Anda di halaman 1dari 18

SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

Tema : Perkecambahan Dan Dormansi

Dosen : Hilwa Walida S.Pd, M.Si

Prodi/Kelas : Agroteknologi Semester 3 A Pagi

Disusun Oleh : 1. Dimas Alfiyadana

2. Ridho Prayogi

3. Khairul Anwar Nst

4. Reza Gilang Ramadhan

5. Danang Aidil Riwanda

6. Nuranda Aji Pratama

7. Dwi Ryan Agfandri

UNIVERSITAS LABUHANBATU

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu faktor penghambat perkecambahan adalah Dormansi Benih. Dormansi pada
benih dapat disebabkan oleh kulit benih yang keras dan keadaan Fisiologis Embrio. Benih
yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila
Volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan keadaan sebelum dikecambahkan
maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, Bila Volume benih menunjukkan
perubahan, Misalnya mengecil, Ditumbuhi cendawan atau bila dipijat terasa lembek,
Berarti benih tersebut mati (Saleh, Dkk. 2008).

Dari sekian banyak biji yang memiliki masa dormansi, Sebagai contoh pada benih-
benih dari Famili Leguminosae seperti tanaman Saga, Pohon Saga (Adenanthera
Pavonina) umum dipakai sebagai pohon peneduh dijalan-jalan besar, Daunnya dapat
dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik, Bijinya
mengandung asam lemak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif (biodiesel) dan
kayu nya keras sehingga dapat dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel (Puteri,
2013).

Manfaat lainnya, Biji Saga (Adenanthera Pavonina) yang dimanfaatkan sebagai


pengganti kedelai dalam pembuatan tempe memiliki kualitas gizi sebanding dengan
tempe kedelai, Meskipun dari segi rasa dan aroma tempe kedelai lebih baik (Kumoro,
2012). Saga (Adenanthera Pavonina) salah satu jenis kacang-kacangan lokal yang belum
termanfaatkan secara maksimal dan memiliki harga yang lebih murah dibandingkan
kedelai (Putri, 2013).

Banyaknya manfaat dari Saga tersebut menyebabkan Saga mempunyai potensi untuk
dibudidayakan. Disisi lain budidaya atau perkecambahan benih Saga terdapat kendala,
Yakni terkait dengan dormansi benih yang dialaminya. Benih Saga termasuk benih yang
cukup lama dan sulit berkecambah (Tampubolon, Dkk. 2016). Pada kondisi tanpa
perlakuan benih Saga membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk berkecambah
(Ariati, 2001 dalam Mali’ah 2014).
B. Tujuan Praktikum
- Mengukur kecepatan perkecambahan dan kesanggupan perkecambahan.
- Melihat berbagai perlakuan terhadap pematahan dormansi pada biji dengan testa
yang keras.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkecambahan

Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti dengan
melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan suplai oksigen
sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi
jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu
(Kozlowski, 1972: 1).

Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi menyebabkan
kadar air di dalam biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji.
Air juga merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam biji. Suhu optimum untuk
berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40ºC (Kozlowski, 1972: 1-6).

Ada dua tipe perkecambahan biji, Yaitu perkecambahan Epigeal dan Hipogeal.

1. Perkecambahan Epigeal

Tipe Perkecambahan Epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga
plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan
fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai,
bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah
adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk
tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, Ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke
permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun
pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis
digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000: 365).

2. Perkecambahan Hipogeal

Perkecambahan Hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula


tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah.
Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri,
jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et al., 2000: 366).

Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis cadangan makanan
sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan (endosperma). Umumnya
cadangan makanan pada biji berupa amilum (pati). Pati tidak dapat ditransportasikan ke sel-
sel lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut
dalam air (Dwidjosoeputro, 1978: 56).

Pertumbuhan aksis embrionik kecambah terjadi karena dua peristiwa yaitu pembesaran sel
yang telah ada sebelumnya dan pembentukan sel-sel baru. Sel- sel baru terbentuk karena
proses pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh radikula dan plumula. Saat pembesaran
sel terjadi proses-proses biokimia, transportasi air, gula, asam amino, dan perubahan ion-ion
organik menjadi protein, asam nukleat, polisakarida serta molekul-molekul kompleks lainnya.
Senyawa yang dihasilkan akan diubah menjadi organela, dinding sel, membran sel dan lain-
lain sampai terbentuk jaringan dan organ (Salisburry dan Ross, 1995: 15).

