecambahan
Proses perkecambahan melibatkan proses fisika maupun kimiawi.
1. Proses fisika
Proses fisika terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi)
akibat dari potensial air rendah pada biji yang kering
2. Proses kimia
Dengan masuknya air, biji mengembang dan kulit biji
akan pecah. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk
melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini mendorong
aleuron

(lapisan

tipis

bagian

luar

endosperma)

untuk

mensintesis dan mengeluarkan enzim. Enzim bekerja dengan


menghidrolisis

cadangan

makanan

yang

terdapat

dalam

kotiledon dan endosperma. Proses ini menghasilkan molekul

kecil yang larut dalam ai, misalnya enzim amilase menghidrolisis


pati dalam endosperma menjadi gula. Selanjutnya, gula dan zatzat lainnya diserap dari endosperma oleh kotiledon selama
pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman (Purves et al. 2004)
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan
1. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan
fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi
karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada
umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat
sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai
masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu
benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh
maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas)
atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi
(Kamil, 1979)
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang
terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai
sumber

energi

bagi

embrio

pada

saat

perkecambahan

(Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan


pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan
besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman
pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut
sebenarnya

hidup

tetapi

tidak

berkecambah

walaupun

diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah


memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga
dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah
ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk

berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan


cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan
benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih
maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai
osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan
metabolik atau menghambat laju respirasi.
2. Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi

perkecambahan

diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu
sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang
tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan
tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum
terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen
(Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih
sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi
media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan
merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena
cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira

70

persen

berat

protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara
lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau
robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk
mengencerkan
protoplasma
sehingga
dapat
mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm
atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk
protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah

yang

paling

menguntungkan

berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase

perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran


suhu antara 26.5 sd 35C (Sutopo, 2002). Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan
dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi
benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi
akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen

dan

pelepasan

CO2,

air

dan

energi

panas.

Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat


proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan
oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh
suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto.
1996).

Menurut

Kamil

(1979)

umumnya

benih

akan

berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen


oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang
dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang
masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena
biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya
berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002).
Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan
tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam
Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang
memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan
cahaya

untuk

mempercepat

perkecambahan,

golongan

dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta


golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat
gelap maupun ada cahaya.
e. Medium
Medium yang baik untuk
memiliki

sifat

kemampuan

fisik

yang

menyerap

air

perkecambahan

baik,
dan

gembur,
bebas

dari

haruslah

mempunyai
organisme

penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).

Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain


substrat kertas, pasir dan tanah.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen, karena
penelitian ini menggunakan beberapa variabel, antara lain variabel
kontrol, variabel bebas dan variabel respon.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin-Rabu, 13-15 April 2015,
pukul 17.00 WIB - selesai dan bertempat di PTT 5b Kaving 8,
Ketintang Timur, Surabaya.
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
Variabel kontrol

:-

Jenis biji

Jumlah biji sawi dalam setiap perlakuan (50

biji)
Intensitas cahaya
Volume
air

pemeliharaan
Media tanam (kapas)
Tempat perkecambahan (mika)

penyiraman

selama

Variabel manipulasi : Lama perendaman (4,3,2,1 jam dan tanpa


direndam)
Variabel respon
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Penggaris
2. Mika
3. Baskom
Bahan :
1.
Biji sawi
2.
Air
3.
Kapas
E. PROSEDUR KERJA

: Kecapatan tumbuh kecambah

1 buah
5 buah
5 buah
250 biji
secukupnya
secukupnya

Adapun langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut :


1. Merendam biji sawi selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan
tanpa direndam masing-masing 50 biji.
2. Menanam dalam waktu yang bersamaan pada mika plastik yang
sudah dialasi dengan kapas basah.

3. Menutup mika kemudian menyimpan di tempat gelap dan


mengamati setiap hari berapa jumlah biji yang berkecambah
selama 7-10 hari.
4. Memisahkan biji yang sudah berkecambah dan sudah dilakukan
perhitungan.
5. Hari pertama pengamatan dihitung saat penanaman biji pada
mika.
6. Membuat

tabel

persentase

perkecambahan

dan

indeks

kecepatan perkecambahan dari hasil pengamatan.


