PENDAHULUIAN
Latar belakang
dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji.
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan
benih berkualitas yaitu benih memenuhi standar mutu. Mutu benih meliputi mutu
fisik ditunjukkan dengan adanya benih murni (masih utuh dan atau pecah hampir
masih lebih dari 50%), benih tanaman lain dan kotoran benih. Mutu genetik
ditunjukkan dengan adanya campuran varietas lain atau tidak. Mutu fisiologik
ditunjukkan dengan nilai kadar air dan daya tumbuh (sesuai dengan standar benih
dkk., 2013).
bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari
masa dormansinya, atau sebe lum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap
benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis
dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter yang digunakan
tumbuh embrio yang diamati secara langsung atau tidak secara langsung dengan
hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih
(Sutopo, 1993).
B. Tujuan
perkecambahan
perkecambahan biji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh kulit benih yang keras dan keadaan
fisiologis embrio. Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui
melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama
ditumbuhi cendawan atau bila dipijat terasa lembek, berarti benih tersebut mati
(Saleh, dkk., 2008).Lamanya dormansi pada biji disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain keadaan fisik biji aren yang keras pada bagian kulit maupun
melukai kulit biji agar air dapat masuk ke dalam biji atau biji direndam dalam air
dengan suhu yang berbeda-beda. Selain itu biji direndam pada zat kimia yang
bersifat asam atau basa seperti HCl, KNO3 atau hormon giberelin (Mashud et al.
1989).
waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan
pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan
fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak
dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu
sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis
atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan
mekanis yang ada seperti amplas, jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya.
sulfat pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat
celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih
(Suetopo, 1985).
sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan
walaupun beberapa biji dapat hidup lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam
botol atau di udara terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji
kehilangan air dan sel akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai
embrio dan melepaskan hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan
merugikan masa hidup biji. Kehilangan daya hidup terbesar bila benih disimpan
dalam udara lembab dengan suhu 35°C atau lebih. Adapun tipe dormansi adalah
sebagai berikut :
1. Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap
perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis
tanaman.
tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan embrio dan
tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut air
pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain membuat potensial
Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah tidak akan sama
pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme
substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya
yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi
dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,
apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka
dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian
1. Dengan perlakuan mekanis, tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk
melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam
kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
4. Dengan perlakuan suhu, cara yang sering dipakai adalah dengan memberi
merangsang pertumbuhan.
panjang hari.
BAB III
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai
berikut :
1. Alat
2. Bahan
Bahannya meliputi buah tomat utuh, biji jarak, biji lengkeng, biji sirsak 20 biji,
aquades, air, GA3, asam sulfat (H2SO4), KNO3, kertas pasir halus, kertas tissue ,
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
d. asah lagi 2 biji pada arah 900 dekat dengan embrio sampai tampak
e. asah lagi 2 biji dengan 1800 dengan embrio lalu rendam di air
f. asah lagi 2 biji dengan 1800 dengan embrio lalu rendam di larutan
factor kimiawi
- cuci 10 biji tomat tersebut dan letakkan di dalam cawan yang sudah di
- \ambil 10 lagi biji tomat dan masukkan juga kedalam cawan yang
berbeda
- Amati perkecambahannya
BAB IV
Hasil
H2SO4
KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4
KNO3
å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4
KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4
KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4
KNO3
å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4
KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 100% 100% 100% 100% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 100% 0% 50% 100% 0% 0% 0% 0%
å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4
KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 100% 100% 100% 100% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 100% 0% 50% 100% 0% 0% 0% 0%
2. Pembahasan
tertentu. Dormansi juga dapat terjadi pada tunas. Istilah dormansi ini hanya
diakibatkan oleh keadaan internal biji itu sendiri, bukan karena lingkungan yang
tidak cocok. Biji yang quiescence (kwisensi) adlah biji yang dapat segera
itu sendiri, yaitu dikarenakan bentuk permukaan biji yang keras, sehingga proses
ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan luas
karena tidak mampunya benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena
dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis embrio, atau
Pada praktikum yang telah dilakukan percobaan ini digunakan dengan biji sawo
dan biji saga. Percobaan dilakukan dengan direndam air aquades, dikikir atau
diamplas, direndam air panas, dan direndam air dingin. Pada percobaan ini
perkecambahan.
