Anda di halaman 1dari 31

Apakah dampak bioteknologi bagi keanekaragaman hayati di Indonesia?

Ikuti

3 jawaban

Laporkan Penyalahgunaan

Jawaban

Peringkat

Jawaban Terbaik: bioteknologi bisa berdampak positif bisa juga berdampak negatif. tergantung dari
mana kita memandangnya dan bagaimana juga implementasi nya di lapangan.
beberapa contoh positif dalam bioteknologi adalah penemuan metode kultur jaringan tumbuhan, bisa
digunakan untuk melestarikan tumbuhan2 langka di Indonesia. misalnya untuk menanam pohon
meranti sampai bisa menghasilkan biji dan anakan baru membutuhkan waktu yang lama, namun dengan
kultur jaringan bisa dilakukan dalam waktu yang relatif lebih cepat dan menghasilkan anakan dalam
jumlah banyak.
nah itu salah satu contoh positifnya. untuk negatif nya misalnya kalau bioteknologi digunakan untuk
rekayasa genetik bakteri2 ganas dan digunakan sebagai "senjata biologi" nah itu baru tidak baik.
kemudian adanya rekayasa genetika untuk menghasilkan benih2 unggul di pertanian sebenarnya juga
bisa dipandang dari 2 sudut pandang. yang pertama adalah bertambahnya keragaman hayati karena ada
nya varietas unggul yang baru. namun hal ini juga sebenarnya lambat laun akan memusnahkan varietas2
lokal dengan genetik yang kurang unggul, sehingga plasma nutfah akan berkurang. karena para petani
akan cenderung untuk memakai bibit unggul dalam bertani. nah ini sebenarnya lumayan dilematis sih.

Andre Goffin 4 tahun yang lalu

Jempol ke atas

Jempol ke bawah
Komentar

Laporkan Penyalahgunaan

cari aja di google gan,. misalnya contoh : tulis kaya gini, dampak bioteknologi. udadah, dapet.

Sumber:www.google.com

Made Agus 4 tahun yang lalu

Jempol ke atas

Jempol ke bawah

Komentar

Laporkan Penyalahgunaan

1. Dampak Negatif Bioteknologi

Bioteknologi, seperti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya dampak yang
merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen ketanaman
sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asaing,
seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi
pada tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom inag dapat
menimbulkan interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang
menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam
perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju, Kesenjangan
teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga
sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa dalam produk
pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen
organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju.

2. Dampak Positif Bioteknologi

Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa genetik dalam
perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien) gen
dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor /
resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang
dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan
menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang
mendasar dan sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan
tersebut disebut sebagai bioprespecting. Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif
yang dapat ditimbulkan bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi
keanekaragaman Hayati, ( Convetion on Biological Diversity )yang mengikat secara hukum bagi negara-
negara yang ikut mendatanginnya . Sebagai tindak lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia
telah meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika Serikat tidak
ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena Protocol on Biosafety ( Protokol
Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol tersebut menyinggung tentang prosedur transpor
produk bioteknologi antara negara untuk mencegah bahaya yang timbul akibat dampak negatif
terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan kesehatan manusia. Pengertian klon bioteknologi
modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel (jaringan), molekul bibit tanaman melalui setek yang
banyak dilakukan pada tanaman perenial, antara lain kopi, teh, karet, dan mangga. Perbanyakan bibit
dengan teknik kultur jaringan, kultur organ, dan embiogenesis somatik dapat pula diterapkan pada
jaringan hewan dan manusia. Tidak seperti pada tumbuhan, kultur pada hewan dan manusia tidak dapat
dikembangkan menjadi individu baru.

Sumber:http://dc202.4shared.com/doc/w9qVQKHh/pr...

Dampak Bioteknologi

1. Dampak Negatif Bioteknologi


Bioteknologi, seprti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya dampak yang
merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen ketanaman
sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asaing,
seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi
pada tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom inag dapat
menimbulkan interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang
menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam
perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju, Kesenjangan
teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga
sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa dalam produk
pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen
organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju

2. Dampak Positif Bioteknologi


Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa genetik
dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien)
gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor /
resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang
dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan
menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang
mendasar dan sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan
tersebut disebut sebagai bioprespecting.

Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan bioteknologi,
antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi keanekaragaman Hayati, ( Convetion on Biological
Diversity )yang mengikat secara hukum bagi negara-negara yang ikut mendatanginnya . Sebagai tindak
lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia telah meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun
1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika Serikat tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di
sepakati Pula Cartegena Protocol on Biosafety ( Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ).
Protokol tersebut menyinggung tentang prosedur transpor produk bioteknologi antara negara untuk
mencegah bahaya yang timbul akibat dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan
kesehatan manusia.

Pengertian klon bioteknologi modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel (jaringan), molekul bibit
tanaman melalui setek yang banyak dilakukan pada tanaman perenial, antara lain kopi, teh, karet, dan
mangga. Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan, kultur organ, dan embiogenesis somatik dapat
pula diterapkan pada jaringan hewan dan manusia. Tidak seperti pada tumbuhan, kultur pada hewan
dan manusia tidak dapat dikembangkan menjadi individu baru.

Secara ringkas, berikut ini beberapa implikasi bioteknologi bagi perkembangan sains dan teknologi serta
perubahan lingkungan masyarakat.
a. Bioteknologi dikembangkan melalui pendekatan multidisipliner dalam wacana molekuler. Ilmu-
ilmu dasar merupakan tonggak utama pengembangan bioteknologi maupun industri bioteknologi
b. Bioteknologi dengan pemanfaatan teknologi rekayasa genetik memberikan dimensi baru untuk
menghasilkan produk yang tidak terbatas.
c. Bioteknologi pengelolahan limbah menghasilkan produk biogas, kompos, dan lumpur aktif.
d. Bioteknologi di bidang kedokteran dapat menghasilkan obat-obatan, antar lain vaksin , antibiotik,
antibodi monoklat, dan intrferon
e. Bioteknologi dapat meningkatkan variasi dan hasil pertanian melalui kultur jaringan, fiksasi
nitrogen pengendalian hama tanaman, dan pemberian hormon tumbuhan.
f. Bioteknologi dapat menghasilkan bahan bakar dengan pengelolahan biommasa menjadi etanol
(cair) dan metana (gas)
g. Bioteknologi di bidang industri dapat menghasilkan makanan dan minuman, antara lain
pembuatan roti, nata decoco, brem, mentega, yoghurt, tempe, kecap, bir dan anggur

aaaaaaaa

Jika kita menghancurkan keanekaragaman hayati, pada akhirnya langsung maupun tidak langsung tidak
hanya menghancurkan spesies binatang tapi juga kehidupan kita sendiri. Bagi banyak petani dan
masyarakat asli di Selatan, ada kaitan langsung antara keberadaan keanekaragaman hayati dan
kehidupan mereka. Kebanyakan penghidupan tradisional tergantung pada tingkat keanekaragaman yang
amat tinggi, baik secara kultural, hayati, maupun ekonomi; karenanya hilangnya keanekaragaman hayati
akan mengancam kehidupan mereka. Sebagai contoh, masyarakat Indian Huastec di Meksiko
membudidayakan 300 jenis tanaman di kebun kecil, di ladang pertanian dan hutan. Di sebuah desa khas
di Indonesia, tidak sulit menemukan seratus atau lebih spesies tanaman. Semuanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu: makanan, obat-obatan, bahan bangunan, kayu bakar, dan lain-lain.
Praktek mengumpulkan, memanen, dan membudidayakan sumberdaya yang langsung diperlukan untuk
menopang kehidupan, dikembangkan selama berabad-abad dan disesuaikan secara cermat dengan
kondisi lingkungan yang ada dan untuk itu seringkali penuh tantangan. Hal ini memerlukan pemahaman
yang dalam dan intensif mengenai tumbuhan, hewan, ekosistem, iklim, sifat tanah, dan faktor lain.
Tanpa ini masyarakat akan mati. Dikutip dari: Janet Bell dan Michael Pimbert, dalam Miges Baumann, Cs
(penyuntuing), Bisnis Kehidupan, Read Book, 2001, halaman 4 dan 6

Di Utara, keanekaragaman hayati juga amat penting walaupun kebanyakan orang berada jauh dari
proses produksi pangan. Sistem pangan dan kesehatan amat bergantung pada tingkat keanekaragaman
hayati. Tanpa ekspedisi (untuk koleksi) berkala di hutan-hutan, pasar, lahan pertanian, serta kebun
rakyat di daerah Selatan, negara-negara industri tidak akan mampu memproduksi pangan seperti
sekarang, dan tidak akan mempunyai beragam obat yang sekarang mereka kuasai. Ada kesalahpahaman
umum bahwa aplikasi bioteknologi akan melepaskan ketergantungan Utara pada keanekaragaman
hayati alami dan bahwa bioteknologi akan menjadi alat yang berguna untuk melestarikan dan
meningkatkan keanekaragaman hayati. Di negara-negara Selatanlah perspektif alam steril, yang secara
menyeluruh dikendalikan oleh agrobisnis, telah menimbulkan reaksi yang batten hebat. Selama ini,
delapan puluh persen (80%) petani dunia ketiga menggunakan kembali benih mereka dari tahun ke
tahun, karena tidak bisa membeli stok baru setiap musim tanam. Terminator tidak memungkinkan cara
itu dilakukan lagi. Akibatnya ketergantungan absolute petani kepada perusahaan multinasional
penghasil benih tak terhindarkan. Di India, ribuan petani turun ke jalan untuk memprotes penemuan itu.
Hasilnya, sebagai tindakan pencegahan, pemerintah India melarang impor bibit gen Terminator

