Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

”DORMANSI KARENA KULIT BIJI KERAS”

DISUSUN OLEH :

Cut Hadisti Arhafna (190402024)

Aini Munte (190402030)

Adelia Maisyaroh L (190402050)

Chelsea Ruth M (190402056)

Ema Kusyani ( 190402026)

Tiara safitri (190402038)

Antika Ramadani (190402004)

Azzahra Fadiyah (190402044)

DosenPengampu

Tri MustikaSarjani, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021
I. TUJUAN
Mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji keras dengan perlakuan fisik
dan kimiawi.

II. LANDASAN TEORI


Dormansi benih merupa- kan suatu keadaan benih tidak memiliki
kemampuan untuk berkecambah dalam jangka waktu tertentu meskipun pada
lingkungan yang memenuhi syarat perkecambahan. Tanaman yute memiliki
benih yang termasuk benih ortodoks dan memiliki kadar air r. Benih dengan
kadar air yang rendah dapat menurunkan laju perkecambahan, menyebab- kan
benih menjadi dorman dan keras sehingga menyebabkan kematian embrio
benih. (Hidayat RS & Marjani, 2018)
Abrus arocatorius memiliki kulit yang keras sehingga sulit untuk
berkecambah sehingga diperlukan metode untuk mematahkan masa
dormansi/istirahat baik dengan cara fisik, mekanis maupun kimia. Perlakuan
fisik dilakukan dengan menghilangkan kulit benih/testa yang lebih dikenal
dengan metode skarifikasi. Proses skarifikasi dilakukan agar embrio dapat
segera tumbuh tanpa hambatan karena air dan gas akan mampu masuk
kedalam biji sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Namun dalam
kenyataannya tidak akan mudah terjadi terutama karena ukuran biji yang
sangat kecil, kulit atau testa sangat keras dan liat. (Hamzah, 2015)
Perlakuan untuk mematahkan dormansi pada benih, harus diketahui
terlebih dahulu macam dormansi dan penyebabnya pada benih. Ada berbagai
cara perlakuan pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan
ketebalan kulit atau skrafikasi, perendaman dalam air, perlaku- an dengan zat
kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan
hangat atau disebut stratifikasi berba- gai perlakuan lain. Penyerapan air
merupakan proses yang pertama kali terjadi pada perkecam- bahan benih,
diikuti dengan pelunakan kulit benih, dan pengembangan benih. Pe- nyerapan
air ini dilakukan oleh kulit benih melalui peristiwa imbibisi dan osmosis yang
prosesnya tidak memerlukan energi. Penyerapan air oleh embrio dan
endosperm menyebabkan pembengkakkan dari kedua struktur, sehingga
mendesak kulit benih yang sudah lunak sampai pecah dan mem- berikan ruang
untuk keluarnya akar. (Uyatmi & Inoriah, 2016).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Dalam pratikum fisiologi tumbuhan ini menggunakan alat antara lain :
Petridish
Alat penggososk (garenda)
Kapas
Baker glass
Pipet tetes

B. Bahan
Dalam pratikum fisiologi tumbuhan ini menggunakan bahan antara lain :
Biji saga (Abrus arocatorius)
Asam sulfat pekat (Pixal)
Aquadest
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, M. (2014). Pengaruh Berbagai Metode Pematahan Dormansi Biji


Terhadap Daya Kecambah Dan Pertumbuhan Vegetatif. Photon: Jurnal Sain
Dan Kesehatan, 5(1), 1–5. https://doi.org/10.37859/jp.v5i1.187

Hidayat RS, T., & Marjani, M. (2018). Teknik Pematahan Dormansi untuk
Meningkatkan Daya Berkecambah Dua Aksesi Benih Yute (Corchorus
olitorius L.). Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri, 9(2), 73.
https://doi.org/10.21082/btsm.v9n2.2017.73-81

Uyatmi, Y., & Inoriah, E. (2016). Pematahan Dormansi Benih Kebiul


( Caesalphinia bonduc L . ) dengan Berbagai Metode Breaking Seed
Dormancy of Caesalpinia bonduc L . with Various Methods. 19(2), 147–156.

Anda mungkin juga menyukai