Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Buah Salak (Salacca Edulis) merupakan salah satu buah tropis yang
banyak diminati oleh orang Jepang, Amerika, dan Eropa. Buah ini
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan dapat dikonsumsi
sebagai buah segar maupun diolah sebagai manisan. Daging buah ini
mengandung kalsium, tanin, saponin, dan flavonoida. Penelitian
sebelumnya tentang salak lebih terfokus pada dagingnya. Dagingnya
diproses menjadi berbagai macam produk olahan pangan . Saat ini
banyak industri pengolahan salak di daerah Jawa Tengah yang
menghasilkan limbah biji salak. Hampir semua limbah biji salak
tersebut dibuang karena dianggap sudah tidak bermanfaat lagi. Biji
salak sangatlah keras dan tidak mudah hancur, sehingga untuk
mengolah biji salak ini sangatlah sulit dan berdampak pada studi
pemanfaatan biji salak selama ini sangatlah jarang. Sedangkan
penelitian mengenai melunakkan biji salak belum ada. Jika memang biji
salak dapat dilunakkan atau dihaluskan dengan mudah maka di
kemudian hari penelitian mengenai pemanfaatan biji salak akan
berkembang sebagai bahan alam yang melimpah dan bermanfaat bagi
masyarakat. Sehingga, di masa yang akan datang salak akan menjadi
buah yang dapat dimanfaatkan secara optimal yaitu sebagai bahan
alam yang bermanfaat dari daging buah dan bijinya. Hal ini akan
menambah jumlah jenis bahan alam yang berguna di Indonesia.

Dormansi adalah suatu keadaan dimana endogen dikendalikan tetapi


dipaksakan secara lingkungan dan menyebabkan pertumbuhan
terhenti sementara dengan penurunan aktifitas metabolisme dan
tergantung dengan keadaan lingkungan. Dormansi dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu dormansi primer dan dormansi
sekunder. Dormansi primer adalah suatu keadaan dimana biji itu
sendiri atau dormansi berimbas pada biji pada saat penyebaran dari
tanaman induk. Dormansi dapat terjadi sebelum matang, saat matang
dan setelah matang tapi sebelum biji itu terpisah dari tanaman induk.
Dormansi sekunder terjadi hanya pada saat biji matang dan imbibisi
biji dengan keadaan lingkungan tertentu, dimana keadaan tersebut
kurang baik untuk pengecambahan. Dormansi sekunder terjadi dalam
waktu satu setengah bulan setelah biji tersebut matang. Dormansi
sekunder terjadi lebih lama daripada dormansi primer. Biji salak
termasuk dalam dormansi sekunder. Beberapa cara untuk
mempercepat masa dormansi sekunder adalah dengan cara fisika,
kimia, dan mekani. Penelitian kecil yang telah dilakukan untuk
mengetahui kandungan gizi biji salak menunjukkan hasil yang cukup
baik. Hasil penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia,
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana,

Salatiga, Jawa Tengah : biji salak mengandung kadar air sebesar


54,84%, kadar abu 1,56%, kadar lemak 0,48%, kadar protein 4,22%,
dan kadar karbohidrat sebesar 38,9%, untuk uji kualitatif karbohidrat
didapatkan ada kandungan monosakarida dengan gugus pentosa,
sementara untuk kadar antioksidan 0,4596 mg gr sampel dan kadar
polifenolnya 0,176 mg/gr sampel.

Indonesia yang mendapat sebutan sebagai negara agraris memiliki


banyak potensi dalam bidang pertanian. Setiap daerahnya memiliki ciri
hasil produksi pertanian tersendiri, seperti halnya dengan Sumatera
Utara khususnya di kawasan Padang Sidempuan yang merupakan
penghasil utama salak dengan jumlah produksi salak sebesar , yang
mendapat julukan kota Salak. Julukan ini dibuktikan dengan produksi
salak dapat mencapai 8370 ton pada tahun 2007 dan meningkat
menjadi 9140 ton pada tahun 2008. Produksi salak terbanyak terdapat
di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua. Dari jumlah produksi salak dengan
angka yang relatif tinggi, maka limbah dari biji salak yang dihasilkan
juga besar, hal ini dapat membahayakan lingkungan apabila tidak
dikelola.

Pada dunia pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, dan benih, Biji (bahasa
Latin : semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah
masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau
Magnoliophyta) atau tidak (pada gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi,
biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat
bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat
pergiliran keturunan). Biji merupakan bakal biji (ovulum) yang dihasilkan oleh
tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan..
bibit adalah tanaman hasil perbanyakan atau penangkaran yang siap untuk
ditanam, dapat bersal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan dapat juga bersal
dari perbanyakan vegetif (cangkok, okulasi, stek, dll). Benih adalah biji yang
dipersiapkan untuk tanaman yang telah melalui proses seleksi, sehingga dapat
diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar menjadi tanaman dewasa
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan
bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau
bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan
tanaman. Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman
yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004). Faktor yang
mempengaruhi perkecambahan dapat berasal dari fator internal dan eksternal.
Syarat tumbuh benih melipui syarat internal berupa kesiapan dan kemasakan
embrio dan bagian-bagian penunjang lnternal. Syarat eksternal meliputi keadaaan
lingkungan yang mendukung seperti pH, media, air, suhu dan lain sebagainya.
Dapat juga perkecambahan dan syarat tumbuhnya dipengaruhi oleh faktor dalam
yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat
perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan
cahaya. Benih Tidak berkecambah adalah benih dari berbagai macam tanaman
baik dari kelas dikotil maupun monokotil yang hingga akhir periode pengujian
tidak berkecambah. Benih benih tersebut diantaranya adalag benih segar, benih
hampa, benih rusak, benih tidek berembrio, benih keras, dan benih mati (Kamil,
Jurnalis. 1979). Benih yang tidak menunjukan potensi sama sekali untuk

