Pematahan dormansi
Secara mekanik
Secara kimia
Secara fisika
o Cahaya, jumlah klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak
sangat penting untuk menentukan apakah biji spesies tertentu akan
bersifat fotodorman (membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya)
atau tidak. Bila biji yang perkecambahannya terpacu oleh cahaya
terkena cahaya maka akan berkecambah dan mampu berfotosintesis.
Bagi biji yang perkecambahannya terhambat oleh cahaya,
perkecambahannya itu tak akan terjadi sampai biji tertutup seluruhnya
oleh sampah, yaitu saat mendapatkan air yang cukup untuk
tumbuh (Sasmitamihardja, 1996).
1. Faktor eksternal
a. Cahaya
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah
menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai
sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali
menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan dan terjadi
dormansi (Dwidjoseputro, 1985).
b. Suhu
c. Kurangnya air
Proses penyerapan air oleh benih terhadap perbedaan potensi air yang
sangat nyata antara sel-sel yang telah menyerap air dengan sel-sel
yang belum menyerap air. Terdapat batas-batas tegas antara bagian
benih yang telah meningkat kadar airnya dengan bagian yang belum
terpengaruh kadar airnya. Sel-sel yang telah menyerap air akan
membesar, ukuran benih meningkat dua kali lipat setelah proses
imbibisi berlangsung (Lakitan, 2000).
2. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh benih itu sendiri
seperti:
1. Kulit Biji
Kulit biji dapat berperan sebagai penghambat untuk terjadinya
perkecambahan, sehingga biji tersebut digolongkan sebagai biji
tersebut digolongkan sebagai biji yang berada dalam keadaan dorman.
Hambatan kulit biji tersebut mungkin disebabkan karena :
Kulit biji memiliki resistensi mekanis yang besar radikel tidak mampu
untuk tumbuh menembusnya.
2. Kematangan embrio
Analisis