Anda di halaman 1dari 41

FISIOLOGI

PERKECAMBAHAN

Materi Kuliah Fisiologi


Tumbuhan III

1
POKOK BAHASAN : PERKECAMBAHAN

SUB POKOK BAHASAN :

I. DIFINISI PERKECAMBAHAN

II. MORPOLOGI BIJI DAN PROSES PERKECAMBAHAN


A. Proses fisiologis perkecambahan
B. Proses Biokimia perkecambahabn
C. Pembongkaran Cadangan makanan

III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERKECAMBAHAN

IV. DORMANSI

2
I. DIFINISI PERKECAMBAHAN
Difinisi perkecambahan menurut Copeland (1976)
adalah aktifitas pertumbuhan yang sangat singkat
suatu embrio dalam perkembangan dari biji
menjadi tanaman muda.

Dapat dikaji melalui beberapa proses :


1. Morpologi
2. Fisiologi
3. Biokimia
4. Teknologi Benih

  3
II. MORPOLOGI BIJI DAN PROSES MORPOLOGI
PERKECAMBAHAN
a. Morpologi Biji Dikotil dan Monokotil

Gambar 1. Bagian-bagian biji monokotil dan dikotil 4


b. Proses Morpologi Perkecambahan

Proses perkecambahan morfologis meliputi pertumbuhan


embryonic axis sebagai akibat pembelahan sel yang diikuti
pemanjangan dan pembesaran sel sehingga tumbuh radikula
dan plumula menjadi bibit yang normal

Tanaman padi (monokotil) memiliki tipe perkecambahan


hipogeal dimana munculnya radikula diikuti dengan
pemanjangan plumula. Hipokotil tidak memanjang ke atas
permukaan tanah sedangkan kotiledon berada di dalam kulit
benih di bawah permukaan tanah.

Kotiledon yang disebut scutellum, tetap tinggal di dalam


tanah. Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan
dari endosperma dan menghantarkannya kepada embryonic
axis yang sedang tumbuh (Kuswanto, 1996).
5
Sewaktu perkecambahan, yang pertama kali keluar
adalah radikula. Selanjutnya pada radikel ini keluar
akar-akar cabang (lateral roots), bersama-sama dengan
akar primer membentuk sistem akar primer.

Sistem akar primer biasanya hanya berfungsi untuk


sementara, dan kemudian mati. Fungsi sistem akar
primer ini digantikan oleh akar-akar adventif yang
keluar dari nodus batang yang pertama dan beberapa
nodus di atasnya.

Sistem akar adventif (akar serabut) berfungsi untuk


menjamin kehidupan tanaman untuk penyerapan air dan
bahan makanan dari tanah dan sebagai alat penambat
pada tanah.
6
b. Proses pembentukan Morpologi Perkecambahan

Gambar 2. Proses Perkecambahan pada biji Monokotil dan


Dikotil 7
Gambar 3. Bagian-bagian kecambah biji jagung (monokotil )
8
MORFOLOGI KECAMBAH

Berdasarkan pada keberadaan kotiledon atau organ


penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi
dua :
a. perkecambahan epigeal dan
b. perkecambahan hipogeal.

Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari


golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan
perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih
dari golongan koro-koroan, dan rerumputan.

9
Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan
yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon
terangkat ke atas permukaan tanah (Gambar 4).

Contoh :
Kedelai
Kacang hijau
Kacang Tanah
Lamtoro

Gambar 4. Proses perkecambahan benih epigeal dari benih buncis


(Phaseolus vulgaris) (dari Johnson, 1985)
10
Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah perkecambahan
yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon
tetap berada di bawah permukaan tanah.

Contoh : Padi,
jagung, sorgum

Gambar 5. Proses perkecambahan benih hipogeal dari benih jagung (Zea


mays L (dari Johnson, 1985)
11
A. Proses Perkecambahan Fisiologis

Tahap ini embrio di dalam benih yang semula berada pada


kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.

Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja


berkembang dari tahap embrionik di dalam benih. Tahap
perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan
satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.