Delegasi Afrika di FAO, organisasi PBB untuk makanan dan pertanian, juga telah menyatakan bahwa
mereka menolak penggunaan gen Terminator di atas tanah-tanah Afrika. Mereka menyatakan bahwa
hal itu adalah sebuah teknologi tinggi yang tidak memperbaiki apa-apa dalam produksi makanan.
Sebaliknya, teknologi itu bisa berakibat fatal. Sebuah ball terjadi pada bulan Oktober 1999. Presiden
Monsanto, Robert Shapiro, menyatakan di hadapan publik untuk tidak memperdagangkan Terminator.
Perusahaan itu mencoba tetap percaya diri di hadapan para konsumen yang menolak pengenalan
organisme yang dimodifikasi secara genetika di dalam makanan mereka. Tetapi pernyataan yang sempat
dipublikasi secara luas di media itu tidak berhasil menghentikan penyebarannya. Jika Monsanto
mengatakan tidak akan mengkomersialkan teknik sterilisasi itu di masa yang akan datang, Delta & Pine
Land Co sebaliknya menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan untuk mengembangkan teknologi
serupa guna melindungi investasi mereka. Akhirnya, dalam situasi krisis, pada bulan Januari 2000
raksasa teknologi itu mengumumkan tidak akan melanjutkan upaya membeli perusahaan Delta & Pine
Land Co, dan melepas hak paten yang sangat kontrovesial itu. Sebagai akibat secara tiba-tiba
menghentikan pembelian kembali yang sedang diproses itu, Monsanto bisa dituntut untuk membayar
denda 8 juta dolar kepada Delta & Pine Land Co. Sementara itu, di laboratorium-laboratorium Monsanto
dan pesaingpesaingnya (Novartis, Astra Zeneca, Pioneer Hi-Breed, Rhne-Poulent, DuPont, dan lain-lain)

para peneliti sedang bekerja di depan pipa-pipa mereka untuk menemukan teknik-teknik sterilisasi yang
semakin canggih. Sebuah organisasi dari Kanada, RAFI (lihat kotak) telah mendokumentasi 20-an paten
untuk teknik pengendalian gen yang dihasilkan oleh 12 lembaga berbeda.

Bioteknologi Berbasis Kekayaan Hayati

15/08/2008 BB Biogen 0 Comments

Oleh: Fachruddin M. Mangunjaya

Bioteknologi memang penting jika dikaitkan dengan kekayaan hayati di negeri ini. Indonesia adalah
negara nomor dua terbesar di dunia setelah Brasil yang memiliki keragaman hayati. Bukan itu saja,
secara spesifik, dua negara berkembang ini saling bersaing dalam menunjukkan kekayaan hayati yang
dimilikinya, Brasil mempunyai jumlah keanekaragaman tumbuhan nomor satu, sedangkan Indonesia
mempunyai keanekaragaman mamalia terbesar di dunia. Bedanya, Brasil, negara yang mempunyai
daratan sangat luas yaitu hutan Amazonia. Sedangkan Indonesia mempunyai jumlah pulau dan laut yang
luas.

Indonesia merupakan negara, memang telah lama memperhitungkan pengembangan potensi


bioteknologi. Sedangkan beberapa negara dengan kawasan yang kecil, seperti Israel, Jepang, Thailand
dan Singapura sudah sangat jauh lebih dahulu mengembangkan bidang ini. Saat ini di Singapura,
misalnya, telah memiliki pusat pengembangan bioteknologi yang dinamai Biopolis untuk
mengembangkan obat-obatan, sedangkan di Malaysia didirikan Bio Valley yang berfokus pada
pengembangan minyak sawit dan karet.

Selain itu, negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Australia, telah lama
mengadakan riset terpadu di bidang bioteknologi, bahkan mereka telah menjual produk-produk baru
dengan hak paten dari hasil biotek dan rekayasa genetika, seperti antibiotik, obat-obatan, bahan
kosmetik, bahan makanan serta tanaman transgenik, dan sebagainya.

Manfaat Bioprospeksi
Di kalangan ahli biologi, keanekaragaman hayati telah lama diketahui akan membawa manfaat besar.
Oleh karena itu diadakanlah upaya pengungkapan potensi- potensi manfaatnya yang dikenal dengan
Bioprospeksi. Bioprospeksi merupakan upaya untuk mencari kandungan kimiawi baru pada makhluk
hidup (baik mikroorganisme, hewan dan tumbuhan) yang mempunyai potensi sebagai obat-obatan atau
untuk tujuan komersial lainnya. Hari ini, dari 25 perusahaan penjualan hasil farmasi dunia yang paling
terkenal,10 diantaranya hasil bioprospeksi yang dijumpai pada hewan, tumbuhan atau mikro organisme
(bakteri). Pada tahun 1995, hasil perdangangan dunia obat-obatan yang berasal dari bioprospeksi ini
mencapai angka $AS14 milliar.

Upaya mencari tahu dengan bioprospeksi, kebanyakan juga berdasarkan pada pengetahuan tradisional
terdahulu dari masyarakat suatu tempat. Misalnya saja, suku-suku di Pulau Siberut Kepulauan
Mentawai, Sumatera, telah lama menggunakan ratusan jenis-jenis tanaman obat untuk mengatasi
demam hingga penawar luka. Biasanya, para ahli farmasi dan peneliti biologi kemudian mengadakan
kajian untuk mengungkap potensi alami atau zat aktif yang dimiliki oleh masing-masing tanaman
tersebut, sayangnya, kemudian, banyak juga yang tidak memperdulikan atas hak intelektual suku-suku
yang ilmu perobatannya diambil oleh para farmakolog yang hanya tinggal melanjutkan saja. Lazimnya,
mesti ada kerjasama dan pembagian hasil atas hak intelektual suku tersebut untuk dapat melestarikan
potensi dan kemungkinan perawatan potensi tanaman lainnya yang masih ada di alam.

Sebenarnya para peneliti telah lama bergelut dengan penelitian potensi-potensi hayati yang ada di
Indonesia. Seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), misalnya, boleh jadi,
mempunyai puluhan paten atas penemuan dan potensi manfaat mikro organisme yang telah diisolasi
atas hasil penelitiannya di laboratorium. Di Indonesia upaya inventarisasi untuk bioprospeksi ini
dilakukan misalnya, oleh Indonesian Center for Biologicaldiversity and Biotechnology (ICBB), yang
bermarkas di Bogor. Lembaga ini telah mendata lebih dari 10.000 isolat (kultur mikro organisme) yang
sebagian besar diisolasi dari Indonesia. Makhluk hidup yang berupa jasad renik itu telah didepositkan
pada Culture Collection ICBB. Sebagian besar isolat-isolat tersebut, menurut pihak ICBB, belum pernah
dikaji atau diidentifikasi. Strain yang ada dalam Culture Collection ICBB tersedia untuk masyarakat ilmiah
pada level nasional maupun internasional, baik di lembaga akademik maupun industri.

ICBB juga telah menginventarisasi keanekaragaman hayati tumbuhan dan binatang tingkat tinggi Ekologi
Air Hitam (EAH), yang terdapat di pedalaman Kalimantan Tengah. EAH merupakan habitat berbagai
tumbuhan yang secara ekonomis penting, misalnya lebih dari 100 spesies pohon kayu hutan, lebih dari
40 spesies rumput-rumputan, anggrek, rotan, jamur, dan buah-buahan hutan. Beberapa tergolong
spesies langka misalnya: gembor (Alseodaphne umbeliflora), jelutung (Dyera costulaca), kapur naga
(Callophilium soulatri), kempas (Koompassia malcencis), ketiau (Ganua motleyana), mentibu
(Dactyloclades stenostachys), nyatoh (Palaquium scholaris), rambutan hutan (Nephelium sp.) dan ramin
(Gonysstylus bancanus). Gembor, biasanya hanya diambil kulitnya, untuk dijadikan bahan baku obat
nyamuk bakar. Sedangkan jelutung disadap lateksnya untuk bahan baku industri. Selain itu Tim Walhi
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), 1998, telah pula mengidentifikasi lebih dari 40 spesies
tumbuhan obat yang hidup di ekosisten air hitam.

Potensi-potensi bioprospeksi sebenarnya tidak hanya dijumpai di habitat alam (di hutan) saja, tetapi,
jugIndonesia yang merupakan kawasan beriklim tropis mengakibatkan segala makhluk beragam jenis
dapat hidup dengan baik dan unik. Namun rahasia dan manfaatnya masih banyak yang belum
terungkap. Sebagai contoh, dari hasil screening pada sampel tanah sawah pertanian dengan tanaman
pokok padi IR64, diperoleh beberapa strain bakteria penghasil enzim phytase dan phosphatase, di
antaranya marga Bacillus, Klebsiella, Enterobacter, Pantoea, dan bakteri-bakteri baru yang sama sekali
belum dikenal secara taksonomi.

Enzim phytase merupakan komoditas yang sangat bagus karena merupakan salah satu anggota dari
kelompok enzim phosphatase yang mampu menghidrolisis senyawa phytat. Enzim ini sekarang menjadi
salah satu enzim komersial di dunia.

Senyawa Phytat adalah senyawa phosphat komplek yang tersimpan hingga 88 persen dalam bentuk biji-
bijian. Senyawa ini mampu mengikat logam-logam seperti Mg, Mn, Fe, Zn, Ca, dan protein yang sangat
berguna bagi pertumbuhan tanaman, hewan, dan manusia. Ketiadaan enzim phytase pada saluran
pencernaan hewan (khususnya hewan monogastric/nonruminansia: seperti unggas dan ikan) serta
manusia, mengakibatkan senyawa phytat dalam biji yang dikonsumsi tidak bisa dicerna. Akibatnya
senyawa ini terbuang percuma bersama kotoran (feses). Padahal, biji-bijian umumnya adalah sumber
makanan ternak dan makanan pokok kita. Maka, dengan bantuan enzim phytase, manfaat biji-bijian
(termasuk beras dan kedelaiyang termasuk polong-polongan), bisa diambil manfaatnya secara
optimal. Bagi hewan ternak, enzim ini menjadi penting sebagai alat pembantu efisiensi makanan yang
diberikan.