Pertumbuhan sesungguhnya merupakan hasil reaksi biokimia, Peristiwa biofisik dan proses
fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama dengan faktor luar. Titik awalnya
adalah satu sel tunggal, yaitu zigot yang tumbuh dan berkembang menjadi organisme
multisel. Sintesis molekul yang besar dan kompleks berlangsung terus menerus dari ion dan
molekul yang lebih kecil, Pembelahan sel menghasilkan sel-sel baru, Yang banyak dan
diantaranya tidak hanya membesar tetapi juga lebih kompleks (Hasnunidah, 2011: 85).

Secara visual, pertumbuhan tumbuhan dapat diamati dari pertambahan jumlah dan ukuran,
perubahan massa dan penampilan tumbuhan tersebut sebagai akibat penggandaan
protoplasma dan perbanyakan sel yang secara keseluruhan disebut fenologi. Fenologi adalah
perubahan secara berurutan yang dapat dilihat dari penampilan morfologi tanaman tersebut.
Suatu tumbuhan dikatakan tumbuh apabila memiliki jumlah sel, jumlah daun, ranting, rambut
akar, dan tunas yang lebih banyak dibandingkan keadaan semula. Pertumbuhan tumbuhan
juga ditandai dengan pertambahan ukuran tanaman seperti tinggi tanaman, diameter batang,
luas daun, panjang akar, volume batang, dan keliling batang. Pertambahan massa pada
tumbuhan dapat diamati dari berat segar dan berat kering tanaman. Tumbuhan dikatakan
tumbuh bila terjadi perubahan penampilan, misalnya pada fase vegetatif perubahan dimulai
dari perkecambahan dilanjutkan dengan pemunculan bibit di atas tanah, pembentukan daun
dan akar, inisiasi anakan atau cabang, pertumbuhan daun, dan perpanjangan akar, sedangkan
pada fase generatif dimulai dari induksi bunga, inisiasi bunga, pertumbuhan primordia bunga,
dan pemunculan bunga (Hasnunidah, 2011: 86).

Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh dua faktor, Yaitu Faktor Internal Tanaman
dan Faktor Lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain gen dan hormon. Faktor
lingkungan meliputi dua faktor, Yaitu Faktor Dalam Tanah dan Faktor Diatas Tanah. Faktor
dalam tanah terdiri dari keasaman, aerasi, kandungan unsur kimia, dan lain-lain. Sedangkan
faktor di atas tanah adalah radiasi matahari, temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul
dan Guritno, 1995: 4). Adapun faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah medan magnet.

B. Dormansi

Dormansi benih adalah istilah yang digunakan untuk keadaan dimana benih yang baik
tidak bisa berkecambah meskipun berada pada kondisi/lingkungan yang sesuai untuk
perkecambahan. Dormansi benih merupakan suatu cara untuk mempertahankan diri dari
keadaan yang tidak menguntungkan, Misalnya masa kering yang panjang, sehingga benih
tidak berkecambah secara serentak. Benih dikatakan sulit sulit berkecambah bila waktu yang
diperlukan untuk berkecambah lebih dari seminggu dan memerlukan perlakuan pendahuluan
untuk mempercepat perkecambahannya. Dengan perlakuan pendahuluan, benih dapat
berkecambah serentak (Mulawarman,dkk, 2002).

Dormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui. Dengan adanya dormansi,
Benih tidak akan berkecambah di lapangan sebelum dipanen terutama untuk varietas yang
ditanam pada musim hujan. Dormansi pada benih dapat bersifat positif karena akan
meningkatkan daya simpan. Benih dari varietas padi yang tidak memiliki masa dormansi
dapat langsung ditanam setelah panen, Namun dapat berdampak negatif karena benih akan
berkecambah di lapangan sebelum dipanen. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya deteriorasi prapanen (Santika, 2005).

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup, Tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah
memenuhi persyaratan, Bagi suatu perkecambahan (Wardhani, 2002).