Tahap proses perkecambahan, yakni: (i) Perembesan air ke


dalam benih (imbibisi), (ii) pengaktifan proses metabolisme
(aktivitas enzim); (iii) pertumbuhan embrio dan (iv) pecahnya
kulit biji dan kemudian membentuk tanaman kecil (seedling);
(v) memperkuat tubuh tanaman kecil (establishment
seedling) 12
Tahap I 1. Imbibisi:
Proses awal *Permeabilitas kulit benih
perkecambahan * Komposisi kimia benih
(sebelum gejala * Suhu
perkecambahan * Konsentrasi air
nampak) 2. Reaktivasi:
* enzim
* respirasi (lintasan respirasi)
* organel sel
* sintesis RNA dan protein
3. Inisiasi pertumbuhan embrio
4. Retaknya kulit benih: munculnya akar
menembus kulit benih (emerge)
- Perombakan cadangan makanan
Tahap II * karbohidrat
Proses lanjut * lemak
perkecambahan (sesudah * protein
gejala perkecambahan * phytin
tampak diawali dengan - Respirasi (lintasan respirasi)
munculnya akar menembus - Pertumbuhan kecambah
kulit benih - Peranan fitohormon dalam
metabolisme perkecambahan
13
IMBIBISI :
 Imbibisi adalah penyerapan air oleh benih dari media
dimana benih tersebut ditanam atau dikecambahkan.

 Akibat imbibisi : terjadi urutan perubahan mulai dari


peningkatan hidrasi, aktivasi enzim, pembongkaran
cadangan makanan, dan diikuti perkembangan benih.

 Faktor – faktor yang berpengaruh pada proses imbibisi


adalah :
a. temperatur,
b. kelembaban lingkungan,
c. permiabilitas kulit biji,
d. susunan kimia dalam biji, dan
e. lamanya biji di dalam kondisi lembab.

14
Tiga tahap proses imbibisi:
a. penyerapan air secara cepat,
b. penyerapan air secara lambat, dan
c. meningkatnya penyerapan air sebagai akibat tumbuhnya
akar dan pengembangan seedling (Hartman dan Kester,
1975).

PENGEMBUNGAN BIJI
pengembungan biji disebabkan oleh penyerapan air dan
pertumbuhan y

PECAHNYA KULIT BIJI


Pecahnya kulit biji. Dengan pecahnya biji, suplai air yang
cukup, makanan yang sudah tercerna dan pasokan oksigen
untuk penapasan maka embriyo tumbuh dengan giat.
Pertumbuhan embrio adalah suatu proses yang
memerlukan tenaga dan tenaga tersebut berasal dari hasil
proses respirasi. 15
Grafik 6. Penyerapan Air (imbibisi)
oleh Benih yang Sedang
Berkecambah

Fase I : imbibisi, dalam fase ini air diserap oleh benih, baik benih dorman
maupun non dorman, benih viabel maupun non viabel. Proses ini
berlangsung karena adanya perbedaan potensial air antara benih
dengan air yang sangat besar. Potensial air pada benih kering dapat
mencapai –1000 bar, sementara pada air 0 bar.
Fase II : lag phase adalah periode mulai aktifnya metabolisme sebagai
persiapan untuk perkecambahan pada benih non dorman. Sementara
pengaktifan metabolisme tidak terjadi pada benih mati.
Fase III : pertumbuhan hanya terjadi pada benih non dorman yang viabel,
ditandai dengan munculnya akar dan diikuti dengan proses
pembelahan sel yang ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan
perombakan cadangan makanan. 16
B. Proses Biokimia Perkecambahan
 Di dalam peristiwa perkecambahan, jaringan-jaringan
yang mengandung karbohodrat, lemak, dan protein
mengalami proses hidrolisis dan degradasi yang hasilnya
ditranslokasikan ke titik tumbuh embrio dan
disintesakan kembali ke dalam jaringan baru.
 Produk baru dari proses hidrolisa dimanfaatkan di
dalam proses respirasi yaitu sejak oksigen berperan
dalam oksidasi sehingga menimbulkan CO2, air dan
energi.
 Pada proses respirasi, glukosa mengalami
penguraian/perubahan menjadi asam piruvat, yang
dikenal dengan nama glikolisis. Melalui reaksi berurutan
menuju siklus Krebs, terjadi pembebasan CO2 dan H2O.