Investasi Besar
Penelitian dan pemanfaatan bioteknologi memang memerlukan investasi besar. Hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan merupakan peralatan modern dan mutakhir. Selain itu investigasi atau
penelitian terhadap sumber daya keanekaragaman hayati yang di ekplorasi juga memerlukan waktu
yang cukup panjang. Sebagai contoh kasus, , Thomas Brock seorang ilmuwan dari Amerika Serikat
memulai mengadakan penelitian mikro organisme pada kolam panas (hot pools) di Taman Nasional
Yellowstone pada tahun 1966. Saat itu Thomas Brock merupakan adalah seorang peneliti biasa, seperti
halnya banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti di LIPI, dalam inventarisasi kekayaan alam di Amerika
Serikat.

Penelitian seperti ini sebenarnya dilakukan karena rasa ingin tahu, bahwa ternyata ada mikro organisma
yang diberin nama Thermus aquaticus yang hidup pada air yang sangat panas. Dr. Brock mempelajari
bagaimana Thermus aquaticus, mampu hidup di laboratorium dan mengirimkan sample hidup jasad
renik itu ke American Type Culture Collection (sebuah organisasi yang berfungsi sebagai
perpustakaanyang mengkoleksi mikro organisme). Sama halnya seperti yang dilakukan oleh ICBB di
Bogor.

Barulah dua puluh tahun kemudian (1985), Cetus Corporation, sebuah perusahaan bioteknologi
mengembangkan suatu cara baru untuk menduplikasi materi genetika. Saat itu, para ilmuwan mulai
senang mengotak-atik kromosom diketahui merupakan sandi dari semua unsur kehidupan yang ada
pada seluruh makhluk hidup. Sayangnya, kromosom ini sangat sulit dipelajari, karena terbuat dari gen
dan gen sendiri berasal dari DNA. Sayangnya DNA sangat gampang hancur bila diperlakukan di
laboratorium. Oleh karena itu para ilmuwan berusaha untuk menduplikasi (menyalin) DNA untuk
mempelajarinya secara akurat.

Lalu ilmuwan yang berasal dari Cetus, Dr. Kary Mullis, menggunakan enzim yang dinamakan Taq
polymerase, yang diisolasi dari Thermus aquaticus, yang semula diisolasi di American Type Culture
Collection. Taq polymerase inilah yang sangat efektif untuk mempelajari DNA secara baik. Atas hasil
cerih payahnya itu Dr. Kary Mullis, memenangkan hadiah Nobel bidang kedokreran. Taq polymerase,
sekarang digunakan secara luas untuk membantu identifikasi DNA. Enzime ini pula yang digunakan
untuk mencocokkan mayat-mayat pelajar SMK Situbondo (yang tidak dikenali) dengan DNA orang
tuanya. Enzim ini bermanfaat pula dalam identifikasi DNA karena kejahatan, diagnosa kesehatan, serta
penelitian yang berkait dengan penelusuran unsur DNA. Tentu saja, enzim yang berasal dari danau air
hangat Taman Nasional Yellowstone itu sangat mahal harganya.

Di Indonesia, dua tahun yang lalu (2001) Dr. Antonius Suwanto dari IPB berhasil mengungkapkan potensi
Rhodobacter sphaeroides yang merupakan bakteri fotosintetik anoksigenik yang banyak ditemukan di
lahan persawahan. Bakteri ini diketahui mampu mengikat nitrogen dari udara dan mengubahnya
menjadi amoniak, sehingga secara alami dapat memupuk sawah. Dr. Suwanto menemukan, justru
pemberian pupuk buatan yang mengandung unsur nitrogen akan membuat bakteri ini tidak aktif.

Menurut Suwanto, seperti diungkapkannya di Kompas (21/4/2001), Rhodobacter sphaeroides dapat


tumbuh secara aerobik maupun anaerobic, artinya dalam keadaan ada cahaya maupun gelap.
Keragaman metabolisme kelompok bakteri ini amat luar biasa telah menjadikan R sphaeroides dan
bakteri kerabatnya sebagai sistem model yang sangat baik untuk mempelajari fenomena biologi dan
biofisika yang kompleks. Keragaman metabolisme ini juga memberikan potensi untuk berbagai aplikasi
dalam bidang pertanian, industri, dan lingkungan. Misalnya penambatan karbon dioksida dan nitrogen,
produksi hidrogen, produksi plastik biologis, detoksifikasi logam berat dan produksi enzim-enzim
komersial.

Atas dasar penemuan-penemuan yang cukup potensial tersebut, pembangunan Bioisland di Batam
seperti di canangkan oleh Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi, bebarapa bulan yang lalu akan
berperan penting secara nasional dalam pemanfaatan keragaman hayati Indonesia. Diharapkan, pulau
ini juga akan menjadi entry point bagi para pengguna keanekaragaman hayati Indonesia melalui konsep
pemanfaatan, pelestarian dan benefit sharing. Dengan demikian, langkah ini setidaknya akan menjawab
bahwa, potensi hutan dan keanekaragaman hayati Indonesia, ternyata bukan kayu saja, tetapi terdapat
potensi gen (plasma nutfah) yang selama ini, manfaatnya hanya menjadi wacana.

Dampak aplikasi bioteknologi bagi masyarakat dan lingkungan

Bioteknologi telah menghasilkan produk produk yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, bioteknologi juga menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat
dan lingkungan. Dampak dalam bidang sosial ekonomi dan kesehatan.

Salah satu dampak positif dari bioteknologi ini berupa penemuan tumbuhan yang tahan serangga,
membuat lingkungan terbebas dari dampak pestisida. Namun, penanaman tanaman transgenik secara
massal, dikhawatirkan mengganggu ekosistem. Dampak negatif juga timbul dalam bidang sosial ekonomi
seperti, munculnya kecemburuan terhadap penanaman modal besar yang memperoleh tanaman
transgenik kualitas unggul, tetapi para petani makin terpuruk karena tidak mendapatkannya. Adapun
dampak dalam bidang kesehatan berupa ditemukannya beberapa orang yang alergi terhadap insulin
transgenik.

Beberapa dampak negatif dan penanggulangan dari bioteknologi:

Alergi : Gen asing yang disisipkan pada organisme yang menjadi makanan manusia dapat menyebabkan
alergi terhadap individu tertentu. Dalam pencegahannya, perlu dilakukan pengujian dalam jangka waktu
yang lama untuk memastikan ada tidaknya efek negatif terhadap konsumen. Selain itu, produk yang
mengandung organisme hasil rekayasa bioteknologi harus diberi label dengan jelas guna memberi
informasi kepada konsumen mengenai produk yang akan dikuonsumsi.

Hilangnya plasma nutfah : Plasma nutfah atau keanekaragaman makhluk hidup dapat musnah akibat
budidaya hewan atau tumbuhan unggul saja. Kepunahan plasma nutfah dapat diatasi dengan melakukan
pemeliharaan berbagai jenis hewan dan tumbuhan di suatu situs konservasi tertentu.

Rusaknya ekosistem : Gangguan terhadap kondisi normal lingkungan dapat menyebabkan rusaknya
ekosistem. Salah satu contohnya seperti tanaman kapas Bt. Selain tanaman tersebut menyebabkan
matinya hama ulat yang memakannya, hal ini juga diduga menjadi penyebab larva kupu kupu lain ikut
mati.
Contoh Soal:

Keberhasilan rekayasa genetika menghasilkan tumbuhan unggul dan pengembangan hasilnya terus
menerus telah meningkatkan kekhawatiran banyak kalangan, terutama ahli biologi, karena(UN
2013/2014)

A. menurunkan populasi plasma nutfah

B. memberikan keunggulan sesaat pada manusia

C. sifat unggul tidak dapat dipertahankan

D. sifat unggul memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan

E. gen-gen unggul plasma nutfah menjadi inaktif

Pembahasan : Apabila organisme hasil rekayasa genetika yang bersifat unggul dikembangkan secara
massal, makan organisme lokal yang tidak memiliki sifat unggul tidak akan dikembangkan lagi. Sehingga
akan tersingkir dan mengakibatkan penurunan plasma nutfah.

2. Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh adanya tanaman transgenik pada manusia
adalah(UN 2012/2013)

A. banyak organisme yang mati keracunan

B. timbulnya alergi pada beberapa orang

C. populasi hama meningkat

D. hilangnya plasma nutfah

E. ketergantungan teknologi

Pembahasan : Alergi merupakan respon alamiah yang diberikan oleh sistem imun manusia. Alergi dapat
disebabkan tubuh dimasuki oleh gen asing. Tanaman transgenik merupakan tanaman yang disisipkan
gen yang memunculkan sifat unggul pada tanaman tersebut, gen tersebut merupakan gen yang berasal
dari luar tubuh (gen asing).

3. Tanaman transgenik umumnya memiliki sifat sifat unggul yang diinginkan, tetapi ternyata tanaman
tersebut dapat merusak ekosistem, misalnya penanaman tanaman transgenik tahan hama yang
menyebabkan (UN 2012/2013)

A. tanaman sekitarnya yang berbeda jenis tumbuh kerdil karena tanaan transgenik banyak menyerap
unsur hara.

B. hewan yang mengonsumsi tanaman transgenik menjadi mandul karena terkontaminasi gen asing.

C. populasi kupu kupu yang membantu proses penyerbukan musnah dan produksi tanaman menurun
D. tubuh tanaman transgenik tidak dapat diuraikan oleh bakteri sehingga menjadi limbah pertanian.

E. dalam waktu yang lama hama menjadi kebal sehingga perlu menggunakan pestisida dosis tinggi.

Pembahasan: Tanaman transgenik menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem yaitu populasi
kupu kupu yang membantu proses penyerbukan musnah dan produksi tanaman menurun. Hal ini
disebabkan oleh gen asing yang disisipkan dalam tanaman transgenik dapat mematikan hama tanaman.
Namun demikian, gen tersebut juga bersifat mematikan bagi serangga lain yang juga memakan bagian
tanaman transgenik.

4. Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh adanya pemuuliaan tanaman berbiji dengan cara
radiasi induksi adalah (UN 2012/2013)

A. tidak dapat bereproduksi secara vegetatif

B. tidak dapat bereproduksi secara generatif

C. tanaman rentan terkena penyakit

D. pengendalian hama harus lebih terpadu

E. menggunakan medium khusus untuk penanamannya

Pembahasan : Penyinaran dengan sinar gamma dapat menembus biji hingga lapisan DNA, yang dapat
merubah sifat pada keturunannya. Keuntungan radiasi induksi adalah ditemukannya varietas baru
dengan sifat unggul seperti semangka tanpa biji. Meskipun demikian, jika sinar gamma mengenai sel
vegetatid makan akan menimbulkan kanker. Varietas tanaman berbiji tanpa biji akan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan keturunan.

5.Pernyataan pernyataan berikut mengenai dampak negatif dari penerapan bioteknologi.

melehmahnya sistem kekebalan tubuh

berkurangnya keanekaragaman genetik

timbulnya gejala alergi

terganggunya keseimbangan alam

Dampak negatif bioteknologi dalam bidang lingkungan dan kesehatan secara berturut turut adalah

A. 1 dan 2

B. 2 dan 1

C. 2 dan 3

D. 3 dan 4
E. 4 dan 1

Pembahasan: Bioteknologi dalam kehidupan selain memberi manfaat juga dapat menimbulkan dampak
negatif. Dalam bidang lingkungan misalnya, dapat mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman
hayati. Sementara itu, dalam bidang kesehatan dapat menimbulkan reaksi alergi serta resistan terhadap
antibiotik.

6. Perthatikan dampak negatif bioteknologi berikut!

terjadinya kesenjangan dan kecemburuan dalam masyarakat karena produk produk dari petani
tradisional mulai tersisih.

dapat mengakibatkan alergi pada manusia yang mengonsumsi tanaman transgenik.

dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem

para petani tradisional kehilangan mata pencahariannya

menimbulkan ketergantungan manusia terhadap bioteknologi

Setelah ditemukan tanaman transgenik yang bersifat unggul, sebagian besar orang berkeinginan
membudidayakan tanaman yang seragam dalam jumlah melimpah. Dampak negatif pada bidang sosial
ekonomi yang dapat ditimbulkan bioteknologi tersebut terdapat pada nomor

A. 1 dan 3

B. 1 dan 4

C. 2 dan 3

D. 3 dan 4

E. 3 dan 5

Pembahasan: Dampak negatif yang ditimbulkan pada bioteknologi tersebut di bidang sosial ekonomi
berupa kecemburuan dalam masyarakat, kerna produk produk dari petani tradisional mulai tersisih
sehingga berimbas pada petani tradisional yang kehilangan mata pencahariannya.

7. Tanaman transgenik umumnya memiliki sifat sifat unggul yang diinginkan, tetapi ternyata tanaman
tersebut dapat merusak ekosistem. contohnya budi daya transgenik tahan hama dapat menyebabkan

A. serangga yang mengonsumsi tanaman transgenik menjadi mandul karena terkontaminasi gen asing
sehingga semakin lama akan menjadi punah.

B. tanaman di sekitarnya yang berbeda jenis tumbuh kerdil karena tanaman transgenik
banyak menyerap unsur hara
C. populasi kupu kupu yang membantu proses penyerbukan meningkat karena berkurangnya serangga
pesaing.

D. tubuh tanaman transgenik tidak dapat diuraikan oleh bakteri sehingga menjadi limbah pertanian.

E. perlu menggunakan pestisida dosis tinggi yang dapat merusak lingkungan

Pembahasan: tanaman transgenik dapat merusak ekosistem seperti tanaman kapas antiserangga yang
dapat menyebabkan serangga yang memakannya menjadi mandul dan semakin lama akan terjadi
kepunahan serangga tersebut.

8. Penerapan bioteknologi untuk mendapatkan varietas varietas unggul akan menjurus pada

A. Meningkatnya jenis hama tanaman

B. Meningkatnya keanekaragaman genetik

C. Meningkatnya keanekaragaman ekologi

D. Menurunkan kualitas produk pertanian

E. Menurunkan kualitas lingkungan

Pembahasan : Penerapan bioteknologi untuk mendapatkan varietas-varietas unggul akan menjurus pada
meningkatnya keanekaragaman genetik.

9. Bioteknologi banyak memberikan keuntungan bagi manusia. Tetapi, perkembangan bioteknologi juga
mempunyai dampak negatif. Salah satu dampak negatif bioteknologi di bidang sosial ekonomi
masyarakat adalah

A. Produk bioteknologi dapat menimbulkan resistan hama.

B. Tanah petani rusak akibat pencemaran produk bioteknologi.

C. Petani tradisional merugi karena produk hasil pertaniannya tersingkir.

D. produk bioteknologi belum teruji sehingga risiko kerugian ditanggung petani cukup besar.

E. Produk pertanian bioteknologi belum menghasilkan keuntungan jika tidak ditanam pada lahan yang
luas.

Pembahasan: Selain dapat meningkatkan produksi pangan, produk bioteknologi ini semakin diminati
konsumen. Dengan demikian, hasil panen petani tradisional semakin tersingkirkan. Hal tersebut
menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi antara petani tradisional dengan petani tanaman hasil
bioteknologi.

10. Keberhasilan rekayasa genetika menghasilkan tumbuhan unggul dan pengembangan hasilnya terus
menerus telah meningkatkan kekuatiran banyak kalangan, terutama ahli biologi karena
A. berkurangnya keanekaragaman hayati

B. memberikan keunggulan yang sesaat pada manusia

C. sifat unggul tidak dapat dipertahankan

D. sifat unggul memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan

E. gen gen unggul plasma nutfah menjadi inaktif

Pembahasan: Dengan menambah, mengurangi, dan menggabungkan DNA dari sumber DNA yang
berbeda, susunan DNA asli semakin lama semakin punah. Hal ini menyebabkan semakin menurunnya
populasi plasma nutfah atau dengan kara lain, keanekaragaman hayati berkurang

11. Tindakan yang mungkin dilakukan menusia untuk mencegah dampak negatif dari bioteknologi
adalah

A. Menggunakan bibit lokal supaya tanaman lebih adaptif

B. Menggunakan pestisida pekat untuk memberantas hama

C. Untuk menghambat perkembangbiakan hama dilakukan sistem monokultur

D. Meningkatkan produksi dengan melaksanakan pemupukan dengan pupuk buatan

E. Memanfaatkan mikroorganisme transgenik dalam pengelolaan limbah

Pembahasan: Salah satu dampak negatif bioteknologi adalah berkurangnya keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penyeimbangan antara penanaman tanaman transgenik dengan
tanaman lokal.

12. Berikut ini bahaya dari bioteknologi, kecuali

A. Digunakan untuk senjata biologis

B. Memunculkan organisme strain jahat

C. Mengganggu keseimbangan lingkungan

D. Menyalahi hukum dan nilai masyarakat

E. Menambah keanekaragam hayati

Pembahasan: Hal hal diatas termasuk bahaya berkembannya bioteknologi, kecuali menambah
keanekaragaman hayati

13. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi terhadap sumber daya manusia
adalah
A. Timbulnya pengangguran tenaga kerja pasar

B. Menurunnya sumber plasma nutfah

C. Produksi yang berlebihan menyebabkan turunnya harga

D. Terjadinya perubahan sikap sosial

E. Lahan pertanian berkurang, produksi kecil

Pembahasan: Kemajuan ilmu dan teknologi disamping memberikan dampak positif terhadap kelestarian
sumber daya alam, juga dapat memberikan dampak negative terutama pada sumber daya alam
manusia. Dampak negatif yang dapat dirasakan pada sumber daya manusia adalah terjadinya perubahan
sikap sosial.

14. Bioteknologi dapat dilakukan dengan memanfaatkan organisme, baik pada tingkat seluler atau
molekul. Misalnya pada kultur jaringan, transgenik, dan kloning. Salah satu teknik yang banyak
dikembangkan adalah dengan kultur jaringan. Jik popuilasi tanaman semusim dikembangkan terus
menerus melalui kultur jaringan secara turun menurun, dampak yang terjadi adalah

A. sel sel selalu mengalami perubahan sampai mengalami fase tidak produktif

B. sel sel semakin tidak adaptif terhadap lingkungan

C. gen gen resesif termutasi menjadi gen dominan

D. reproduksi menurun karena gen gen unggul tergeser

E. gen gen dominan termutasi menjadi gen resesif

Pembahasan: Jika tanaman transgenik ditanam bersama tanaman sejenis nontransgenik, dikhawatirkan
akan terjadi pencemaran gen. Pencemaran ini akan terjadi apabila tanaman transgenik menyerbuki
tanaman nontransgenik.

15. Bioteknologi selain dapat memberikan keuntungan juga dapat memberikan dampak negatif di
berbagai bidang. Misalnya adanya kesenjangan penghasilan antara pemilik hak paten produk
bioteknologi dengan konsumen. Hal tersebut merupakan dampak negatif bioteknologi di bidang

A. industri

B. kesehatan

C. sosial ekonomi

D. etika dan moral

E. lingkungan hidup
Pembahasan: kesenjangan sosial dan ekonomi pada masyarakat dikarenakan produk produk alami
mulai tersisih oleh adanya produk bioteknologi hasil rekayasa genetika. Untuk itu petani harus
mengembangkan bibit hasil teknologi untuk dapat terus bersaing.

sumber:

Omegawati, Wigata, dkk. Detik-detik Biologi 2014/2015. 2015. Klaten: Intan Pariwara

Amalia, Uly,dkk.Paket Superintensif UN SMA IPA 2015.2014.Jakarta.cmedia

Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

a. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Pangan

Makanan pokok sebagai besar penduduk Indonesia adalah berasal yang diperoleh dari tanaman padi
(Oryza sativa). Namun ada juga tempat yang makanan pokok penduduk adalah jagung, talas, singkong,
sagu, atau ubi jalar. Indonesia kaya akan bahan makanan pokok dan juga tanaman penghasil buah dan
sayuran yang diperkirakan terdapat 400 jenis tanaman yang menghasilkan buah, contohnya rambutan
(Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), durian (Durio zibethinus), manggis (Garcinia
mangostana), jeruk Bali (Citrus maxima), matoa (Pometia pinnata), mangga (Mangifera indica) dan
markisa (Passiflora edulis). Sedangkan tanaman penghasil sayuran sekitar 370 jenis, seperti kacang
panjang, kangkung, terung, kol, seledri, sawi, bayam, buncis, dan bawang kucau (Allium fistulosum).