berkecambah disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor dalam yang
meliputi: ada tidak/ rusa tidaknya embrio, tingkat kemasakan benih, ukuran benih,
dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air,
temperatur, oksigen, cahaya dan kerusakan akibat jasad pengganggu (Kamil,
Jurnalis. 1979).

Pengertian Benih Dormansi Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut


sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika
berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti
kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt
2002). Dormansi benih disebabkan oleh faktor fisik dan fisiologi. Faktor fisiologi
contohnya embrio rudimenter, keseimbangan hormonal, dan fenomena afterripening. Fenomena after-ripening terjadi pada benih padi yaitu keadaan di mana
benih tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat
berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Faktor fisik
meliputi impermeable terhadap air dan gas, kulit benih tebal dan keras, benih
mengandung inhibitor, dan adanya penghambatan mekanik. (Lambers 1992,
Schmidt 2002).
Penyebab Benih Dormansi Beberapa penyebab dormansi fisik adalah
Impermeabilitas kulit biji terhadap air dimana benih-benih yang termasuk dalam
type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang
keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal
terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin
dan bahan kutikula; Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio,
disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit
biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera; Permeabilitas yang
rendah dari kulit biji terhadap gas-gas pada dormansi ini, perkecambahan akan
terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah.
Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit
bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi
apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada
umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat

maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah


Immaturity Embrio,dimana pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak
secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang
demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan
kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk
secara sempurna dan mampu berkecambah; After ripening, dimana benih yang
mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar
dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After
Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi
fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu
berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari
sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya; Dormansi
Sekunder, disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun
berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak
menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang
membutuhkan, cahaya.
Metode/ Cara Pematahan Dormansi Ada beberapa cara pematahan dormansi yang
telah diketahui adalah dengan perlakuan mekanis diantaranya yaitu dengan
Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit
biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji
maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat
gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji
yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Dengan perlakuan kimia, perlakuan ini bertujuan menjadikan agar kulit biji lebih
mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam
sulfat, asam nitrat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat
dilalui oleh air dengan mudah. Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam
asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam. Perendaman benih padi dalam
HNO3 pekat selama 30 menit. Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan
dosis 100 - 200 PPM. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium
hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga
digunakan hrmon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Perlakuan perendaman dengan air juga dapat dilakukan perlakuan perendaman di
dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya
yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan

dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel,
direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat
keluar untuk dikecambahkan (Wikipedia 2012). Perlakuan dengan suhu, cara yang
sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang
berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi
berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya, cahaya berpengaruh terhadap prosentase
perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih
bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan
panjang hari (Wikipedia 2012). 2.4. Manfaat Mempelajari Pematahan Dormansi
Pematahan dormansi perlu dilakukan untuk mengetahui apa itu dormansi,
pematahan dormansi dan cara-cara atau metode pematahan dormansi tersebut.
Dengan dilakukannya pematahan dormansi ini tentunya memiliki manfaat yang
sangat nyata di bidang pertanian diantaranya adalah untuk mengetahui tipe
dormansi yang ada pada benih sehingga mempermudah perlakuan, cara, atau
metode pematahan dormansi yang akan dilakukan pada benih yang akan
dilakukan perlakuan pematahan dormansi selain itu pematahan dormansi ini juga
bermanfaat untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah setelah
dilakukan pematahan dormansi sehingga pada praktiknya dilapangan benih
dormansi dapat dipilah dan dipatahkan dormansinya sehingga dapat berkecambah
normal setelah perlakuan pematahan dormansi dan diharapkan nantinya akan
menjadi tanaman dewasa yang normal dam berproduksi maksimal sehingga dapat
mengguntungkan petani secara umumnya.

Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta Blogspot.


2009 http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Idris, 2003. Dasar-Dasarr Teknologi Benih. Universitas Mataram: Mataram.
Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang Kartasapoetra,
Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta
Pratiwi. 2000. Biologi. Erlangga; Jakarta Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant
Seed. Academi Press Inc; USA Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali
Press; Jakarta Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian
UNBRAW Tjitrasam, 1983. Botani Umum I. Angkasa: Bandung. Tjitrosoepomo,
Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta Wikipedia, 2012.
Struktur dan type buah. http//:www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 21
Oktober 2012. Wordpres, 2012 http://yunosuyono.wordpress.com. Diakses Pada
Tanggal 25 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai