Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUIAN

Latar belakang

Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak

dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji.

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda

perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk

melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun

pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan

kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan

dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi

digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi

digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Salisbury and Ross, 1995).

Peningkatan luas panen harus didukung dengan pemenuhan ketersediaan

benih berkualitas yaitu benih memenuhi standar mutu. Mutu benih meliputi mutu

fisik ditunjukkan dengan adanya benih murni (masih utuh dan atau pecah hampir

masih lebih dari 50%), benih tanaman lain dan kotoran benih. Mutu genetik

ditunjukkan dengan adanya campuran varietas lain atau tidak. Mutu fisiologik

ditunjukkan dengan nilai kadar air dan daya tumbuh (sesuai dengan standar benih

bermutu). Mutu patologik ditunjukkan dengan kesehatan benih (Nurussintani,

dkk., 2013).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang perkecambahan beberapa

benih yang berkulit keras disebutkan bahwa persentase perkecambahan benih


berkulit keras memang sangat rendah (30 - 40%) tetapi dapat ditingkatkan dengan

cara fisik (misalnya pemanasan atau pendinginan), kimia (H2SO4, HNO3).

Skarifikasi (mengubah permeabilitas kulit biji) yaitu dengan menunjukkan

persentase kecambah benih kemiri meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu

pengovenan biji yang diberikan (Sholicha, 2009).

Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim,

bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari

dormansinya. Perkecambahan tidak akan terjadi selama benih belum melalui

masa dormansinya, atau sebe lum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap

benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis

dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan

lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi

sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari

kemusnahan alam (Tim Pengampu, 2011).

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan

kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar

dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter yang digunakan

dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur

tumbuh embrio yang diamati secara langsung atau tidak secara langsung dengan

hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih

(Sutopo, 1993).
B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini yaitu

- Untuk mengenal beberapa tipe tipe dormansi

- Untuk mengetahui pengaruh kulit bijiyang keras terhadap

perkecambahan

- Untuk mengetahui pengaruh bahan bahan kimia dan fisik terhadap

perkecambahan biji
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor penghambat perkecambahan adalah dormansi benih.

Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh kulit benih yang keras dan keadaan

fisiologis embrio. Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui

melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama

dengan keadaan sebelum dikecambahkan maka benih dalam keadaan dorman.

Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan, misalnya mengecil,

ditumbuhi cendawan atau bila dipijat terasa lembek, berarti benih tersebut mati

(Saleh, dkk., 2008).Lamanya dormansi pada biji disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain keadaan fisik biji aren yang keras pada bagian kulit maupun

endospermnya. Berbagai perlakuan seperti pemberian zat kimia, pengaruh suhu

dan skarifikasi dilakukan untuk membuat biji cepat berkecambah. Berbagai

perlakuan dilakukan untuk membuat biji cepat berkecambah, diantaranya adalah

melukai kulit biji agar air dapat masuk ke dalam biji atau biji direndam dalam air

dengan suhu yang berbeda-beda. Selain itu biji direndam pada zat kimia yang

bersifat asam atau basa seperti HCl, KNO3 atau hormon giberelin (Mashud et al.

1989).

Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap

telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan

terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam

waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan
pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan

fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan

tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak

dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu

sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis

atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan

mekanis yang ada seperti amplas, jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya.

Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam

sulfat pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat

celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih

(Suetopo, 1985).

Menurut Dwidjoseputro (1985), variasi umur benih suatu tanaman

sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan

hidup selamanya. Seperti, kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup

benih. Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup,

walaupun beberapa biji dapat hidup lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam

botol atau di udara terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji

kehilangan air dan sel akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai

embrio dan melepaskan hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan

pathogen penyakit. Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi dan

merugikan masa hidup biji. Kehilangan daya hidup terbesar bila benih disimpan

dalam udara lembab dengan suhu 35°C atau lebih. Adapun tipe dormansi adalah

sebagai berikut :
1. Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap

perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi

penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis

tanaman.

2. Dormansi fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya

dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang

tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan embrio dan

sebab-sebab fisiologi lainnya.

Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi

tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji yang dipermudah dengan keadaan

tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut air

pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain membuat potensial

bahan tanam sebagai sumber keseragaman tanaman menjadi cukup rumit.

Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah tidak akan sama

pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-

proses metabolik yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap

substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya

seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji

yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi

penghambatnya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat

dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,

endosperm, kulit biji maupun daging buah (Burhan, 1977).