Ada sekitar 70 jenis tanaman berumbi, misalnya kunyit kuning, temulawak, lobak, ubi jalar, lengkuas,
wortel, bawang putih, talas, bawang, dan singkong. Indonesia dari dulu hingga sekarang terkenal akan
rempah-rempah yang melimpah yaitu sekitar 55 jenis, seperti ketumbar (Coriandrum sativum), merica
(Piper nigrum), pala (Myristica fragrans), dan cengkih (Eugenia aromatica).

Sumber makanan juga berasal dari aneka ragama hewan darat, air tawa, dan juga air laut. Contohnya,
kambing, ayam, burung, sapi, ikan lele, udang, kepiting, belut, dan rajungan.

b. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Obat-Obatan/Kesehatan

Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan, 940 spesies di antaranya merupakan tanaman obat
dan sekitar 250 spesies tanaman obat yang digunakan dalam industri obat herbal lokal. berikut macam-
macam tanaman obat serta kegunannya..
Mengkudu atau pace (Morind citrifolia) untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Buah merah (Pandanus conoideus) dimanfaatkan sebagai obat untuk mengobati kanker (tumor),
kolesterol tinggi, dan diabetes.

Kina (Cinchona calisaya, Cinchona officianlis), kulitnya mengandung alkoloid kina (quinine) untuk obat
malaria.

Selain dari tumbuh-tumbuhan, hewan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan, antara lain sebagai
berikut..

Ular, bagian daging dan lemaknya dipercaya dapat mengobati penyakit kulit (gatal-gatal)

Madu dari lebah dimanfaatkan untuk meningkatkandaya tahan tubuh

c. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Kosmetik

Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut..

Urang aring (Eclipta alba), pandan, minyak kelapa, mangkohan, dan lidah buaya (Aloe vera) yang
digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.

Bunga mawar (Rosa hybrida), cendana (Santalum album), kemuning (Murraya exotica), kenanga
(Cananga odorata), melati (Jasminum grandiflorum) yang dimanfaatkan untuk wewangian (parfum).

d. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Sandang

Beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk bahan sandang atau pakaian, antara lain sebagai
berikut...

Rami (Boechmeria nivea), sisal (Agave sisalana), pisang hutan atau abaca (Musa textilis), kenaf (Hibiscus
cannabinus), dan jute (Corchorus capsularis) dimanfaatkan seratnya untuk dipintal menjadi kain atau
bahan pakaian.

Tanaman labu air (Lagenaria siceraria) dimanfaatkan oleh Suku Dani di lembah Baliem (Papua) sebagai
bahan untuk membuat koteka (horim) laki-laki. Sementara untuk membuat pakaian wanita digunakan
tumbuhan wen (Ficus drupacea) dan kem (Eleocharis dulcis).

Beberapa hewan juga dapat dimanfaatkan untuk membuat pakaian, antara lain sebagai berikut..

Kulit sapi digunakan untuk membuat sepatu

Ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi

Kulit beberapa hewan, misalnya sapi dan kambing dapat dimanfaatkan untuk membuat jaket

Bulu burung dapat digunakan untuk membuat aksesori pakaian


e. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Papan

Sebagian besar rumah di Indonesia menggunakan kayu, terutama rumah adat. Kayu dimanfaatkan untuk
membuat jendela, alas atap, dan tiang. Beberapa tumbuhan yang dimanfaatkan kayunya antara lain
kelapa (Cocos nucifera), jati (Tectona grandis), Meranti (Shorea acuminata), nangka (Artocarpus
heterophyllus), kayu ulin (Eusideroxylon borneensis), bambu (Dendrocalamus asper), rasamala (Altingia
excelsa), dan gebang (Corypha utan) yang digunakan untuk membuat atap dan dinding rumah. Beberapa
jenis tumbuhan palem (Nypa fruticans,Oncosperma trigillarium, dan Oncosperma horridum) yang
dimanfaatkan untuk membuat rumah di Sumatra dan Kalimantan. Di pulau Timur alang-alang (Imperata
cylindrica) dimanfaatkan untuk membuat atap rumah.

f. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Aspek Budaya

Pennduduk Indonesia yang menghuni kepulauan nusantara memiliki keanekaragaman suku dan budaya
yang tinggi. Terdapat sekitar 350 jenis (suku) dengan agama dan kepercayaan, budaya, serta adat-
istiadat yang berbeda. Dalam menjalankan upacara ritual keagamaan dan kepercayaannya,
penyelenggaraan upacara adat dan hewan. Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan,
upacara adat, dan pesta tradisional tersebut, antara lain sebagai berikut..

Upacara kematian di Toraja menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang dianggap memiliki nilai magis
saat memandikan jenazah, misalnya limau, pisang, daun kelapa, dan rempah-rempah.

Umat islam menggunakan hewan ternak (kerbau, kambing, sapi) pada hari raya Qurban.

Budaya nyekar (ziarah kubur) pada masyarakat Jawa menggunakan mawar, kantil, melati, dan kenanga.

Umat Nasrani menggunakan pohon cemara (Araucaria Isp., Casuarina equisetifolia) saat perayaan natal

Upacara Ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau
harum, antara lain kenanga, pandan, melati, cendana, dan sirih.

g. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Pendapatan

Keanekaragaman hayati yang melimpah dapat dimanfaatkan pintar dan bijaksana yaitu dengan menjual
seperti yang ada dipasar, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan, dan berbagai macam bahan kosmetik dan
industri.

h. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Plasma Nutfah (Sumber Daya Genetik)

Plasma Nutfah adalah bagian tumbuhan, hewan atau mikroorganisme yang mempunyai fungsi dan
kemampuan mewariskan sifat. Setiap organisme yang masih liar di dalam maupun yang sudah
dibudidayakan manusia yang mengandung plasma nutfah. Plasma nutfah berguna untuk merakit
varietas unggul pada suatu spesies, misalnya spesies yang tahan terhadap suatu penyakit atau memiliki
produktivitas tinggi. Plasma nutfah akan mempertahankan mutu sifat dari suatu organisme dari generasi
ke generasi berikutnya, misalnya padi Rojolele akan mewariskan sifat pulen dan rasa enak, ubi jalar
Cilembu dan buah duku Palembang akan mewariskan sifat rasa manis. Keanekaragaman plasma nutfah
dapat tetap terjaga melalui pelestarian semua jenis organisme

i. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Ekologi dan Keindahan

Dengan adanya keanekaragaman hayati maka terjadilah keseimbangan lingkungan dimana satu sama
lain saling melengkapi dan saling bergantung baik itu tumbuhan, hewan, manusia, dan lain-lainnya.

Perlindungan Keanekargaman Hayati Indonesia Dari Dampak Negatif Pengembangan Produk


Bioteknologi Pertanian Modern

Fokky Fuad, SH, MH.


Dosen Fakultas Hukum
Universitas Esa Unggul

Download

Bioteknologi diartikan sebagai seperangkat yang bertujuan untuk merubah materi genetic pada
tanaman, hewan, dan juga mikroba yang dilakukan oleh manusia. Plasma Nutfah yang banyak tersebar
di Indonesia sebagai sumber daya alam keanekaragaman hayati, seharusnya dilindungi oleh undang
undang dan dijaga oleh aparat yang berkompeten untuk memahami arti dari kekayaan sumber daya
alam hayati. Karena banyak dari pengusaha yang memanfaatkan keadaan dimana aparat dan undang
undang tidak dapat memayungi/ melestarikan keadaan sumber daya alam hayati di Indonesia, sehingga
kekuatan dan pemahaman juridis untuk melindungi keanekaragaman hayati dari tindakan yang dapat
merusak kelestarian lingkungan tidak dapat dilakukan secara maksimal. Kepedulian akan lingkungan
sebagai bagian dari hidup manusia sudah terkikis seiring dengan perkembangan zaman. Maka dari itu
timbul pertanyaan bagaimana cara melestarikan sumber daya alam hayati di Indonesia ini yang kian
menipis.

Bioteknologi menurut agenda 21 diartikan sebagai:


a set techniques for bringing about specific man made changes in the genetic materials in plants,
animal, and microbes

Dalam hal ini bioteknologi diartikan sebagai seperangkat yang bertujuan untuk merubah materi genetic
pada tanaman, hewan, dan juga mikroba yang dilakukan oleh manusia. Hari Hartiko, Ph.D selaku pakar
Bioteknologi Universitas Gajah Mada yang mengartikan Bioteknologi sebagai teknologi yang
memanfaatkan makhluk hidup yang direkayasa untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi
kesejahteraan manusia (Hariko,1955: 2).

Agenda 21 juga menyatakan bahwa The development and implementation of biotechnological product
must ber done very carefully and with acute concern for human safety and protection of environment.
Dalam hal ini maka pengembangan serta implementasi produk-produk bio-teknologi harus dilakukan
secara sangat hati-hati dan dengan perhatian yang serius demi keselamatan umat manusia dan juga
demi melindungi lingkungan hidup. Hartiko menjelaskan bahwa penerapan bioteknologi ternyata telah
memberikan kemungkinan kemanfaatan yang tidak terbatas. Hasil menipulasi gen memungkinkan suatu
jasad mampu menghasilkan suatu produk yang sebelumnya tidak mungkin terjadi, para pakar berlomba
menggunakan daya khayal mereka untuk memproduksi bahan yang mempunyai nilai tinggi melalui
rekayasa genetika. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengembangan bioteknologi tidak berarti tanpa resiko,
bahkan apabila kita tidak dapat memilih pengembangan bioteknologi secara tepat, maka akan
menimbulkan dampak negatif yang besar terutama pada keanekaragaman hayati (bio-diversity)

Dr.Ir.Haryono selaku pakar ling-kungan hidup Universitas Brawijaya menjelaskan bahwa pengembangan
bioteknologi pada dasarnya harus sesuai dengan arah pengembangan yang terdapat di dalam Agenda
21, yaitu meningkatkan produktivitas bahan pangan dunia (wawancara bulan Februari 1997).

