Anda di halaman 1dari 5

Dasar teori

Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan


tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari
dalam dan luar biji (Salisbury, 1995). Dormansi benih berhubungan
dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu
dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses
tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo.
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan
untuk mengatasi dormansi embryo. Tipe dormansi biji antara lain
(Salisbury, 1995) :

1. Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan structural


terhadap perkedcambahan. seperti kulit biji ynag keras dan kedap
sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan
gas pada beberapa jenis tanaman

2. Dormansi fisiologis : dapat disebabkan oleh bebrapa mekanisme,


umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat
atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh factor-faktor dalam sepert
immaturity atau ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologis
lainnya

Menurut Sutopo (2002), benih dikatakan dormansi apabila benih


tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
persyaratan bagi suatu perkecambahan. Pertumbuhan tidak akan
terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum
dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.

Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang


mencegah perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak
sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi
yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin,
kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi
merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji
berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung
pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena
ketidakmampuan sumbu embrio untuk mengarendatasi hambatan.
Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim,
bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan
tipe dari dormansinya (Sutopo, 2002).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau
perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi
dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam.
Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan
kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui
penusukan; pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan
dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat
lainnya. Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat
masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih
yang diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin
baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit
benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan
proses metabolisme dalam benih berjalan lebih cepat akibatnya
perkecambahan yang dihasilkan akan semakin baik (Juhanda, 2013).

Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok


sangat perlu untuk memenuhi proses perkecambahan. Benih yang
mempunyai kulit biji tidak permeabledapat dirangsang dengan
mengubah kulit biji untuk membuat permeable terhadap gasgas dan
air. Perkecambahan benih dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari
dalam (faktor genetic) berupa tingkat pemasakan benih dan kulit benih
dari luar (faktor lingkungan) yaitu pengaruh suhu, cahaya, air dan
media tumbuh (Haryuni, 2007).

Selama perkecambahan terlihat adanya berbagai proses: (1)


imbibisi air, (2) hidrasi organel subseluler, (3) perubahan-perubahan
organisasi subseluler dari embrio dan endosperm atau ketik dan, (4)
perubahan aktivitas fitokroma, (5) pengaktifan auxin, (6) sintesis enzim
denova, (7) persediaan bahan makanan, (8) translokasi molekul-
molekul organik terlarut ke embrio, (9) sintesis protein dan penyusunan
sel lainnya, (10) kenaikan pengambilan oksigen dan aktifitas respirasi,
(11) pembesaran sel, (12) pembelahan sel, (13) sintesis dan
pengaktifan zat-zat tumbuh, (14) differensiasi sel, (15) redistribusi
metabolit dalam embrio, (16) perubahan tingkat oksigen dan karbon
dioksida (Haryuni, 2007).

Pematahan dormansi

Secara mekanik

o Dengan goncangan, kulit biji yang keras menghalangi penyerapan


oksigen dan air. Kulit biji yang keras itu biasanya terdapat pada
anggota family Fabaceae (Leguminosae) pengecualian untuk buncis dan
kapri.

o Diberi perlakuan panas, sumpal strofiolar yang terdapat pada biji


dapat lepas jika diberi panas.
o Skarifikasi atau penggoresan, biasanya menggunakan pisau, kikir
atau kertas amplas. Di alam goresan tersebut mungkin terjadi akibat
kerja mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada burung atau
hewan lain, biji terpajan pada suhu yang berubah-ubah, atau terbawa
air melintasi pasir atau cadas.

o Tumbuhnya fungi di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga


perkecambahan dapat berlangsung.

Secara kimia

o Merendam dengan alcohol, pelarut lemak lainnya, atau asam pekat,


bertujuan untuk menghilangkan bahan berlilin yang menghalangi
masuknya air.

o Tiourea, nitrat dan nitrit sebagai pemacu perkecambahan terutama


biji spesies rerumputan.