(Baca materi kuliah respirasi) 17


Proses perkecambahan yang terjadi pada biji serealia :
 penyerapan air dari tanah ke dalam biji sehingga embrio
menghasilkan giberelin.
 Giberelin berdifusi ke lapisan eleuron yang melapisi
endosperm sebagai gudang makanan, sehingga
menghasilkan enzim.
 Pembentukan sitokinin dan auksin yang mendukung
pertumbuhan. Apabila pucuk berada di bawah permukaan
tanah, auxin cenderung berpindah ke bagian biji yang lebih
bawah.
 menyebabkan koleoptil tumbuh lebih cepat ke atas
permukaan tanah.
 Dengan munculnya koleoptil dipermukaan tanah, maka
mulailah tanaman tersebut menghasilkan makanan sendiri
melalui proses fotosintesis.
18
 Setelah tanaman mengalami proses fotosintesis,
setiap molekul karbohodrat, lemak, dan protein yang
mengandung potensi enerji kimia, kemudian mengurai
menjadi enerji yang dibebaskan dan disimpan dalam
ikatan fosfat yang dikenal dengan nama adenosin
trifosfat (ATP).
 Di dalam sel ATP kemudian berubah menjadi adenosin
difosfat (ADP) dan fosfat organik. Di dalam
mitokondria, ADP berubah menjadi ATP sehingga
menghasilkan energi. Di dalam metabolisme
karbohidrat, amilopektin dihidrolisa oleh enzim α dan
β amilase sehingga menghasilkan disakarida maltose.
 Proses selanjutnya, disakarida maltosa mengalami
pemecahan menjadi dua monosakarida glukosa.

19
.

Gambar 7: Enzim dan hormon yang berperan pada setiap tahap


perkecambahan biji sereali 20
Hidrolisis pati dengan bantuan amilase terjadi pada
titik tumbuh embrio. Giberelin sebagai hormon
tumbuh dihasilkan di dalam pucuk, dan berpindah
ke dalam lapisan aleuron. Fungsi giberelin adalah
untuk mengendalikan aktivitas amilase.

 metabolisme lemak dengan pemecahan asam


lemak dan gliserol melalui proses α oksidasi dan β
oksidasi. Proses β oksidasi asam lemak ditemukan
pada kotiledon kacang tanah. Enzim yang berperan
dalam proses ini yaitu asam lemak citoplasmik
peroksidase dan mikrosomal NAD spesific aldenyde
dehydrogenase.

21
Asam lemak peroksidase mengkatalisis peroksidehida
dekarboksilasi asam lemak sehingga menghasilkan CO 2
dan aldehid. Kemudian aldehid di oksidasi dan
dipengaruhi oleh aldehida dehidrogenase menjadi
substrat asam lemak peroksidase, selanjutnya kembali
lagi menuju tahap kedua oksidasi sehingga membentuk
spiral.

Proses oksidasi lain yang terjadi selama perkecambahan


yaitu β oksidasi. Di dalam proses ini, asam lemak
dipecah dengan bantuan β –oksidase, sehingga
menghasilkan asetil KoA dan energi dalam bentuk ATP.

Tahapan berikutnya, asetil KoA masuk ke dalam siklus


Krebs sehingga menghasilkan CO2, H2O, dan ATP atau
masuk ke dalam siklus glioksilat sehingga menghasilkan
sukrose yang siap untuk ditranslokasikan ke bagian tubuh
dan digunakan untuk biosintesis. 22
Penguraian protein / metabolisme protein. Protein di dalam
biji mengalami hidrolisasi dengan bantuan peptidase
sehingga menghasilkan asam amino.
Sesudah asam amino dibebaskan dari kompleks protein,
maka akan terjadi proses-proses :
(1) de-aminasi yang menghasilkan ammoniak dan sebuah
karbo skeleton, selanjutnya masuk dalam proses
metabolisme,
(2) pengalihan kelompok-kelompok amino ke dalam bagian-
bagian lain atas bantuan enzim transaminase
menghasilkan asam keto yang masuk siklus Krebs,
kemudian dipecah hingga menghasilkan CO2, H2O dan
enerji (ATP), dan
(3) asam amino ini secara langsung dimanfaatkan untuk
sintesis protein baru di dalam bagian-bagian
perkecambahan biji, yang kemudian menghasilkan DNA
dan m-RNA. 23
C. Pembongkaran Bahan Cadangan

Gambar 8. Alur fisiologi meliputi pembongkaran karbohidrat, lemak dan


protein selama perkecambahan biji kedelai. Pada siklus tersebut diikuti
dengan konversi ezimatik :1) karbohidrat fosforilase’ α- dan β-amilase; 2)
sukrosa –fosfat sintease; 3) lipase; 4) β-oksidase; 5) siklus glioksilat; α-
gliserol fosfatase orsidoreduktase; 6) α-gliserol; 7) aldolase; 8)
24
endopeptidase; 9) peptida hidrolase; 10.asparagin/glutamin sintease
Gambar 9. Lintasan fisiologi
pembongkaran karbohidrat,
lemak, dan protein selama
perkecambahan jagung.
Keberadaan sejumlah siklus
diikuti konversi enzimstis
atau lintasan : (1) α- dan β-
amilase, (2) α- glukosidase,
(3) sukrose-fosfat sintease
(4) lipase, (5) β- oksidasi,
(6) siklus glioksilat, (7) α-
gliserol fosfatoxido
reduktase, (8) aldolase, (9)
proteinase, (10)
endopeptidase, (11) peptida
hidrolase, (12)
asperagin/glutamin
sintetase (McDonald, 1994).

