Anda di halaman 1dari 10

Nama : Putri M.

Taid
Nim : 433419041
Prodi/Kelas: S1 Pendidikan IPA/ A
Mata Kuliah : Botani

Uraian Mengenai Perkembangan Tumbuhan dari Embrio Hingga Dewasa dan


Rangkuman Klasifikasi dan Tata Nama Tumbuhan Tingkat Tinggi

1. Uraian tentang perkembangan tumbuhan (Monokotil dan Dikotil) dari


Embrio hingga dewasa
Perkembangan Tumbuhan Berawal dari Perkecambahan.
Perkecambahan memiliki banyak arti yang di definisikan oleh banyak
ilmuwan. Misalanya. Perkecambahan adalah munculnya pertumubuhan aktif
yang menyababkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Amen, 1963).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang
semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis
yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda
ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk
tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah
bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula
(Bagod Sudjadi, 2006). Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan
kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah
plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan
berkembang menjadi akar (Istamar Syamsuri, 2004). Perkecambahan
merupakan sustu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar
menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula
tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai
proses perkecambahan fisiologis (Salisbury, 1985).
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan
pertumbuhan plumula (calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan
bahwa perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih.
Sedangkan para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul
dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan
menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada
kondisi lingkungan yang optimum.
1) Tipe-tipe,Perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal
perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan
memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit
biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini
terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh
memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah.
Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk
memperkirakan kedalaman tanam.

1. Perkecambahan epigeal

Hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan


tanah dan kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum
terbentuk.Contoh: perkecambahan kacang hijau.

2. Perkecambahan hipogeal

Epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan


muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah.
Contoh: perkecambahan Jagung (Zea mays)
Pemacu kimiawi perkecambahan benih adalah :

a. Giberelin: Hormon endogen pemacu perkecambahan benih alamiah.


b. Sitokinin: Hormon endogen pemacu perkecambahan benih alamiah.
c. Etilen (C4H4): Turut mengatur penglepasan auksin pada perkecambahan
benih.
d. H2O2: Menstimulir respirasi yang mempercepat perombakan cadangan
makanan.
e. Auksin: dalam konsentrasi rendah bekerjasama dengan cahaya mempercepat
perkecambahan.
f. KNO3: bekerjasama dengan cahaya dan suhu memacu proses perkecambahan
benih
g. Thiourea Membantu pembentukan pemacu perkecambahan, seperti giberelin.

2) Metabolisme dan Proses Perkecambahan

Menurut (Sadjad,1994) tahap awal metabolisme untuk tumbuh benih


dapat diungkapkan sebagai tiga tipe yaitu perombakan bahan cadagan,
translokasi dari bagian benih kesatu bagian yang lain dan sintesa bahan-bahan
yang baru. (Sutopo (2002) menjelaskan tahapan proses perkecambahan
sebagai berikut:

a. Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya


kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma.
b. Tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel dan enzim-enzim serta
naiknya tingkat respirasi benih.
c. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang
melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.
d. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di
daerah meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan
pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru.
e. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik
tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan
makanan yang ada dalam biji.
Proses penyerapan air oleh biji merupakan proses imbibisi yang
disebabkan oleh perbedaan potensi air antara benih dengan media
sekitarnya (Lakitan, 1996), sehingga kadar air dalam benih mencapai
presentase tertentu yaitu (50 sd 60) persen dan akan meningkat lagi
pada saat munculnya radikel sampai jaringan penyimpan dan
kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air (70 sd 90)
persen (Ching, 1972 dalam Sutopo, 2002). Akibat terjadinya imbibisi,
kulit biji akan menjadi lunak dan retak-retak (Kuswanto,1996).
Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeable
terhadap air dengan tekanan osmosis tertentu (Kuswanto, 1996).
Serapan air dan berbagai proses biokimia yang berlangsung pada benih
pada akhirnya akan tercermin pada pertumbuhan dan perkembangan
kecambah menjadi tanaman muda (bibit), kecuali jika benih tersebut
dalam keadaan dorman (Lakitan,1996)

3) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

1. Faktor Dalam

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

a. Tingkat kemasakan benih


Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo,
2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat
sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak
fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat
kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah
maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu
tertinggi (Kamil, 1979)
b. Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan


makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis
yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan
penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat
perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan
besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat
dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002)

c. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup


tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara
umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan
atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada
dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti
kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992,
Schmidt 2002).

d. Penghambat perkecambahan

Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat


berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih,
adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang
menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

2. Faktor Luar

Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :

a. Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke
dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih
mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media
yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya
penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri
dari air dan fungsi air antara lain:

1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai
fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke
titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya


perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu
juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan
ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat
tumbuh,gibberallin.

c. Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat


disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang
terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya
benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen
dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya
akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80
persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.

d.Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas
cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison
dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat
dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak,
golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan
dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.

e.Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik


yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah.
2. Klasifikasi dan Tata Nama Tumbuhan Tingkat Tinggi

1. Klasifikasi tumbuhan tingkat tinggi

Didunia ini terdapat lebih dari 280.000 spesies tumbuhan,belum


termasuk sekitar 100.000 spesies jamur,yang kesemuanyan telah diidentifikasi
dan telah diberi nama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ada pendapat
yang mengelompokkan kedalaman tumbuhan karena kemiripannya dan ada
juga yang mengelompokkannya tersendiri karena jamur tidak berklorofil
(Camphbell dan Reeche 2002).