F. RANCANGAN PERCOBAAN
Menyiapkan biji sebanyak
250 biji

50 biji
direndam
4 jam

50 biji
direndam
3 jam

50 biji
direndam
2 jam

50 biji
direndam
1 jam

Menanam dalam waktu bersamaan dalam mika


plastik yang dialasi dengan kapas basah

Menutup mika kemudian menyimpan di tempat


gelap dan mengamati setiap hari berapa jumlah
biji yang berkecambah selama 7-10 hari

Mengamati dan mencatat perkecambahan yang


tumbuh

50 biji
tanpa
direndam

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil pengamatan, maka dapat diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 1. Pengaruh Perendaman Biji Sawi (Brassica rapa)
Lama

Jumlah Biji Sawi (Brassica rapa)

Perendaman

yang Berkecambah Pada Hari

(Jam)

Ke-

Persentase (%)

1
0

2
50

100

50

100

50

100

50

100

Kontrol

50

100

Grafik 1. Pengaruh Lama perendaman Biji Dalam Air Terhadap IKP Biji Sawi (Brassica rapa)
30
25
20

Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) 15


10
5
0

Lama Perendaman (Jam)

B. ANALISIS DATA
Berdasarkan data diatas, maka dapat dianalisis bahwa biji sawi
yang direndam selama 1, 2, 3, 4 jam maupun biji sawi yang tidak
direndam berkecambah secara bersamaan pada hari ke-2 dengan
persentase 100% tumbuh yaitu sebanyak 50 biji

pada masing-

masing perlakuan., sehingga didapatkan nilai IKP untuk semua

perlakuan

sebesar

25.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

lama

perendaman biji sawi tidak berpengaruh terhadap nilai IKP.


C. PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data diatas, bahwa tumbuhan membutuhkan
nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sebelum proses
pertumbuhan

maupun

perkembangan

biji

berlangsung

maka

proses awal yang terjadi adalah proses perkecambahan.


Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa
lama perendaman biji sawi selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan
tanpa direndam tidak berpengaruh terhadap nilai Indeks Kecepatan
Perkecambahan (IKP) karena biji sawi berkecambah semua secara
bersamaan setelah 2 hari, sehingga tidak sesuai dengan teori. Hal
ini disebabkan karena sawi merupakan tumbuhan yang termasuk
herba. Tumbuhan herba merupakan tumbuhan yang batangnya
lunak karena tidak membentuk kayu dan berwarna hijau sehingga
dalam perkecambahannya apabila biji sudah terendam air maka
proses perkecambahannya lebih cepat. Selain itu juga disebabkan
dalam mengecek tumbuh tidaknya kecambah tidak memerhatikan
panjang dari kecambah yang dapat membedakan kecepatan
tumbuh dari kecambah sehingga dapat diketahui biji sawi tumbuh
secara bersamaan atau tidak.

Faktor internal proses kecepatan

perkecambahan juga dapat mempengaruhi hal tersebut yaitu biji


sawi bermutu tinggi atau dapat dikatakan tingkat kemasakan biji
telah mencapai masak fungsional yaitu telah memiliki cadangan
makanan yang cukup dalam pembentukan embrio sehingga
kecepatan tumbuh lebih maksimum (Sutopo, 2002).
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan
sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi Dengan masuknya air, biji mengembang dan kulit biji akan
pecah. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan
hormon giberelin (GA3). Hormon ini mendorong aleuron (lapisan
tipis

bagian

mengeluarkan

luar

endosperma)

enzim. Enzim

untuk

bekerja

mensintesis

dengan

dan

menghidrolisis

cadangan

makanan

yang

terdapat

dalam

kotiledon

dan

endosperma. Proses ini menghasilkan molekul kecil yang larut


dalam ai, misalnya enzim amilase menghidrolisis pati dalam
endosperma menjadi gula. Selanjutnya, gula dan zat-zat lainnya
diserap dari endosperma oleh kotiledon selama pertumbuhan
embrio menjadi bibit tanaman (Purves et al. 2004).
Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan yaitu air
dimana proses imbibisi yang dialami oleh biji sawi itu sendiri ketika
perendaman berlangsung berguna untuk melunakkan kulit biji dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini
menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air
memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji
(Kamil,1979). Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel
untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas
akan masuk ke dalam sel secara difusi. Dalam imbibisi, potensial
air rendaman lebih tinggi daripada potensial air yang berada di
dalam biji. Dengan kata lain, potensial osmotik air rendaman lebih
besar daripada potensial osmotik biji, sehingga air berdifusi dari air
rendaman ke dalam biji sawi . Prinsip difusi adalah perpindahan
molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Sehingga
dapat dihasilkan biji yang direndam akan terlihat lebih besar dari
ukuran semula, kulit biji mulai pecah, kemudian biji mulai
berkecambah
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh faktor luar yang lain
yaitu oksigen, suhu dan cahaya dan medium (Sutopo,2002).
Oksigen dipakai untuk proses oksidasi sel untuk menghasilkan
energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk
aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung dalam
suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim.
Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap.
Perkecambahan membutuhkan hormon auksin dan hormon ini
mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi.
Sehingga, proses perkecambahan biji sawi ini diletakkan ditempat
gelap (kurang cahaya) akan terjadi etiolasi, yang ditandai dengan
batang yang melemah dan koleoptil yang menguning. Meskipun