25
III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN
a. faktor internal : kemasakan benih
b. faktor eksternal. air, udara, suhu, dan cahaya.

Faktor Eksternal:
1. Ketersediaan Air :
reaksi enzim;
melunakan kulit benih;
transpor metabolit;
memungkinkan masuknya oksigen
2. Udara (Oksigen dan CO2) : O2 udara normal (20%) baik untuk
perkecambahan
3. Suhu lingkungan :
Suhu Kardinal yakni : Berpengaruh pada reaksi enzim
 suhu maksimum : suhu paling tinggi dimana benih masih mampu
berkecambah;
 Suhu optimum : suhu diperoleh perkecambahan terbaik dan
terbesar dalam waktu singkat ;
 Suhu minimum : suhu paling rendah benih masih mampu
berkecambah
26
4. Cahaya :
Tergantung pada :
Intersitas optimum : 100 – 200 ft candle;
Kualitas :
 660 – 700 nm : cahaya merah menstimulir perkecambahan
(optimum 670 nm);
 700 nm : cahaya infra merah atau far red menghambat
perkecambahan;
 < 290 nm : menghambat; 290 – 400 nm : tidak jelas;
 400 nm : cahaya biru beberapa jenis perlu/tidak pertlu
cahaya.
Contoh perlu cahaya : Alisma plantago Bellis perrenis
Veronica arvensis
Tidak perlu cahaya : Mirabilis jalapa, Tulipa gesneriana,
Gladiolus communis
Cahaya/tanpa: Sorghum helepense, Theobroma cacao, Datura
stramomium

5. Fitokrom: Suatu senyawa pigmen protein yang fotoreversibel


(dapat berubah karena perubahan cahaya). Bertanggungjawab 27
PEMACU KIMIAWI PERKECAMBAHAN BENIH

1. Giberelin: Hormon endogen pemacu perkecambahan


benih alamiah.
2. Sitokinin: Hormon endogen pemacu perkecambahan
benih alamiah.
3. Etilen (C4H4): Turut mengatur penglepasan auksin pada
perkecambahan benih
4. H2O2: Menstimulir respirasi yang mempercepat
perombakan cadangan makanan.
5. Auksin: dalam konsentrasi rendah bekerjasama dengan
cahaya mempercepat perkecambahan.
6. KNO3: bekerjasama dengan cahaya dan suhu memacu
proses perkecambahan benih
7. Thiourea Membantu pembentukan pemacu
perkecambahan, seperti giberelin.
IV. DORMANSI
Pengertian :
 adalah usaha benih menunda perkecambahannya hingga waktu
dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan
proses tersebut;
 Suatu kondisi dimana benih hidup tetapi tidak berkecambah,
sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan
walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya
 Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup normal. Dormansi merupakan reaksi keadaan
fisik atau lingkungan tertentu.

Tanda-tanda dormansi :
 Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi;
 proses respirasi tertekan / terhambat
 Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan;
 Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan

29
Keuntungan dormansi :
 Merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidup dan
bertahan pada musim dingin;
 Mencegah terjadinya perkecambahan di lapangan;
 Pada beberapa spesies lebih tahan simpan;

Kerugian :
 Memperpanjang waktu perkecambahan, pertumbuhan tidak
seragam;
 Mengacaukan saat tanam;
 Masalah dalam interpretasi terhadap pengujian benih;
 Ketidak seragaman dalam pemasakan menimbulkan masalah
panen

30
KLASIFIKASI DORMANSI
Dormansi menurut Aldrich (1984) dikelompokkan menjadi 3
tipe yaitu :
a. Dormansi Primer = Innate Dormancy
b. Dormansi Sekunder = Induced Dormancy
c. Enforced Dormancy = Quiscent Seed
Menurut Sutopo (1985) dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
d. Dormansi fisik dan dormansi fisiologis;
e. Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural
terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang
keras dan kecap sehingga menjadi penghalang
mekanisme terhadap masuknya air atau gas ke dalam
biji.