Agar benih dapat berkecambah secara normal diperlukan kondisi lingkungan tumbuh
yang sesuai, Yaitu tersedianya air, suhu, cahaya, dan komposisi udara yang optimal. Namun,
Ada kalanya benih tidak dapat berkecambah walaupun kondisi lingkungan perkecambahan
cukup optimal. Benih atau biji yang demikian disebut sedang tidur atau dalam keadaan
dorman (Santika, 2005).

Dormansi benih dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan benih.


Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dari perkecambahan selama
penyimpanan dan prosedur penanganan lain. Benih yang tidak dorman seperti benih
rekalsitran sangat sulit untuk ditangani karena perkecambahan dapat terjadi selama
pengangkutan atau penyimpanan sementara. Benih membutuhkan perlakuan awal yang
khusus kegagalan untuk mengatasi masalah ini dapat berakibat kegagalan perkecambahan
(Anonim, 2012).

Tipe-Tipe Dormansi

Menurut Sutopo (1988) terdapat beberapa tipe dormansi. Yang pertama yaitu
Dormansi Fisik, yang diakibatkan oleh hambatan struktural terhadap perkecambahan, Seperti
kulit benih yang keras dan kedap air. Hal ini menjadi penghalang bagi masuknya air dan
oksigen ke dalam embrio benih. Tipe dormansi yang kedua adalah Dormansi Fisiologis.
Dormansi ini disebabkan oleh sejumlah faktor fisiologis diantaranya zat pengatur tumbuh
(penghambat maupun perangsang tumbuh) atau immaturity embrio.

Jenis - Jenis Dormansi Benih Adalah:

• Dormansi Fisik

Dormansi Fisik adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang tidak bisa dilewati air.
Air sangat diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi jenis ini terdapat pada sengon
(Paraserianthes falcataria), mangium (Acacia mangium), turi (Sesbania grandiflora),
kaliandra (Calliandra calothyrsus), dan lain-lain.

• Dormansi Mekanis

Dormansi Mekanis adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang keras sehingga
tidak bisa ditembus akar. Dormansi jenis ini terdapat pada jati (Tectona grandis), gmelina
(Gmelina arborea), kemiri (Aleuritis moluccana), kenari (Canarium commune).
• Dormansi Kimia

Dormansi Kimia disebabkan oleh adanya zat tertentu dalam benih yang menghambat
perkecambahan benih. Dormansi ini terdapat pada panggal buaya (Xanthoxylum rhetsa).
(Mulawarman,dkk, 2002).

Yang termasuk dalam dormansi fisik diantaranya adalah : (1) Impermeabilitas kulit
benih terhadap air. Pada kondisi ini penyerapan air terhalang oleh kulit biji yang mempunyai
struktur lapisan sel berupa palisade berdinding tebal di permukaan paling luar dan lapisan
lilin dari kutikula di bagian dalam. Pergantian suhu tinggi dan rendah secara bergantian akan
memecah dormansi ini. Begitu juga dengan aktivitas dari bakteri dan cendawan. (2)
Resistensi mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio. Dalam hal ini benih tetap
dorman karena kulit benih sangat kuat menghalangi pertumbuhan embrio. Embrio dapat
segera tumbuh apabila kulit benih ditipiskan. (3) Permeabilitas kulit benih yang rendah
terhadap oksigen. Pada jenis dormansi ini perkecambahan akan terjadi apabila kulit benih
dibuka atau tekanan oksigen di sekitar benih ditingkatkan. Yang termasuk dalam dormansi
fisiologis diantaranya adalah : (1) Imaturity Embrio. (2) After Ripening. (3) Dormansi
Sekunder. (4) Hambatan Metabolisme pada embrio (Sutopo, 1988).

Pematahan Dormansi

Perlakuan awal adalah perlakuan sebelum penaburan yang dilakukan untuk


menambah kecepatan dan keseragaman perkecambahan benih yang ditabur di persemaian,
Lapangan atau untuk pengujian. Dormansi kadang menguntungkan selama penyimpanan
karena mencegah perkecambahan dalam penyimpanan dan pada beberapa jenis dengan
kondisi tertentu benih dorman lebih baik daripada yang tidak dorman. Oleh karena itu
perlakuan awal seringkali ditunda sampai setelah penyimpanan, Yakni sesaat sebelum
penaburan. Dalam beberapa hal, proses penanganan benih berfungsi sebagai perlakuan awal
seperti pencucian zat-zat penghambat, selama proses pengupasan daging buah, pengikisan
kulit biji selama pengocokan, pematangan lanjutan dari embrio yang belum masak, atau benih
yang dorman secara mekanis diekstrak dari buahnya sebelum disimpan. Perlakuan air panas
untuk membunuh serangga dan pathogen benih juga dapat berfungsi sebagai perlakuan awal
(Anonim,2012).