terjadi etiolasi, namun proses perkecambahan biji sawi ini dapat


berlangsung sangat cepat.
Apabila sudah terjadi perkecambahan maka tahap selanjutnya
adalah membentuk akar, batang dan daun.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan
bahwa lama perendaman biji tidak berpengaruh terhadap nilai IKP.
B. SARAN
Dalam melakukan praktikum ini, sebaiknya media tanam yang
digunakan

dijaga

kadar

airnya

agar

tidak

kekeringan

atau

ditumbuhi jamur serta dalam mengecek tumbuh tidaknya biji


seharusnya juga mengukur panjang dari kecambah yang sudah
tumbuh untuk mengetahui biji yang berkecambah semua secara
bersamaan atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Darjadi,

L.

dan

Hardjono,

1972.

Sendi-Sendi

Silvikultur.

Dirjen

Kekutanan . Jakarta.
Kamil. 1979. Teknologi Benih 1. AngkasaRaya. Anggota IKAPI. Padang.
Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi
Benih. Edisi ke-1. ANDI. Yogyakarta. Hlm 190.
Lambers, H., F. Stuart Chapin III., Thijs, L. Pons. 1998.

Plant

Physiologycal Ecology. Springer. New York.


Purves et al.2004. Life:The Science of Biology. Sunderland:sinauer
Associates,Inc & W.H.Freeman and Company
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya: Laboratorium Fistum Jurusan Biologi FMIPA UNESA.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB
Press, Bandung.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis
dan Sub Tropis (terjemahkan)

Dr. Mohammad Naiem dkk.

Bandung.
Soerodikoesoemo,

Wibisono,

dkk,

1993,

Anatomi

dan

Fisiologi

Tumbuhan, Penerbit Universitas Terbuka, Depdikbud Jakarta.


Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Sawi . Diakses pada 26 April 2015.

LAMPIRAN PERHITUNGAN
Persentase Perkecambahan
Persentase Perkecambahan =

1. 0 jam =

2. 1 jam =

3. 2 jam =

4. 3 jam =

5. 4 jam =

50
50
50
50
50
50
50
50
50
50

Jumla h Biji Berkecamba h


Jumla h Keseluru h an

x 100% = 100%

x 100% = 100%

x 100% = 100%

x 100% = 100%

x 100% = 100%

Nilai Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP)

IKP=
1.

X1 X2 X3
Xn
+
+
++
1
2
3
n

0 jam = 50 = 25
2

2. 1 jam= 50 = 25
2
3. 2 jam = 50 = 25
2
4. 3 jam = 50 = 25
2
5. 4 jam= 50 = 25
2

x 100%

LAMPIRAN FOTO

Biji sawi direndam


pada 1 jam
pertama

Biji sawi
direndam pada 2
jam pertama

Biji sawi
direndam pada 4
jam pertama

Biji sawi dimasukka ke dalam


mika plastik yang dialasi
dengan media kapas (1 jam)

Biji sawi
direndam pada 3
jam pertama

Tanpa direndam
(0jam)

Biji sawi dimasukka ke dalam


mika plastik yang dialasi
dengan media kapas (2 jam)

Biji sawi dimasukka ke dalam


mika plastik yang dialasi
dengan media kapas (3 jam)

Biji sawi dimasukka ke dalam


mika plastik yang dialasi
dengan media kapas (4 jam)

Biji sawi dimasukka ke dalam


mika plastik yang dialasi
dengan media kapas (0 jam)

Biji sawi yang sudah tumbuh


pada hari ke-2 (1 jam)

Biji sawi yang sudah tumbuh


pada hari ke-2 (2 jam)

Biji sawi yang sudah tumbuh


pada hari ke-2 (3 jam)

Biji sawi yang sudah tumbuh


pada hari ke-2 (4 jam)

Biji sawi yang sudah tumbuh


pada hari ke-2 (0 jam)

Anda mungkin juga menyukai