Soeryo Adiwibowo me-nerangkan apabila komponen dalam ekosistem (organisme) itu musnah, maka
keseimbangan sistem akan terganggu, demikian pula sebaliknya apabila ada penambahan komponen
baru belum tentu ekosistem yang ada dapat menerimanya dengan baik. (Adiwibowo, 1995: 23).
Pelepasan suatu makhluk baru yang belum pernah ada di alam akan menimbulkan pencemaran biologis
yang bisa lebih berbahaya daripada pencemaran kimia dan nuklir. Berdasarkan Third World Resurgance
pada awal perkembangan rekayasa genetika, gen-gen hanya dipindahkan abtar satu spesies untuk
mendapatkan bibit tanaman atau hewan dengan sifat-sifat tertentu (Adiwibowo, 1995: 23). Dalam
pengembangan selanjutnya pemindahan gen dilakukan antar berbagai spesies, sebagai contohnya gen
ikan dimasukan kedalam tomat untuk mengurangi kerusakan karena pembekuan, kentang yang diberi
gen ayam, tanaman jagung yang dimasuki oleh gen kunang-kunang, dan sebagainya.

Pissler & Mellon berpendapat, terdapat empat hal yang akan berpengaruh bagi lingkungan hidup akibat
adanya pelepasan organisme baru atau organisme dengan sifat-sifat baru ke alam bebas terutama
dampaknya bagi ekosistem, yaitu:

Tanaman transgenetic dapat berubah menjadi gulma yang akan membanjiri lading, lahan dan ekosistem.

Tanaman transgenetic akan menjadi perantara bagi perpindahan gen-gen baru ke tanaman liar.
Dampaknya bagi ekosistem belum dapat diperkirakan.

Tanaman yang direkayasa dengan menyisipkan virus akan mem-fasilitasi terciptanya virus-virus baru
yang dapat menimbulkan penyakit baru bagi tanaman.
Tanaman yang direkayasa mengendung bahan-bahan beracun yang bersifat obet atau pestisida akan
membawa resiko bagi makhluk lain, misalnya burung dan hewan liar lain (Rissler & Mellon dalam
Adiwibowo, 1995)

Otto Soemarwoto menjelaskan bahwa proses pengembangan bioteknologi akan dapat merugikan
manusia yang selalu berpandangan antroposentris yang memandang segala sesuatu termasuk
lingkungan hidup dari sudut pandang kepentingan manusia. Kerugian yang tampak dari rusaknya
keanekaragaman hayati akan sangat kita rasakan, contohnya yaitu hilangnya spesies-spesies tanaman
yang sangat dibutuhkan bagi kepentingan dunia kedokteran (Soemarwoto, 1992: 4). Penggunaan
teknologi yang tidak bijaksana akan mengakibatkan erosi gen, yaitu berkurangnya keanekaan gen,
dimana keanekaan gen mempunyai tujuan pengedalian hama (Soemarwoto, 1994: 24). Vandana Shiva
salah seorang tokoh gerakan lingkungan hidup dan pemerhati masalah pengembangan bioteknologi
menjelaskan bahwa pengembangan bioteknologi pada tanaman dan keanekaragaman sifat genetic
tunggal secara luas telah menimbulakan Epidemi penyakit pada jamur dan jagung di tahun 1970 (Shiva,
1994). Salah satu bahaya pelepasan organisme hasil rekayasa genetika ke alam bebas adalah
kemungkinan tercemarnya jenis-jenis asli atau liar oleh gen-gen dari tanaman transgenetic. Keadaan ini
dapat mengancam keanekaragaman hayati karena organisme yang telah berubah dengan akibat-akibat
pada lingkungan dan kesehatan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Sekali dilepaskan dan
berkembang biak, gen-gen hasil rekayasa genetika tidak dapat diisolasi kembali dari lingkungan.

Permasalahan hukum yang muncul dari adanya proses pengembangan bioteknologi ini antara lain:

1. Dari Sudut Kelembagaan

Adanya proses perizinan yang tidak terkoordinasi terhadap peneliti asing yang hendak melakukan
penelitian di Indonesia khususnya tentang keanekaragaman hayati dimana di dalamnya terkandung
kekayaan plasma nutfah. Akibat negatif dari tidak terkoordinasinya proses perizinan tersebut, maka dapt
dimanfaatkan dengan baik oleh para peneliti asing untuk melakukan pencurian terhadap plasma nutfah
sebagai bahan dasar proses pengembangan bioteknologi. Selain itu pula apabila terjadi perusakan
lingkungan maka masing-masing lembaga akan melempar tanggung jawab karena tidak terjadi
koordinasi lintas sektoral.

2. Sisi Hukum Lingkungan Inter-nasional


Banyak produk bioteknologi pertanian modern yang dilempar ke negara-negara berkembang yang
sesungguhnya dilarang untuk diedarkan maupun diuji-cobakan di negara asalnya. Larangan tersebut
dengan alasan bahwa produk tersebut tidak berwawasan lingkungan, sebagai contohnya adanya
pengujian penelitian vaksin oleh WINSTAR terhadap produk bioteknologi berbahaya yang dilakukan di
India dan Argentina (Shiva, 1994) produk bioteknologi pertanian modern tersebut diuji-coba di dua
negara tersebut, karena kedua negara tersebut mendapat tekanan dari pemerintah Amerika Serikat
untuk memberi izin melakukan uji coba pelepasan tanaman hasil rekayasa genetika tersebut. Selain
Amerika Serikat, negara-negara industri maju yang tergabung di dalam G-7 juga menekankan negara-
negara berkembang agar bersedia dijadikan sebagai ajang uji coba pelepasan tanaman sekaligus
pemasaran dari tanaman-tanaman GMO (Genetically Modified Organism).

I. PERMASALAHAN

Berdasarkan dari apa yang telah terurai di atas, maka permasalahan yang timbul adalah:

Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan oleh Indonesia dalam melindungi keanekaragaman
hayatinya dari akibat negatif perluasan dan penyebaran produk bioteknologi pertanian modern yang
dilakukan oleh banyak negara maju?

II. PEMBAHASAN

III.1. Indonesia dan Kekayaan Keanekaragaman Hayati

Indonesia disebut sebagai Center Of Mega Biodiversity, kekayaan hayati Indonesia meliputi 10% jenis
tanaman berbunga, 12% jenis mamalia, 16% reptilia dan amphibi, 17% jenis burung, dan 25% ikan dari
jenis ikan yang ada di dunia (Konphalindo, 1995: 81). Selain itu kekayaan genetika atau variasi dalam
jenispun sangat tinggi, kekayaan hayati ini merpuakan sumber hayati masyarakat sejak lama dan
merupakan aset negara dalam menjalankan pembangunan bioteknologi.

Perkembangan-perkembangan baru dalam bidang rekayasa genetika menghasilkan produk-produk


berupa organisme yang termodifikasi secara genetik (GMO), terutama dalam bidang pertanian dan obat-
obatan (kedokteran). Perkembangan bioteknologi di dunia sat ini masih dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan transnasional yang kini banyak berada di kawasan negara berkembang, khususnya negara
tropik sebagai ajang untuk tempat uji pelepasan GMO dan oleh karena itu perusahaan tersebut
memperluas pula jaringan usahanya di negara kawasan tropik.

III.2. Analisis terhadap Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1994
tentang Pengesahan United
Nation Convention on Biological Diversity.
Pasal 19 Analisis terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation
Convention on Biological Diversity menyatakan:

Setiap pihak wajib memberlakukan upaya-upaya legislative, administrative, dan kebijakan, bila
diperlukan untuk memungkinkan peran serta yang efektif dalam kegiatan penelitian bioteknologi yang
dilakukan para pihak, khususnya negara-negara berkembang yang menyediakan sumber daya genetik
bagi penelitian tersebut dan bila layak;

Setiap pihak wajib melakukan upaya praktis untuk mendorong dan mengembangkan akses prioritas
dengan dasar adil oleh para pihak terutama negara negara berkembang kepada hasil dan keuntungan
yang timbul dari bioteknologi yang didasarkan sumber daya genetik yang disediakan oleh para pihak-
pihak tersebut. Akses semacam itu harus didasarkan persyaratan yang disetujui bersama;
Para pihak wajib memper-timbangkan kebutuhan akan protocol dan model modelnya yang
menentukan prosedur yang sesuai, mencakup khususnya persetujuan yang diinformasikan terlebih
dahulu dibidang pengalihan, penanganan dan pemanfaatan secara aman terhadap organisme ter-
modifikasi hasil bioteknologi yang mungkin mempunyai akibat me-rugikan terhadap konservasi dan
pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati;

Para pihak yang secara langsung atau dengan melalui pejabat resmi menurut juridiksi menyediakan
organisme seperti dalam ayat (3) diatas, harus menyediakan informasi yang ada tentang peraturan
penggunaan dan keamanan yang diperlukan oleh pihak tersebut dalam menangani organisme semacam
itu, maupun informasi yang ada mengenai dampak potensial organisme tertentu kepada pihak yang
akan menerima organisme tersebut.