Menurut Salisbury dan Ross (1995), untuk mengetahui dan membedakan

apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka

dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian

daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui

dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat. Ada

beberapa cara yang telah diketahui, yaitu :

1. Dengan perlakuan mekanis, tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk

melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.

Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.

2. Dengan perlakuan kimia, tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan

agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam

kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji

menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.

3. Dengan perlakuan perendaman dengan air, perlakuan perendaman di dalam

air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.

4. Dengan perlakuan suhu, cara yang sering dipakai adalah dengan memberi

temperatur rendah pada keadaan lembap (stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi

sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan

penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang

merangsang pertumbuhan.

5. Dengan perlakuan cahaya, cahaya berpengaruh terhadap prosentase

perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih


bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan

panjang hari.
BAB III

BAHAN DAN METODA

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

Waktu : mei 2018

Tempat : Laboratorium percobaan universitas pembangunan panca budi

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai

berikut :

1. Alat

Alatnya adalah cawan petri, gelas beaker, dan rak telur

2. Bahan

Bahannya meliputi buah tomat utuh, biji jarak, biji lengkeng, biji sirsak 20 biji,

aquades, air, GA3, asam sulfat (H2SO4), KNO3, kertas pasir halus, kertas tissue ,

pasir, karet gelang, dan label

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut :

A . kulit biji yang keras

- siapkan rak telur dan isi pasir

- pilih 16 biji jarak dengan perlakuan sebagai berikut

a. rendam 2 biji dalam air dingin selama 1 jam


b. rendam air dalam air mendidih sampai air dingin

c. kikir/asah 2 biji menggunakan kertas pasir sampai tampak

kotilrdonnya, rendam dengan air destilata selama 1 jam

d. asah lagi 2 biji pada arah 900 dekat dengan embrio sampai tampak

kotiledonnya rendam di air destilata selama 1 jam,

e. asah lagi 2 biji dengan 1800 dengan embrio lalu rendam di air

destilata selama 1 jam

f. asah lagi 2 biji dengan 1800 dengan embrio lalu rendam di larutan

H2SO4 5cc/l selama 15 menit

g. rendam 2 biji dalam larutan H2SO4 5cc/l selama 15 menit

h. rendam 2 biji dalam larutan KNO3 5cc/l selama 15 menit

- lalu tanam pada rak telur dan disiram air secukupnya

- simpan di tempat gelap pada suhu kamar

- amati setiap hari selama seminggu

factor kimiawi

- belah tomat dan ambil bijinya

- cuci 10 biji tomat tersebut dan letakkan di dalam cawan yang sudah di

kasih air destilata

- \ambil 10 lagi biji tomat dan masukkan juga kedalam cawan yang

berbeda

- Tutup cawan dan simpan di tempat gelap

- Amati perkecambahannya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Faktor Kimiawi


S Biji Berkecambah
Perlakuan biji tomat
1 2 3 4 6 7 Total %

Air Destilata 0 0 10 10 10 10 10 100%


Ektrak Buah Tomat 0 0 0 0 5 5 5 50%

Tabel 2. Faktor Kulit Biji yang Keras


Data Pengamatan Hari I
å Biji Berkecambah
Dikikir

H2SO4

KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Data Pengamatan Hari II

å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4

KNO3

BIJI Air Air


180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Data Pengamatan Hari III

å Biji Berkecambah
Dikikir

H2SO4

KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Data Pengamatan Hari IV

å Biji Berkecambah
Dikikir

H2SO4

KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Data Pengamatan Hari V

å Biji Berkecambah
Dikikir
H2SO4

KNO3

BIJI Air Air


180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 100% 100% 100% 100% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Data Pengamatan Hari VI

å Biji Berkecambah
Dikikir

H2SO4

KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 100% 100% 100% 100% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 100% 0% 50% 100% 0% 0% 0% 0%

Data Pengamatan Hari VII

å Biji Berkecambah
Dikikir

H2SO4

KNO3
BIJI Air Air
180° dr
Dekat 90° dr 180° dr Panas Dingin
Embrio +
Embrio Embrio Embrio
GA3
sirsak 0% 0% 100% 100% 100% 100% 0% 0%
Jarak 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Lengkeng 100% 0% 50% 100% 0% 0% 0% 0%

2. Pembahasan

Dormansi adalah biji yang tidak mengalami perkecambahan dalam periode

tertentu. Dormansi juga dapat terjadi pada tunas. Istilah dormansi ini hanya

digunakan untuk menyatakan keadaan biji yang gagal berkecambah yang

diakibatkan oleh keadaan internal biji itu sendiri, bukan karena lingkungan yang

tidak cocok. Biji yang quiescence (kwisensi) adlah biji yang dapat segera

berkecambah apabila diletakkan pada lingkungan yang cocok.