Dari keselurahan tumbuhan yang tersebar dimuka, sekitar 10%


diantrannya berada diindonesia. Tumbuhan yang tingkat perkembangannya
lebih tinggi, yaitu tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae), dimasukkan
dalam satu division, Spermatophyta yang terbagi atas Gymnospermae dan
Angiospermae. Angiospermae terbagi lagi atas Monocotyledonea dan
Dicotyledonea.

Tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi, yaitu


tumbuhan tingkat tnggi (Phanerogame), dimaksud dalam satu divisio,
spermatophyte yang tebagi atas dua Takson:

a. Gymnospermae
b. Angiospermae

Adapun cirri-ciri bangsa tumbuhan berbiji (spermatophyte) adalah:

a) Menghasilkan biji
b) Didalam biji terdapat embrio
c) Mengalami penyerbukan
d) Organ tubuhnya sudah sempurnah (sudah memiliki akar,batang dan daun
secaraa lengkap)
e) Sprofitnya merupakan tanaman utama
f) Kandungan lembaganya akan berubah menjadi biji

Gymnospermae

Ciri-ciri tumbuhan berbiji terbuka

1. Akar

a. Tunggang
b. Berkambium
c. Terdapat trakeid, yaitu fasis (berkas pembuluh) yang belum berfungsi
secara sempurnah
d. Berkaliptra dengan batas antara ujung akar dengan kaliptra tidak jelas.

2. Batang

a. Memiliki cambium
b. Terdapat trakeid
c. Batang tua maupun muda tidak memiliki floeterma (sarung tepung),
yaitu endodermis yang menghasilkan zat tepung

3. Daun

a. Tidak telalu lebar


b. Tebal
c. Kaku
d. Seperti jarum

4. Biji

a. Bakal biji tidak terlindungi oleh bakal buah


b. Terjadi perubahan tunggal

Klasifikasi Gymnospermae berbiji terbuka

1. Kelas pteridospermae

2. Kelas Gycadinae

3. Kelas bennettinae

4. Kelas cordaltinae

5. Kelas Ginkyoinae

6. Kelas coniferinae

7. Kelas Gnetinae
Klasifikasi Angiospermae (berbiji tertutup)

1. Kelas Monocotyledonae (monokotil)

Ciri Monocotyledonae

a. Pada setiap bijinya terdapat kotiledon


b. Akarnya tersusun dalam sistem akar serabut
c. Akar dan batang tidak berkambium
d. Pertumbuhan akar dan batang tidak dapat melebar
e. Susunan tulang daun sejajar atau melengkung
f. Jumlah mahkota dan kelopak bunga

2. Dycotiledonae (dikotil)

a. Setiap biji memiliki dua buah kotiledon


b. Akarnya tersusun dalam sistem akar tunggang
c. Batang dan akarnya berkambium
d. Akarnya dan batangnya dapat tumbuh melebar
e. Susunan tulang daun menjari
f. Jumlah mahkota dan kelopak bunga pada umumnya berkelipatan
empat atau lima dan berbelah dua
g. Ujung akar dan batang tidak mempunyai pelindung
h. Tudung akar (kaliptra) tidak mmiliki kaliptogen.

2. Tata nama tumbuhan

Nomenclatur botani adalah sistem pemberian nama atau tata nama


tumbuhan secara ilmiah berdasarkan Kode Internasional Tata Nama
Tumbuhan. Untuk tata nama tumbuhan dikenal sistem binomial yang pertama
kali dikemukakan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1753 dalam bukunya
“Spesies Plantarum”.

Contoh tata nama pada tumbuhan tingkat tinggi sebagai berikut:


No Gambar Tumbuhan Klasifikasi Ilmia

1 Kingdom: plantae
Division : spermatophyta
Subdivision :
Angiospermae
Kelas: Monokotil
Ordo : plasmales
Family: palma
Genus : cocos
Spesies : Cocos nucifera L

2
Kingdom: plantae
Division : spermatophyta
Kelas: Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Family: Burseraceae
Genus : Garuga
Spesies:Garuga
flouribunda

3 Kingdom: plantae
Division : spermatophyta
Kelas: Dicotyledonae
Ordo : Gentianales
Family: Apocynaceae
Genus : Tubernaemontana
Spesies: Tubernaemontana
pandacaqui

Anda mungkin juga menyukai