Pasal 19 ini secara juridis merupakan payung bagi Indonesia khususnya dan negara lain yang meratifikasi
konvensi PBB ini umumnya untuk melindungi keanekaragaman hayatinya dari dampak negatif produk
produk bioteknologi modern khususnya dalam bidang pertanian. Dalam tatanan empiris tampaknya
peraturan ini masih harus dikaji lebih jauh. Pasal 19 ayat 1 sesungguhnya telah mewajibkan oara fihak
yang dalam hal ini tentunya juga Indonesia sebagai penyedia bahan dasar proses rekayasa genetik untuk
melakukan upaya legislatif, administratif, dan juga kebijakan serta berperan secara efektif dalam
penelitian bioteknologi.

Keadaan yang terjadi di Indonesia adalah tidak terdapatnya koordinasi lintas sektoral dari lembaga
pemberi izin dalam kegiatan karena celah lowong perizinan ini menjadi pintu masuk bagi terciptanya
kerusakan keragaman hayati Indonesia. Akibat yang timbul adalah terjadinya pencurian plasma nutfah
Indonesia yang kaya dan beragam dan juga terjadinya ajang uji coba pelepasan GMO, dimana GMO
tersebut dilarang untuk diuji di negara asalnya.

Dengan adanya Pasal 19 ayat 1 ini maka Indonesia harus bergerak cepat untuk melakukan koordinasi
lintas sektoral sehingga akan tercapai koordinasi pengawasan satu atap, atau dapat juga hanya satu
lembaga perizinan yang memiliki kewenangan hukum mengeluarkan izin penelitian di kawasan hutan
Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Genetika.

Pasal 19 ayat 2 menekankan pada pembagian keuntungan yang adil khususnya bagi negara-negara ber-
kembang yang memiliki kekayaan plasma nutfah sebagai bahan dasar proses rekayasa genetik.
Keuntungan yang diperoleh negara industri maju dari perdagangan produk-produk bio-teknologi dalam
akhir dasawarsa delapan puluhan mencapai 50 100 Milyar US$ (Salim, 1993: 147). Keuntungan sebesar
itu tercipta di negara utara dan akan tetap berada disana, sedangkan kerugian yang diderita oleh negara
negara di kawasan tropis sebagai negara terkaya penghasil plasma nutfah dunia akan terjadi seperti
yang telah terjadi di India dan Argentina.

Pasal 19 ayat 3 menekankan perlunya protocol dari konvensi yang telah diratifikasi ini khususnya dalam
pemanfaatan bioteknologi secara aman. Dalam kaitan ini Indonesia telah mencoba unutk menyusun
protocol mengenai keselamatan hayati (Bio-Safety) melalui lembaga pemerintah dan Lembaga Swadaya
Masyarakat. Pokok pokok usulan Protokol Keselematan Hayati tersebut berisi antara lain :
Analisis resioko dan persyaratan keselamatan hayati yang berkaitan dengan produk-produk bioteknologi
baik GMO maupun produk makanan, atau obat hasil rekayasa genetika. Analisis resiko harus mencakup
lingkungan-lingkungan di luar uji coba pertama kali dilakukan. Baeban pengujian untuk membuktikan
keamanan produk harus dipikul pihak yang mengintroduksi;

Analisis resiko dan keselamatan hayati bagi pelepasan GMO secara sengaja ke alam dan pencagahan
terlepasnya GMO tanpa disengaja dari keadaan terisolir (laboratorium). Hal ini harus dilihat kasus
perkarasus;

Pengaturan keselamatan untuk pengembangan penelitian dan pemanfaatan GMO serta bioteknologi di
dalam negeri dengan menggunakan prinsip pencagahan (Precautionary Approach);

Persyaratan alih teknologi yang berkaitan dengan proses berbahaya dalam bioteknologi;

Keterbukaan dan akses informasi mengenai GMO bagi seluruh jabatan pemerintah dan masyarakat. Hal
ini untuk memberi label terhadap produk produk GMO dengan mencantumkan pula kemungkinan
kemungkinan reaksi produk tersebut pada orang orang yang peka;

Ketentuan tentang perlunya prosedur informasi (Prior Informed Consent) berkaitan dengan alih
teknologi dan pelaksanaan GMO. Pihak yang meng-introduksi GMO harus mencantumkan informasi
lengkap mengenai analisis produk dan kegiatan di negara asal;

Penanganan dampak sosio ekonomi dan produk produk bioteknologi;

Penanganan dampak pelepasan GMO terhadap ekosistem.

Tujuan dari diusulkannya protocol keselamatan hayati ini secara umum adalah melindungi sumber daya
hayati Indonesia dari pencamaran biologos dan melindungi kesehatan masyarakat dari pemanfaatan
bioteknologi yang belum teruji. Tujuan umum tersebut diperinci lagi menjadi tiga tujuan, yaitu :

Mencegah Indonesia dijadikan ajang uji coba pelepasan GMO;

Mencegah masuknya roduk bioteknologi yang berbahaya.

Mengawasi pengembangan dan penggunaan GMO di Luar Negeri.

III.3.TindakanHukumPerlindungan
Keanekaragaman Hayati
Indonesia.

Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup sebagai
Undang-Undang yang mengatur lingkungan hidup pertama berlaku di Indonesia secara khusus belum
mengatur perlindungan terhadap keanekaragaman hayati Indonesia. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4
tahun 1982 menyatakan bahwa ketentuan tentang konservasi sember daya alam hayati dan
ekosistemnya ditentukan dengan Undang-Undang. Pasal tersebut belum mampu bergerak secara
operasional karena masih memerlukan sebuah Undang-Undang yang khusus mengatur konservasi
sumber daya alam hayati. Bentuk Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 yang bersifat ketentuan pokok
mengakibatkan Undang-Undang ini tidak mampu melindungi kondisi lingkungan hidup pada umumnya
maupun keanekaragaman secara hayati secara khusus. Pemerintah dalam hal ini harus bertindak tegas
untuk menye-lamatkan kondisi lingkungan hidup yang mengalami degradasi mutu lingkungan. Pada
tahun 1990 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya sebagai ketentuan hukum yang diharapkan mampu bergerak secara operasional dalam
melindungi kondisi sumber daya alam hayati Indonesia.

Di dalam menimbang bagan konsideran menimbang huruf c Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dijelaskan bahwa unsur-unsur sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya pada dasarnya saling tergantung antara satu dengan lainnya dan saling
memperngruhi sehingga kerusakan dan kepunahan salah satu unsur akan berakibat terganggunya
ekosistem. Dalam pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 dijelaskan bahwa pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Plasma nutfah sebagai bahan dasar proses rekayasa
bioteknologi merupakan sumber kekayaan genetika yang sangat tinggi nilainya. Tingginya nilai plasma
nutfah tersebut akan merugikan Indonesia dengan adanya pencurian yang terjadi di hutan Tropis
Indonesia.

Pasal 21 menyatakan bahwa setiap orang dilarang untuk :

Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, me-melihara, mengangkut, dan mem-


perniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari
suatu tempat lain di dalam dan di luar Indonesia.

Tindakan tegas terhadap para pelaku pencurian plasma nutfah tertuang di dalam Pasal 40 ayat 1 yang
menyatakan bahwa barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana di-maksud dalam pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 serta pasal 33 ayat 3 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000. pasal 21 di atas
merupakan payung yang dapat melindungi keanekaragaman hayati dari dilakukannya uji-coba rekayasa
genetika (pelepasan tanaman GMO) ke alam bebas. Selain itu pula huruf b menjaga kekayaan genetika
Indonesia dari tindakan pencurian yang akan dilakukan oleh beberapa peneliti asing. Tindakan seperti
yang tertuang di dalam pasal 21 ini diancam dengan pidana penjara 5 tahun dan denda sebesar Rp.
100.000.000. Pertanyaan lebih lanjut adalah: apakah pasal ini cukup efektif untuk memidanakan
parapelaku uji coba tanaman GMO ke alam bebas, mengingat keuntungan yang sangat besar (milyaran
dollar) dari adanya perdagangan produk bioteknologi di pasar perdagangan internasional? Pertanyaan
kedua adalah: apakah aparat penegak hukum memiliki pengetahuan yang cukup terhadap eksistensi
tanaman plasma nutfah yang dilindungi, sehingga mampu membedakan tanaman biasa dan jenis plasma
nutfah? Pertanyaan ketiga: apakah aparat penegak hukum memiliki pengetahuan yang cukup akan
adanya proses bioteknologi ini, sehingga mampu membedakan adanya perbuatan biasa dengan
perbuatan yang melawan hukum. Dengan dilakukannnya uji coba pelepasan tanaman GMO ke alam
bebas? Pertanyaan keempat: berapa besar jumlah aparat penegak hukum yang sanggup melindungi
secara luas hutan di Indonesia dari kerusakan dan pencurian tanaman plasma nutfah di Indonesia?

Tindakan pencegahan adalah salah satu upaya yang paling efektif untuk mencagah masuknya peneliti
asing ke dalam hutan Indonesia yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan pencurian dan
perusakan keaneka-ragaman hayati. Pasal 39 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 telah memberikan
dasar bagi upaya-upaya tersebut. Pasal 39 ayat 3 menyatakan:

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, berwenang untuk :

Melakukan pemeriksaan atas kebenaran dengan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya;

Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

Memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
alam;

Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya;

Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang lain atau badan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

Membuat dan menandatangani berita acara;

Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana di bidang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pasal 39 ini mencerminkan sebuah upaya preventif (pencegahan) dari aparat penegak hukum untuk
dapat mencegah pencurian terhadap kekayaan sumber daya genetika berupa plasma nutfah, selain itu
mampu melindungi kawasan alam dari adanya tindakan uji coba pelepasan tanaman GMO ini ke alam
bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap kondisi lingkungan alam. Upaya ini menuntut pula
upaya aktif para penegak hukum untuk memperoleh keterangan tentang perlindungan keanekaragaman
hayati, termasuk di dalamnya adalah penjelasan dari fihak lain khususnya kelangkaan akademisi yang
mengetahui serta menguasai proses rekayasa genetika yang sedang berlangsung.