Pada percobaan ini ada beberapa faktor yang mengakibatkan biji tidak
sehingga tidak terjadinya proses imbibisi, selain itu praktikan juga kurang dalam
perendaman air panas, sehingga permukaan biji masih dalam keadaan keras, dan
proses imbibisi tidak terjadi. Selain itu Ada beberapa faktor yang mengakibatkan
biji melakukan dormansi ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri.
Embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik. Kemudian penyerapan air
terganggu karena kulit biji yang impermeabel. Lalu bagian biji/buah mengandung
zat kimia penghambat. Lalu faktor eksternal yang mempengaruhi dormansi biji
biji atau pengamplasan kulit biji secara mekanik dengan pengelupas ini bertujuan
agar kulit biji yang keras hilang sehingga nantinya lebih permeable terhadap air
dan gas, sehingga biji dapat melakukan imbibisi dan terjadi proses perkecambahan
menjadi akar dan daun. Perlakuan penghilangan kulit biji seperti ini jika di
dormansi pada perlakuan ini adalah setelah biji diamplas maka tidak ada lagi
penghalang bagi air maupun faktor eksternal lain seperti cahaya untuk
Lalu pada saat pemberian perendaman air di seharusnya semua biji berkecambah
karena tujuan pemberian perendaman ini ini untuk menghilangkan bahan berlilin
yang terdapat pada biji yang nantinya menghalangi masuknya air, dengan
mengelupasnya bahan berlilin ini akan meluruhkan kulit biji yang keras. Pada
ketika lapisan ini hilang mengakibatkan biji dapat melakukan imbibisi yaitu
masuknya air ke dalam biji dan menurunkan suhu yang dapat menyebabkan
hormon ABA menurun dan hormon sitokinin meningkat dan bijipun dapt tumbuh.
Dalam perendaman ini juga bisa dilakukan dengan perendaman dengan asam
sulfat
BAB V
Kesimpulan
1. Pematahan dormansi faktor kimia yang tertinggi adalah pada perlakuan dengan air
2. Pematahan dormansi dengan cara dikikir yang tertinggi adalah pada perlakuan
1800 dari embrio + NAA yang persentase perkecambahannya adalah biji jarak
(Ricinus communis Linn.) 100%, biji lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 100%,
NAA lebih besar daripada perakuan dikikir 1800 dari embrio dengan persentase
100% .
lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 0%, biji sirsak (Annona muricata L.) 100%
dan dengan air dingin adalah biji jarak (Ricinus communis Linn.) 100%.
biji lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 0%, biji sirsak (Annona muricata L.)
0%
Saran
Ahmad, A. 2011. Studi Pematahan Dormansi Dan Periode After-Ripening Padi Gogo
Lokal Gorontalo. Disertasi IPB, Bogor.
Fahmi, Z.I. 2013. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih Dengan Skarifikasi
Mekanik Dan Kimiawi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan, Surabaya.
Juhanda, Y. Nurmiaty, dan Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan
Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). J. Agrotek Tropika
1(1): 45 – 49.
Nurmala, M. 2003. Dormansi Karena Kulit Biji Yang Keras. FMIPA Universitas
Hasanuddin, Makasar.
Rusmin, D., F.C. Siwarno, dan I. Darwati. 2011. Pengaruh Pemberian Ga3 Pada
Berbagai Konsentrasi Dan Lama Imbibisi Terhadap Peningkatan Viabilitas
Benih Purwoceng (Pimpinella Pruatjan Molk.). J. Littri 17(3): 89
– 94, Bogor.
Saleh, M.S. 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama
Ekstraksi Buah. J. Agrosains 6(2): 79-83 Fakultas Pertanian UNTAD.
Saleh, M.S., E. Adelina, E. Murniati dan T. Budiarti. 2008. Pengaruh Skarifikasi Dan
Media Tumbuh Terhadap Viabilitas Benih Dan Vigor Kecambah Aren. J.
Agroland 15 (3) : 182 – 190.
Sholicha, R.F. 2009. Pengaruh Skarifikasi Suhu Dan Lama Perendaman Dalam Air
Terhadap Perkecambahan Biji
Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr). Skripsi Universitas Negeri Malang,
Malang.
Tim Pengampu, 2011. Bahan Ajar Ilmu Dan Teknologi Benih. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Ulvah, M., 2004. Pengaruh Skarifikasi Dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Abitonik
Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Jati (Tectona
grandis. Liin. F). Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung.
Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F.).
Jurnal Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14