Penyebab biji tidak dapat melakukan perkecambahan ini dipengaruhi oleh dari biji

itu sendiri, yaitu dikarenakan bentuk permukaan biji yang keras, sehingga proses

imbibisi sulit terjadi. Menurut Tamin (2007) dormansi benih merupakan

ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan luas

yang dianggap menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat disebabkan

karena tidak mampunya benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena

bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahannya. Dormansi benih

dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis embrio, atau

kombinasi dari keduanya.

Pada praktikum yang telah dilakukan percobaan ini digunakan dengan biji sawo

dan biji saga. Percobaan dilakukan dengan direndam air aquades, dikikir atau

diamplas, direndam air panas, dan direndam air dingin. Pada percobaan ini

praktikan mengalami kegagalan, karena seharusnya biji tumbuh mengalami

perkecambahan namun pada praktikum yang dilakukan biji tidak mengalami

perkecambahan.

Pada percobaan ini ada beberapa faktor yang mengakibatkan biji tidak

berkecambah yaitu ada praktikan kurang dalam melakukan pengamplasannya,

sehingga tidak terjadinya proses imbibisi, selain itu praktikan juga kurang dalam

perendaman air panas, sehingga permukaan biji masih dalam keadaan keras, dan

proses imbibisi tidak terjadi. Selain itu Ada beberapa faktor yang mengakibatkan

biji melakukan dormansi ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yang mengakibatkan dormansi adalah Imnate dormancy (rest) dormancy yang

disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri.
Embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik. Kemudian penyerapan air

terganggu karena kulit biji yang impermeabel. Lalu bagian biji/buah mengandung

zat kimia penghambat. Lalu faktor eksternal yang mempengaruhi dormansi biji

adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak

menguntungkan. Kemudian karena terjadinya photodormancy yaitu proses

fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya. Lalu terjadinya

thermodormancy yaitu proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu.

Namun menurut literatur, dalam pengamatan dormansi ini Perlakuan pematahan

biji atau pengamplasan kulit biji secara mekanik dengan pengelupas ini bertujuan

agar kulit biji yang keras hilang sehingga nantinya lebih permeable terhadap air

dan gas, sehingga biji dapat melakukan imbibisi dan terjadi proses perkecambahan

kemudian terjadi proses pertumbuhan di mana epikotil dan radikula tumbuh

menjadi akar dan daun. Perlakuan penghilangan kulit biji seperti ini jika di

sesuaikan dengan dasar teori disebut cara skarifikasi. Mekanisme pematahan

dormansi pada perlakuan ini adalah setelah biji diamplas maka tidak ada lagi

penghalang bagi air maupun faktor eksternal lain seperti cahaya untuk

merangasang biji agar berkecambah, sehingga setelah penghalang tersebut hilang

maka biji bisa cepat berkecambah.

Lalu pada saat pemberian perendaman air di seharusnya semua biji berkecambah

karena tujuan pemberian perendaman ini ini untuk menghilangkan bahan berlilin

yang terdapat pada biji yang nantinya menghalangi masuknya air, dengan

mengelupasnya bahan berlilin ini akan meluruhkan kulit biji yang keras. Pada

mekanisme pematahan dormansi ini setelah perendaman di dalam asam sulfat


akan mengakibatkan lapisan lilin dan lapisan kulit biji yang keras akan hilang,

ketika lapisan ini hilang mengakibatkan biji dapat melakukan imbibisi yaitu

masuknya air ke dalam biji dan menurunkan suhu yang dapat menyebabkan

hormon ABA menurun dan hormon sitokinin meningkat dan bijipun dapt tumbuh.

Dalam perendaman ini juga bisa dilakukan dengan perendaman dengan asam

sulfat
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pematahan dormansi faktor kimia yang tertinggi adalah pada perlakuan dengan air

destilata dan diberi larutan coumarin dengan persentase perkecambahan 100%.

2. Pematahan dormansi dengan cara dikikir yang tertinggi adalah pada perlakuan

1800 dari embrio + NAA yang persentase perkecambahannya adalah biji jarak

(Ricinus communis Linn.) 100%, biji lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 100%,

biji sirsak (Annona muricata L.) 100%.