Secara fisika

o Pendinginan awal (Prechilling), selama pendinginan awal, embrio


beberapa spesies tumbuh sangat cepat. Perlakuan pendinginan
sebelum perkecambahan yang diperlukan oleh biji-bijian untuk
mnghilangkan dormansinya disebut stratifikasi. Selama stratifikasi,
beberapa perubahan terjadi terhadap hormon-hormon. ABA yang mula-
mula sangat tinggi akan menurun dengan cepat, sedangkan sitokinin
akan meningkat dan kemudian menurun kembali apabila giberelin
meningkat. Pada saat perkecambahan, semua hormon turun pada kadar
yang rendah.

o Cahaya, jumlah klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak
sangat penting untuk menentukan apakah biji spesies tertentu akan
bersifat fotodorman (membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya)
atau tidak. Bila biji yang perkecambahannya terpacu oleh cahaya
terkena cahaya maka akan berkecambah dan mampu berfotosintesis.
Bagi biji yang perkecambahannya terhambat oleh cahaya,
perkecambahannya itu tak akan terjadi sampai biji tertutup seluruhnya
oleh sampah, yaitu saat mendapatkan air yang cukup untuk
tumbuh (Sasmitamihardja, 1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi biji

1. Faktor eksternal

a. Cahaya

Cahaya mempengaruhi dormansi dengan tiga cara, yaitu dengan


intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan
fotoperiodisitas (panjang hari). Jika dari segi kuantitas cahaya,
dormansi ini terjadi karena pengaruh dari intensitas cahaya yang
diberikan kepada biji. Dari segi kualitas cahaya dormansi disebabkan
oleh panjang gelombang tertentu. Yang menyebabkan terjadinya
perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm),
sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat
perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah
mutually antagonistic (sama sekali bertentangan). Jika diberikan
bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh
spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2
pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif),
yaitu:

a. P650 : mengabsorbir di daerah merah

b. P730 : mengabsorbir di daerah infra merah

Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah
menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai
sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali
menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan dan terjadi
dormansi (Dwidjoseputro, 1985).

b. Suhu

Perlakuan suhu rendah pada waktu sebelum memasuki musim dingin


pada daerah beriklim sedang dapat menyebabkan peningkatan
dormansi, misalnya pada tanaman aprikot (Prunus armeniaca). Kondisi
udara yang lebih hangat pada musim gugur dapat menunda dormansi,
tetapi tidak menghentikan terjadinya dormansi tunas pada tanaman
buah-buahan di daerah beriklim sedang. Perlakuan suhu rendah untuk
memecahkan dormansi pada tunas akan lebih efektif jika setelah
dormansi dipecahkan segera diikuti dengan perlakuan suhu yang
optimal untuk memacu pertumbuhan.

c. Kurangnya air

Proses penyerapan air oleh benih terhadap perbedaan potensi air yang
sangat nyata antara sel-sel yang telah menyerap air dengan sel-sel
yang belum menyerap air. Terdapat batas-batas tegas antara bagian
benih yang telah meningkat kadar airnya dengan bagian yang belum
terpengaruh kadar airnya. Sel-sel yang telah menyerap air akan
membesar, ukuran benih meningkat dua kali lipat setelah proses
imbibisi berlangsung (Lakitan, 2000).

2. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh benih itu sendiri
seperti:

1. Kulit Biji
Kulit biji dapat berperan sebagai penghambat untuk terjadinya
perkecambahan, sehingga biji tersebut digolongkan sebagai biji
tersebut digolongkan sebagai biji yang berada dalam keadaan dorman.
Hambatan kulit biji tersebut mungkin disebabkan karena :

Kulit biji mengandung senyawa penghambat tumbuh

Kulit menghambat difusi oksigen dan/atau air masuk ke dalam biji

Kulit biji memiliki resistensi mekanis yang besar radikel tidak mampu
untuk tumbuh menembusnya.

2. Kematangan embrio

Terjadinya dormansi disebabkan oleh belum matangnya atau belum


sempurnanya pembentukan embrio. Pada saat terjadi absisi atau
gugurnya buah dari daun, biji belum menyelesaikan perkembangannya.
Sehingga biji terdiferensiasi sempurna, sehingga biji membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk berkecambah karena mempersiapkan
kebutuhannya. Dalam hal ini, berarti biji melakukan penundaan untuk
tidak berkecambah dan melakukan dorman.

3. Adanya Inhibitor (penghambat)

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks


proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa
gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan
berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses
perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah
berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi
penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda
dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat
berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.

4. Rendahnya zat perangsang tumbuh

Walaupun terdapat banyak jenis senyawa yang dapat berperan


menghambat (Kamil, 1984).

Analisis

Anda mungkin juga menyukai