Selain Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 di atas, Undang Undang lainnya adalah Undang Undang
Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam konsideran menimbang huruf d
dinyatakan:
Bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan
tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum
internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Dari bunyi konsoderan di atas tampak bahwa pengelolaan lingkungan hidup harus berdasarkan pada
norma hukum dan memperhatikan pula tingkat kesadaran masyarakat, perkembangan lingkungan
global, dan perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Permasalahan
bioteknologi di Indonesia yang sangat berkaitan dengan keadaan lingkungan hidup, sampai saat ini
masih menjadi hal yang tidak dapat dimengerti oleh kalangan akademisi, maupun kalangan aparat
penegak hukum. Menurut penulis tamapaknya telah terjadi putusnya komunikasi hukum atau proses
rekayasa genetika yang secara negatif dapat mengancam kelestarian lingkungan alam akan
memperburuk kondisi lingkungan alam, karena lemahnya perlindungan hukum bagi masyarakat
Indonesia secara luas yang membutuhkan plasma nutfah sebagai bahan pangan dan obat-obatan.

Kesadaran masyarakat terhadap adanya dampak negatif yang menghasilkan produk bioteknologi yang
merusak lingkungan hidup juga sangat lemah. Kesadaran hukum perlu terus ditumbuhkan mengingat
proses rekayasa ini mampu merusak lingkungan hidup secara luas. Berbicara tentang kesadaran hukum,
maka menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) mencakup tiga hal, yaitu:
Pengetahuan terhadap hukum, kedua: penghayatan fungsi hukum, ketiga: ketaatan terhadap hukum
(Munir, 1997: 47).

Pengetahuan terhadap hukum lingkungan di Indonesia masih sangat lemah, hal ini tidak saja dialami
oleh masyarakat awam, akat tetapi juga aparat penegak hukum. Lemahnya pemahaman ini disadari
mengingat pemahaman terhadap lingkungan membutuhkan pengetahuan yang memadai tentang ilmu
lingkungan. Pada sisi yang lain aparat penegak hukum dan juga masyarakat luas tidak memiliki
pemahaman dan penguasaan ilmu lingkungan itu sendiri, sehingga persoalan lingkungan hidup bukanlah
merupakan bagian dari hidup masnusia itu sendiri, tetapi merupakan bagian hidup yang terpisah dari
hidup manusia. Komdisi ini sangat memperihatinkan mengingat proses perusakan lingkungan hidup
khususnya yang ditimbulkan dengan adanya proses rekayasa genetika terus berlangsung.

Penghayatan fungsi hukum dan ketaatan hukum di Indonesia juga sangat lemah, hal ini dapat dilihat
dengan tindakan tindakan di luar hukum. Selain itu pula munculnya perbuatan melawan hukum
sebagai apresiasi atau kekecewaan masyarakat mungkin memperparah kondisi lingkungan hidup sebagai
modal keberlanjutan pembangunan bangsa.

Perusakan lingkungan hidup menurut pasal 1 angka 14 UU No. 23 tahun 1997 diartikan sebagai :
Tindakan yang menimbulkan perbuatan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/ atau
hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.

Proses rekayasa dengan melepaskan ke alam bebas tanaman GMO telah mengakibatkan perubahan
secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi sifat fisik dan hayatti, hal ini di-buktikan
dengan munculnya epidemi jagung yang melanda India pada tahun 1970. sampai saat ini belum terdapat
bukti konkrit terhadap pelepasan tanaman GMO ke alam bebas di Indonesia, walau demikian tidak
berarti bahwa kejadian yang menimpa India dan Argentina tidak terjadi di Indonesia. Tindakan
pencegahan dapat segera dilakukan mengingat UU No. 23 juga memberikan pijakan hukum melakukan
upaya upaya pencegahan:
Pasal 8 ayat 2 huruf b dan c menyatakan:
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah: mengatur
penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan pemanfaatan kembali
sumber daya alam termasuk sumber daya genetika. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum
antara orang/ atau alam dan sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika.

Pemerintah dalam undang-undang ini dituntut melakukan upaya secara aktif dengan cara melakukan
penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup, pemanfaatan
kembali sumber daya alam termasuk didalamnya adalah sumber daya genetika. Pemerintah dalam hal
ini perlu segera mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara objek hukum(alam,tanaman
GMO,plasma nutfah) dengan subjek hukum (manusia/peneliti). Dalam hal ini yang perlu diatur adalah
sejauh mana penelitian tersebut boleh atau tidak boleh dilakukan dalam kaitan dengan perlindungan
terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia.

Peraturan tersebut perlu segera diimplementasikan mengingat perlindungan terhadap keanekaragaman


hayati Indonesia sangat mendesak untuk dilindungi apabila dilihat dari dampak negatif sebuah proses
pengembangan bioteknologi. Perlu pula dikaji analisis terhadap dampak yang ditimbulkan dari adanya
kegiatan rekayasa tesebut bagi lingkungan alam dan juga bagi manusia itu sendiri.

Pasal 41 ayat 1 UU No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan sanksi pidana
terhadap adanya pelepasan GMO yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup, yang
menyatakan:
Barang siapa secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbutan yang mengakibatkan
pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup, diancam pidana paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

Pasal tersebut tidak secara tegas menyebutkan adanya ancaman pidana bagi pelaku pelepasan tanaman
GMO yang membahayakan kondisi lingkungan hidup, akan tetapi sudah cukup memberikan ancaman
ditinjau dari setiap perbuatan hukum yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau kerusakan terhadap
lingkungan hidup adalah tindakan pencegahan, mengingat dampak yang sangat besar terhadap kondisi
lingkungan hidup.

III.4. Efektifitas Hukum dalam Perlindungan terhadap Keaneka-ragaman Hayati di Indonesia.

Kesadaran untuk melindungi lingkungan hidup khususnya keanekaragaman hayati indonesia sebagai
salah satu mega-biodiversity dunia harus segera dilakukan dalam bentuk sosialisasi hukum. Bergeraknya
hukum dalam masyarakat (law in action) sangat dipengaruhi oleh tiga hal, pertama, faktor aparat
penegak hukum, dalam hal ini apakah aparat penegak hukum telah memahami aturan aturan hukum
yang ada sebagai sebuah payung perlindungan?
Kedua, apakah hukum secara substansi telah memuat norma norma yang mampu melindungi
lingkungan alam khususnya dalam hal ini adalah keanekaragaman hayati di Indonesia? Ketiga, kultur
hukum, dalam hal ini perlu dikaji secara lebih mendalam lagi, apakah masyarakat memiliki kultur hukum
yang berbeda dengan norma hukum yang diberlakukan oleh negara?

Bagaimanakah ketiga parameter di atas apabila dikaitkan dengan kondisi empiris? Parameter pertama
adalah aparat penegak hukum, aparat penegak hukum Indonesia masih belum memahami arti penting
kondisi lingkungan khususnya keanekaragaman hayati sebagai sebuah karunia Tuhan bagi
keberlangsungan peradaban manusia. Aparat hukum masih memiliki kendala dalam menegakan aturan
aturan hukum dalam bidang lingkungan hidup, antara lain:

Pertama adalah, lemahnya pengetahuan para aparat penegak hukum tentang fungsi, kegunaan, dan
tujuan kelestarian lingkungan hidup khususnya keanekaragaman hayati. Kedua, masih belum dimilikinya
pengetahuan akan dampak negatif yang dapat timbul dari adanya pengembangan produk-produk
bioteknologi terhadap kondisi lingkungan hidup oleh aparat penegak hukum. Ketiga, terbatasnya jumlah
aparat penegak hukum yang tersedia untuk melindungi luas wilayah hutan Indonesia dimana plasma
nutfah berada, dalam arti lain bahwa terbatasnya jumlah aparat hukum yang tersedia untuk melindungi
luas sebaran keanekaragaman hayati Indonesia. Keempat, terbatasnya peralatan yang dimiliki oleh
aparat penegak hukum yang mampu melihat kondisi kerusakan keanekaragaman hayati Indonesia dari
adanya sebuah uji coba pelepasan GMO ke alam bebas.

III. 5. Rekomendasi dan Solusi

Mengingat begitu parahnya dampak yang ditimbulkan dari adanya uji-coba rekayasa genetika terhadap
kondisi lingkungan hidup dan juga terjadinya pencurian plasma nutfah di Indonesia, maka penulis
merekomendasikan beberapa hal, antara lain :

Dari sisi administrasi: perlu segera dilakukan upaya koordinasi terhadap proses perizinan penelitian di
Indonesia. Hal ini perlu segera dilakukan mengingat banyaknya pintu izin penelitian yang tidak
terkoordinasi mengakibatkan peneliti asing acapkali melakukan pencurian plasma nutfah Indonesia.
Pentingnya koordinasi lintas sektoral ini untuk mencegah terjadinya proses rekayasa yang akan
merugikan kondisi lingkungan Indonesia.

Perlu adanya komunikasi hukum yang efektif, mengingat arti penting lingkungan hidup, khususnya
keanekaragaman hayati yang belum banyak disadari dan dipahami oleh masyarakat luas, maupun oleh
aparat penegak hukum. Akibatnya adalah lemahnya penegakan hukum lingkungan di Indonesia;

Perlu adanya koordinasi antar negara, khususnya antara negara negara yang memiliki keaneka-
ragaman hayati agar kekayaan keanekaragaman hayati tidak rusak bahkan mengalami kepunahan oleh
tindakan yang merusak kondisi keanekaragaman hayati khususnya lingkungan hidup pada umumnya.
Selain itu pula kerjasama antar negara diharapkan akan membentuk sebuah kekuatan posisi tawar yang
lebih baik dari adanya tekanan yang ditimbulkan negara industri maju;
Perlu segera dilakukan pembenahan terhadap kondisi aparat penegak hukum dalam melakukan Law
Enforcement.

Referensi:
Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation Convention on Biological
Diversity
Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

-- Download Perlindungan Keanekargaman Hayati Indonesia Dari Dampak Negatif Pengembangan


Produk Bioteknologi Pertanian Modern as PDF --

Anda mungkin juga menyukai