Secara umum dormansi dapat digolongkan menjadi dua :


f. dormansi primer dan
g.dormansi sekunder
31
SKEMA PENYEBAB DORMANSI
DORMANSI

1. Dormansi Primer 2. Dormansi Sekunder


Penyebab Penyebab

Endogenous Exogenous Enforced Induced


Primary Primary - Suhu
Dormancy Dormany - Cahaya
(Fisiologis) (Fisik) - Gelap
- Embrio rudimenter - Impermeabel terhadap air dan gas - Kimia
- Keseimbangan - Filter terhadap cahaya - Gas/Air
hormonal - Mengandung inhibitor
- Metabolik block - Penghalang keluarnya inhibitor
pada kotiledon - Penghambatan mekanikPenyebab
PENYEBAB DORMANSI
A. Endogenous Primary Dormancy (Dormansi fisiologis)
- Embrio rudimenter
+ embrio belum berkembang (Immaturity embrio)
- Gnetum gnemon
+ embrio ukurannya masih terlalu kecil (Annona sp)
- Fenomena after-ripening (kebutuhan akan
penyimpanan kering)
- Keseimbangan hormonal
Phytohormon : Giberelin (promotor)
Sitokinin (pengizin)
ABA (inhibitor)
PENGERTIAN :
1. Immaturity Embrio
 Perkembangan embrio tidak secepat jaringan sekelilingnya
sehingga perkecambahan benih yang demikian perlu ditunda.
Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban
tertentu agar viabilitas benih tetap terjaga sampai embrionya
terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah;

2. After Ripening
 Benih mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan
waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau
dikatakan membutuhkan jangka waktu After ripening.

 After ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada


kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah
benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu
penyimpanan nini berbeda-beda dari beberapa hari sampai
dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya
34
3. Dormansi sekunder

 adalah benih-benih yang pada keadaan normal mampu


berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada sutu keadaan
yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat
menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah.
Kadang-kadang dormansi sekunder muncul bila benih
diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu yang tidak tersedia. Misalnya kegagalan
memberi cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya;

 Diduga penyebab dormansi sekunder adalah perubahan


fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh
pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas
pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.

35
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis embrio
 Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat
penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat
penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat
pada tanaman antara lain : ammonia; ABA, Benzoic acid,
etilen, alkaloid, alkaloid lakton ( Counamin ) dll.

 Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim


penting dalam perkecambahan seperti alfa d an beta
amilase

36
PENYEBAB DORMANSI
B. Exogenous Primary Dormancy ((dormansi fisik
Kulit benih :
- Impermeabel terhadap air: faktor genetik. Struktur
kulit benih (lap suberin, lignin, kutikula, kutin yang
tebal, lap. pallisade yang berkembang dengan baik,
adanya strophiolar plug)
- Impermeabel terhadap gas: kulit benih yang memiliki
senyawa phenol (oksidator kuat)
- Filter terhadap cahaya
- Kulit benih mengandung inhibitor perkecambahan
- Penghalang keluarnya inhibitor
- Pembatasan mekanik kulit benih keras dan tebal
(contoh kasus benih kemiri)
Penjelasan :
Impermeabilitas kulit biji terhadap air :
 Benih-benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini
disebut : benih keras karena mempunyai kulit biji yang
keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa
palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling
luar. Bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan
kutikula;

Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio;


 Kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan
embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan
tumbuh dengan segera;

Permiabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas


 Perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau
jika tekanan oksigen disekitar benih ditambah;
38
Cara/Metode Pematahan Dormansi

Fisilogis:
 Penyimpanan kering;
 Stratifikasi: * suhu rendah Chilling (5C-10 C), suhu
tinggi 40 C-50 C;
 KNO3, GA3
 Suhu berganti

Fisik :
 Skarifikasi / penggosokan (mekanik) : mengamplas,
menghilangkan sebagian struktur yang mengelilingi
benih;
 Kimia menggunakan asam kuat antara lain H2SO4 dan
HCl
 Pencucian/perendaman benih;
 Puncturing (penusukan);
 Pencucian dengan air panas
Contoh :
Pada benih apel : suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan
kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi
embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada
daerah dengan temperatur hangat.

40
Buatlah makalah minimal 3 halaman maksimal 5 halaman diketik dengan jarak
1,5 spasi dengan Judul “Metabolisme Nitrogen” dikumpul Senin 7 Desember
2020 ke sih.winarti526@gmail.com

Marjin atas 3 cm
Marjin bawah 2,5 cm
Kiri 3 cm
Kanan 2,5 cm
Diberi halaman

ISI makalah :
Metabolisme N
A. Daur Nitrogen
B. Fungsi N bagi Tanaman
C. Pengertian Metabolisme;
D. Tahap-tahap metabolism N dan Tempat terjadinya metabolisme
E. Tipe Organisme yang membantu asimilasi N
F. Proses Fiksasi Nitrogen
G. Daftar Pustaka

41

Anda mungkin juga menyukai