3. Persentase perkecambahan yang dihasilkan pada perlakuan 1800 dari embrio +

NAA lebih besar daripada perakuan dikikir 1800 dari embrio dengan persentase

perkecambahan biji jarak (Ricinus communis Linn.) 100%, biji

lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 100%,biji sirsak (Annona muricata L.)

100% .

4. Perlakuan direndam dengan air panas paling banyak berkecambah persentase

perkecambahannya adalah biji jarak (Ricinus communis Linn.) 100%, biji

lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 0%, biji sirsak (Annona muricata L.) 100%

dan dengan air dingin adalah biji jarak (Ricinus communis Linn.) 100%.

5. Perlakuan direndam dengan KNO3 yang paling banyak berkecambah dengan

persentase perkecambahannya adalah biji jarak (Ricinus communis Linn.) 100%,

biji lengkeng (Euphorbia longan (Lour)) 0%, biji sirsak (Annona muricata L.)

0%
Saran

Dari percobaan yang telah dilakukan, saat mengkikir sebaiknya kita

mengetahui pasti dimana letak embrio masing-masing biji.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. 2011. Studi Pematahan Dormansi Dan Periode After-Ripening Padi Gogo
Lokal Gorontalo. Disertasi IPB, Bogor.

Darma, I.G.K.T. 2002. Beberapa Metode Pemecahan Dormansi Benih Leucaena


Leucocephala (Lmk. De Witt.) Dan Beberapa Fungi Patogenik Yang Berasosiasi
Dengan Benih. J. Manajemen Hutan Tropika 8(1): 1-14.

Fahmi, Z.I. 2013. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih Dengan Skarifikasi
Mekanik Dan Kimiawi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan, Surabaya.

Hafizah, N. 2009. Pematahan Dormansi dan Viabilitas Benih Aren


(Arenga pinnata Merr) pada Berbagai Tingkat Konsentrasi dan Lama
Perendaman Gibberellin. Tesis Universitas Lambung Mangkurat, Lampung.

Juhanda, Y. Nurmiaty, dan Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan
Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). J. Agrotek Tropika
1(1): 45 – 49.

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Press, Jakarta.

Marzuki, I. Suliansyah, dan R. Mayerni. 2008. Pengaruh NAA Terhadap Pertumbuhan


Bibit Nenas (Ananas Comosus L. Merr) Pada Tahap Aklimatisasi. J. Jerami
3(12): 111-117.

Nurmala, M. 2003. Dormansi Karena Kulit Biji Yang Keras. FMIPA Universitas
Hasanuddin, Makasar.

Nurussintani, W., Damanhuri, dan S.L. Purnamaningsih. 2013. Perlakuan Pematahan


Dormansi Terhadap Daya Tumbuh Benih 3 Varietas Kacang Tanah (Arachis
hypogaea). J. Produksi Tanaman 1(1): 86-88. Fakultas Pertanian Brawijaya,
Malang.

Rusmin, D., F.C. Siwarno, dan I. Darwati. 2011. Pengaruh Pemberian Ga3 Pada
Berbagai Konsentrasi Dan Lama Imbibisi Terhadap Peningkatan Viabilitas
Benih Purwoceng (Pimpinella Pruatjan Molk.). J. Littri 17(3): 89
– 94, Bogor.

Sahupala, A. 2007. Teknologi Benih. Fakultas Petanian Universitas Pattimura, Maluku.

Saleh, M.S. 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama
Ekstraksi Buah. J. Agrosains 6(2): 79-83 Fakultas Pertanian UNTAD.

Saleh, M.S., E. Adelina, E. Murniati dan T. Budiarti. 2008. Pengaruh Skarifikasi Dan
Media Tumbuh Terhadap Viabilitas Benih Dan Vigor Kecambah Aren. J.
Agroland 15 (3) : 182 – 190.
Sholicha, R.F. 2009. Pengaruh Skarifikasi Suhu Dan Lama Perendaman Dalam Air
Terhadap Perkecambahan Biji
Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr). Skripsi Universitas Negeri Malang,
Malang.

Tim Pengampu, 2011. Bahan Ajar Ilmu Dan Teknologi Benih. Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Ulvah, M., 2004. Pengaruh Skarifikasi Dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Abitonik
Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Jati (Tectona
grandis. Liin. F). Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece., 2008. Biologi Jilid 2 Edisi 8. Jakarta: Erlangga

Dwidjoseputro, D, 1985, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,

Bandung.

Soerodikosoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F.).
Jurnal Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14

Anda mungkin juga menyukai