Metode pematahan dormansi sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
dengan cara mekanis, fisis maupun kimia. Metode kimia dapat dikatakan metode yang paling
praktis karena hanya dilakukan dengan mencampurkan cairan kimia dengan biji. Larutan
kimia yang terkenal murah dan tersedia banyak di pasaran adalah KNO3. KNO3 juga sudah
teruji efektif mematahkan dormansi beberapa benih tanaman, antara lain padi dan aren.
KNO3 berfungsi untuk meningkatkan aktifitas hormon pertumbuhan pada benih. Pengaruh
KNO3 yang ditimbulkan ditentukan oleh besar kecil konsentrasinya. Perlakuan awal dengan
larutan KNO3 berperan merangsang perkecambahan pada hampir seluruh jenis biji.
Perlakuan perendaman dalam larutan KNO3 dilaporkan juga dapat mengaktifkan
metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan. (Faustina,dkk,2007).

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada benih
yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya perkecambahan
benih yang seragam (Schmidt, 2000).

Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang
impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan; pembakaran, pemecahan, pengikiran,
dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat
lainnya (Schmidt, 2000).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pelaksanaan Praktikum dilaksanakan pada Hari Selasa, 14 Desember 2021 pukul 11.00 WIB
s/d Selesai. Dilaksanakan di Kampus Universitas Labuhanbatu Rantauprapat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkecambahan

Cabai

Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke


Persentase
1 2 3 4 5 6
Jumlah Biji
Petri Berkecambah
Jumlah Biji Berkecambah Dan Morfologi Kecambah Setelah 6
Hari/Total Biji
Per Petri
1 0 0 5 7 10 8 30
2 0 0 3 5 12 5 25
3 0 0 5 3 4 8 20
4 0 0 3 2 6 11 22

Note : Petri 1 dan Petri 2 ditempat Gelap.


Petri 3 dan Petri 4 ditempat Terang.
B. Pematahan Dormansi Pada Biji

Saga

Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke


Petri 1 2 3 4 5 6

Jumlah Biji Berkecambah Dan Morfologi Kecambah


1 0 0 0 2 2 1
2 0 0 0 0 0 0

Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke


Persentase
7 8 9 10 11 12

Petri Jumlah Biji


Berkecambah
Jumlah Biji Berkecambah Dan Morfologi Kecambah Setelah 12
Hari/Total Biji
Per Petri

1 0 1 0 2 0 0 8

2 0 0 0 0 1 0 1

Note : Petri 1 dihilangkan sebagian dari kulit biji (Tetsa) pada bagian yang tidak ada
lembaganya atau bagian samping secara keliling dengan menggunakan kertas
pasir/amplas.

Petri 2 tanpa diberi perlakuan (Kontrol).

Pembahasan :
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah biji yang berkecambah. Namun dari Biji
Saga yang tidak diberi perlakuan (Kontrol) ada juga sebagian biji nya yang membusuk dan
berkecambah.
BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Air, Oksigen, Suhu, Dan
Cahaya sangat berpengaruh pada proses perkecambahan, Namun ada juga benih yang
terhambat pertumbuhannya jika ada unsur cahaya nya. Ditambah lagi kita juga harus menjaga
kelembabannya agar proses perkecambahan tumbuh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Mardhiansyah M, Arlita T. 2016. Respon Daya Kecambah Biji Saga


(Adenanthera Pavonina L.) Akibat Lama Waktu Perendaman Dengan Air.
J Faperta 3(1):1-6.

Heddy S. 1996. Hormon Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ihsanul Arifin. 2010. Pengaruh Cara Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Cabai
Rawit (Capsicum Frutencens L Var. Cengek. Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim.

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Radja


Grafindo Persada.

Setiadi. 2005. Bertanam Cabai. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta. Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN

Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai